GAMBARAN INDIKASI PENCABUTAN GIGI DALAM PERIODE GIGI BERCAMPUR PADA SISWA SMP NEGERI 1 LANGOWAN

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG PENCABUTAN GIGI DI SMP NEGERI 2 LANGOWAN

GAMBARAN PENGETAHUAN PENCABUTAN GIGI SISWA SMA NEGERI 1 SANG TOMBOLANG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

PROFIL INDIKASI PENCABUTAN GIGI DI RSGM UNSRAT TAHUN 2015

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENCABUTAN GIGI PADA MASYARAKAT KELURAHAN KOMBOS BARAT BERDASARKAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN

GAMBARAN PENCABUTAN GIGI MOLAR SATU MANDIBULA BERDASARKAN UMUR DAN JENIS KELAMIN DI BALAI PENGOBATAN RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT MANADO TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi dan radang gusi (gingivitis) merupakan penyakit gigi dan

STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PASIEN POLIKLINIK GIGI PUSKESMAS PANIKI BAWAH MANADO

STATUS KARIES PADA GIGI BERJEJAL DI SD NEGERI 12 TUMINTING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49

GAMBARAN STATUS KEBERSIHAN MULUT SISWA SD KATOLIK ST. AGUSTINUS KAWANGKOAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia. Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Indonesia

HUBUNGAN PENGETAHUAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT DENGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA SMA NEGERI 9 MANADO

BAB I PENDAHULUAN. dimana sebanyak 129,98 juta jiwa merupakan penduduk dengan jenis kelamin

KEBUTUHAN PERAWATAN ORTODONSI BERDASARKAN INDEX OF ORTHODONTIC TREATMENT NEED PADA SISWA KELAS II DI SMP NEGERI 2 BITUNG

HUBUNGAN STATUS EKONOMI DENGAN SIKAP PASIEN TERHADAP PERAWATAN GIGI TIRUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tindakan perawatan dalam bidang kedokteran gigi yang paling sering

STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA PENGGUNA GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASANDI RSGMP-PSPDG FK UNSRAT MANADO

GAMBARAN FAKTOR RISIKO DAN KOMPLIKASI PENCABUTAN GIGI DI RSGM PSPDG-FK UNSRAT

GAMBARAN PENGGUNAAN MATERIAL RESTORASI SEMEN IONOMER KACA DI POLI GIGI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MANADO

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y

Hubungan pengetahan kesehatan gigi dan mulut dengan status karies pada pemulung di tempat pembuangan akhir Sumompo Manado

DAFTAR GAMBAR. 2.1 Empat Faktor Utama Yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gambaran Klinis Karies Pada Daerah Occlusal...

PENGARUH PENDIDIKAN, PENGALAMAN PEMERIKSAAN DAN STATUS KESEHATAN GIGI ANAK TERHADAP PERILAKU IBU MEMERIKSAKAN KESEHATAN GIGI ANAK DI KOTA BUKITTINGGI

HUBUNGAN UMUR DAN SIKAP MENGENAI GIGI TIRUAN DENGAN LAMA PENGGUNAAN GIGI TIRUAN PADA PASIEN DI KLINIK GIGI ILHAM BANJARMASIN 2016

PERSEPSI MASYARAKAT KECAMATAN TOMPASO TERHADAP PEMAKAIAN GIGI TIRUAN

Status gingiva pada pasien pengguna gigi tiruan cekat di RSGM PSPDG Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado

*Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado Jl. R.W. Mongisidi Malalayang Manado

BAB I PENDAHULUAN. penyakit terbanyak di Indonesia (Depkes, 2014). Penduduk yang. Daerah (Riskesdas) oleh Departemen Kesehatan RI meningkat dari 23,2%

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PERAWATAN GIGI DAN MULUT DI PUSKESMAS BAHU

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS KARIES GIGI PADA SISWA SMP KRISTEN 67 MANADO

TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR 6 DAN 12 TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PENCEGAHAN KARIES GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI BALITA. Nawang Siwi Sayuti 1.

