I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

dokumen-dokumen yang mirip
I.PENDAHULUAN. Kejahatan merupakan salah satu masalah kehidupan masyarakat

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

kearah yang tidak baik atau buruk. Apabila arah perubahan bukan ke arah yang tidak

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

I. PENDAHULUAN. kondisi sosial budaya dan politik suatu negara berkembang untuk menuju sistem

I. PENDAHULUAN. terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita Negara Indonesia yang telah dirumuskan para pendiri negara yaitu

I. PENDAHULUAN. akan selalu ada, seperti penyakit dan kematian yang selalu berulang dan musim

I. PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang. Hal ini terdapat pada Pasal 28 UUD 1945 yang

Kejahatan merupakan bayang-bayang peradaban manusia, bahkan lebih maju dari peradaban

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyengsarakan dan menghancurkan suatu negara. Dampak korupsi bagi negara-negara dengan kasus korupsi berbeda-beda bentuk,

I. PENDAHULUAN. Secara etimologis kata hakim berasal dari arab hakam; hakiem yang berarti

I. PENDAHULUAN. seseorang (pihak lain) kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagai

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

hukum terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

BAB I PENDAHULUAN. segala kemungkinan yang akan membahayakan mereka dan bangsa di masa

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

I.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human traficking) terutama terhadap perempuan dan anak

I. PENDAHULUAN. Fenomena peredaran gelap narkotika merupakan permasalahan internasional, regional dan

I. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana pemalsuan uang mengandung nilai ketidak benaran atau palsu atas

I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. pangan, dan papan tercukupi. Akan tetapi pada kenyataannya, masih ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN KHUSUS TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN PENCABULAN MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002

I. PENDAHULUAN. dan lembaga penegak hukum. Dalam hal ini pengembangan pendekatan terhadap

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

I. PENDAHULUAN. merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar

I. PENDAHULUAN. Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

I. PENDAHULUAN. transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan ini tentunya sangat

I. PENDAHULUAN. serta kerugian harta benda, sehingga menimbulkan pengaruh yang tidak. hubungan Indonesia dengan dunia Internasional.

I. PENDAHULUAN. dan sejahtera tersebut, perlu secara terus-menerus ditingkatkan usaha-usaha pencegahan dan

I. PENDAHULUAN. dalam kandungan. Anak sebagai sumber daya manusia dan bagian dari generasi muda, sudah

I. PENDAHULUAN. usahanya ia tidak mampu, maka orang cenderung melakukanya dengan jalan

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

I. PENDAHULUAN. melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan potensi

I. PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945 Pasal 29 Ayat (2) disebutkan, bahwa Negara menjamin

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana atau delik berasal dari bahasa Latin delicta atau delictum yang di

I. PENDAHULUAN. berkaitan satu sama lainnya. Hukum merupakan wadah yang mengatur segala hal

Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat. Oleh : Suzanalisa

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan salah satu kejahatan yang merusak moral

I. PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. terjadi kasus pidana anak dibawah umur yang menyebabkan kematian, baik

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang merugikan keuangan negara

I. PENDAHULUAN. sangat strategis sebagai penerus suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, anak

I. PENDAHULUAN. Masalah korupsi pada akhir-akhir ini semakin banyak mendapat perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Prof.Dr.van Kan, seperti yang dikutip oleh Soeroso mengemukakan bahwa

I. PENDAHULUAN. profesi maupun peraturan disiplin yang harus dipatuhi oleh setiap anggota Polri.

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

I. PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini banyak sekali beredar makanan yang berbahaya bagi kesehatan para

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah negara hukum ( rechtsstaat) dan bukan

I. PENDAHULUAN. yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dimasa yang

I. PENDAHULUAN. organisasi/perusahaan swasta, baik yang berupa surat-surat, barang-barang

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia. Kepolisian adalah hak-ihwal berkaitan dengan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu ditingkatkan usahausaha. yang mampu mengayomi masyarakat Indonesia.

PERAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM DALAM MENJAMIN KEADILAN DAN KEDAMAIAN

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

I. PENDAHULUAN. karna hukum sudah ada dalam urusan manusia sebelum lahir dan masih ada

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

I. PENDAHULUAN. Anarkis merupakan sebuah sistem sosialis tanpa pemerintahan, anarkis dimulai di

cenderung meningkat, juga cukup besar dibandingkan komponen pengeluaran APBN yang lain,

BAB I PENDAHULUAN. Oleh : Baskoro Adi Nugroho NIM. E

I. PENDAHULUAN. apabila tingkat perekonomian menengah keatas dan kondisi keamanan yang harmonis,

BAB I PENDAHULUAN. Presiden, kepolisian negara Republik Indonesia diharapkan memegang teguh nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar

I. PENDAHULUAN. Perubahan kehidupan manusia pada era globalisasi sekarang ini terjadi dengan

I. PENDAHULUAN. Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey,

I. PENDAHULUAN. Sebagaimana telah diketahui bahwa penegakkan hukum merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998,

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya kekerasan yang dilakukan oleh massa sebagai kejahatan kekerasan, sewaktu-waktu berubah sejalan dengan keadaan yang terdapat dalam masyarakat, sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan keadaan-keadaan masyarakat dengan terjadinya kejahatan kekerasan seperti faktor kemiskinanan, kesenjangan ekonomi, sosial budaya, perubahan masyarakat dan sebagainya. Tindakan anarkis yang dilakukan oleh masyarakat berdampak sangat luas, terutama menghambat program pembangunan dalam pelaksanaanya dan memberi pengaruh pula pada bidang ekonomi, keamanan, penegakan hukum, citra aparatur dan institusi penegak hukum. Kejahatan atau tindak pidana sebagai salah satu bentuk dan perilaku menyimpang, bukanlah merupakan sikap bawaan sejak lahir (hereditas) atau karena warisan biologis seseorang, tetapi kejahatan dapat timbul karena banyak sebab. Salah satunya adalah dampak negatif dari reformasi yang ditafsirkan secara keliru oleh masyarakat. Bentuk kejahatan yang banyak terjadi pada saat ini salah satunya adalah kejahatan dengan kekerasan (violence} yang dilakukan secara beramairamai (massa). Kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa mengesankan bahwa tidak ada lagi aturan atau perbuatan kejahatan kekerasan

2 yang dilakukan oleh massa, dapat terjadi dalam beberapa contoh kasus di mana kejahatan kekerasan yang dilakukan oleh massa seringkali dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang tertangkap tangan pelaku tindak pidana pencurian, perampokan dan sebagainya dengan jalan menganiaya pelaku sampai mati atau bahkan pelaku tersebut dibakar hidup-hidup. Berdasarkan fenomena persoalan hukum dan penegakannya, hukum seolah-olah tidak berfungsi dan hilangnya kepercayaan masyarakat kepada penegak hukum. Hal tersebut dapat terjadi karena masyarakat merasa tidak puas dengan proses penegakan hukum yang terjadi, ketidakpuasan bermuara pada kinerja penegak hukum di dalam menjalankan fungsi dan peran penegakan hukum yang tidak memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat tertentu. Berkaitan hal ini masyarakat dapat memberikan penilaian contoh kasus dalam tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pejabat yang mempunyai dukungan publik atau organisasi politik penegakan hukumnya sangat berbeda apabila pelaku tindak pidananya adalah orang biasa pada umumnya. Tindak pidana berupa kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa, apabila tidak dilakukan upaya penanggulangannya secara baik dan benar, kejahatan ini akan terus meningkat dan menjadi mode/cara-cara yang dilakukan oleh masyarakat untuk memaksakan kehendaknya. Hal tersebut sangat berdampak negatif dalam proses penegakan hukum, seolah-olah hukum dan penegakannya tidak berfungsi. Tidak berfungsinya hukum dan penegakannya menjadikan masyarakat semakin tidak percaya terhadap, hukum dan lembaga atau pranata hukumnya, sehingga hal tersebut akan mengaburkan rasa kepastian hukum.

3 Kepolisian Republik Indonesia (selanjutnya disingkat dengan POLRI) sebagai aparat penegak hukum dan Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas), mempunyai posisi kunci, karena dalam penegakan hukum dan pembinaan Kamtibmas POLRI sebagai garda terdepan yang pertama kali dan berhadapan langsung dengan masyarakat pelanggar hukum (pelaku kejahatan). Menurut Satjipto Rahardjo, hukum akan mengalami perwujudannya, terutama hubungannya dengan hukum pidana. Akan tetapi perlu disadari pula bahwa POLRI dalam melakukan upaya penegakan hukum juga mempunyai keterbatasan. tetapi bagaimanapun juga peranan POLRI sangat mengemuka dalam upaya penanggulangan kejahatan, karena hal tersebut menyangkut tugas, fungsi dan peranannya dalam menciptakan keamanan dan ketertiban dalam masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai kejahatan kekerasan yang dilakukan oleh massa yang kemudian dituangkan dalam bentuk penelitian skripsi dengan judul "Analisis Penjatuhan Pidana Terhadap Pelaku Kejahatan Kekerasan Yang Dilakukan Oleh Massa (Studi pada Wilayah Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang)" B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Permasalahan Penelitian Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah :

4 1. Bagaimanakah latar belakang terjadinya kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa di wilayah hukum Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang? 2. Bagaimanakah pemberian sanksi pidana terhadap pelaku kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa di wilayah hukum Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang? 2. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan rumusan permasalahan tersebut di atas, maka yang akan menjadi ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah latar belakang terjadinya kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa di wilayah hukum Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang? 2. Bagaimankah pemberian sanksi pidana terhadap pelaku kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa di wilayah hukum Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang? C. Tujuan dan Kcgunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis latar belakang terjadinya kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa di wilayah hukum Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang.

5 2. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis pemberian sanksi pidana terhadap pelaku kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa di wilayah hukum Pengadilan Negeri Kelas IA Tanjung Karang. 2. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Secara Teoritis a. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan tentang teori-teori yang berhubungan dengan tindakan yang dikategorikan pelanggaran kejahatan kekerasan yang dilakukan oleh massa. b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan kajian dalam rangka pengembangan teori-teori ilmu hukum, khususnya hukum pidana mengenai penanggulangan kejahatan kekerasan yang dilakukan oleh massa. 2. Secara Praktis a. Memberikan sumbangan (rekomendasi) kepada masyarakat dan pemerintah khususnya Kepolisian dalam penanggulangan kejahatan kekerasan yang dilakukan oleh massa serta memahami tugas-tugas yang diemban oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Memberikan kepastian kriteria kepada masyarakat dan kepolisian tentang apa yang dimaksud dengan perbuatan yang dikategorikan pelanggaran kejahatan kekerasan yang dilakukan oleh massa.

6 D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis Menurut Soerjono Soekanto (1999: 73), kerangka teoritis adalah konsep -konsep yang sebenar-benarnya merupakan abstraksi hasil pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya bertujuan untuk mengadakan kesimpulan terhadap dimensidimensi sosial yang dianggap relevan untuk penelitian. Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori tentang faktorfaktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana adalah sebagai berikut : a) Faktor Internal 1. Kejiwaan Pelaku Kejahatan Yang Tidak Sehat Kejiwaan pelaku yang kurang sehat cenderung mereka berperilaku yang yang tidak sehat pula dengan melakukan kejahatan kekerasan yang melawan hukum. Kondisi ini disebabkan oleh konflik mental yang berlebihan. Selain itu juga daya emosional pelaku kejahatan kekerasan yang tidak stabil, sehingga mendorongnya untuk melakukan kejahatan kekerasan. 2. Rendahnya Pendidikan Formal dan Kurangnya Pengetahuan Pelaku Kejahatan. Rendahnya pendidikan formal pelaku kejahatan kekerasan membuatnya tidak berpikir panjang dalam melakukan kejahatan kekerasan sehingga cenderung hidup semaunya tanpa memikirkan keamanan orang lain.

7 3. Minimnya Pendidikan Agama Seseorang yang kurang mendapatkan pendidikan agama secara baik dan benar akan berpotensi untuk melakukan kejahatan kekerasan yang sifatnya melanggar hukum. Karena pelaku kejahatan kekerasan tersebut tidak memiliki landasan yang kokoh dalam membentengi perilakunya dalam tindakan. b) Faktor Eksternal 1. Faktor Orangtua Salah satu faktor penyebab terjadinya kejahatan adalah kurangnya kontrol orang tua yang berpotensi menjadi pelaku kejahatan kekerasan. Hal ini dapat memberikan peluang kepada para pelaku kejahatan secara leluasa berbuat jahat. Selain itu pada masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan atau terbelakang, faktor pengetahuan yang rendah tentang penegakan hukum juga menjadi pendukung terjadinya kejahatan kekerasan yang dilakukan massa. 2. Faktor Masyarakat dan Lingkungan Masyarakat menjadi faktor pendukung terjadinya kejahatan kekerasan karena mengenai hal-hal rendahnya pengetahuan masyarakat tentang bagaimana dan kepada siapa mencari perlindungan hukum, ajakan temanteman pelaku yang sifatnya merasa kebersamaan untuk melakukan kejahatan kekerasan. Kehidupan yang keras dengan perekonomian yang sulit sekarang ini juga sangat memacu untuk ikut-ikutan melakukan

