BAB V PEMBAHASAN. Dalam bab pembahasan ini, penulis membahas hasil penelitian yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia remaja. Pada jenjang ini, remaja berada pada masa untuk

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

SULUH Jurnal Bimbingan Konseling, April 2017, Volume 3 Nomor 1 (42-46)

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keluarga yang kokoh akan menghasilkan anak-anak yang kokoh juga.

FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING

Sigit Sanyata

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan. Dalam hal ini yang diproritaskan adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. individu untuk menuju kedewasaan atau kematangan adalah masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

PENGENALAN DOSEN PENASEHAT AKADEMIK

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya setiap manusia memiliki potensi di dalam dirinya. Potensi

BAB I PENDAHULUAN. pada kesiapannya dalam menghadapi kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai kebutuhan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

USAHA YANG DILAKUKAN SISWA DALAM MENENTUKAN ARAH PILIHAN KARIR DAN HAMBATAN-HAMBATAN YANG DITEMUI (Studi Deskriptif terhadap Siswa SMA N 3 Payakumbuh)

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keputusan dapat diambil sesuai kebutuhan yang diharapkan. keputusan, yaitu keputusan untuk tidak melakukan apa-apa.

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, telah berdampak kepada munculnya bidang-bidang

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kegagalan di masa sekarang merupakan prediktor keberhasilan

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan perempuan dalam masyarakat, sebagai contoh perempuan tidak lagi

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, baik untuk memahami realitas, nilai-nilai dan kebenaran, maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak suatu negara yang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mental yang terjadi antara masa kanak-kanak dan dewasa. Transisi ini melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. remaja yaitu, terkait dengan pemilihan jurusan kuliah di Perguruan Tinggi.

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, diantaranya dalam bidang pendidikan seperti tuntutan nilai pelajaran

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN. mencapainya, ada beberapa cara yang perlu diperhatikan. Salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak

BAB I PE DAHULUA. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tugas perkembangannya di periode tersebut maka ia akan bahagia, namun

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun (Monks, dkk., dalam Desmita, 2008 : 190) kerap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar membantu siswa agar

PENINGKATAN KEMATANGAN KARIER SISWA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK. Lutiyem SMP Negeri 5 Adiwerna, Kabupaten Tegal, Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

Resume Diagnosti kesulitan Belajar

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komprehensif sebelum mengambil keputusan menentukan pilihan.

BAB I PENDAHULUAN. Dunia sedang memasuki zaman informasi, bangsa-bangsa yang belum maju ada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang lebih tinggi. Salah satu peran sekolah untuk membantu mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

Persepsi Siswa tentang Pelaksanaan Bimbingan Karir

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan antara siswa satu dengan lain, memiliki potensi untuk tumbuh

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Dalam bab pembahasan ini, penulis membahas hasil penelitian yang berhasil didapat dari lapangan dan menjawab fokus penelitian yang diajukan dalam penelitian ini, dengan merujuk pada Bab II dan bab IV pada skripsi ini. 1. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Memilih Jurusan Di MAN 3 Kediri Menutur Kotler dkk (2000) proses pengambilan keputusan individu, dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis. 1 Dalam prakteknya ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan di MAN 3 Kediri, diantaranya adalah faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis. Menurut Kotler faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam terhadap pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan. Dari hasil penelitian di MAN 3 Kediri ternyata faktor kebudayaan tersebut sama sekali tidak berpengaruh terhadap pengambilan keputusan remaja dalam memilih jurusan. Dalam dunia pendidikan seringkali kita temui bahwa masyarakat banyak yang beranggapan bahwa jurusan IPA akan memberikan prospek masa depan yang lebih baik daripada jurusan lainnya. Masyarakat sering menganggap jurusan IPA lebih bagus daripada jurusan IPS. Sehingga anggapan masyarakat tersebut sering kali 1 Kotler, P., Ang, S. H., Leong, S. M., & Tan, C. T. (2000). Manajemen Pemasaran Perspektif Asia. Terjemah Oleh Fandy Tjiptono. Yogyakarta: Andi., hlm.200 127