GAMBARAN PERAWATAN GIGI TIRUAN DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PRODI PENDIDIKAN DOKTER GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT TAHUN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu

DAFTAR ISI BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan prevalensi nasional untuk masalah gigi dan mulut di Indonesia

Determinan Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Di Pulau Nusa Penida, Klungkung, Bali

GAMBARAN KEBUTUHAN PERAWATAN KARIES GIGI DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN KRISTEN 3 TOMOHON

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: kecemasan dental, pencabutan gigi, mahasiswa program profesi pendidikan dokter gigi, rumah sakit gigi dan mulut maranatha.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI POLIKLINIK GIGI RSUD KABUPATEN BADUNG

PERBEDAAN EFEKTIFITAS MANAJEMEN NYERI PASCA EKSTRAKSI GIGI DI RSUD dr. SOEHADI PRIJONEGORO SRAGEN DAN PUSKESMAS SIDOHARJO SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat,

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

BAB I PENDAHULUAN. 25,9%, tetapi hanya 8,1% yang mendapatkan perawatan. 2

Gambaran Status Kebersihan Gigi dan Mulut pada Pengguna Alat Ortodontik Cekat di SMA Negeri 7 Manado

Perawatan ortodonti Optimal * Hasil terbaik * Waktu singkat * Biaya murah * Biologis, psikologis Penting waktu perawatan

INDEKS DEF-T PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK SEKOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA PROFESI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI TERHADAP PENGGUNAAN ANTIBIOTIK DI RSGMP UNSRAT MANADO

Gambaran status karies dan status gizi pada murid TK Kartika XX-16 Manado

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK PASIEN KEHILANGAN GIGI TETAP DENGAN MINAT PEMAKAIAN GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan kejadian Karies Gigi Siswa Sekolah Dasar Sumbersari Dan Puger Kabupaten Jember

Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Karies Molar Satu Permanen pada Murid Umur 6-12 Tahun SDN 26 Lamteumen Timur Kota Banda Aceh

Gambaran Kebutuhan Perawatan Karies Gigi pada Siswa Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Lembeh Selatan Kota Bitung

GAMBARAN STATUS KARIES PADA MURID SMP NEGERI 4 TOULUAAN KECAMATAN SILIAN RAYA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

PENGETAHUAN GURU PENJASKES DAN PERANANNYA DALAM PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG SEKAYAM KABUPATEN SANGGAU

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TENTANG PENCABUTAN GIGI DI DESA MOLOMPAR UTARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

GAMBARAN KARAKTERISTIK DAN PENYEBAB PENCABUTAN GIGI SULUNG DI PUSKESMAS PANIKI BAWAH KOTA MANADO PADA TAHUN 2012

Kata kunci : pengetahuan, sikap, perilaku, perawatan ortodontik cekat, pasien ortodontik

ABSTRAK. Kata kunci: gigi impaksi, keadaan patologis, tindakan preventif, penatalaksanaan

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSEPSI REMAJA PUTRI, DAN PERAN KELUARGA DENGAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI TAHUN 2014

Gambaran Status Kebersihan Gigi dan Mulut pada Pengidap HIV/AIDS di Yayasan Batamang Plus Bitung

GAMBARAN TINGGINYA ANGKA KARIES GIGI PADA SD BINAAN PELAYANAN ASUHAN DI WILAYAH KOTA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 5 Nomor 1, Februari 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki permasalahan pada gigi dan mulut sebesar 25,9%,

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. anak itu sendiri. Fungsi gigi sangat diperlukan dalam masa kanak-kanak yaitu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lengkung rahang dan kadang-kadang terdapat rotasi gigi. 1 Gigi berjejal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan fisik berperan dalam menimbulkan kepercayaan diri

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

GAMBARAN PERAWATAN GIGI DAN MULUT PADA BULAN KESEHATAN GIGI NASIONAL PERIODE TAHUN 2012 DAN 2013 DI RSGMP UNSRAT

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 4, Nomor 3, Juli 2016 (ISSN: )

GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA KELAS XII SMA NEGERI 7 MANADO TENTANG KATARAK.