8 kejahatan kekerasan. Kurangnya sosialisasi khusus pada masyarakat terpencil dan perekonomian yang rendah. 3. Faktor Penegak Hukum Penegak hukum menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya kejahatan kekerasan, hal ini dapat dilihat kurang maksimalnya aparat penegak hukum bekerja menjaga keamanan disetiap titik daerah yang kurang aman. Penegak hukum juga kurang mensosialisasikan Pasal 170 KUHP (Barang Siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang diancam dengan pidana paling lama lima tahun enam bulan). Penegak hukum pun sering terjadi pembelaan yang tidak adil terhadap masyarakat kecil. Sehingga fungsi penegak hukum/pengadilan bukan lagi tempat untuk mencari keadilan. Dalam hal menjawab permasalahan ke-2 yang dijadikan teori pasal 170 KUHP yang berbunyi : (1) Barang siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang diancam dengan pidana paling lama lima tahun enam bulan. Oleh karena kejahatan kekerasan yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah kejahatan kekerasan yang dilakukan oleh massa maka digunakan juga teori yang terdapat dalam pasal 55 KUHP, adapun isinya dalam pasal 55 adalah :

9 1) Dipidana sebagai pembuat delik a) Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan b) Mereka yang dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan perbuatan. 2) Terhadap penganjur, hanya perbuatan yang sengaja dianjurkan sajalah yang diperhitungkan, beserta akibat-akibatnya. 2. Konseptual Menurut Soerjono Soekanto (1999: 112), konseptual adalah susunan berbagai konsep yang menjadi fokus pengamatan dalam melaksanakan penelitian. Berdasarkan definisi tersebut maka peneliti akan melakukan analisis pokok-pokok bahasan dalam penelitian ini dan memberikan batasan pengertian yang berhubungan dengan penulisan skripsi. Adapun batasan istilah yang digunakan sebagai berikut : 1. Analisis adalah proses penginterprestasian untuk mengungkapkan suatu masalah agar menemukan titik pemecahan permasalahan tersebut ( Gunawan Adi Saputa 152 : 2006) 2. Penjatuhan pidana adalah suatu tindakan yang dijatuhkan kepada orang yang melakukan kejahatan atau kesalahan (Kamus Bahasa Indonesia 119 : 2004)

10 3. Pelaku adalah mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan ( Pasal 55 KUHP ) 4. Kejahatan dan kekerasan adalah Barang Siapa dengan terang-terangan dan dengan tenaga bersama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang diancam dengan pidana paling lama lima tahun enam bulan ( Pasal 170 KUHP). 5. Massa adalah sekelompok orang yang saling beraktivitas satu sama lain (Awaloedin Djamin : 121 : 2004) 6. Pengadilan Tinggi Negeri adalah pengadilan tingkat pertama, selanjutnya adalah pengadilan tinggi atau pengadilan tingkat banding, dan Mahkamah Agung (Satjipto Rahardjo : 187 : 2008) E. Sistematika Penulisan Dalam upaya memudahkan maksud dari penelitian ini serta dapat dipahami, maka penulis membagi sistematika penulisan ke dalam V (lima) Bab secara berurutan dan saling berhubungan sebagai berikut : I. PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, permasalahan penelitian dan ruang lingkup penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka konsepsional dan sistematika penulisan.

11 II. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini dikemukakan tentang pengertian pidana dan jenis-jenis pidana, pengertian tindak pidana dan jenis-jenis tindak pidana, pengertian penegakan hukum tentang kejahatan kekerasan dan kebijakan kriminal. III. METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan langkah-langkah atau cara yang dilakukan dalam penelitian yang meliputi pendekatan masalah, sumber dan jenis data, prosedur pengumpulan dan pengolahan data serta analisa data IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini memuat hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan hasil penelitian permasalahan latar belakang terjadinya kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa, pemberian sanksi pidana terhadap pelaku kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa dan upaya hukum yang dilakukan oleh aparat penegak hukum terhadap pelaku kejahatan dengan kekerasan yang dilakukan oleh massa. V. PENUTUP Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan disertai saran-saran sebagai alternatif pemecahan masalah dan perbaikan yang dianggap perlu di masa yang akan datang.