PENGARUH VARIASI PEMANASAN SUHU TINGGI DAN KADAR SERBUK HALUS LUMPUR SIDOARJO SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEMEN PADA KUAT TEKAN BETON.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN KUAT TEKAN BETON DENGAN PEMANFAATAN LUMPUR KERING TUNGKU EX. LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI SEMEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung,

PENGARUH VARIASI PEMANASAN SUHU TINGGI DAN KADAR LUMPUR SIDOARJO SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEMEN PADA KUAT TARIK BELAH BETON.

KUAT TEKAN BETON DENGAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS DARI LUMPUR KERING TUNGKU EX LAPINDO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Naskah Publikasi

EKO YULIARITNO NIM : D

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

THE TESILE STRENGTH OF CONCRETE CONTAIN BURNED SIDOARJO MUD USED TEMPERATURE VARIATION AS CEMENT REPLACEMENT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

PEMANFAATAN LUMPUR LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR BETON

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

ANALISIS KUAT TEKAN BETON DENGAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS GELAS SERTA ANALISIS KUAT TEKAN BETON DENGAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS ARANG BRIKET

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

BAB I PENDAHULUAN. beton, minimal dalam pekerjaan pondasi. Semakin meluasnya penggunaan beton

TINJAUAN KUAT TEKAN BETON DENGAN SERBUK BATU GAMPING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PADA CAMPURAN BETON

PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON MENGGUNAKAN AGREGAT JENUH KERING MUKA DENGAN AGREGAT KERING UDARA

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

PENGARUH KADAR AIR AGREGAT TERHADAP KUAT TEKAN BETON ABSTRACT

TINJAUAN KUALITAS BATAKO DENGAN PEMAKAIAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS EX COLD MILLING. Naskah Publikasi

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

PENAMBAHAN LIMBAH PADAT PABRIK GULA (BLOTONG) SEBAGAI PENGGANTI SEMEN PADA CAMPURAN BETON

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN DENGAN ABU TERBANG TERHADAP KARAKTERISTIK TEKNIS BETON

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH PADA BETON MUTU TINGGI DENGAN SILICA FUME DAN FILLER PASIR KWARSA

PENGARUH UKURAN MAKSIMUM DAN NILAI KEKERASAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

Berat Tertahan (gram)

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KUAT TARIK BELAH BETON DENGAN SERAT KAWAT BENDRAT BERBENTUK W SEBAGAI BAHAN TAMBAH. Naskah Publikasi

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

Dinamika TEKNIK SIPIL/Vol.13/ No. 1/ Januari 2013/Iqbal Fahmi Amrulloh/ Halaman : 1-6 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMEN PERBANDINGAN KUAT TEKAN BETON NORMAL DAN BETON DENGAN TAMBAHAN ADDITON DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN PCC

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

V. HASIL PENELITIAN. Tabel V-1 Hasil analisa fly ash Analisis kimia Satuan Fly ash Pasaran

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEMAKAIAN VARIASI BAHAN TAMBAH LARUTAN GULA DAN VARIASI ABU ARANG BRIKET PADA KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI

PERBANDINGAN EFISIENSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACI DAN METODE SNI UNTUK MUTU BETON K-250 (STUDI KASUS MATERIAL LOKAL)

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

KUAT TEKAN BETON CAMPURAN 1:2:3 DENGAN AGREGAT LOKAL SEKITAR MADIUN

PENGARUH PENAMBAHAN PECAHAN KERAMIK PADA PEMBUATAN PAVING BLOCK DITINJAU DARI NILAI KUAT TEKAN

PENGARUH PENAMBAHAN WATERGLASS PADA SIFAT MEKANIK BETON. Oleh: Anita Setyowati Srie Gunarti, Subari, Guntur Alam ABSTRAK

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

PENGARUH PENAMBAHAN TUMBUKAN LIMBAH BOTOL KACA SEBAGAI BAHAN SUBTITUSI AGREGAT HALUS TERHADAP KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BETON

PENGARUH LIMBAH PECAHAN GENTENG SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN MUTU BETON 16,9 MPa (K.200)

