LAPORAN SINGKAT =============================================================

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN SINGKAT. Tahun Sidang : Masa Persidangan : I Jenis Rapat : Rapat Kerja Komisi I DPR RI dengan Menteri Pertahanan Rapat ke :

LAPORAN SINGKAT I. PENDAHULUAN

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

LAPORAN SINGKAT I. PENDAHULUAN

LAPORAN SINGKAT I. PENDAHULUAN

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XIV/2016

BAB 4 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

LAPORAN SINGKAT I. PENDAHULUAN

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU APARATUR SIPIL NEGARA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Tahun Sidang : Masa Persidangan : IV : Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR RI dengan LPP RRI Hari, Tanggal : Senin, 20 April 2009

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI RUU TENTANG PENYIARAN

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006

KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN 2011

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151 TAHUN 2000 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Hari/Tanggal : Senin/22 Oktober 2012 : Pukul WIB s.d Selesai

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 130/PUU-VII/2009

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN SEPARATISME

Disampaikan oleh: Drs. Ali Mochtar Ngabalin, Msi. - Anggota No.A- 12

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 116/PUU-XII/2014

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 53/PUU-XV/2017

: Menteri Dalam Negeri, Kepala BNPP, Ketua KPU, Ketua Bawaslu

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI DEMOKRAT T E R H A D A P RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG OMBUDSMAN

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

MODEL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA SALATIGA) PERIODE

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

1 Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

Hari/Tanggal : Senin/24 September 2012 : Pukul WIB s.d Selesai

KOMISI YUDISIAL BARU DAN PENATAAN SISTEM INFRA-STRUKTUR ETIKA BERBANGSA DAN BERNEGARA. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH 1.

LAPORAN KOMISI I DPR RI TENTANG PEMBERIAN PERSETUJUAN PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PANGLIMA TNI DALAM RAPAT PARIPURNA DPR RI TANGGAL 7 FEBRUARI 2006

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

- 3 - Pemilihan Umum Tahun 2019 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 138);

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA HUBUNGAN LEGISLATIF DAN EKSEKUTIF DALAM PELAKSANAAN LEGISLASI, BUDGETING, DAN PENGAWASAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2003 TENTANG

PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN DAERAH 1

ANGGARAN DASAR INDONESIAN ASSOCIATION FOR PUBLIC ADMINISTRATION (IAPA) BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, DAN WAKTU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

2017, No Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerinta

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XIV/2016

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Otonomi Daerah bukanlah merupakan suatu kebijakan yang baru dalam

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014

MEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**)

No. HARI, TGL. WAKTU JENIS RAPAT ACARA KETERANGAN 1. Senin, 12 Januari 2015 Pk WIB

KETUA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN HADIRI PERTEMUAN PIMPINAN LEMBAGA NEGARA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Tahun Sidang : Masa Persidangan : III Rapat ke :

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XIV/2016

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS

(BIDANG HUKUM, PERUNDANG-UNDANGAN, HAM DAN KEAMANAN)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2005 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETETAPAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 019/SK/K01-SA/2002 TENTANG KETENTUAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

Transkripsi:

