DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG D: SPESIFIKASI TEKNIS

dokumen-dokumen yang mirip
PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG D: SPESIFIKASI TEKNIS

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG D: SPESIFIKASI TEKNIS

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI


PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI

BAB III TEORI PENDUDUKUNG

Jaringan Komputer Multiplexing

PETUNJUK PENYUSUNAN DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI (P2DPI) DAFTAR ISI

PT. TELEKOMUNIKASI SELULAR DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG E: DEFINISI DAN INTERPRETASI

Dasar Perencanaan Jaringan Akses

PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT PERANGKAT

KOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T

Frequency Division Multiplexing

PERSYARATAN TEKNIS PERANGKAT NEXT GENERATION - SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY

Instruktur : Bpk Rudi Haryadi. Nama : Tio Adistiyawan (29) No Exp. :

UNIVERSITAS GUNADARMA

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT STANDARDISASI POS DAN TELEKOMUNIKASI

BAB II WIDE AREA NETWORK

Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 2 Penjamakan Digital

Pada gambar 2.1, terdapat Customer Premises Equipment (CPE) adalah peralatan telepon atau penyedia layanan lain yang terletak di sisi user.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG C: DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI DAN HARGA

BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1

Layer ini berhubungan dengan transmisi dari aliran bit yang tidak terstruktur melalui medium fisik; berhubungan

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG

WAN. Karakteristik dari WAN: 1. Terhubung ke peralatan yang tersebar ke area geografik yang luas

PERCOBAAN 1 SUBSCRIBER MATCHING UNIT

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

MULTIPLEKS VI.1 PENGERTIAN UMUM

KOMUNIKASI DATA. DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI Yuyun Siti Rohmah, ST., MT

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 193 /DIRJEN/2005 T E N T A N G

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT STANDARDISASI POS DAN TELEKOMUNIKASI

Telepon secara konvensional adalah untuk komunikasi suara, namun demikian telah banyak telepon yang difungsikan untuk komunikasi data.

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT TROPOSCATTER

Common Channel Signalling

DASAR TEKNIK TELEKOMUNIKASI

BAB III SENTRAL TELEPON DIGITAL EWSD. Electronic Wahler System Digital (EWSD) atau Digital Electronic Switching

1. Adaptive Delta Modulation (ADM) Prinsip yang mendasari semua algoritma ADM adalah sebagai berikut:

Bab 6 Interface Komunikasi Data

KOMUNIKASI DATA Teknik Pengkodean Sinyal. Fery Antony, ST Universitas IGM

BAB II TEORI PENUNJANG

This PDF is Created by Simpo Word to PDF unregistered version -

BAB III PARAMETER ELEKTRIS JARLOKAT

Komputer, terminal, telephone, dsb

BAB III IMPLEMENTASI DAN PERENCANAAN

Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS

MULTIPLEX PDH ( PLESIOCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY) ISSUED

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Oleh : Nila Feby Puspitasari

Teknik MULTIPLEXING. Rijal Fadilah S.Si Program Studi Teknik Informatika STMIK Balikpapan Semester Genap 2010/2011

DTG2F3. Sistem Komunikasi. Siskom Digital ADC, SOURCE CODING, MULTIPLEXING. By : Dwi Andi Nurmantris

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DAFTAR LAYANAN INTERKONEKSI YANG DITAWARKAN

ANALISIS KINERJA BASIC RATE ACCESS (BRA) DAN PRIMARY RATE ACCESS (PRA) PADA JARINGAN ISDN

BAB II TEORI PENDUDUKUNG

JARINGAN AKSES PSTN (Public Switch Telephone Network) Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP)

PERCOBAAN I. ENCODER DAN DECODER PCM (Pulse Code Modulation)

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT STANDARDISASI POS DAN TELEKOMUNIKASI

Pokok Bahasan 6. Multiplexing

Sebelum memasang kabel ini,anda harus mengetahui kategori dari kabel UTP (Unshelded Twisted Pair), Ada 7 kategori dari kabel ini Antara lain:

William Stallings Komunikasi Data dan Komputer Edisi ke 7. Teknik Komunikasi Data Digital

Quality of Service. Sistem Telekomunikasi Prodi S1 Informatika ST3 Telkom Purwokerto