KUAT TEKAN BETON DENGAN VARIASI AGREGAT YANG BERASAL DARI BEBERAPA TEMPAT DI SULAWESI UTARA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bahan terpenting dalam pembuatan struktur bangunan modern, khususnya dalam

BAB III LANDASAN TEORI

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

PENGARUH LUBANG DALAM BETON TERHADAP KEKUATAN MEMIKUL BEBAN AKSIAL

BAB 1 PENDAHULUAN. digunakan bahan tambah yang bersifat mineral (additive) yang lebih banyak bersifat

BAB III LANDASAN TEORI

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

Transkripsi:

PENGARUH VARIASI PEMANASAN SUHU TINGGI DAN KADAR SERBUK HALUS LUMPUR SIDOARJO SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEMEN PADA KUAT TEKAN BETON Naskah Publikasi untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat sarjana S-1 Teknik Sipil Diajukan oleh : Muh Choirul Anwar NIM : D 100 080 076 kepada : PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 1

PENGARUH VARIASI PEMANASAN SUHU TINGGI DAN KADAR SERBUK HALUS LUMPUR SIDOARJO SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEMEN PADA KUAT TEKAN BETON Muh Choirul Anwar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura 57102 Telp 0271 717417 Abstrak Beton adalah salah satu unsur yang hampir tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Untuk bangunan rumah misalnya, beton dijadikan elemen penting sebagai konstruksi utama didalam bangunan, dalam penerapan tersebut beton dipakai untuk konstruksi pondasi, lantai, kolom, dan balok. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbandinagn hasil uji kuat tekan maksimal pada beton normal dengan beton dengan bahan serbuk lumpur Sidoarjo sebagai pengganti semen, persentase bahan pengganti yang digunakan 0%, 7,5%, 10%, 12,5%, 15%, 17,5% dari berat semen yang digunakan. Dan variasi suhu yang pemanasan 900 C, 1000 C, dan 1100 C, metode perencanaan menggunakan American Concrete Institute dengan besar Fas 0,60. Pemeriksaan kandungan kimia didapat hasil yang paling besar adalah SiO 2 (silika) sebesar 49,61%, Al 2 O 3 (kapur) sebesar 17,88%, Fe 2 O 3 (besi) sebesar 13,02%, dan SO 3 kurang dari 4% maka serbuk lumpur Sidoarjo merupakan pozzolan kelas N. Hasil nilai kuat tekan rata-rata pada beton dengan variasi suhu berturut-turut 900 C adalah 17,316 Mpa pada persentase bahan pengganti sebesar 15%, pada variasi pemanasan suhu 1000 C adalah 14,19MPa juga terjadi pada persentase penambahan bahan pengganti sebanyak 15%, dan hasil uji tekan maksimal pada variasi suhu 1100 C adalah 11,544MPa terjadi pada persentase penambahan bahan pengganti sebesar 7,5%. perbandingan uji kuat tekan pada variasi suhu berturut-turut 900 C, 1000 C, dan 1100 C mengalami kenaikan sebesar 34,84%, 20,49%, dan 2,25% dengan beton normal yang memiliki hasil uji tekan sebesar 11,284 MPa. Jadi setiap kenaikan variasi suhu, hasil uji tekan maksimal mengalami penurunan hasil uji tekan. Kata kunci : American Concrete Institute, Kuat tekan beton, Lumpur Sidoarjo, Variasi Pemanasan.

