BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUHAN. untuk mengenal Allah swt dan melakukan ajaran-nya. Dengan kata lain,

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu bangsa. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan sistem dan cara meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk membina budi pekerti luhur seperti kebenaran, keikhlasan, kejujuran,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru merupakan pendidik di sekolah yang menjalankan tugas

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran merupakan cara yang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. maupun diluar sekolah. Mengingat demikian berat tugas dan pekerjaan guru, maka ia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.

BAB I PENDAHULUAN. pemahaman yang mereka miliki dan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan harkat dan martabatnya. Seiring dengan perputaran waktu. normatif yang lebih baik dan mampu menjawab tantangan zaman.

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah sebagai usaha membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. mendidik murid-muridnya. Dengan kasih sayang pula ulama dan pemimpin

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia tidak dapat berkembang dengan baik. Pendidikan dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. mengerti nilai-nilai dan mulai memakainya dengan cara-caranya sendiri. 1 Pada usia ini

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

BAB I PENDAHULUAN. UNNES PRESS, 2005), hlm. 51. hlm.2. 1 Achmad Sugandi, dkk, Teori Pembelajaran, (Semarang: UPT

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang tidak dapat dilihat oleh mata lahir. Sabda Nabi Muhammad

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN. ini, sebagai cermin tentang merosotnya etika dari pelaku pendidikan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengglobal dan kompetitif memunculkan tantangan-tantangan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber utamanya kitab suci Al-Quran dan Al-Hadis, melalui kegiatan. bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ilmuwan khususnya para ahli pendidikan. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan adalah sebaik-baik sesuatu yang disukai, sepenting-penting

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. menyelenggarakan suatu kehidupan yang penuh kedamaian dan kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam mengeksploitasi lingkungannya termasuk sering diabaikannya

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai fasilitas yang memudahkan untuk mengakses pengetahuan, maka

UPAYA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) SISWA. (Studi Program Pembiasaan di SMP Negeri 3 Slahung Ponorogo) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa remaja hanya satu kali dalam kehidupan, jika seorang remaja merasa

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. emosional, responbilitas (tanggung jawab) dan sosiabilitas. 1

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kelangsungan hidup bangsa tersebut 2. Pendidikan pula yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sebaik-baik pakaian adalah pakaian takwa. (Q.S. Al- A raf/7: 26). 2

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tentu Negara akan lemah dan hancur. Sikap dan tingkah laku. dan membentuk sikap, moral serta pribadi anak.

BAB 1 PENDAHULUAN. mensosialisasikan kemampuan baru kepada mereka agar mampu. mengantisipasi tuntutan masyarakat yang dinamis. 3

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG WAJIB BELAJAR PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional termasuk didalamnya bidang pendidikan, itulah sebabnya

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Dalam Undang-Undang tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ibadah merupakan upaya mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. atau narapidana agar mereka dapat kembali hidup bermasyarakat dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kelangsungan hidup manusia akan berjalan dengan lancar dan optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Kelas Menengah di Yogyakarta, Kontekstualita, (Vol. 30, No. 2, 2015), hlm. 140.

BAB I PENDAHULUAN. dan lebih maju dalam bidang IPTEK dan sains, dengan perbagai cara berhasil

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diterangkan dalam firman Allah Subhanahu wata`ala, di dalam. Al-Quran surat Luqman ayat: 14 sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan, dan kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melalui generasi, di mana pelayanan pendidikan itu disediakan oleh pemerintah. Dasar dan tujuan pendidikan merupakan masalah yang sangat pokok dalam pelaksanaan pendidikan sebab dari dasar pendidikan itu akan menentukan corak dan arah pendidikan dan dari tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana siswa itu diarahkan. 1 Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003, Tentang sistem pendidikan nasional, menyebutkan bahwa: 39 1 Achmad Patoni, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Bina Ilmu, 2004), hal. 1

2 Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Sistem pendidikan yang baik diharapkan dapat melahirkan generasi penerus bangsa yang berkualitas dan mampu menyesuaikan untuk hidup bermasyarakat berbangsa dan bernegara. 2 Adapun pengertian dari pendidikan menurut undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas bahwa yang dinamakan pendidikan adalah : Usaha sadar dan terencana untuk menjadikan manusia belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekutan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta kterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara 3. Sedangakan pendidikan agama islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan. 4 Pendidikan sekolah adalah pengajaran yang diselanggarakan disekolah sebagai lembaga pendidikan formal. Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan sekolah terhadap anak dan remaja yang diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna, dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas-tugas sosial mereka. 5 Fungsi pendidikan nasional, sebagaimana ditegaskan pada pasal 3, yaitu untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia indonesia dalam rangka upaya mewujudkan 2 UU RI No. 20 Tahun 2003, Tentang sistem pendidikan nasional, (Jakarta : Redaksi Sinar Grafika, 2009), hal. 7 3 Undang-undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS): Beserta Penjelasannya,(Bandung: Citra Umbara, 2003), hal. 3 4 Muhaimin, paradigma pendidikan Islam, (Bandung: PT Rosdakarya, 2012), hal. 78 5 Binti Maunah, Landasan Pendidikan,... hal. 3