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~

SYNCRONOUS DIGITAL HIERARCHY

Latihan Soal dan Pembahasan SOAL A

BAB II LANDASAN TEORI

2. Pentingnya QoS Ada beberapa alasan mengapa kita memerlukan QoS, yaitu:

ISDN. (Integrated Service Digital Network) -Overview - Prima K - PENS Jaringan Teleponi 1 1

Voice over Internet Protocol Kuliah 6. Disusun oleh : Bambang Sugiarto

Teknik Encoding. Data digital, sinyal digital Data analog, sinyal digital Data digital, sinyal analog Data analog, sinyal analog

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB III LANDASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Teknologi Telekomunikasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS PERFORMANSI PERANGKAT SIEMENS RADIO ACCESS LOW CAPACITY

MEDIA TRANSMISI. Budhi Irawan, S.Si, M.T

Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 3 Penjamakan Digital

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI PT. HUTCHISON 3 INDONESIA EXECUTIVE SUMMARY

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI DIREKTORAT STANDARDISASI POS DAN TELEKOMUNIKASI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR: 96/DIRJEN/2008 TENTANG

Jaringan Telekomunikasi dan Informasi FEG2E3

BAB II DASAR TEORI. sebagian besar masalahnya timbul dikarenakan interface sub-part yang berbeda.

Sistem Transmisi Telekomunikasi Kuliah 1 Pendahuluan

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perangkat yang berfungsi sebagai transmitter dan receiver melalui suatu sistem

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

Synchronous Optical Networking SONET

ISDN. (Integrated Services Digital Network)

TUGAS BESAR KINERJA TELEKOMUNIKASI NEXT GENERATION NETWORK PERFORMANCE (NGN) QoS ( Quality Of Service ) Dosen Pengampu : Imam MPB, S.T.,M.T.

TEE 843 Sistem Telekomunikasi. Review and Summary. Muhammad Daud Nurdin Jurusan Teknik Elektro FT-Unimal Lhokseumawe, 2016

Bab 9. Circuit Switching

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

MULTIPLEXING Komunikasi Data. Muhammad Zen Samsono Hadi, ST. MSc. Lab. Telefoni Gedung D4 Lt. 1

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

Jaringan Komputer Data Encoding Data Enc

BAB III LANDASAR TEORI

Nama Matakuliah : Transmisi Telekomunikasi Kode/SKS : TEL 388/2 Semester : Genap 2004/2005 (untuk mahasiswa semester 6)

MULTIPLEXING. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

PERSYARATAN TEKNIS PERANGKAT ENCODER INTERNET PROTOCOL TELEVISION

Pengantar Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)

Transkripsi:

DOKUMEN PENAWARAN INTERKONEKSI DOKUMEN PENDUKUNG D: SPESIFIKASI TEKNIS PT. XL AXIATA,Tbk 2014

DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN... 1 2. SPESIFIKASI INTERFACE FISIK DAN KELISTRIKAN... 2 2.1 Port Masukan Dan Port Keluaran... 2 2.2 Interferensi... 2 2.3 Jitter... 3 2.4 Wander... 3 2.5 Sinkronisasi Jaringan... 3 2.6 Karakteristik Fungsional Interface... 3 2.7 Keselamatan dan Perlindungan... 4 3. SPESIFIKASI INTERFACE SIGNALING CCS N0. 7... 5 3.1 Daftar Layanan Yang Dapat Disediakan... 5 3.2 Jenis Pensinyalan Yang Dipergunakan... 5 3.3 Opsi-Opsi Pensinyalan Yang Dipergunakan... 5 4. SPESIFIKASI INTERFACE TRANSMISI... 6 4.1 Overall Loss... 6 4.1.1 Loudness rating (LR)... 6 4.1.2 Pendistribusian dari Overall Loudness Rating (OLR)... 6 4.2 Echo Loss... 7 4.3 Stability Loss... 7 4.4 Quantising Distortion Unit (QDU)... 8 4.5 Coding Standard... 8 4.6 Noise... 8 4.7 Attenuation Distortion... 9 4.8 Group Delay Distortion... 9 4.9 Sidetone Masking Rating Pelanggan Telephoni XL... 9 4.10 Errors Performance... 9 5. SPESIFIKASI INTERFACE SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (SDH)... 10 5.1 Kebutuhan Interkoneksi... 10 5.2 Karakteristik Fungsional Interface 2 Mbit/s... 10 6. SPESIFIKASI INTERFACE PLESIOCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (PDH). 11 6.1 Kebutuhan Interkoneksi... 11 6.2 Karakteristik Fungsional Interface 2 Mbit/s... 11 Dokumen Pendukung D : Spesifikasi Teknis Hal ii