PERBANDINGAN STATUS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUTPADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS SLB-B DAN SLB-C KOTA TOMOHON

Gambaran status kebersihan gigi dan mulut pada pengidap HIV/AIDS di Yayasan Batamang Plus Manado

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk gigi tiruan cekat (fixed) atau gigi tiruan lepasan (removable). Salah

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Keberadaan penyakit-penyakit ini seringkali diabaikan oleh masyarakat

Jurnal Care Vol.5, No2,Tahun 2017

Pengaruh nilai intelligence quotient (IQ) terhadap status karies gigi siswa di SMA Binsus Manado

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

STATUS KEPARAHAN KARIES GIGI PADA MURID SEKOLAH DASAR DI DAERAH TERTINGGAL DAN DAERAH PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

PERSEPSI PASIEN PENGGUNA GIGI TIRUAN LEPASAN BERBASIS AKRILIK YANG MENGGUNAKAN JASA DOKTER GIGI DI KOTAMOBAGU

Transkripsi:

GAMBARAN INDIKASI PENCABUTAN GIGI DALAM PERIODE GIGI BERCAMPUR PADA SISWA SMP NEGERI 1 LANGOWAN 1 Inka J. Fenanlampir 2 Ni Wayan Mariati 2 Bernat Hutagalung 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi 2 Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Email: Inka_fenanlampir@yahoo.com Abstract: Tooth extraction is a process of alveolar dental expenditure, where the tooth is already not possible care anymore. Tooth period is a period of transition when mixed with the date and time of the growth of baby teeth and permanent teeth is considered as vulnerable age and become determinants The purpose of this study was to describe the periods of tooth indication at mixed period on student of SMP Negeri 1 Langowan. Descriptive cross-sectional study with a sample size of 257 students was employed using stratified random sampling technique. The results showed that students who have an indication of tooth extraction on the persistence of mixed tooth period is about 36 students (14%) and students who have dental caries which is an indication of the revocation period is relatively large mixed with 149 students (57.9%). Remained tooth root as indicative of the rest of the students in the revocation mixed period with relatively small teeth it about149 students (25.2%) and the percentage of supernumerary teeth is an indication of the students in the revocation period is relatively small mixed is about 7 students (2.7 %). Keywords: indication of tooth extraction, tooth mixed period. Abstrak: Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Periode gigi bercampur yaitu masa peralihan saat tanggalnya gigi susu dan saat tumbuhnya gigi tetap dan merupakan usia yang dianggap rawan dan penentu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran indikasi pencabutan gigi dalam periode gigi bercampur pada siswa SMP Negeri 1 Langowan. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan cross sectional study dengan jumlah sampel sebanyak 257 siswa yang diambil dengan teknik Stratified random sampling.hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki indikasi pencabutan gigi persistensi pada periode gigi bercampur sebesar 36 siswa (14%) dan siswa yang memiliki gigi karies yang merupakan indikasi pencabutan pada periode gigi bercampur sebesar yaitu 149 siswa (57,9%). Pada persentase sisa akar yang merupakan indikasi pencabutan pada siswa dalam periode gigi bercampur yaitu sebesar 149 siswa (25,2%) dan persentase supernumerary teeth yang merupakan indikasi pencabutan pada siswa dalam periode gigi bercampur sebesar 7 siswa (2,7%). Kata kunci: indikasi pencabutan gigi, periode gigi bercampur Pembangunan bidang kesehatan gigi dan mulut pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal oleh karena derajat kesehatan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap sumber daya manusia. 1,2 Upaya pemberian pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat umumnya berupa pencabutan gigi. Tindakan pencabutan gigi merupakan hal yang sering