LAPORAN SINGKAT KOMISI I DPR RI (BIDANG : PERTAHANAN, LUAR NEGERI, TENTARA NASIONAL INDONESIA, KOMUNIKASI DAN INFORMASI, DEWAN KETAHANAN NASIONAL, BADAN INTELIJEN NEGARA, LEMBAGA SANDI NEGARA, LEMBAGA INFORMASI NASIONAL, LEMBAGA KANTOR BERITA NASIONAL ANTARA, LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL DAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA) ============================================================= Tahun Sidang : 2006-2007 Masa Persidangan : IV Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR-RI dengan Gubernur Lemhannas dan Sekjen Wantannas Rapat ke : S i f a t : Terbuka Hari, Tanggal : Senin, 09 Juli 2007 P u k u l : 09.00 WIB Pimpinan Rapat : Drs. Theo L. Sambuaga Sekretaris Rapat : Dra. Damayanti T e m p a t : Ruang Rapat Komisi I Gedung Nusantara DPR RI A c a r a : 1. Kata Pengantar oleh Ketua Rapat 2. Penjelasan oleh Gubernur Lemhannas dan Sekjen Wantannas 3. Tanya jawab 4. Penutup Hadir Anggota : orang dari orang Anggota Komisi I DPR RI Pemerintah : Gubernur Lemhannas, Prof. DR. Muladi, SH dan Sekjen Wantannas, M. Yasin I. PENDAHULUAN Rapat Dengar Pendapat Komisi I DPR RI dengan Gubernur Lemhannas, dan Sekjen Wantannas, pada hari Senin, tanggal 09 Juli 2007 dengan acara sebagaimana tersebut di atas dipimpin oleh Ketua Komisi I DPR RI, Saudara Drs. Theo L. Sambuaga dan dinyatakan terbuka untuk umum. II KESIMPULAN 1. Komisi I DPR RI menghargai kerja Lemhannas dan Wantannas yang menghasilkan berbagai kajian masalah strategis dan aktual mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam hubungan ini, Lemhannas dan Wantannas perlu mengevaluasi sejauhmana hasil kajiannya dimanfaatkan oleh Presiden, dan apabila tidak digunakan oleh Presiden apa sebabnya, agar kedua lembaga ini dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembuatan dan hasil kajiannya. 2. Semakin banyaknya lembaga pengkajian nasional, baik dilingkungan Pemerintah maupun non pemerintah akan membuat masukan bagi Pemerintah/Presiden semakin beragam. Untuk itu, Komisi I DPR RI minta Lemhannas dan Wantannas melakukan koordinasi dan sinergi termasuk melaksanakan pengkajian bersama atau dalam bentuk joint session, agar dapat menghasilkan kajian yang meningkat kualitasnya dengan metode penyajian rekomendasi yang cermat, sehingga semakin dibutuhkan oleh Presiden.

3. Sikap Pemerintah terhadap para pendukung separatisme di berbagai daerah nampaknya diskriminatif, terhadap eks GAM relatif melunak, sedangkan terhadap pendukung OPM dan RMS cenderung keras dan represif. Oleh karena itu, Komisi I DPR RI minta Lemhannas dan Wantannas agar dapat mengkaji dan memberikan masukan kepada Presiden tentang strategi dan pendekatan yang tepat dalam menangani permasalahan disekitar dukungan terhadap gerakan separatisme, seperti yang berkaitan dengan masalah Papua, RMS dan ex GAM, supaya Pemerintah tidak berstandar ganda dalam menyikapi masalahmasalah itu, serta menegaskan bahwa pembentukan partai lokal di Provinsi NAD tidak boleh menggunakan lambang dan gagasan yang mengusung separatisme karena jelas-jelas bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. 4. Dalam rangka upaya reformasi birokrasi dan menciptakan good government, terkesan Pemerintah belum menemukan strategi yang tepat, sehingga public services tidak tercipta sesuai dengan tujuan reformasi. Dalam hubungan ini, Komisi I DPR RI minta Lemhannas dan Wantannas untuk mengkaji serta memberikan masukan mengenai reformasi birokrasi yang memang saat ini sangat dibutuhkan untuk diterapkan oleh Pemerintah dalam segala aspek dan lini birokrasi. 5. Menyurutnya pemahaman dan implementasi ideologi Pancasila dikalangan elit politik dan ditengah-tengah masyarakat sangat memprihatinkan dan berakibat buruk bagi persatuan dan kesatuan bangsa, pembangunan nation & character buliding, serta pembangunan kesejahteraan rakyat. Untuk itu, Komisi I DPR RI minta Lemhannas dan Wantannas agar membuat kajian dan memberikan rekomendasi kepada Presiden untuk mengambil langkah-langkah konkrit guna mewujudkan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam seluruh program dan kebijakan Pemerintah. 6. Komisi I DPR RI mendorong Lemhannas untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan calon pimpinan yang dewasa ini telah mencakup pimpinan daerah, dengan meningkatkan bobot kurikulum yang menekankan pada kualitas kepemimpinan demokratis, good governance, wawasan kebangsaan dan penghargaan terhadap pluralitas, serta otonomi luas dengan memperkuat komitmen terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. 7. Komisi I DPR RI minta Wantannas untuk mempersiapkan pemantapan fungsi, mekanisme dan struktur organisasi WANTANNAS, termasuk menyelenggarakan rapat dengan Presiden selaku ketua Dewan Ketahanan Nasional, mempersiapkan perbaikan posisi dan fungsi Wantannas sejalan dengan ketentuan UU No. 3/Tahun 2002 tentang Pertahanan dan mengkaji kemungkinan untuk memperbaiki ketentuan-ketentuan tentang Wantannas dalam UU No. 3/Tahun 2002 tentang Pertahanan tersebut. III. PENUTUP Rapat ditutup pukul 16.35 WIB. KETUA RAPAT, Drs. THEO l. SAMBUAGA A-525

