BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1997 Perekonomian Indonesia mengalami pasang surut hingga

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan nasional, industri memegang peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wenni Febriani Setiawati, 2015

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian di negara yang sedang berkembang seperti

Proposal Usaha Kerajinan Rotan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang terletak di Asia

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan transportasi. Globalisasi berarti menyatukan pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. rotan yang terdapat di Dunia, yang terdiri dari 9 genus. Negara berkembang lainnya, Indonesia hanya mampu mengekspor bahan mentah

BAB I PENDAHULUAN. potensi usaha yang terkenal. Potensi usaha masyarakat yang dari Cirebon salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita pelajari sejarah perekonomian Indonesia sejak masa awal Orde

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, salah

BAB I PENDAHULUAN. hanya untuk kepentingan seni dan budaya sertadigunakan sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pendapatan di Indonesia. Usaha kecil yang berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat.

STRATEGI PEMASARAN KOPI BUBUK CAP TIGA SENDOK DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. manufaktur yang bertumpu pada sektor industri. Salah satunya industri kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang

4 GAMBARAN UMUM INDUSTRI ROTAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, usaha kecil dan menengah semakin

BAB I PENDAHULUAN. negara dan telah terbukti terutama di saat resesi ekonomi pada tahun 1985 dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang

Latar Belakang. Furnitur kayu Furnitur rotan dan bambu 220 Furnitur plastik 17 Furnitur logam 122 Furnitur lainnya 82 Sumber: Kemenperin 2012

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi perhatian

2016 DAMPAK LINGKUNGAN ALAM DAN SOSIAL KAWASAN INDUSTRI SUKALUYU KABUPATEN CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang berpengaruh terhadap perekonomian global. Ini ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Industri kerajinan rotan di Kabupaten Cirebon merupakan sentra dari

2015 PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) BONEKA KAIN DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

PENDAHULUAN. Sektor Usaha Kecil Menengah (UKM) memiliki kontribusi yang cukup. penting didalam pembangunan nasional. Kemampuannya untuk tetap bertahan

BAB I PENDAHULUAN. indikator perkembangan ekonominya. Perkembangan ekonomi yang telah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

DINAMIKA PERKEMBANGAN KLASTER INDUSTRI MEBEL KAYU DESA BULAKAN, SUKOHARJO TUGAS AKHIR. Oleh : SURYO PRATOMO L2D

I. PENDAHULUAN. zaman penjajahan) yang sebenarnya merupakan sistem perkebunan Eropa.

BAB I PENDAHULUAN. bisa dipastikan perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan dalam

PUSAT INFORMASI PROMOSI DAN PERDAGANGAN INDUSTRI KERAJINAN ROTAN DI CIREBON

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk kegiatan pertanian. Sebagian besar penduduk Indonesia bekerja di sektor

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STRATEGI DAN KEBIJAKAN INOVASI PENGEMBANAGAN AGROINDUSTRI ROTAN DI KALIMANTAN TENGAH

PENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PENGUSAHA INDUSTRI KECIL MEBEL DI KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan budaya. Salah satu yang populer diantaranya, berasal dari bidang fashion

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka pengembangan ekonomi daerah yang bertujuan. meningkatkan kesejahteraan masyarakat, maka pengembangan ekonomi lokal

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

PENGEMBANGAN UMKM UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. kota ataupun kabupaten untuk berlomba-lomba mengembangkan daerahnya di

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

IbM Pengrajin Anyaman Rotan di Kabupaten Jember: Upaya Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produksi

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil di Indonesia memiliki peranan yang sangat penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan sektor industri sebagai bagian dari proses pembangunan

Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Provinsi Papua Triwulan III 2015

BAB I PENDAHULUAN. parah bagi perekonomian nasional. Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membangun perekonomian nasional dalam konteks perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. prakondisi untuk tinggal landas (preconditions for take off) atau masa transisi,

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Industri Kecil Menengah (IKM). Sektor industri di Indonesia merupakan sektor

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini memegang peranan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan industri.pengembangan Industri kecil merupakan salah satu jalur