128 mempengaruhi remaja dalam membuat keputusan ketika memilih jurusan. Namun hal tersebut tidak berpengaruh terhadap subjek. Masing-masing subjek mengaku tidak menafikan anggapan masyarakat tersebut, namun juga tidak mengamini pendapat masyarakat. Mereka hanya menjadikan pendapat masyarakat sebagai sebuah ungkapan semata tanpa perlu dijadikan sebagai dasar dalam memilih jurusan. Faktor-faktor yang mempengaruhi remaja dalam memilih jurusan di MAN 3 Kediri dapat dilihat pada bagan di bawah ini. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan memuluh jurusan Faktor Sosial Faktor Pribadi Faktor Psikologis Kelompok Acuan Faktor Keluarga Faktor Sosial Gambar 1.4 Faktor-faktor pengambilan keputusan Dari bagan diatas maka faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan memilih jurusan di MAN 3 Kediri dapat dijelaskan sebagai berikut:

129 a. Faktor Sosial Faktor ini meliputi faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, dan lingkungan sosial individu. 1. Kelompok Acuan (Reference Group) Kelompok acuan adalah kelompok sosial yang menjadi acuan bagi seseorang (bukan anggota kelompok) untuk membentuk pribadi dan perilakunya. 2 Dalam pengambilan keputusan memilih jurusan, kelompok acuan berperan serta mempengaruhi subjek sebelum kuputusan dibuat. Adanya hubungan yang dekat dengan teman, wali kelas, guru sekolah dan saudara dekat turut berpengaruh dalam pengambilan keputusan memilih jurusan. Sehingga dalam pengambilan keputusan memilih jurusan remaja akan dipengaruhi oleh kelompok acuan tersebut. 3 Seperti yang terjadi pada subjek yang banyak dipengaruhi oleh teman, saudara dekat, guru, dan wali kelasnya sendiri. 2. Faktor Keluarga Keluarga merupakan kelompok primer yang paling penting dalam masyarakat. Faktor keluarga berperan sangat penting dalam proses pengambilan keputusan memilih jurusan. Seseorang tidak bisa lepas dari pengaruh keluarga. Remaja membutuhkan nasehat untuk membantu mereka dalam mengambil keputusan dalam hidup 2 Soekanto.1990. Psikologi Suatu Pngantar. Jakarta: Rajawali Press., hlm.125 3 Kotler, P., Ang, S. H., Leong, S. M., & Tan, C. T. (2000). Manajemen Pemasaran Perspektif Asia. Terjemah Oleh Fandy Tjiptono. Yogyakarta: Andi., hlm.202

130 mereka. Sehingga dalam mengambil keputusan memilih jurusan remaja sering dipengaruhi oleh anggota keluarga khususnya orang tua. Peran orang tua sangat penting dalam mendukung anak menentukan pilihan dan jalan hidup mereka. Itu sebabnya, sering dikatakan bahwa pada saat anak tumbuh remaja, posisi orang tua bukan lagi orang tua seperti dulu tapi lebih sebagai teman. Orang tua bisa menjadi tempat curhat dan konsultasi yang nyaman, tanpa harus cemas kalau-kalau mereka tidak punya hak suara. Orang tua perlu memastikan saja, apa motivasi anak memilih jurusan yang dia inginkan. Mengajak anak menganalisa motivasi dan alasan, akan lebih menguntungkan karena anak akan mencoba menerapkan cara berpikir analitis yang serupa ketika memilih dan memilah jurusan yang lain. 3. Lingkungan Sosial Lingkungan sosial terdiri dari orang-orang baik individual maupun kelompok yang berada di sekitar manusia. Lingkungan sosial ini bisa berupa orang tua, saudara-saudara, kerabat dekat, teman sebaya, serta lingkungan pendidikan atau lingkungan sosial yang lebih besar yaitu lingkungan tetangga, lingkungan kerja, lingkungan organisasi, yang sangat mempengaruhi remaja dalam memilih jurusan. Lingkungan sosial seperti lingkungan tetangga ternyata sangat mempengaruhi remaja dalam pengambilan keputusan