7. SPESIFIKASI INTERFACE TRANSMISI SATELIT... 12 7.1 Kebutuhan Interkoneksi... 12 7.2 Karakteristik Fungsional Interface 2 Mbit/s... 12 Dokumen Pendukung D : Spesifikasi Teknis Hal iii

1. PENDAHULUAN 1. Dokumen Pendukung D terdiri dari beberapa Dokumen Spesifikasi Teknis yang merupakan bagian dari Perjanjian Interkoneksi, yang terdiri dari : a. Spesifikasi Interface Fisik dan Kelistrikan; b. Spesifikasi Interface Signaling CCS No. 7; c. Spesifikasi Interface Transmisi; d. Spesifikasi Interface Synchronous Digital Hierarchy (SDH). e. Spesifikasi Interface Plesiochronous Digital Hierarchy (PDH) f. Spesifikasi Interface Transmisi Satelit. 2. Spesifikasi Teknis mengacu kepada dokumen Rencana Dasar Teknis Nasional (FTP Nasional) dan standar internasional yang berlaku. Catatan : Penyelenggara Kedua dapat mengusulkan spesifikasi tambahan berdasarkan alasan yang layak sebagai akibat dari kebutuhan sistemnya untuk disepakati bersama. Dokumen Pendukung D : Spesifikasi Teknis Hal 1

2. SPESIFIKASI INTERFACE FISIK DAN KELISTRIKAN 2.1 Port Masukan Dan Port Keluaran 1. Interkoneksi secara fisik terjadi antara Circuit Termination Unit (CTU) penyelenggara jaringan telekomunikasi satu dengan sentral (switch), Digital Distribution Frame (DDF) atau interface optik penyelenggara jaringan telekomunikasi lain melalui kabel koaxial 75 ohm atau serat optik. 2. Penggunaan kabel koaxial harus mengikuti Rekomendasi ITU-T G703 dengan redaman tidak boleh melebihi 6 db pada 1.024 khz. Spesifikasi untuk port keluaran dan port masukan harus mengikuti butir 2 dan 3 berturut-turut dari Rekomendasi ITU-T G.703 sebagai berikut : 3. Spesifikasi untuk Port Masukan a. Sinyal digital masuk pada port input melalui saluran transmisi atau Link Interkoneksi. Redaman pada Link Interkoneksi pada frekuensi 1024 khz berada pada range 0 s/d 6 db. Redaman ini harus dimasukan dalam perhitungan loss yang terjadi dalam peralatan DDF. b. Return loss pada port input harus mengikuti persyaratan minimum sebagai berikut : Frequency range (khz) Return loss (db) 2051 to 3102 12 2102 to 2048 18 2048 to 3072 14 4. Spesifikasi untuk Port Keluaran Bit rate Line code Over voltage Protection Load Impedance Mask of the pulse Maximum peak to peak jitter 2048 Kbps +/- 50 ppm High density bipolar of order 3 (HDB3) mengacu pada annex B ITU-T G703 75 ohms resistive koneksi ke interface electrical 120 0hms koneksi ke DDF ITU-T G703 mengacu pada clause 2/ G823 5. Penggunaan serat optik dengan interface STM-1 atau STM-4 harus memenuhi Rekomendasi Teknik yang ditentukan pada Spesifikasi Interface Synchronous Digital Hierarchy (SDH). 2.2 Interferensi Port masukan harus dapat mentolerir tanpa terjadi kesalahan interferensi dari sinyal uji standar non synchronous sesuai dengan Rekomendasi ITU-T O.151 tentang Error Performance Measuring Equipment untuk sistem Digital pada Dokumen Pendukung D : Spesifikasi Teknis Hal 2