3 tujuan nasional. Tujuanm nasional negara kita jelas termaktub dalam alenia IV pembukaan UUD 1945, yaitu, melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. 6 Pendidik memiliki peranan penting dalam pendidikan, pendidik adalah orang yang memikul tanggung jawab untuk mendidik, yang memberikan anjuran-anjuran, norma-norma dan berbagai macam pengetahuan dan kecakapan. 7 Oleh karena itu diperlukan suatu pendidikan yang tidak hanya mengajarkan nilai-nilai keagamaan saja namun juga menginternalisasikan nilai- nilai tersebut pada diri peserta didik. Dengan demikian nilai-nilai keagamaan tidak sekedar menjadi pengetahuan di otak (teoritis). Nilai tersebut akan tercermin dalam keseharian siswa sehingga tercipta generasi yang cerdas, berakhlaq mulia dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dalam istilah yang populer dikenal dengan kemampuan IPTEK dan IMTAQ. Internalisasi nila-nilai keagamaan memegang peranan penting dalam konteks kehidupan bersama karena merupakan salah satu tahap tingkah laku penyesuaian diri yang melahirkan gerak hati dalam bentuk tauhid, sabar, ikhlas dan sebagainya. Dengan terbentuknya sifat-sifat tersebut dapatlah terwujud kehidupan bersama yang sejahtera. Kelebihan internalisasi nilai-nilai adalah terbentuknya kemampuan yang 6 Ibid, hal.10 7 Ibid, hal 169

4 mendasar untuk mengambil dan bertingkah laku yang sesuai dengan norma dan sikap yang dikehendaki oleh agama dan masyarakat. 8 Namun munculnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern disamping menawarkan berbagai kemudahan dan kenyamanan hidup, juga membuka peluang untuk melakukan berbagai tindak kejahatan yang lebih canggih lagi, jika ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut disalah gunakan. Manusia modern mengabaikan kebutuhanya yang paling mendasar, yang bersifat ruhaniah, sehingga mereka tidak akan mendapatkan ketentraman batin. Ini berarti tidak ada keseimbangan diri, terlebih bila tekananya pada kebutuhan materi kian meningkat, sikap seimbang dalam kehidupan, yaitu seimbang antar pemenuhan kebutuhan material dengan sepriritual. 9 Bangsa indonesia dihadapkan pada masalah moral dan akhlak yang cukup serius, yang kalau dibiarkan akan menghancurkan masa depan bangsa indonesia sendiri. Praktik hidup yang menyimpang dan penyalah gunaan kesempatan dengan mengambil bentuk perbuatan sadis dan merugikan orang kian tumbuh subur diwilayah yang tak berakhlak. Cara mengatasinya bukan hanya dengan uang, ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus dibarengi dengan penanganan dibidang mental spiritual dan akhlak yang mulia. 10 Akhlak merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang kehadiranya hingga saat ini semakin dirasakan. Secara historis dan teologis 157-158 8 Muhaimin, et.al., Paradigma Pendidikan Islam (Bandung: PT. Rosdakarya, 2002), hal 9 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2006), hal.162 10 Ibid, hal. 150

5 akhlak tampil mengawal dan memandu perjalanan hidup manusia agar selamat duni dan akhirat. Tidaklah berlebihan jika misi utama kerasulan nabi Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. 11 Melihat pentingnya akhlak dalam kehidupan umat manusia, maka tidaklah mengherankan jika program utama dan perjuangan pokok dari segala usaha adalah akhlak. Akhlak harus ditanamkan kepada seluruh tingkatan masyarakat, dari tingkat atas sampai lapisan bawah, dari cendekiawan sampai masyarakat awam, dan pemimpin hingga rakyat jelata. 12 Penanaman akhlak baik harus dilakukan dengan segera, terencana, dan berkesinambungan. Memulai dari hal-hal yang kecil, seperti cara makan dan minum, adab berbicara, adab kekamar kecil, cara berpakaian yang islami, dan lain-lain. Kemudian melihat dari realita tersebut gurulah yang menjadi salah satu faktor penting yang dapat meningkkan mental spiritual dan akhlak siswanya, terutama guru agama. Bahwasanya keruntuhan kekuatan suatu bangsa disebabkan oleh runtuhnya akhlak dan rusaknya jalan hidup mereka serta pudarnya jalinan dan solidaritas sosial, adalah benar. Antara kekuatan dan akhlak beserta tatanan hidup yang baik mempunyai hubungan yang sangat erat, berjalin topang menopang. Akhlak pada tiap-tiap pribadi, merupakan ikatan yang kuat yang senantiasa mengikat antara yang satu dengan yang lain. Bila ikatan akhlak ini telah rusak, maka rusak pulalah hubungan mereka. Akibatnya jalinan 11 Ibid, hal. 149 12 Muhammad Alim, Pendidikan Agama... hal.151