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

PENGELOMPOKAN INDUSTRI PAKAIAN JADI DI KECAMATAN CIPONDOH KOTA TANGERANG TUGAS AKHIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. definisi industri kecil tersebut antara lain: tanah dan bangunan tempat usaha. c) Milik Warga Negara Indonesia (WNI)

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. bagi perekonomian di Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM)

BAB I PENDAHULUAN. rempah yang sudah diakui dunia, berbagai tanaman yang tumbuh disetiap

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan usahanya memiliki jumlah penjualan sebesar < Rp per

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. pedesaan telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup stabil. Teori

ULANGAN HARIAN I. : Potensi SDA dan SDM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara terbesar penghasil rotan di dunia. Selain itu

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling

PERANAN DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN DALAM PEMBINAAN USAHA KERAJINAN KERIPIK TEMPE DI KABUPATEN NGAWI SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, menaikan devisa negara serta mengangkat prestise nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjamin pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Periode dapat dikatakan sebagai

PENGARUH PERSEBARAN LOKASI UMKM BERBASIS RUMAH (HOME BASED ENTERPRISES) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KEL. BUGANGAN DAN JL.

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1997 Perekonomian Indonesia mengalami pasang surut hingga mencapai krisis multidimensi. Sehingga berdampak kepada stabilitas perekonomian negara, mengubah tatanan politik dan bernegara, stabilitas keamanan serta berbagai masalah sosial.. Salah satu sektor kegiatan ekonomi yang penting dan mengalami revolusi seiring pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi adalah industri. Seperti yang dikemukan Pangestu dan Aswicahyono dalam Tumbuan (2001 : 76), adalah sebagai berikut : Kemajuan teknologi menyebabkan menurunnya biaya transportasi dan komunikasi. Perkembangan tersebut telah mendorong perdagangan antar negara/proses internasionalisasi produksi barang dan jasa,s erta pemasaran dan pemyalurannya. Kemajuan teknologi juga meningakatkan spesialisasi dan pembagian produksi antarnegara berdasarkan jenis produk dan proses produksinya. Berdasarkan kutipan tersebut, kemajuan teknologi berdampak pada industri. Dimana dianggap lebih mampu membuka lapangan pekerjaan bagi tenaga yang menganggur, mendorong pertumbuhan teknologi yang berguna bagi kehidupan manusia, menumbuhkan berbagai kegiatan yang saling berkaitan dalam jaringan industri sehingga mampu berfungsi sebagai pendorong pembangunan. Salah satu kenyataan menunjukan dimana ada penduduk, maka disitu ada kegiatan industri. Lebih dari 30

2 penduduk dunia dan lebih dari 10 dari seluruh jumlah tenaga kerja di dunia bekerja di bidang industri. Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi manusia yang penting, dimana mampu menghasilkan berbagai kebutuhan hidup manusia dari mulai makanan, minuman, pakaian, dan perlengkapan rumah tangga. Pentingnya industri telah disadari sejak awal periode pembangunan jangka panjang 25 tahun pertama, yang memprioritaskan pada pembangunan bidang ekonomi dengan menitikberatkan pada sektor pertanian dan industri. Hal ini telah menjadi suatu sasaran pokok pemerintah bahwa keberadaan industri diharapkan mampu menciptakan sektor ekonomi yang seimbang. Sebagai bagian dari system pembangunan nasional, pembangunan industri harus diarahkan pada upaya-upaya untuk meningkatkan kesejaterahan masyarakat. Hal ini sesuai dengan manfaat dari kegiatan industri itu sendiri yaitu meningkatkan pendapatan masyarakat yang mendorong peningkatan pendapatan regional maupun nasional. Meningkatkan pendapatan masyarakat secara tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraannya. Pembangunan industri dan pengembangan industri saat ini, harus disesuaikan dengan potensi daerah dengan memperhatikan segala masalah yang ada pada daerah yang bersangkutan, sebagai suatu upaya untuk mensejahterakan masyarakat dan daerah yang bersangkutan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sumaatmadja (1988:183) bahwa : Pembangunan industri (industrialisasi) yang dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan nasional dan kesejahteraan penduduk, juga harus sejalan dengan pemecahan masalah-masalah lainnya dan sedapat mungkin