THE INFLUENCE OF HIGH HEATING TEMPERATURE AND SIDOARJO SLUDGE REFINDED POWDER AS CEMENT SUBTITUTE MATERIAL AT CONCRETE STRONGE PRESSURE Muh Choirul Anwar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura 57102 Telp 0271 717417 Abstract Concrete is one of the element that can t be separated from human life. For example to building houses, an important element as the concrete used in the construction of the main building, in the application of concrete used for construction of foundation, floors, columns, and beams. The objective of the research is to determine the comparation of maximum compressive strength test results on normal concrete with Sidoarjo s mud powder material as a substitution for cement, the percentage of substitution materials used 0%, 7.5%, 10%, 12.5%, 15%, 17, 5% of the weight of cement used. And variations in the heating temperature 900 C, 1000 C, and 1100 C, using the method of planning of the American Concrete Institute with Fas(water cement ratio) 0.60. Examination of the chemical contents obtained were resulted SiO 2 (silica) of 49.61%, Al 2 O 3 (lime) of 17.88%, Fe 2 O 3 (iron) of 13.02%, and less than 4%, So SO 3 of the Sidoarjo s mud powder is pozzolan N class. The results of the compressive strength of concrete median with temperature variations continously 900 C is 17.316 MPa at a percentage of 15% replacement materials, the variation to the heating temperature of 1000 C is 14.19 MPa also occurred in the percentage addition of substitution materials as much as 15%, and the maximum compression test resulted at 1100 C temperature variation is 11.544 MPa occurred in the percentage increment of 7,5% replacement materials. Comparison of compressive strength test at temperature variations continously at 900 C, 1000 C, and 1100 C increased at 34.84%, 20.49%, and 2.25% with normal concrete compression test which has resulted at 11.284 MPa. So, every variations of increased temperature, maximum compression resulted test become compression of decreased results test. Keywords: American Concrete Institute, The Compressive Strength of Concrete, Sidoarjo Mud, Variation of Warming.

LEMBAR PENGESAHAN PENGARUH VARIASI PEMANASAN SUHU TINGGI DAN KADAR LUMPUR SIDOARJO SEBAGAI BAHAN PENGGANTI SEMEN PADA KUAT TEKAN BETON Naskah Publikasi diajukan oleh : Muh Choirul Anwar NIM : D 100 080 076 disetujui oleh :