131 memilih jurusan. Melihat tetangga yang sukses menjadi inspirasi subjek untuk mengikuti jejak mereka sehingga mereka ingin menjadi sukses seperti tetangga tersebut. b. Faktor Pribadi Konsep diri (self concept) adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri ini, boleh bersifat psikologi, sosial, dan fisik. Konsep diri adalah apa yang difikirkan dan dirasakan tentang dirinya sendiri. 4 Konsep diri (self concept) bukan merupakan faktor bawaan, melainkan berkembang dari pengalaman yang terus menerus dan berubah-ubah. Konsep diri yang dibentuk masing-masing subjek berpengaruh sangat besar dalam pengambilan keputusan memilih jurusan. Konsep diri yang mereka bentuk ialah merasa pandai berhitung namun lemah dalam hal menghafal materi dan juga sebaliknya. Sehingga kelemahankelemahan tersebut membuat subjek berfikir keras sebelum mengambil keputusan. c. Faktor Psikologis Motivasi adalah faktor yang sangat mempengaruhi subjek dalam pengambilan keputusan memilih jurusan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa masing-masing subjek mempunyai motivasi yang kuat ketika akan membuat keputusan. Motivasi yang mereka tunjukkan adalah adanya keinginan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi 4 Rakhmat.1994. Psikologi Komunikasi. Bandung: Rosdakarya., hlm.112

132 dibidang yang mereka minati. Dalam pengambilan keputusan tersebut, semua subjek lebih mengarah pada orientasi masa depan. Masa depan pendidikan maupun bidang pekerjaaan yang mereka inginkan berpengaruh sangat besar sebelum keputusan akhir dibuat. Pada kenyataannya siswa akan mendapatkan prestasi belajar yang baik apabila ada motivasi yang berasal dari dirinya sendiri maupun dorongan dari luar dirinya. Motivasi sangat diperlukan bagi setiap siswa karena siswa akan bersemangat dalam belajar apabila ada perhatian dari orang tua maupun guru. Motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. Jika seseorang mendapat motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang semula tak terduga. 5 Motivasi juga diartikan satu variabel penyelang yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran. Dalam kehidupan kita sehari-hari pasti mempunyai keinginan untuk mencapai suatu cita-cita yang ingin kita wujudkan. Untuk mencapai tujuan tersebut kita harus dapat mendorong diri kita sendiri untuk melakukan hal-hal yang ingin kita capai untuk mendapatkan prestasi yang kita inginkan. Sehingga adanya motivasi berperan sangat penting dalam mewujudkan keinginan kita. Dalam pemilihan jurusan, remaja masih membutuhkan nasehat untuk membantu mereka dalam pengambilan keputusan. Pada dasarnya 5 Purwanto, Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Karya., hlm 69

133 pemberian bantuan kepada siswa untuk memilih suatu jurusan melibatkan berbagai pihak misalnya: konselor, guru, orang tua, dan siswa itu sendiri. Pihak-pihak tersebut mempunyai fungsi dan peranan yang berbeda namun sama tujuannya yakni membantu siswa agar dapat mencapai suatu prestasi yang optimal dan cita-cita yang sesuai dengan minat dan kemampuannya. Semua pihak hendaknya bekerja sama dengan baik agar siswa mampu memahami dan mengidentifikasi minat, bakat, kemampuan, kesempatan, dan kemungkinan lain yang ada pada diri siswa. Semakin lengkap informasi yang diperoleh dari diri siswa maupun informasi yang diperlukan di luar diri siswa, maka proses bantuan yang diberikan kepada siswa akan semakin tepat dan efektif. Dari hasil penelitian di MAN 3 Kediri, diketahui bahwa bimbingan dan konseling sama sekali tidak mempengaruhi subjek dalam mengambil keputusan memilih jurusan. Bahkan dari hasil wawancara semua subjek mengaku tidak pernah konsultasi ke guru bimbingan.dan konseling terkait pemilihan jurusan. Dari sini terlihat bahwa bimbingan dan konseling belum mengoptimalkan peran dan fungsinya dalam membantu siswa mengatasi permasalahan terkait pendidikan khususnya pemilihan jurusan. Bimbingan dan konseling yang dahulu dikenal dengan nama Bimbingan dan Penyuluhan (Guideance and Conseling), merupakan bagian tak terpisahkan dari sebuah sistem pendidikan. Pada kenyataannya, bimbingan dan konseling ini menjadi sebuah simbol yang sering tidak berfungsi secara optimal. Pada hampir semua sekolah, fungsi bimbingan dan konseling hanya muncul jika seorang siswa menghadapi permasalahan