dilakukan oleh seorang dokter gigi pada praktik sehari-hari. Tindakan ini merupakan hal yang biasa dilakukan dengan prosedur rutin pada pasien, oleh karena pencabutan gigi merupakan cara termudah dan terbaik untuk menghilangkan sakit gigi apabila gigi tersebut tidak dapat dipertahankan lagi. 3,4 Siswa Sekolah Menengah Pertama merupakan puncaknya periode gigi bercampur karena berada pada usia 11 13 tahun dengan tanggalnya gigi susu dan bertumbuhnya gigi caninus atas, premolar dan molar kedua. Dengan berakhirnya periode gigi bercampur ini, para siswa sebenarnya harus mengetahui keadaan giginya karena kelainan-kelainan gigi yang telah terjadi pada masa periode gigi bercampur harus segera dilakukan perawatan untuk mencegah kelainan gigi yang lebih parah. Penelitian yang pernah dilakukan kepada siswa Sekolah Menengah Pertama di Kota Bandung pada tahun 2011 didapatkan bahwa berbagai kelainan gigi geligi yang ditemukan pada siswa Sekolah Menengah Pertama yang berada pada masa periode gigi bercampur. Kelainan yang paling umum ditemui yaitu maloklusi yang disebabkan karena persistensi dari gigi susu yang tidak dicabut, gigi karies serta adanya supernumerary teeth pada beberapa siswa. Pada keadaan ini pencabutan gigi merupakan salah satu solusi dari kelainan-kelainan gigi yang telah terjadi. 5 Survei awal yang telah dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Langowan yang merupakan salah satu Sekolah Menengah Pertama di Kota Langowan Provinsi Sulawesi Utara didapatkan bahwa berbagai kelainankelainan gigi dan mulut seperti karang gigi, gigi berjejal, gigi diastema, gigi karies, gusi bengkak karena gigi karies dan berbagai kelainan lainnya yang mungkin disebabkan oleh karena gigi yang telah karies profunda, sisa akar, persistensi maupun adanya supernumerary teeth yang tidak dicabut. Hasil survei awal yang telah dilakukan kepada beberapa siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Langowan ini, dapat diketahui bahwa berbagai kelainankelainan gigi dan mulutnya yang harus segera dilakukan perawatan apalagi pada siswa Sekolah Menengah Pertama merupakan puncaknya pertumbuhan periode gigi bercampur, sehingga kelainan-kelainan gigi dan mulut yang telah terbentuk selama periode gigi bercampur dapat dideteksi dan dapat segera dilakukan perawatan. Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Langowan yang berada di Kota Langowan merupakan sekolah dengan jumlah siswa terbanyak di Kota Langowan dan daerah ini merupakan daerah yang sementara berkembang pesat di provinsi Sulawesi Utara dari segi perekonomian dan infrastruktur. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian deskriptif mengenai gambaran indikasi pencabutan gigi dalam periode gigi bercampur pada siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Langowan. BAHAN DAN METODE Penelitian yang dilakukan yaitu penelitian deksriptif dengan menggunakan pendekatan desain penelitian cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Langowan pada bulan Mei-Juni 2014. Populasi penelitian yaitu seluruh siswa SMP Negeri 2 Langowan usia 11-13 tahun yang berjumlah 730 siswa. Sampel pada penelitian ini seharusnya sebanyak 259 siswa orang berdasarkan perhitungan Slovin, namun tersisa 257 siwa karena 2 siswa di drop out, teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Stratified Random Sampling. Data diolah berdasarkan distribusi frekuensi dan disajikan dalam bentuk tabel yang di analisis secara deskriptif berdasarkan hasil persentase. HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini, indikasi pencabutan gigi dalam periode gigi bercampur ditentukan melalui pemeriksaan mengetahui angka kejadian dari persistensi, karies gigi, sisa akar, supernumerary teeth menggunakan odontogram. Data mengenai distribusi responden berdasarkan indikasi