Primary Bit Rate dan di atasnya, pada tingkat 18 db lebih rendah dari sinyal yang diinginkan. 2.3 Jitter 1. Jitter adalah variasi dalam jangka pendek yang tidak kumulatif saat (instant) signifikan suatu sinyal digital dari posisinya yang ideal pada skala waktu. 2. Toleransi untuk Jiter pada port masukan harus sesuai dengan 3.1.1 pada Rekomendasi ITU-T G.823. 3. Jitter maksimum yang masih dapat ditolerir pada port keluaran tidak boleh mencapai 0,05 Unit Interval (UI) yang dihitung pada interval frekuensi dari 20 Hz sampai 100 khz. 4. Pengukuran jitter harus dilakukan sesuai dengan Rekomendasi ITU-T O.171 dan masing-masing penyelenggara yang akan berinterkoneksi harus saling bekerjasama dalam menerapkan metoda pengujian seperti yang dijelaskan pada Rekomendasi ITU-T G.823. 2.4 Wander 1. Wander adalah variasi dalam jangka panjang yang tidak kumulatif saat (instant) signifikan suatu sinyal digital dari posisinya yang ideal pada skala waktu. 2. Toleransi untuk wander pada port masukan harus sesuai dengan Butir 3.1.1 pada Rekomendasi ITU-T G.823. 2.5 Sinkronisasi Jaringan 1. Jaringan digital milik para pihak harus dioperasikan secara sinkron agar pelayanan dapat diselenggarakan dengan mutu yang memenuhi syarat. Untuk mencapai hal tersebut, sinkronisasi jaringan harus memenuhi Rekomendasi ITU-T G.811, G.812 dan G.822. 2. Ketentuan selengkapnya mengenai sinkronisasi tercantum pada Rencana Dasar Teknis Nasional (FTP Nasional) mengenai Rencana Sinkronisasi. 2.6 Karakteristik Fungsional Interface Karakteristik interface 2 Mbit/s yang digunakan para pihak harus sesuai dengan Rekomendasi ITU-T G.704 dan ITU-T G.706. Penambahan-penambahan fungsional dilakukan sesuai dengan kondisi jaringan yang ada. Dokumen Pendukung D : Spesifikasi Teknis Hal 3

2.7 Keselamatan dan Perlindungan 1. Keselamatan Dan Perlindungan Terhadap Tegangan Tinggi Guna melindungi keselamatan personil dan peralatan pada ke dua sisi Titik Interkoneksi, maka para pihak harus menyediakan proteksi bagi peralatan transmisi terhadap tegangan tinggi. 2. Keselamatan Dan Perlindungan Terhadap Bahaya Radiasi Peralatan radio yang digunakan para pihak harus dapat memberikan perlindungan terhadap personil kedua belah pihak dari bahaya radiasi yang mungkin timbul. Dokumen Pendukung D : Spesifikasi Teknis Hal 4

3. SPESIFIKASI INTERFACE SIGNALING CCS N0. 7 3.1 Daftar Layanan Yang Dapat Disediakan 1. Message Transfer Part (MTP) sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam ITU-T rec Q.701 Q.709. 2. User Part (UP) dan Application Part (AP) sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam ITU-T rec Q.767. 3.2 Jenis Pensinyalan Yang Dipergunakan Pensinyalan yang dipergunakan oleh para pihak meliputi : 1. Pensinyalan antar jaringan, menyangkut kerjasama antar jaringan yang umumnya melibatkan jaringan tetap dan jaringan bergerak. 2. Pensinyalan antara perangkat pelanggan dan jaringan, menyangkut kerjasama antar perangkat pelanggan dan jaringan (akses pelanggan). 3.3 Opsi-Opsi Pensinyalan Yang Dipergunakan 1. Dalam hal Para Pihak mempunyai opsi-opsi lain mengenai pensinyalan yang digunakan, maka Para Pihak tersebut dapat menggunakannya sesuai kesepakatan. 2. Tata cara permohonan dan penggunaan opsi-opsi tambahan dalam sistem pensinyalan CCS No.7 (TDM) atau Sigtran (CCS No.7 over IP) yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan dalam Pertemuan Teknis. Dokumen Pendukung D : Spesifikasi Teknis Hal 5