134 yang memang krusial, seperti perkelahian, penyalahgunaan obat terlarang, kenakalan-kenakalan di luar batas, serta hal-hal lain yang berada di luar batas kewajaran. Padahal fungsi bimbingan dan konseling lebih luas daripada semua itu, diantaranya ialah melakukan Bimbingan Pendidikan (Educational Guidance). Dalam hal ini bantuan yang dapat diberikan kepada anak dalam bimbingan pendidikan berupa informasi pendidikan, cara belajar yang efektif, pemilihan jurusan, lanjutan sekolah, mengatasi masalah belajar, mengembangkan kemampuan dan kesanggupan secara optimal dalam pendidikan atau membantu agar para siswa dapat sukses dalam belajar dan mampu menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan sekolah. Proses bantuan yang diberikan oleh konselor dan guru kepada siswa dalam memilih program pilihan dilaksanakan melalui berbagai metode atau teknik. Sebagai suatu kegiatan profesional dan ilmiah kegiatan pemberian bantuan ini di dasari oleh teori-teori yang erat kaitannya dengan proses bimbingan dan konseling karir. Karena pada hakikatnya pemilihan jurusan merupakan suatu proses yang mengarah terhadap pemilihan jabatan atau suatu kegiatan pengambilan keputusan yang diawali dengan kegiatan pemilihan jurusan secara tepat. Banyak teori-teori bimbingan dan konseling karir yang kemudian berkembang dalam memilih jurusan dan pekerjaan. Pemilihan jurusan pada saat kelas 2 SMA baik jurusan IPA, IPS dan Bahasa membutuhkan kecermatan dalam memilih sehingga inilah momen yang amat penting dalam mengenal dan mengawali sejarah karirnya.

135 Sering terjadi para siswa mengalami masalah, konflik dan ketegangan dalam menghadapi program pilihan tersebut karena kurang jelasnya informasi yang berkaitan dengan kegiatan tersebut. Usaha pemberian bantuan agar siswa dapat mengambil keputusan dengan tepat tanpa ada saat masalah dan hambatan merupakan suatu kegiatan yang amat berharga. Sehingga disinilah pentingnya guru BK, orang tua dan semua pihak sekolah harus bekerja sama untuk memberikan bantuan terhadapa siswa terkait pemilihan jurusan. Guru bimbingan dan konseling memiliki tugas, tanggungjawab, wewenang dalam pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik. Tugas guru bimbingan dan konseling terkait dengan pengembangan diri peserta didik yang sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, dan kepribadian peserta didik di sekolah/madrasah. Tugas guru bimbingan dan konseling yaitu membantu peserta didik dalam: 1. Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai bakat dan minat. 2. Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan dan bermartabat. 3. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.

136 4. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir misalnya pemilihan jurusan. Adanya bimbingan dan konseling diharapkan menjadi alat penyaluran anak-anak ke arah pilihan jurusan yang sesuai dengan pembawaan dan kemampuan masing-masing. Sehingga disini BK mempunyai beberapa layanan yang harus diberikan untuk membantu siswa. Ada 7 (tujuh) jenis layanan yang dapat dilakukan oleh setiap guru pembimbing untuk setiap sekolah. Jenis layanan tersebut antara lain: 1) Layanan Orientasi yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak lain yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap siswa (terutama orang tua siswa) memahami lingkungan sekolah yang baru dimasukinya. 2) Layanan Informasi yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dan pihak lain yang dapat memberikan pengaruh besar kepada siswa (orang tua) menerima dan memahami informasi pendidikan. 3) Layanan penempatan dan penyuluhan yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran secara tepat, misalnya; penempatan dan penyaluran di dalam kelas; kelompok belajar; jurusan atau program khusus.

137 4) Layanan bimbingan dan pembelajaran yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa mengembangkan siswa berkenaan dengan sikap kebiasaan belajar yang baik dan cocok. 5) Layanan konseling perorangan yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa dapat mendapatkan layanan langsung tatap muka dengan pembimbing dalam rangka pembahasan dan pemecahan masalah. 6) Layanan bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah siswa secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan informasi. 7) Layanan konseling kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan untuk membahas dan pemecahan masalah melalui dinamika kelompok yang berbeda. Menyadari semakin banyaknya tantangan kedepan, sekolah memegang peranan penting untuk dapat mengembangkan potensi diri yang dimiliki siswa. Kemungkinan yang akan terjadi jika siswa mengalami kesalahan dalam penjurusan adalah rendahnya prestasi belajar siswa atau dapat menyebabkan terjadinya kegamangan dalam aktualisasi diri. Tak jarang siswa tidak mengerti alasan pemilihan jurusan tersebut, hendak kemana setelah tamat sekolah dan apa cita-citanya. Pada dasarnya IPA dan IPS sama-sama membutuhkan keahlian tersendiri dan sama-sama memerlukan minat dan kecerdasan. Maka orang tua dan guru seyogyanya bersikap arif dalam penjurusan ini. Ajaklah anak-