Fenanlampir, Mariati, Hutagalung; Gambaran Indikasi Pencabutan Gigi... pencabutan gigi dalam periode gigi bercampur, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1. Distribusi siswa menurut jenis kelamin Tingkat Pengetahuan Skor Rata-rata Jumlah (n) Presentase (%) Pengetahuan baik 29,7 69 84,1 Pengetahuan sedang 24,5 13 15,9 Pengetahuan kurang 0 0 0 Total 54,2 82 100 Tabel 2. Distribusi siswa menurut umur Kelompok Umur Banyaknya Siswa 11 tahun 41 15,9 12 tahun 112 43,6 13 tahun 104 40,4 Jumlah 257 100 Tabel 3. Distribusi indikasi pencabutan gigi persistensi dalam periode gigi Bercampur Kelas Sampel Persistensi VII 102 21 20,6 VIII 106 11 10,3 IX 49 4 8,1 Jumlah 257 36 14,0 Tabel 4. Distribusi indikasi pencabutan gigi karies dalam periode gigi Bercampur Kelas Sampel Karies VII 102 54 52,9 VIII 106 63 59,4 IX 49 32 65,3 Jumlah 257 149 57,9 Tabel 5. Distribusi indikasi pencabutan gigi sisa akar dalam periode gigi bercampur Kelas Sampel Sisa akar VII 102 23 22,5 VIII 106 30 28,3 IX 49 12 24,4 Jumlah 257 65 25,2 Tabel 6. Distribusi indikasi pencabutan supernumerary teeth dalam periode gigi bercampur. Kelas Sampel Supernumerary teeth VII 102 4 3,9 VIII 106 2 1,8 IX 49 1 2 Jumlah 257 7 2,7

BAHASAN Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi.tindakan ini merupakan hal yang biasa dilakukan dengan prosedur rutin pada pasien, oleh karena pencabutan gigi merupakan cara termudah dan terbaik untuk menghilangkan sakit gigi apabila gigi tersebut tidak dapat dipertahankan lagi. 6 Pada periode ini banyak ditemukan kelainan gigi geligi diantaranya maloklusi yang disebabkan karena persistensi dari gigi susu yang tidak dicabut, gigi karies serta adanya supernumerary teeth pada beberapa siswa. Pada keadaan ini pencabutan gigi merupakan salah satu solusi dari kelainankelainan gigi yang telah terjadi. 7 Gambaran hasil penelitian di siswa SMP Negeri 1 Langowan menunjukkan bahwa dari 257 sampel terdapat 44,3% siswa yang berjenis kelamin laki-laki dan 55,7% siswa yang berjenis kelamin perempuan. Dari hasil penelitian menunjukkan pula bahwa kelompok umur 11 tahun merupakan sampel terbanyak dalam penelitian ini yaitu sebesar 43,6 %. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Risca Barel di RSGM Universitas Jember tahun 2013 bahwa kelompok umur 10 12 memiliki prevalensi yang tinggi untuk perawatan gigi dan mulut pada periode gigi bercampur, yaitu sebesar 35,2 % meskipun di temui perbedaan tempat penelitian dimana Risca Barel mengambil tempat penelitian di RSGM Universitas Jember tahun 2013, sedangkan pada penelitian ini mengambil tempat di anak sekolah menengah pertama. Pada siswa yang memiliki 8 umur 11 tahun merupakan puncaknya masa peralihan saat tanggalnya gigi susu dan saat tumbuhnya gigi tetap sehingga merupakan usia yang dianggap rawan dan penentu. Kelainan dan kerusakan yang telah terdeksi harus dengan segera dilakukan perawatan agar supaya kelainan dan kerusakan tersebut tidak akan berlanjut. Berbagai perawatan yang dapat dilakukan dalam periode gigi bercampur yang salah satunya adalah pencabutan gigi. 9,10 pencabutan gigi persistensi dalam periode gigi bercampur menunjukkan bahwa indikasi pencabutan gigi persistensi pada siswa SMP Negeri 1 Langowan dalam periode gigi bercampur tergolong kecil karena dari 257 siswa terdapat 14% yang memiliki gigi persistensi. Hasil penelitian ini dapat di bandingkan dengan Risca Barel di RSGM Universitas Jember tahun 2013 mendapatkan bahwa kasus pencabutan gigi persistensi pada periode gigi bercampur lebih sedikit dibandingkan dengan perawatan pencegahan dan kuratif yakni sebesar 28,4%. 8 Hasil yang berbeda dilaporkan oleh Rilly Ngangi di Balai Pengobatan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi tahun 2012 yang menunjukkan bahwa kasus pencabutan persistensi Merupakan kasus terbanyak pada anak-anak yaitu sebesar 62,89%. 11 Kelompok umur pada penelitian ini yaitu 11 13 tahun menunjukkan bahwa prevalensi persistensi hanya sedikit, sehingga hal ini dapat menunjukkan pula bahwa prevalensi persistensi kebanyakan berada di kelompok umur <11 tahun. Hal ini biasa disebabkan karena pada kelompok umur 11 13 tahun berada pada masa pra remaja sehingga tingkat pengetahuan terhadap kesehatan gigi dan mulut lebih baik dibandingkan dengan kelompok umur <11 tahun serta pada kelompok umur 11 13 tahun memiliki kemauan untuk melakukan pencabutan gigi yang sudah goyang pada dokter gigi ataupun dicabut sendiri. Persistensi dapat menyebabkan gigi berjejal, gigi diastema serta berbagai kelainan lainnya sehingga pencabutan harus segera 5 dilakukan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan bahwa gigi karies yang merupakan indikasi pencabutan pada siswa SMP Negeri 1 Langowan dalam periode gigi bercampur tergolong besar karena terdapat 57,9% siswa yang memiliki gigi karies. Hasil penelitian ini mendapatkan perbandingan dengan penelitian Fadhil