RANCANGAN KESIMPULAN RAPAT KERJA KOMISI I DPR RI DENGAN LEMHANNAS & WANTANNAS SENIN, 09 JULI 2007 ------------------------------------------------------------ 1. Komisi I DPR RI menghargai kerja Lemhannas dan Wantannas yang menghasilkan berbagai kajian masalah strategis dan aktual kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam hubungan ini Lemhannas dan Wantannas perlu mengevaluasi sejauhmana hasil kajiannya dimanfaatkan oleh Presiden, apabila tidak digunakan leh Presiden apa sebabnya, agar kedua lembaga ini dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses pembutan dan hasil kajiannya. 2. Semakin banyaknya lembaga pengkajian nasional baik dilingkungan Pemerintah maupun non pemerintah, maka masukan bagi Pemerintah/Presiden akan semakin beragam. Untuk itu Komisi I DPR RI minta Lemhannas dan Wantannas melakukan koordinasi dan sinergi termasuk melaksanakan pengkajian bersama atau dalam bentuk joint session, agar dapat menghasilkan kajian yang meningkat kualitasnya dengan metode penyajian rekomendasi yang cermat sehingga semakin dibutuhkan oleh Presiden. 3. Sikap Pemerintah terhadap para pendukung separatisme di berbagai daerah nampaknya diskriminatif, terhadap eks GAM relatif melunak, sedangkan terhadap pendukung OPM dan RMS cenderung keras dan represif. Oleh karena itu Komisi I DPR RI minta Lemhannas dan Wantannas agar dapat mengkaji dan memberikan masukan kepada Presiden tentang strategi dan pendekatan yang tepat dalam menangani permasalahan disekitar dukungan terhadap gerakan separatisme, seperti yang berkaitan dengan masalah Papua, RMS dan EX GAM, serta menegaskan bahwa pembentukan partai lokal di NAD tidak boleh menggunakan lambang dan gagasan yang mengusung separatisme karena jelas-jelas bertentangan dengan peraturan perundangan. 4. Dalam rangka reformasi birokrasi yang dewasa ini masih sangat lemah dan upaya menciptakan good government, terkesan Pemerintah belum menemukan strategi yang tepat, sehingga public services tidak tercipta sesuai dengan tujuan reformasi. Dalam hubungan ini, Komisi I DPR RI minta pada Lemhannas dan Wantannas untuk mengkaji serta memberikan masukan mengenai reformasi birokrasi yang memang saat ini sangat

dibutuhkan untuk diterapkan oleh Pemerintah dalam segala aspek dan lini birokrasi. 5. Menyurutnya pemahaman dan implementasi ideologi Pancasila dikalangan elit politik dan ditengah-tengah masyarakat sangat memprihatinkan dan berakibat buruk bagi persatuan dan kesatuan bangsa serta pembangunan... & character buliding, serta pembangunan kesejahteraan rakyat. Untuk itu, Komisi I DPR RI minta kepada Lemhannas dan Wantannas agar membuat kajian dan memberikan rekomendasi kepada Presiden untuk mengambil langkah-langkah konkrit untuk mewujudkan implementasi nilai-nilai Pancasila dalam seluruh program dan kebijakan Pemerintah. 6. Komisi I DPR RI mendorong Lemhannas untuk terus meningkatkan kualitas pendidikan calon pimpinan yang dewasa ini telah mencakup pimpinan daerah dengan meningkatkan bobot kurikulum yang menekankan pada kualitas kepemimpinan demokratis, good governance, wawasan kebangsaan dan penghargaan terhadap pluralitas, otonomi luas dengan memperkuat komitmen terhadap NKRI. 7. Komisi I DPR RI minta Wantannas untuk mempersiapkan pemantapan fungsi, mekanisme dan struktur organisasi WANTANNAS termasuk menyelenggarakan rapat dengan Presiden selaku ketua Dewan Ketahanan Nasional serta mempersiapkan perbaikan posisi dan fungsi Wantannas sejalan dengan ketentuan UU No. 3/Tahun 2002 tentang Pertahanan atau mengkaji kemungkinan untuk memperbaiki ketentuanketentuan tentang Wantannas dalam UU No. 3/Tahun 2002 tentang Pertahanan tersebut. Rapat ditutup : Pukul 16.35 WIB