4. SPESIFIKASI INTERFACE TRANSMISI Parameter-parameter yang ditetapkan untuk menjelaskan spesifikasi interface transmisi adalah : 1. Overall Loss 2. Echo Loss 3. Stability Loss 4. Quantising Distortion Unit (QDU) 5. Coding Standard 6. Noise 7. Attenuation Distortion 8. Group Delay Distortion 9. Sidetone Masking Rating 10. Error Performance. 4.1 Overall Loss 4.1.1 Loudness rating (LR) 1. Prinsip dasar penentuan LR dan batasan untuk overall loss dalam persyaratan LR dapat dilihat dalam rekomendasi ITU-T P.76. 2. Send Loudness Rating (SLR) dan Receive Loudness Rating (RLR) adalah indikator mutu transmisi antara pesawat telepon dan titik referensi di jaringan. Pada antarmuka digital untuk Interkoneksi dua jaringan, level-relatif titik referensinya sama dengan 0 dbr. 3. Batas-batas LR relatif terhadap titik 0 dbr untuk semua jaringan di Indonesia yang mengadakan Interkoneksi dengan jaringan lain atau dengan jaringan internasional, ditunjukkan dalam Tabel berikut : Batas LR Sentral Telepon Digital Maksimum (db) Minimum (db) SLR 10 6 RLR 4 0 OLR (opt) 12 8 4.1.2 Pendistribusian dari Overall Loudness Rating (OLR) 1. Kebutuhan End-to-end Dokumen Pendukung D : Spesifikasi Teknis Hal 6

XL dan Penyelenggara Kedua akan berusaha untuk menjaga nilai redaman (loss) tidak melebihi batasan yang direkomendasikan dalam Rencana Dasar Teknis Nasional (FTP Nasional). 2. GSM Loudness Control XL dan Penyelenggara Kedua akan menggunakan kontrol digital dalam sentral jaringan bergerak untuk mengontrol nilai Send Loudness Rating (SLR) dan Receive Loudness Rating (RLR). 3. RLR dan Volume kontrol GSM untuk Penerimaan Penggunaan setiap control volume dari pengontrolan penerimaan dari pelanggan tidak boleh mengurangi RLR yang telah ditetapkan untuk tujuan perencanaan. 4.2 Echo Loss 1. Ketentuan mengenai Echo loss digambarkan dalam rekomendasi ITU-T G122 (Influence of National Systems on Stability and Talker Echo in International Connections), dimana dalam rangka meminimasi pengaruh echo pada koneksi internasional direkomendasikan bahwa distribusi dari echo loss (a-b) untuk populasi dari panggilan internasional aktual yang melalui sistem nasional seharusnya tidak kurang dari 15 + n db dengan standar deviasi tidak melebihi V(9 + 4n), dimana n adalah jumlah dari analogue dan mixed analogue-digital 4-wire circuit dalam jaringan nasional. 2. XL dan Penyelenggara Kedua akan menggunakan disain transmisi yang dapat menghindari echo loss pada saat koneksi antara Sentral Gerbang XL dan Penyelenggara Kedua. 3. CPE (Customer Premises Equipment) yang dihubungkan melalui 2 interface kabel dapat berpengaruh terhadap pada echo loss, terutama CPE yang memiliki impedansi sebesar 600 ohms. 4. CPE dan jaringan Pelanggan akan menjadi bagian yang paling besar dalam echo loss dalam kasus koneksi 4 kabel ke Jaringan XL dan Penyelenggara Kedua. XL dan Penyelenggara Kedua menetapkan echo yang dibangkitkan dari CPE sebesar 20 db. a. GSM Echo Loss : Echo loss didalam kondisi operasi untuk GSM harus minimal sebesar 46 db berdasarkan pada koneksi switch dengan semua kontrol volume pelanggan diset sampai pada posisi keluaran yang maksimum. Rekomendasi ITU-T G165 (Echo Cancellers) memberikan panduan untuk performansi dari peralatan echo loss ketika dirubah kedalam sebuah koneksi. b. Echo Control GSM : XL dan Penyelenggara Kedua harus menerapkan proteksi echo. 4.3 Stability Loss Dokumen Pendukung D : Spesifikasi Teknis Hal 7