Fenanlampir, Mariati, Hutagalung; Gambaran Indikasi Pencabutan Gigi... Ulhum di RSGM Universitas Hasanudin Makasar tahun 2010 yang mengemukakan bahwa karies gigi merupakan salah satu indikasi pencabutan gigi yaitu sebesar 31,9%. Tingginya prevalensi gigi karies yang memiliki indikasi pencabutan pada siswa SMP Negeri 1 Langowan mungkin dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya oral hygiene yang buruk, kesadaran akan merawat gigi yang kurang, kurangnya dental health education (DHE), faktor ekonomi keluarga serta berbagai faktor lainnya. Menurut World Health Organization (WHO) di dunia, 60-90 % dari anak usia sekolah mengalami kerusakan gigi. 12 Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, mengemukakan bahwa terjadi peningkatan karies aktif pada penduduk Indonesia dibandingkan tahun 2007 lalu, yaitu dari 43,4% (2007) menjadi 53,2% (2013). Suatu peningkatan yang cukup tinggi jika dilihat dari besaran kesehatan masyarakat. Data RISKESDAS menunjukkan bahwa terjadi peningkatan karies aktif yang sangat siginifikan pada masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara yaitu dari 47,4% pada tahun 2007 menjadi 57% pada tahun 2013. Hal ini berarti kebutuhan perawatan gigi masyarakat Sulawesi Utara sangat tinggi namun kesadaran mereka untuk melakukan perawatan gigi masih sangat kurang. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa indikasi pencabutan sisa akar gigi dalam periode gigi bercampur pada siswa SMP Negeri 1 Langowan yaitu sebesar 25,2%. Pada penelitian Risca Barel di RSGM Universitas Jember tahun 2013 yang menunjukkan bahwa pencabutan gigi sisa akar pada periode gigi bercampur sebesar 18,1%. Sedangkan penelitian dari Fadhil Ulhum di RSGM Universitas Hasanudin Makasar tahun 2010 yang mengemukakan bahwa sisa akar merupakan indikasi pencabutan gigi yaitu sebesar 38,4%. Sisa akar merupakan keadaan hilangnya mahkota gigi oleh karena karies yang telah menghancurkan email gigi sehingga hanya tersisa akar gigi. Sisa akar gigi tidak baik untuk rahang, gusi dan juga kesehatan lainnya. Sisa akar gigi memicu pertumbuhan bakteri yang dapat menyerang jaringan dan 13 pembuluh darah gigi yang menyebabkan beberapa penyakit seperti radang gusi, kista, 13 tumor dan lain sebagainya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bahwa indikasi pencabutan supernumerary teeth pada siswa SMP Negeri 1 Langowan dalam periode gigi bercampur tergolong kecil karena hanya sebesar 2,7% dari siswa yang memiliki supernumerary teeth. Hal ini dapat dibandingkan dengan penelitian Safra Azhari di Bogor tahun 2010 bahwa pada anak usia sekolah yang memiliki supernumerary teeth sebesar 1,7%. 14 penelitan lain tentang supernumerary teeth di laporkan oleh Rilly Ngangi di Balai Pengobatan Rumah Sakit Gigi dan Mulut Universitas Sam Ratulangi Manado tahun 2012 yang menunjukkan bahwa pasien yang memiliki indikasi pencabutan supernumerary teeth sebesar 0,14%. 8 Berbagai masalah yang dapat dimunculkan pada keadaan supernumerary teeth yaitu diantaranya susunan gigi tidak rapi, mengganggu estetik terutama apabila gigi ini terdapat pada bagian depan, gangguan tumbuhnya gigi tetap, abses pada jaringan pendukung dan berbagai masalah lainnya. Oleh karenaitu, pada keadaan supernumerary teeth di indikasikan untuk 13 pencabutan gigi. Siswa Sekolah Menengah Pertama merupakan puncaknya periode gigi bercampur. Periode gigi bercampur yaitu masa peralihan saat tanggalnya gigi susu dan saat tumbuhnya gigi tetap dan merupakan usia yang dianggap rawan dan penentu. SIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persentase gigi persistensi yang merupakan indikasi pencabutan pada siswa SMP Negeri 1 Langowan dalam periode gigi bercampur sebesar 14%. Persentase gigi karies yang merupakan indikasi pencabutan pada siswa SMP Negeri 1 Langowan dalam periode gigi bercampur sebesar 57,9%. Persentase sisa akar yang merupakan indikasi pencabutan pada siswa SMP Negeri 1 Langowan dalam periode gigi bercampur