6 kemasyarakatanpun akan kedodoran. Dan bila ikatan sosialnya sudah putus, maka kekuatan itu akan berserakan. 13 Tugas seorang guru memang berat dan banyak. Akan tetapi tugas guru itu akan dikatakan berhasil apabila ada perubahan tingkah laku dan perbuatan pada anak didik kearah yang lebih baik. Maka tentunya hal yang paling mendasar ditanamkan adalah akhlak. Karena jika pendidikan akhlak yang baik dan berhasil ajarannya berdampak pada kerendahan hati dan perilaku yang baik, baik terhadap sesama manusia, lingkungan dan yang paling pokok adalah akhlak kepada Allah Swt. Jika ini semua kita perhatikan maka tidak akan terjadi kerusakan alam dan tatanan kehidupan, sebagaimana firman Allah Swt. mengingatkan manusia dalam al-qur an surat Yaasin ayat 65, yang berbunyi : Artinya: Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. 14 Ayat pada dasarnya memberi peringatan kepada manusia agar selalu berbuat sebaik-baiknya dalam mengelola hidup didunia karena apa yang dikerjakan didunia ini akan mendapat balasan dari Allah SWT. Apa yang 13 Abdul Rahman H. Habanakah, Metode Merusak Akhlak Dari Barat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1990), hal. 17 14 Ahmad Toha Putra, Al Qur an Terjemahnya. (Semarang: CV. Asy-syfa, 1984), hal. 713

7 dilakukan didunia akan mendapat kesaksian. Untuk itu, manusia dalam mengelola hidup harus senantiasa menjaga seluruh anggota badannya itu. Melalui kegiatan keagamaan di sekolah peserta didik dapat melaksanakan ajaran agama yang nantinya dapat diamalkan dalam kehidupan sehari hari oleh siswa baik di sekolah maupun di masyarakat. Kegiatan tersebut di antaranya: Menerapkan 3 S ( Salam, Senyum dan sapa); saling menghormati dan toleran, Istighasah dan berdo a bersama, tadarus Al- Qur an, Shalat dhuha berjamaah dan lain- lain, dengan kegiatan keagamaan tersebut nantinya dapat meningkatkan akhlak terpuji siswa kedisplinan, kerukunan, kejujuran, kesabaran, keramahan, keakraban pada diri sendiri dan orang lain. Penanaman kegiatan keagamaan yang islami pada anak didik sangat penting dan perlu diinternalisasikan sejak dini agar mereka nantinya terbiasa berbuat hal-hal yang sesuai dengan ajaran agama Islam terutama tradisi ala Ahlisunnah Waljama ah. Berdasarkan uraian di atas secara singkat bahwa penerapan kegiatan keagamaan dinilai sangat penting dan berperan dalam meningkatkan akhlak terpuji siswa. Hal ini menjadi tanda tanya dalam diri penulis, bagaimana usaha guru memperbaiki dan membentuk akhlak terpuji siswa. Untuk itu penulis tertarik akan permasalahan ini, dan menuangkan ke dalam bentuk skripsi yang berjudul Penerapan kegiatan Keagamaan untuk meningkatkan Akhlak terpuji siswa di SMP Islam Durenan Trenggalek

8 B. Fokus Penelitian 1. Bagaimana Penerapan Kegiatan Keagamaan untuk Meningkatkan Akhlak Terpuji Siswa di SMP Islam Durenan Trenggalek? 2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat dan mendukung dalam Penerapan Kegiatan Keagamaan untuk Meningkatkan Akhlak Terpuji Siswa di SMP Islam Durenan Trenggalek? 3. Bagaimana cara mengatasi Faktor-faktor yang menghambat dalam menerapkan Kegiatan Keagamaan untuk meningkatkan Akhlak Terpuji Siswa di SMP Islam Durenan Trenggalek? C. Tujuan Penelitian 1. Mendiskripsikan Penerapan Kegiatan Keagamaan untuk Meningkatkan Akhlak Terpuji Siswa di SMP Islam Durenan Trenggalek 2. Untuk mengetahui Faktor - faktor Pendukung dan Penghambat dalam Penerapan Kegiatan Keagamaan untuk Meningkatkan Akhlak Terpuji Siswa di SMP Islam Durenan Trenggalek 3. Untuk mengatasi Faktor - faktor yang menghambat dalam menerapkan Kegiatan Keagamaan untuk meningkatkan Akhlak Terpuji Siswa di SMP Islam Durenan Trenggalek D. Kegunaan Hasil Penelitian Dalam penulisan karya ilmiah ini yang berjudul Penerapan Kegiatan Keagamaan untuk Meningkatkan Akhlak Terpuji Siswa di SMP Islam Durenan Trenggalek berguna baik secara teoritis maupun praktis.