138 anak kita mengenali minat dan potensi mereka sendiri sekaligus arahkanlah sesuai hal tersebut. Bila sang anak berminat memasuki jurusan IPS, maka guru dan orang tua patut mendorong dan mendukungnya demikian pula sebaliknya. Sehingga potensi, bakat dan minat anak bisa berkembang secara optimal. 2. Langkah-Langkah Dalam Proses Pengambilan Keputusan Memilih Jurusan Di MAN 3 Kediri Setiap keputusan yang kita ambil pada dasarnya merupakan perwujudan kebijakan yang telah digariskan. Oleh karena itu, analisis proses pengambilan keputusan memilih jurusan pada hakikatnya sama saja dengan analisis proses kebijakan. Dalam pelaksanaan pengambilan keputusan memilih jurusan terdapat beberapa langkah yang perlu ditempuh untuk menghasilkan keputusan yang sesuai dan tepat. Panji Anoraga menyebutkan proses pengambilan keputusan memilih jurusan ada beberapa langkah yakni meliputi: 6 menetapkan tujuan, mengidentifikasi permasalahan, mengembangkan sejumlah alternatif, penilaian dan pemilihan alternatif, melaksanakan keputusan, evaluasi dan pengendalian. Dalam prakteknya langkah-langkah dalam peoses pengambilan keputusan memilih jurusan di MAN 3 Kediri memiliki cara yang sama dengan yang dipaparkan oleh Panji Anoraga dalam teorinya. Langkahlangkah tersebut dapat dilihat pada bagan dibawah ini: 6 Pandji, Anoraga. 1990. Psikologi Kepemimpinan. Jakarta:Rineka Cipta.,hlm.49

139 Langkah-Langkah Dalam Proses Pengambilan Keputusan Memilih Jurusan Menetap kan Tujuan Mengide ntifikasi Permasal ahan Mengemb angkan Sejumlah Alternatif Penilaian dan Pemilihan Alternatif Melaksana kan Keputusan Evaluasi dan Pengendal ian Gambar 1.5 Langkah pengambilan keputusan Dari bagan diatas maka langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan memilih jurusan di MAN 3 Kediri dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Menetapkan Tujuan Dalam setiap pengambilan keputusan memilih jurusan seharusnya kita sudah memiliki tujuan jelas yang akan mengarahkan langkah kita, apakah ingin melanjutkan pendidikan lebih tinggi yang sesuai minat kita, prospek kerja yang lebih baik, apakah sesuai dengan bakat dan minat ataukah karena ikut-ikutan teman sekelompok dll. Dalam setiap kita melangkahkan kaki, sangat penting bagi kita untuk mempunyai tujuan yang jelas. Adanya tujuan yang jelas akan membuat langkah kita semakin

140 terarah. Dengan adanya tujuan akan membuat kita mempunyai target kedepan yang ingin kita raih. Dengan begitu, waktu dan tenaga yang dikeluarkan tidak akan terbuang dengan sia-sia. Dari semua subjek yang telah diwawancara, dalam pengambilan keputusan memilih jurusan tersebut semua subjek telah memiliki tujuan yang jelas yakni lebih mengarah ke pemilihan karir kedepan. Dalam pengambilan keputusan memilih jurusan semua subjek memiliki tujuan yang telah mereka rancang yakni pemilihan pendidikan lebih tinggi sesuai bakat dan minat sehingga akan mengantarkan mereka pada karir yang diinginkan. Dalam hal ini kesemua subjek sudah mempunyai gambaran kelak akan kuliah jurusan apa dan bekerja dimana. Sehingga pemilihan jurusan IPA atau IPS ini mengikuti keinginan mereka kedepannya. Dengan begitu, akan membuat langkah mereka semakin terarah demi menggapai harapan yang diinginkan. b. Mengidentifikasi Permasalahan Proses pengambilan keputusan memilih jurusan umumnya dimulai setelah permasalahan diidentifikasi. Permasalahan merupakan kondisi dimana adanya ketidaksamaan antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan. Pada dasarnya banyak sekali masalah yang dihadapi remaja dalam memutuskan sesuatu. 7 7 Desmita.2008. Psikologi Perkembangan, Bandung: PT Rosda Karya., hlm. 198