1. CPE yang dihubungkan melalui 2 (dua) interface kabel akan mengakibatkan efek yang signifikan pada stability loss. Untuk tujuan perencanaan, XL dan Penyelenggara Kedua harus menetapkan apakah sirkit terbuka (open circuit) atau kondisi hubungan pendek (short circuit condition) pada Network Terminating Point (NTP) 2 kabel. 2. CPE dan jaringan Pelanggan akan menjadi bagian penting dalam menetapkan stability loss dalam persoalan koneksi 4 kabel kepada Jaringan XL dan Penyelenggara Kedua. Untuk tujuan perencanaan XL dan Penyelenggara Kedua menetapkan bahwa stability loss CPE sebesar 6 db. Jika stability loss untuk CPE kurang dari 6 db akan mengakibatkan osilasi. 4.4 Quantising Distortion Unit (QDU) 1. Dalam jaringan digital sinyal analog (suara) dikonversikan menjadi sinyal digital dan akhirnya dikonversikan kembali menjadi sinyal analog sesuai dengan Rekomendasi G.711. Satu kali konversi analog-digital-analog dapat menimbulkan distorsi yang masih dalam batas-batas toleransi. Tetapi bila hal itu terjadi beberapa kali pada suatu panggilan, karena harus melalui jaringan campuran analog dan digital, distorsinya bertambah sehingga dapat melewati batas toleransi. Intensitas distorsi yang disebabkan oleh kuantisasi yang disebutkan di atas dinyatakan dalam satuan QDU (quantizing distortion unit). 2. XL dan Penyelenggara Kedua setuju bahwa distorsi jaringan pelanggan tidak boleh lebih dari 2,5 QDU. Sedangkan untuk hubungan internasional, Rekomendasi ITU-T G.113 mengatakan bahwa dalam hubungan internasional antar jaringan-jaringan tetap distorsi yang disebabkan oleh kuantisasi tidak boleh melebihi 14 QDU. 4.5 Coding Standard Pada interface digital diperlukan informasi analog yang dikodekan menggunakan 8 bit, karakteristik A-law. 4.6 Noise 1. Kekuatan untuk setiap tone harus 10 db lebih kecil dari kekuatan suara psophometric dalam sirkit (rekomendasi ITU-T P 11) 2. Rekomendasi ITU-T berikut harus dipenuhi dengan batasan-batasan yang wajar: a. Digital exchanges rekomendasi ITU-T Q 551 dan Q 554 b. PCM line system rekomendasi ITU-T G 712 c. GSM System ETSI 300 540. 3. Batasan dalam rekomendasi ITU-T G 123 diterapkan dalam mengontrol tingkat kebisingan untuk panggilan internasional. Dokumen Pendukung D : Spesifikasi Teknis Hal 8

4.7 Attenuation Distortion Dalam hal pengontrolan yang cukup untuk pengurangan distorsi, setiap komponen dari koneksi harus memiliki batasan distorsi. Rekomendasi ITU-T berikut ini digunakan untuk: 1. Digital exchanges Rekomendasi ITU-T Q 551 dan Q 554. 2. Digital line system Rekomendasi ITU-T G 712. 4.8 Group Delay Distortion 1. Digital exchanges Rekomendasi ITU-T Q 551 dan Q 554. 2. Digital line system Rekomendasi ITU-T G 712. 4.9 Sidetone Masking Rating Pelanggan Telephoni XL Sidetone masking rating adalah handset (CPE) yang dihubungkan ke titik terminasi Jaringan XL adalah sebesar 7 db. 4.10 Errors Performance 1. Error performance dalam jaringan digital adalah merupakan kunci yang penting dalam menentukan performansi layanan digital dan layanan analog end-to-end yang didukung oleh Jaringan XL dan Penyelenggara Kedua. 2. Prinsip alokasi dari rekomendasi ITU-T G 821 harus digunakan para pihak dalam menentukan error untuk sistem transmisi individual. Dokumen Pendukung D : Spesifikasi Teknis Hal 9