sebesar 25,2%. Persentase supernumerary teeth yang merupakan indikasi pencabutan pada siswa SMP Negeri 1 Langowan dalam periode gigi bercampur sebesar 2,7%. SARAN Bagi orang tua dan pihak sekolah agar dapat memberikan wawasan dan pengetahuan serta memberikan motivasi kepada siswa/i tentang pentingnya perawatan kesehatan gigi dan mulut sejak dini oleh karena pada periode gigi bercampur merupakan masa peralihan yang rawan terjadi berbagai kelainan gigi/. Perlu pengaktifan kembali UKS/UKG sekolah SMP Negeri 1 Langowan agar dapat membantu mensosialisasikan kepada setiap siswa/i tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut. DAFTAR PUSTAKA 1. Amir A. Hukum Kesehatan. Jakarta: Widya Medika; 2001. h. 1-3. 2. Hanafiah J, Amir A. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008 h. 25-8. 3. Fakultas Kedokteran UI. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius; 2005. h. 34-7. 4. Persatuan Ahli Bedah Mulut dan Maksilofasial Indonesia. Tindakan ekstraksi gigi pada pasien dengan penyulit penyakit sistemik. PABMI 2007 Feb;2. h. 72-3. 5. Panawar A. Seputar Kesehatan Gigi dan Mulut. Yogyakarta: Percetakan Andi Offset; 2013. h. 20-4. 6. Suharti C. Ilmu penyakit dalam Jilid II. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2006. h. 37-9. 7. Gandang perkasa A. Perkembangan balita anda. Journal Bandung; 2013.vol 23. hal 57-58. 8. Barel Risca. Gambaran Indikasi Perawatan Gigi dan Mulut di RSGM Universitas Jember. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember; 2013. (Skripsi). 9. Haryadi W. Pemeriksaan klinis gigi dan mulut. [online]. 2010 [cited 2014 Mar 05]; Available from URL: http://www.rekam kesehatan.com/pemeriksaan-klinis/. 10. Gordon W. Pedersen. Buku ajar praktis bedah mulut. Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1996. hal. 102-5. 11. Ngangi Rilly. Gambaran Pencabutan Gigi Di Balai Pengobatan Rumah Sakit Gigi Dan Mulut Universitas Sam Ratulangi. Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi; 2012. (Skripsi). 12. WHO (World Health Organization). Oral Health. [serial online]. 2012 [cited 2013 Apr 9] Available from URL:http://www. who.int/mediacentre/factsheets/fs318/en/ 13. Laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). DEPKES RI. 2013: 127-144. 14. Azhari Safra. Hubungan Pengetahuan dan Keadaan Gigi dan Mulut di SMA Negeri 06 Bogor. Univesitas Indonesia; 2010. (Skripsi).