141 Dalam pengambilan keputusan memilih jurusan ini semua subjek dihadapkan pada permasalahan yang berbeda satu sama lain. Permasalahan yang muncul meliputi merasa kurang pandai dalam hal berhitung namun merasa tidak mampu jika harus hafalan. Sehingga kedudukan antara jurusan IPA dan IPS sama. Selain itu terdapat permasalahan lain yakni subjek menginginkan masuk IPA namun pendidikan dibangku kuliah yang mereka minati justru berada dibawah naungan IPS. Memilih jurusan pada dasarnya merupakan sebuah proses yang sudah dimulai sejak masa anak-anak. Kesempatan, stimulasi, pengalaman apa saja yang diberikan pada anak sejak kecil secara optimum dan konsisten, itu akan menjadi bekal, modal dan fondasi minat dan bakatnya. Makin banyak dan luas pengalamannya, makin anak tahu banyak tentang dirinya, tapi makin sedikit pengalamannya, makin sedikit juga pengetahuan anak tentang dirinya. Oleh karena itu untuk meminimalisir munculnya kebingungan ketika hendak memilih jurusan, seorang siswa perlu mencari informasi secara detail mengenai jurusan yang diminati. Sebelum memilih jurusan, hendaknya anak punya informasi yang luas dan detail, mulai dari ilmunya, mata pelajarannya, pengajarnya, komunitas sosialnya, kegiatan jurusannya, pendidikan selanjutnya, alternatif profesi kerjanya, dsb. Alangkah baiknya jika orang tua, guru disekolah ataupun wali kelas bisa membantu anak mencari informasi mengenai

142 masing-masing jurusan dan membiarkan anak melihat plus minusnya secara kongkrit. Diskusikan secara terbuka faktor apa saja yang jadi potensi kendala dan bagaimana strategi solusinya. Dengan demikian, akan tercipta komunikasi yang terbuka dan positif sehingga anak bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk dirinya sendiri. c. Mengembangkan Sejumlah Alternatif Setelah permasalahan dapat diidentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah mengembangkan serangkaian alternatif untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul. Remaja membutuhkan lebih banyak kesempatan untuk melatih dan membahas pengambilan keputusan yang realistis. Dalam mencari solusi dari setiap permasalahan yang muncul, remaja masih memerlukan bimbingan orang lain dalam pengambilan keputusannya baik itu dari orang tua, guru, maupun teman. Remaja membutuhkan nasehat untuk membantu mereka dalam mengambil keputusan dalam hidup mereka, sehingga orang tua perlu melibatkan anak dalam kegiatan mengambil keputusan yan tepat. 8 Dalam pengambilan keputusan memilih jurusan ini, masing-masing subjek mengalami berbagai masalah. Masalah yang muncul tersebut kemudian dianalisis untuk dicari solusinya. Dari hasil analisis permasalahan yang muncul akhirnya didapat solusi dari permasalahan. Bagi siswa yang merasa tertinggal ketika 8 Santrock, John. 2003. ADOLESCENSE Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga., hlm, 140

143 mengikuti proses belajar mengajar dikelas, maka alternatif yang mereka tempuh ialah mengikuti kegiatan bimbingan belajar diluar jam sekolah. Sedangkan bagi siswa yang merasa kurang yakin terhadap kemampuannya, maka disini adalah tugas dari orang tua, guru, wali kelas dan semua elemen untuk mendorong keyakinannnya bahwa siswa mampu mengatasi setiap permasalahan yang muncul. Orang tua seharusnya mengarahkan anak ketika memilih jurusan dan mendukung setiap keputusan yang dipilih oleh anak. Motivasi dari guru juga sangat penting bagi siswa karena guru lebih banyak waktu menghadapi siswa dalam belajar sehingga dengan begitu guru dapat memberikan motivasi yang dapat mendorong siswa untuk mencapai prestasi dan semangat dalam belajar d. Penilaian dan Pemilihan Alternatif Setelah berbagai alternatif diidentifikasi, kemudian dilakukan evaluasi terhadap masing-masing alternatif yang telah dikembangkan dan dipilih sebuah alternatif yang terbaik. Biasanya remaja cendrung mengambil keputusan dengan perasaan bingung dan cemas, sehingga dalam pemilihan alternatif tersebut remaja perlu bimbingan dari orang lain yang lebih berpengalaman. Pada dasarnya kemampuan remaja dalam mengambil keputusan memiliki konsekuensi yang sama dengan orang dewasa karena mempunyai dampak yang penting sesuai dengan resikonya.