Interupsi Anggota Komisi I DPR RI : Sidharto : ada 2 poin yang saya ingin sampaikan, pertama, yang no. 2 yaitu sikap diskriminatif terhadap OPM, RMS dan GAM, lalu arahnya kepada permintaan kita kepada Pemerintah, supaya pemerintah tidak berstandar ganda dalam menyikapi masalah itu, supaya pemerintah tidak berstandar ganda didalam menyikapi masalah-masalah itu. Jadi harus satu sikap tidak membeda-bedakan, itu yang pertama. Kedua, ada kalimat, saya tidak lihat yang no. 3 : reformasi demokrasi lalu reformasi birokrasi, tadi kelihatannya tidak nyambung. Ketua : Jadi reformasi birokrasi saja, tidak ada demokrasi Sidharto : terimakasih Ketua : usul dari pak Darto tadi, jadi yang tadi sikap pemerintah terhadap pendukung separatis di daerah tampaknya diskriminatif dan diminta supaya tidak bersifat ganda, tidak berstandar ganda. Saya kira bisa setujui ya. Ginting : ada satu yang justru hari ini sangat penting kita dengar, adanya keinginan bersama untuk joint function, namanya joint session forumnya, saya kira itu baik, dicantumkan secara eksplisit bahwa Komisi I DPR RI meng-endorse itu. Lalu yang kedua, ada istilah yang mengganggu saya pada butir 2 saya kira, pada lembaga pengkajian pemerintah, lalu lembaga pengkajian LSM. Civil Society Organization itu bukan lembaga pengkajian, diganti saja : lembaga pengkajian non pemerintah. Sebab kalau lembaga pengkajian itu profesional, kalau LSM itu teriak-teriak saja sudah bisa. Ketua : Baik, terimakasih, tadi saya kira 2 hal yang disampaikan pak sutradara ginting, yang pertama tentang joint session, jadi kita dapat mendorong dan menyetujui, untuk itu ditingkatkan terus menerus dalam rangka meningkatkan kinerja dari ke-2 lembaga antara lain melalui joint session seperti yang disampaikan tadi, saya kira dapat disetujui ini dan memang berkembang ini. Dan kemudian yang tadi, semakin banyak lembaga nasional baik lingkungan pemerintah maupun non-pemerintah, lebih baik menggantikan LSM saya kira itu juga betul. Dapat disetujui saudara-saudara sekalian. Bachrum : saya tadi mengikuti bahwa pada pokok-pokok kesimpulan no-2, kita menyampaikan bahwa kita menginginkan sinergi dari Lemhannas dan Wantannas, tapi pada point 4 dan 5 kita memisahkan mereka kembali, masing-masing lembaga ini kita minta untuk mengkaji seperti reformasi birokrasi kita minta Lemhannas dan Wantannas membuat kajian tentang reformasi birokrasi. Demikian juga no-5, ini kita pisah lagi no. 2 kita minta disatukan tapi no. 4, 5

kita pisah lagi. Ini kesimpulan kita bagaimana ini. Kemudian tambahan kesimpulan mungkin buku itu yang diserahkan tadi juga kita bikin dalam kesimpulan bahwa Komisi I telah menerima buku sebanyak berapa, itu juga masuk dalam kesimpulan, terimakasih. Ketua : yang terakhir itu sudah termasuk dalam butir 1 itu, menghargai hasil-hasil kajian Lemhannas dan Wantannas, meskipun Wantannas belum menyerahkan, akan disusul. Kedua, yang soal sinergi tadi, dalam masalah pelaksanaan kerja dan fungsinya, harus bersinergi, harus berkoordinasi seperti masukan-masukan yang sampai ke user, Presiden berasal dari lembaga-lembaga think pemerintah ini supaya fokus, supaya jangan tumpang tindih, itu kirakira. Nah tetapi yang tadi tidak ada yang dipisahkan Lemhannas dan Wantannas, kecuali pada 2 butir yang terakhir, 1 spesifik kepada Lemhannas karena berbicara tentang peningkatan kualitas pendidikan calon-calon pimpinan sedangkan ke Wantannas, kita menyoroti tentang mekanisme, struktur, pelaksanaan fungsi dari Wantannas itu sendiri. Jadi memang spesifik untuk yang terakhir.