3 tidak menimbulkan masalah baru yang lebih gawat. Oleh karena itu, baik potensi pengembangan industri maupun masalah yang sedang dijalani masyarakat dan negara, harus diteliti secara sungguh-sungguh. Potensi berbagai daerah dengan segala masalah yang ada pada daerah yang bersangkutan, harus diintergrasikan sebagai suatu upaya untuk mensejahterakan masyarakat dan daerah yang bersangkutan. Dengan demikian, adanya perkembangan teknologi mendorong perubahan dan perkembangan, khususnya dalam perindustrian. Pada masyarakat yang masih berpola hidup agraris, kemudian industri masuk sejak adanya revolusi industri sehingga dengan sendirinya teknologi pun berperan. Dengan demikian teknologi, dipercaya sebagai penggerak adanya perubahan tersebut. Industri pada umumnya masih bersifat home industry. Makin tinggi tingkat teknologi, home industry atau industri kecil berubah menjadi industri menengah kemudian Big industry. Keberadaan industri dapat dilihat dari aspek keruangan atau lokasi. Pemilihan lokasi yang stategis untuk penempatan suatu industri memiliki nilai tersendiri untuk perkembangan industri tersebut. Hal ini ditegaskan oleh Abdulrachmat (1997 : 47) bahwa : pemilihan lokasi industri mempunyai arti yang penting sekali sebab akan mempengaruhi perkembangan dan kontinuitas proses dan kegiatan industri. Hal ini berkaitan dengan penyebaran lokasi industri dan penyebaran lokasi pemasaran. Dengan demikian berdasarkan aspek di atas dapat diperoleh gambaran karakteristik dan potensi industri itu sendiri. Salah satu industri yang berkembang dan menjadi primadona adalah industri rotan. Sentra industri rotan berada di Bekasi, Cirebon, Solo, Pasuruan dan Bali. Sementara yang paling banyak pengrajinnya berada di kabuapten Cirebon, yakni

4 dimulai sejak abad XIV, di mana masyarakat Cirebon telah mengenal kerajinan rotan dengan jenis dan produksi barang-barang anyaman yang masih sederhana seperti keranjang dan mebel. Kemudian baru pada tahun 1975, industri ini berkembang dengan jenis produksi yang lebih bervariatif dan inovatif namun prosesnya masih mengandalkan sistem manual dan belum menggunakan mesin. Pada tahun 1979, UPT mulai diperkenalkan. Baru pada tahun 1982, proses produksi barang jadi rotan sudang mengandalkan tenaga mesih hingga finishing. Bahan baku yang diperoleh pada saat itu berupa seuti, seel (sejenis rotan lokal khas Cirebon). Kemudian setelah kerajinan rotan berubah bentuk menjadi industri dan mulai dikomersilkan. Seiring dengan perkembangan pasar barang jadi maka kebutuhan rotan sebagai bahan baku telah disuplay dari luar daerah termasuk dari luar Jawa. Rotan tumbuh subur di daerah yang beriklim tropis, salah satunya adalah Indonesia, dimana merupakan negara penghasil rotan terbaik di dunia, diperkirakan 80% bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan oleh Indonesia, sisanya dihasilkan oleh Negara lain seperti : Philippina, Vietnam, negara-negara Eropa seperti Brazil. Daerah penghasil rotan di Indonesia terutama yaitu P. Kalimantan, P. Sumatera, P. Sulawesi dan P. Papua dengan potensi rotan Indonesia sekitar 622.000 ton/tahun. Keberadaan industri rotan di Kabupaten Cirebon, berawal dari masyarakat Desa Tegalwangi yang dulu terkenal dengan sebutan Tegalmantra. Salah satu tokoh yang merupakan pencetus dan orang pertama pengrajin rotan bernama Samaun. Akibat perkembangan rotan semakin meningkat, yakni dengan jenis produk yang lebih