144 Setelah masing-masing subjek mampu mengidentifikasi permasalahannya masing-masing dan mencari solusi dari tiap permasalahan, maka keputusan pun akhirnya dibuat. Disini masing-masing subjek telah memutuskan jurusan apa yang mereka ambil setelah memalui berbagai pertimbangan. Tak dapat dipungkiri bahwa untuk memilih suatu jurusan dibutuhkan pertimbangan yang matang serta kemampuan untuk mengenali kelebihan dan kekurangan diri. Seiring dengan eksplorasi minat dan bakat, anak pun perlu di arahkan untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab atas pilihannya. Anak perlu diajarkan untuk mandiri dan mampu memotivasi diri sendiri, disiplin, dan serius belajar sebagai perwujudan dari komitmen atas pilihan hidupnya. Jika menjumpai kendala, tidak mudah putus asa apalagi berhenti di tengah jalan atau ganti haluan. Ketika siswa telah memutuskan pilihannya maka guru sebaiknya membantu menyiapkan mental anak didik dalam berbagai bentuk latihan dan tempaan, agar mereka tidak hanya siap materi namun juga siap mental menghadapi tekanan dan tantangan yang akan dihadapi. e. Melaksanakan Keputusan Jika salah satu dari alternatif yang terbaik telah dipilih, maka keputusan tersebut kemudian harus diterapkan. Walaupun mungkin remaja tersebut merasa asing dengan keputusan yang harus di buatnya tetapi mereka mencoba untuk menemukan dan mengeluarkan jati diri mereka serta menemukan arti dan tujuan

145 hidup mereka. Ada yang merasa mampu menjalani keputusannya, ada yang merasa justru lebih santai dilingkungan barunya, ada yang merasa harus lebih bekerja kerasa agar tidak tertinggal bahkan ada yang merasa kurang pede berada dilingkungan barunya karena tertinggal dari teman-temannya. Menghadapi permasalahan yang seperti itu, orang tua seharusnya bersedia menjadi tempat diskusi bagi anak. Ketika anak berada dilingkungan barunya, maka hanya akan terdapat dua kemungkinan, yaitu yang pertama anak mampu beradaptasi dengan lingkungan baru tersebut atau yang kedua anak merasa kesulitan beradaptasi dengan lingkungan barunya. Disini menjadi tugas orang tua untuk mendorong dan memotivasi anak dalam menghadapi permasalahannya. Dengan demikian, akan tercipta komunikasi yang terbuka dan positif, sehingga anak merasakan dukungan dan komitmen orang tua. Dengan cara ini anak diharapkan tergugah untuk menjaga komitmen dan lebih bertanggung jawab terhadap apapun pilihannya dan mampu mengatasi setiap kendala yang dihadapinya. f. Evaluasi dan Pengendalian Setelah keputusan diterapkan, pengambil keputusan tidak dapat begitu saja menganggap bahwa hasil yang diinginkan akan tercapai. Mekanisme sistem pengendalian dan evaluasi perlu dilakukan agar apa yang diharapkan dari keputusan tersebut dapat terealisir.

146 Setelah masing-masing subjek memberikan keputusan final dan mulai menjalani aktifitas di lingkuangan yang baru, masingmasing subjek perlu melakukan evaluasi untuk mengetahui perkembangan pribadinya masing-masing. Evaluasi perlu dilakukan untuk mengukur apakah keputusan yang telah di ambil tersebut sudah sesuai apa belum. Sehingga ketika keputusan tersebut hasilnya tidak sesuai dengan yang di harapkan, kita dapat segera melakukan perbaikan sesegera mungkin. Dari paparan data ditemukan bahwa bagi yang sanggup beradaptasi di lingkungan yang baru maka prestasi belajarnya meningkat. Sedangkan beberapa prestasi belajarnya justru menurun dikarenakan pengaruh dari faktor eksteren individu tersebut seperti terlalu sibuk ikut ekstrakulikuler sehingga jadi jarang belajar ketika dirumah. Seharusnya orang tua turut membantu anak dalam mengatur waktunya selama kegiatan belajar mengajar baik dilembaga formal maupun non formal. Remaja seringkali merasa asik dengan dunianya sendiri sehingga terkadang menyebabkan ia menjadi lupa waktu. Maka menjadi tugas orang tua untuk mengkontrol setiap kegiatan anak agar kegiatan diluar jam sekolah tidak menganggu jam belajarnya. Dalam pengambilan keputusan pemilihan jurusan sebaiknya siswa memilih jurusan sesuai dengan bakat dan minatnya. Jika seorang siswa memilih jurusan sesuai dengan bakat dan minatnya, maka dirinya akan mampu bertahan dalam