9 1. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran penulis ke dalam khazanah keilmuan sehingga dapat diketahui seberapa besar penerapan kegiatan keagamaan untuk meningkatkan akhlak terpuji siswa. 2. Secara Praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh: a. Bagi Penulis Untuk menambah wawasan serta pengetahuan penulis dalam dunia pendidikan, khususnya dalam penerapan kegiatan keagamaan untuk dalam meningkatkan akhlak terpuji siswa. b. Bagi Kepala Sekolah Hasil penelitian ini bagi Kepala Madrasah dapat digunakan sebagai acuan dan strategi dalam meningkatkan akhlak terpuji siswa. c. Bagi Guru Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan kontribusi pemikiran dalam rangka meningkatkan akhlak terpuji siswa. d. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk menambah wawasan dan memberikan pengalaman yang sangat penting dan berguna sebagai calon tenaga pendidik.

10 E. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam memahami judul penelitian di atas, perlu kiranya untuk memberikan penegasan istilah sebagaimana berikut: 1. Secara Konseptual a. Penerapan : penggunaan, pelaksanaan. 15 b. Kegiatan keagamaan adalah segala aktifitas kegiatan agama Islam untuk untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan bagi perananya di masa yang akan datang. 16 c. Akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang denganya lahirlah macam-macam perbuatan, baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan. 17 d. Akhlak terpuji (akhlaqul karimah) ialah segala tingkah laku terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah SWT. 18 2. Secara Operasional Berdasarkan uraian diatas, maka yang dimaksud judul skripsi secara operasional adalah rencana yang cermat sebagai tindakan untuk memperoleh hasil yang lebih baik sebagai aktivitas atau usaha yang dilakukan oleh pihak guru PAI dalam berbagai kegiatan keagamaan. 15 Adi Satrio Kamus Ilmiah Populer, Sosial, Budaya hukum Agama Kedokteran, Teknik, PolitikHukum, Ekonomi, Komputer, Kimia, ( Visi 7 : 2005), hal. 228 16 Nanik Nurhayati, Peningkatan Motivasi dan Kegiatan keagamaan Melalui Penciptaan SuasanaReligius di SMA Negeri 5 Madiun, ( Malang : Tesis tidak Diterbitkan, 2010), hal. 17 17 Aminuddin dkk, Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum, (Ciawi- Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal. 152 18 Rasyid Abdullah, Akidah Akhlak, (Bandung:Husaini, 1989), hal. 73.

11 Yang dimaksudkan rencana / usaha di sini adalah pendekatan dan bimbingan yang dilakukan dalam meningkatkan kegiatan keagamaan oleh guru PAI dalam rangka meningkatkatkan akhlak terpuji siswa siswa dalam kehidupan sehari-hari melalui kegiatan Intra/Ekstra Sekolah. F. Sistematika Penulisan skripsi Di dalam skripsi ini di susun lima bab, masing-masing bab terdiri dari beberapa sub atau bagian dan sebelum memakai bab pertama, lebih dahulu penulis sajikan beberapa bagian permulaan, sistematikanya meliputi : halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, isi, daftar tabel, daftar lampiran dan abstrak. Bagian isi terdiri dari: Bab I: Pendahuluan, terdiri dari: (a) latar belakang masalah, (b) fokus penelitian, (c) tujuan penelitian, (d) kegunaan penelitian, (e) penegasan istilah, (f) sistematika penulisan skripsi. Bab II: Kajian Pustaka, terdiri dari :(a) kajian tentang kegiatan keagamaan dan (b) kajian tentang akhlak (c) Akhlak terpuji (d.)faktor Pendukung dan penghambat penerapan kegiatan keagamaan (e.) Hasil Penelitian yang Terdahulu (f.) Kerangka berfikir teoritis Bab III: Metode Penelitian, Dalam bab ini akan membahas: (a) pola jenis penelitian (b) lokasi penelitian (c) kehadiran peneliti (d) sumber data

12 (e)teknik pengumpulan data (f) tekhnik analisa data (g) pengecekan keabsahan data (h) tahap-tahap peneliti. Bab IV: Paparan Hasil Penelitian, terdiri dari: (a) Hasil Penelitian, (b) paparan data, (c) temuan penelitian, dan (d) pembahasan. Bab V Penutup : terdiri dari (a) kesimpulan dan (b) saran. Bagian akhir: terdiri dari (a) daftar rujukan, (b) lampiran-lampiran, (c) surat pernyataan keaslian, dan (d) daftar riwayat hidup.