5. SPESIFIKASI INTERFACE SYNCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (SDH) 1. Hirarki digital sistem SDH yang dipergunakan harus memenuhi rekomendasi ITU-T G.707 G.709, G.781 G.784, dan G.957 G.958. 2. Struktur SDH yang digunakan di Indonesia dengan memakai C-12, TUG 2, TUG-3 dan VC-4 tercantum pada FTP Nasional yang berlaku. Selain itu, dimungkinkan juga digunakan E-3 sehingga bisa memakai C3, TUG-3, TUG-4 dan VC-4. 5.1 Kebutuhan Interkoneksi 1. Interface SDH antara sistem XL dan Penyelenggara Kedua harus sesuai dengan ketentuan FTP Nasional yang berlaku, dan harus memenuhi rekomendasi ITU-T G 707- G 709, G.781-G.784, dan G.957 G.958. 2. Penyelenggara Kedua harus memberikan pernyataan kesanggupan memenuhi rekomendasi tersebut pada butir 1. Pernyataan kesanggupan tersebut harus di konfirmasi terlebih dahulu dengan XL untuk di check ulang apakah system SDH Penyelenggara Kedua sudah sesuai dengan standar yang dimiliki oleh XL. 5.2 Karakteristik Fungsional Interface 2 Mbit/s Karakteristik fungsional dari interface 2 Mbit/s yang digunakan para pihak harus sesuai dengan yang telah dispesifikasikan dalam Dokumen Pendukung A: Perencanaan dan Operasi. Dokumen Pendukung D : Spesifikasi Teknis Hal 10

6. SPESIFIKASI INTERFACE PLESIOCHRONOUS DIGITAL HIERARCHY (PDH) 1. Hirarki digital sistem PDH yang dipergunakan harus memenuhi rekomendasi ITU-T terkait, diantaranya G.797, G.812, G.832, G.981, M 2110, M.2120 dan O.171. 2. Struktur PDH yang digunakan di Indonesia dengan memakai C-12, TUG 2, TUG-3 dan VC-4 tercantum pada ketentuan FTP Nasional yang berlaku. 6.1 Kebutuhan Interkoneksi 1. Interface PDH antara sistem XL dan Penyelenggara Kedua harus sesuai dengan ketentuan FTP Nasional yang berlaku dan harus memenuhi rekomendasi ITU-T G 707- G 709, G.781-G.784, dan G.957 G.958. 2. Penyelenggara Kedua harus memberikan pernyataan kesanggupan untuk memenuhi rekomendasi tersebut pada butir 1. Pernyataan kesanggupan tersebut harus di konfirmasi dengan XL untuk di check ulang apakah system PDH Penyelenggara Kedua sudah sesuai dengan standar yang dimiliki oleh XL. 6.2 Karakteristik Fungsional Interface 2 Mbit/s Karakteristik fungsional dari interface 2 Mbit/s yang digunakan para pihak harus sesuai dengan yang telah dispesifikasikan dalam Dokumen Pendukung A: Perencanaan dan Operasi. Dokumen Pendukung D : Spesifikasi Teknis Hal 11

7. SPESIFIKASI INTERFACE TRANSMISI SATELIT Spesifikasi interface Transmisi satelit yang digunakan para pihak untuk Link Interkoneksi harus memenuhi rekomendasi ITU yang terkait. 7.1 Kebutuhan Interkoneksi 1. Interface transmisi satelit antara sistem XL dan Penyelenggara Kedua harus sesuai dengan ketentuan FTP Nasional yang berlaku dan juga harus memenuhi rekomendasi ITU terkait. 2. Penyelenggara Kedua harus memberikan pernyataan kesanggupan memenuhi rekomendasi pada butir 1. Pernyataan kesanggupan tersebut harus di konfirmasi terlebih dahulu dengan XL untuk di check ulang apakah sistem transmisi satelit yang digunakan sudah sesuai dengan standar yang dimiliki oleh XL. 7.2 Karakteristik Fungsional Interface 2 Mbit/s Karakteristik fungsional dari interface 2 Mbit/s yang digunakan para pihak harus sesuai dengan yang telah dispesifikasikan dalam Dokumen Pendukung A: Perencanaan dan Operasi. Dokumen Pendukung D : Spesifikasi Teknis Hal 12