5 bervariatif dan inovatif. Usaha tersebut akhirnya mendapat tanggapan positif dari masyarakat dan akhirnya diikuti oleh warga yang lain, yakni masyarakat sekitar desa Tegalwangi. Sejak tahun 1995 hingga tahun 2002, baik produksi, ekspor maupun penyerapan tenaga kerja di sub sektor industri pengolahan rotan mengalami peningkatan, khususnya di Kabupaten Cirebon. Secara fluktuatif, peningkatan ini terjadi diakarenakan volume permintaan produk mebel rotan meningkat. Kebijakan tersebut, menguntungkan produsen barang jadi rotan. Fenomena ini, mengakibatkan penyerapan tenaga kerja besar-besaran. Kenyataannya, industri rotan mampu mensejahterakan masyarakat pada waktu itu. Karena tenaga kerja, berasal dari daerah sekitar. Seperti kecamatan Weru dan kecamatan Plumbon. Kebijakan ini juga, berdampak pada, masuknya investor-investor asing yang berasal dari Taiwan, Jepang, China, Eropa dan Philipina. Oleh sebab itu, pemasaran produk mulai merambah ke luar negeri. Kenyataanya, perkembangan itu terus meningkat hingga tahun 2002, terlihat dari banyaknya unit usaha, banyaknya tenaga kerja, permintaan konsumen banyak serta volume produksinya hingga yang pada awalnya hanya sebuah industri kecil, dapat menjadi industri besar dengan omset penjualan yang tinggi. Sebelum tahun 2005 ekspor rotan dibebaskan, selanjutnya ekspor rotan diperbolehkan dengan catatan masih tetap diawasi. Dan di tahun 2006, industri rotan ini mulai mengalami penurunan, ditambah dengan pengaruh kurs dolar yang turun naik,

6 Desa Tegalwangi, merupakan desa yang berada di Kecamatan Weru Kabupaten Cirebon. Walaupun pada awalnya, pengrajin dan berdirinya industri rotan berasal dari desa ini. Namun semenjak jenis produk jadi rotan lebih bervariatif dan inovatif dan pemasarannya sampai ke luar negeri. Banyak desa disekitar desa Tegalwangi yang ikut tertular untuk mendirikan industri sendiri. Salah satunya adalah kecamatan Plumbon. Kecamatan Plumbon adalah kecamatan yang berbatasan dengan Kecamatan Weru. Lokasinya yang strategis, karena menjadi gerbang masuk pintu tol Palimanan-Kanci. Dilihat dari tabel 1.1 industri rotan termasuk kelompok industri yang beragam dari mulai industri kecil, industri menengah, hingga industri besar Pengolahan rotan itu sendiri berasal dari pengrajin yang kemudian dikemas menjadi barang jadi rotan seperti furniture dan keranjang (basket). Tabel 1.1 Industri Rotan Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon Kelompok Banyaknya Jmlh Tenaga Volume Industri Industri Kerja Produksi Industri Besar 34 unit 3.758 orang 14.260 ton Industri Menengah 57 unit 3.534 orang 5.890 ton Industri Kecil 176 unit 2.112 orang 6.610 ton Jumlah 267 unit 9.404 orang 26.760 Sumber : Disperindag Kab. Cirebon. 2008 Adapun profil industri rotan tersebut pada awalnya bersifat tradisional, terdapat di rumah-rumah (home industry) dan termasuk industri kecil. Suatu usaha yang berskala kecil tentunya akan memiliki potensi tersendiri untuk terus bertahan bahkan berkembang menuju ke skala yang lebih besar. Pada kenyataannya keberadaan