147 menghadapi kesulitan-kesulitan selama proses belajar mengajar. Namun jika ia tidak memiliki bakat dan minat dalam jurusan yang dipilih, maka hal tersebut akan membuat prestasi belajarnya justru semakin menurun. 3. Dasar Pengambilan Keputusan Memilih Jurusan Di MAN 3 Kediri Seperti yang telah dijelaskan bahwa pengambilan keputusan dalam memilih jurusan ialah proses pemilihan jurusan apakah IPA, IPS atau Bahasa untuk ditindak lanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah yang merupakan tindakan yang dianggap paling tepat yang berguna sebagai pengerahan haluan hidup seseorang seperti jenis pekerjaan, nilai yang dianut serta kepribadian yang mengembannya. Secara teori, dasar pengambilan keputusan menurut George R. Terry ada lima dasar 9, yaitu: a. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi Keputusan memilih jurusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Seperti memilih jurusan sesuai fikirannya sendiri tanpa mempertimbangkan kemampuan diri sendiri. 9 Syamsi, Ibnu. 2000. Pengambilan Keputusan Dan Sistem Informasi. Jakarta: Bumi Aksara.,hlm 16

148 b. Pengambilan Keputusan Rasional Keputusan memilih jurusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Dalam memilih jurusan remaja akan memperhitungkan positif dan negatifnya keputusan tersebut bagi dirinya. c. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta Istilah fakta disini perlu dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan dalam memilih jurusan. d. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan memilih jurusan, seseorang mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi. Selain belajar dari pengalaman dirinya sendiri biasanya remaja juga akan belajar dari pengalaman orang lain yang dijadikan dasar dalam memilih jurusan. e. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang Pada kenyataannya, masih banyak siswa yang memilih suatu jurusan bukan berdasarkan potensi, minat, dan bakat yang dimilikinya. Mereka menyerahkan penjurusan sepenuhnya

149 kepada orang tua. Remaja sering memandang pengambilan keputusan dengan disertai kebimbangan, ketidakpastian, dan stress. Mereka membutuhkan nasehat untuk membantu mereka dalam mengambil keputusan dalam hidup mereka Namun dalam prakteknya, keputusan yang baik dan tepat adalah keputusan yang diambil dengan dasar pemikiran yang rasional, bukan semata-mata berdasarkan rasa suka dan tidaknya. Pada dasarnya kemampuan remaja dalam mengambil keputusan memiliki konsekuensi yang sama dengan orang dewasa karena mempunyai dampak yang penting sesuai dengan resikonya. Keputusan memilih jurusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional. Dalam memilih jurusan remaja akan memperhitungkan positif dan negatifnya keputusan tersebut bagi dirinya. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif. Pada pengambilan keputusan secara rasional ini terdapat beberapa hal, sebagai berikut. 1) Kejelasan masalah, tidak ada keraguan dan kekaburan masalah 2) Orentasi tujuan, kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai. 3) Pengetahuan alternatif, selaruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekiensinya. 4) Preferensi yang jelas, alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria.

150 5) Hasil maksimal, pemilihan alternatif terbaik didasarkan atas hasil yang maksimal Dari hasil wawancara, ditemukan bahwa setiap subjek menggunakan landasan berfikir yang rasional dalam mengambil keputusan memilih jurusan. Masing-masing subjek mampu menganalisis kekurangan dan kelebihan dari keputusan yang mereka buat. Mereka mampu mengambil keputusan rasional yang bersifat lebih objektif. Dalam pengambilan keputusan memilih jurusan tersebut, kesemua subjek telah melalui berbagai tahap dan langkah-langkah untuk menghasilkan keputusan yang baik. Sehingga ketika langkah-langkah tersebut telah berhasil dilewati, maka keputusan yang mereka hasilkan akan lebih bersifat objektif. Dalam pengambilan keputusan tersebut masing-masing subjek telah mengetahui tujuan yang ingin mereka capai, masalah-masalah yang mereka hadapi, mampu menemukan alternatif pemecahan masalah, mampu menerapkan keputusan yang mereka buat dan mampu melakukan proses evaluasi terhadap keputusan yang telah mereka buat.