7 industri rotan di Kecamatan Plumbon, merupakan suatu eksistensi perkembangan industri rotan itu sendiri. Dimana sejak Industri rotan berdiri, kemudian mengalami peningkatan produksi dan pada akhirnya terjadi keadaan yang memprihatinkan. Melihat setelah Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 12/M-DAG/per/6/2005 dibuka kembali untuk kelompok rotan asalan dengan system kuota. Kebijakan tersebut sebenarnya dapat memperburuk kondisi industri barang jadi rotan didalam negeri, khususnya di Kecamatan Plumbon. Namun sejak kebijakan tersebut keluar, hingga tahun 2008, industri rotan masih tetap berdiri, walaupun ada sebagian yang gulung tikar. Sehingga kondisi ini, mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakatnya. Terutama masyarakat pengrajin rotan pada umunya. Proses perubahan ini tidak terjadi begitu saja, akan tetapi dalam rentan waktu yang mengalami dinamika terus-menerus. Seperti halnya, kondisi sosial ekonomi pengrajin rotan di Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon. Dimana pada saat rotan sedang berjaya (sebelum tahun 2005, dimana kebijakan ekspor bahan baku dilarang) tingkat pendapatan masyarakat meningkat. Berdasarkan gambaran perkembangan industri rotan diatas, penulis merasa tertarik untuk mengkaji dan meneliti perkembangan industri rotan di Kecamatan Plumbon, dengan judul penelitian Perubahan Kondisi Sosial Ekonomi Pengrajin Industri Rotan Sebelum dan Sesudah Tahun 2005 di Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian karakteristik yang tercover dalam latar belakang diatas menunjukan bahwa Industri Rotan di Kecamatan Plumbon mengalami pasang surut. Untuk memperjelas permasalahn ini, penulis membatasi masalah sehingga permasalahan tersebut menjadi lebih spesifik. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah : 1. Bagaimanakah karakteristik industri rotan sebelum dan sesudah tahun 2005 di Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon? 2. Adakah perbedaan perubahan kondisi sosial ekonomi pengrajin rotan sebelum dengan sesudah tahun 2005 di Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari peneltian ini adalah : 1. Menganalisis karakteristik industri rotan sebelum dan sesudah tahun 2005 di Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon. 2. Mengukur sejauh mana perbedaan perubahan sosial ekonomi pengrajin rotan sebelum dengan sesudah tahun 2005 di Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

9 1. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau pedoman bagi peneliti selanjutnya dalam hal perkembangan industri dan pengaruhya terhadap kondisi sosial ekonomi pengrajin. 2. Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi pemerintah setempat, kelompok pengrajin, atau organisasi terkait dengan karakteristik industri. 3. Memberikan rekomendasi kepada masyarakat terhadap pengembangan usaha. 4. Sebagai pengembangan dari ilmu geografi yang didapat penulis selama berada di bangku kuliah. E. Definisi Operasional Definisi operasional memberikan sebuah definisi dari judul yang dibuat agar tidak terjadi kekeliruan. Judul yang dibahas dalam penelitian ini adalah Perubahan Kondisi Sosial Ekonomi Pengrajin Industri Rotan Sebelum dan Sesudah Tahun 2005 di Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon. Untuk memperjelas judul maka penulis akan menjelaskan beberapa definisi dalam penelitian ini, yakni: 1. Perubahan : Menurut Atkinson dalam Nurhidiyah (2003 : 1) defenisi perubahan yaitu: merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan merupakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi

10 2. Kondisi Sosial Ekonomi: suatu keadaan dimana faktor sosial dan faktor ekonomi menjadi alasan. Faktor sosial disini seperti pendidikan, kesehatan. Sedangkan faktor ekonomi disini adalah pendapatan. 3. Pengrajin : Pengrajin pada dasarnya merupakan pelaku industri yang menuangkan ide dan gagasan untuk mengolah bahan baku menjadi barang hasil produksi. 4. Sebelum tahun 2005 : faktor faktor pendukung keberadaan industri rotan, seperti bahan baku, modal, tenaga kerja, pemasaran, teknologi. Dimana pada tahun sebelum 2005, faktor-faktor tersebut mengalami peningkatan 5. Sesudah tahun 2005 : faktor faktor pendukung keberadaan industri rotan, seperti bahan baku, modal, tenaga kerja, pemasaran, teknologi. Dimana pada tahun sesudah 2005, faktor-faktor tersebut mengalami penurunan.