PENDAHULUAN Beton adalah salah satu unsur yang hampir tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Untuk bangunan rumah misalnya, beton dijadikan elemen penting sebagai konstruksi utama didalam bangunan, dalam penerapan tersebut beton dipakai untuk konstruksi pondasi, lantai, kolom, dan balok. Jadi beton sangat mendominasi sekali dalam kehidupan manusia. Bencana alam yang diakibatkan karena kesalahan teknis yang terjadi sejak tahun 2006 di Porong Sidoarjo sampai tahun 2012 masih belum bisa teratasi dan menjadi masalah yang sangat serius bagi masyarakat disekitar. Pengeboran minyak yang dilakukan oleh PT Lapindo Berantas ini mengakibatkan lumpur panas dari dalam bumi meluap kedaratan, sehingga banyak sekali masyarakat yang menjadi korban akibat luapan lumpur panas tersebut, belasan kecamatan terendam dengan lumpur yang tingginya sudah menutupi atap rumah-rumah para warga yang tinggal disekitar tempat pengeboran lumpur itu. Rumah, area pertanian, dan pabrik industri yang menjadi yang kini menjadi lautan lumpur dan sangat besar sekali kerugian yang ditimbulkan akibat bencana luapan lumpur lapindo Sidoarjo tersebut. Sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi masalah yang terjadi, bencana luapan lumpur lapindo Sidoarjo dapat digunakan sebagai bahan-bahan konstruksi beton yang bermanfaat. Jumlah semen yang terdapat pada lumpur lapindo juga sangat banyak yaitu sebesar 59% lumpur bila dicampur dengan bahan bangunan lain akan sama dengan 61% semen bila dicampur dengan bahan baku bangunan yang lain. Keluarnya lumpur ke daratan dari bekas lubang pengeboran Lapindo Brantas, itu dapat dimaksimalkan dalam pemanfaatan sebagai bahan baku semen (portland) (Dirmanto, 2011). Kata Dirman, dalam lumpur Sidoarjo terkandung silika (SiO2) yang cukup bagus. Pasir silika ini a dalah salah satu komponen utama dalam pembuatan semen. Seperti diketahui, untuk membuat semen dibutuhkan bahan baku kapur, pasir silika, dan zat aditif lainnya hingga tercipta semen. Sehingga lumpur lapindo sangat bagus sebagai bahan tambah untuk campuran beton. Pengaruh kuat tekan silinder beton dengan variasi penambahan serbuk halus lumpur Sidoarjo pada variasi pemanasan suhu tinggi 900 C, 1000 C, dan 1100 C. Dengan lama pemanasan sama dengan proses pemanasan semen pada klin yaitu sekitar 5 menit. Kadar optimum penambahan lumpur Sidoarjo dengan pemanasan suhu tinggi, variasi kadar penambahan lumpur Sidoarjo pada variasi pemanasan suhu tunggi adalah 0%, 7,5%, 10%, 12,5%, 15%, 17,5% dari berat semen yang digunakan. Perbandingan kualitas kuat tekan beton maksimum dengan bahan tambah lumpur Sidoarjo pada umur 28 hari dengan kuat tekan beton normal. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui pengaruh lusi yang dipanaskan pada beberapa variasi suhu sebagai bahan pengganti semen terhadap kuat tekan silinder beton. Untuk mengetahui prosentase kadar optimum penambahan lusi pada setiap variasi suhu pemanasan. Untuk mengetahui perbandingan kuat tekan beton normal dengan beton bahan tambah lumpur Sidoarjo dengan nilai fas 0,6 pada umur 28 hari. Semen yang dipakai merupakan semen Portland biasa jenis I dengan merk Gresik. Agregat kasar (batu pecah mesin) berasal dari Wonogiri. Agregat halus (pasir) berasal dari Erupsi Merapi / Kali Woro Klaten. Bahan tambah terbuat dari serbuk halus lolos saringan no.100 dari lumpur Lapindo dengan variasi suhu tinggi 3 varian. Prosentase penambahan serbuk halus lumpur Sidoarjo pada beton campuran dengan adalah : 0%, 7,5%, 10%, 12,5%, 15%, 17,5% dari berat semen yang digunakan. Variasi tinggi suhu pemanasan lumpur Sidoarjo : 900 C, 1000 C, dan 1100 C. Setiap variasi serbuk halus dibuat 5 benda uji untuk kuat tekan beton. Benda uji silinder beton dengan diameter : 15cm dan tinggi : 30cm. Metode perencanaan menggunakan ACI ( American Concrete Institute ). Jumlah keseluruhan benda uji adalah (5 x 5 x 3) + 5 = 80 benda uji. Tinjauan analisis penelitian adalah untuk mengetahui kuat tekan beton dengan bahan tambah lumpur Sidoarjo pada variasi pemanasan suhu tinggi. Umur beton yang diuji adalah 28 hari dengan kuat tekan rencana f c 25 MPa. Fas ( faktor air semen ) yang digunakan adalah 0,6. Pemanasan lumpur Sidoarjo dengan dengan variasi suhu 900 C, 1000 C, dan 1100 C dilaksanakan di Lab Studio Keramik PPPPTK di Sleman Jogja. Pengujian kadar kimia lumpur Sidoarjo dilaksanankan di Lab MIPA Terpadu UNS. TTINJAUAN PUSTAKA Campuran beton merupakan perpaduan dari komposit material penyusunannya. Karakteristik dan sifat bahan akan mempengaruhi hasil rancangan. Perencangan campuran beton dimaksudkan untuk mengetahui komposisi dan proporsi bahan-bahan penyusun beton. Proporsi campuran dari bahan-bahan beton ini ditantukan melalui sebuah perancangan beton ( mix design). Hal ini dilakukan agar proporsi campuran dapat memnuhi syarat teknis serta ekonomis (Tri Mulyono, 2004). Beton didefinisikan sebagai campuran antara semen Portland atau semen hidrolik yang lainnya, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yang berbentuk massa padat (SNI 03-2847-2002). Sebagian besar bahan pembuat beton adalah bahan lokal (kecuali semen portland atau bahan tambah kimia). Sehingga secara umum beton akan memiliki kelebihan dan kekurangan (Tri Mulyono, 2004). Kelebihan beton adalah sebagai berikut, Biaya pemeliharaan yang kecil, Mampu memikul bebat yang ber

at. Tahan terhadap temperature yang tinggi, Dapat dibentuk dengan mudah sesuai dengan kebuthan konstruksi. Dan kekurangan pada beton, Bentuk yang telah dbuat sulit untuk diubah, Pelaksaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang sangat tinggi, Berat, Memiliki daya pantul suara yang besar. Telah diketahui bersama bahwa sifat beton pada umumnya lebih baik jika kuat tekannya lebih tinggi. Dengan demikian untuk meninjau mutu beton biasanya secara kasar hanya ditinjau kuat tekannya saja (Tjokrodimuljo,1996). Tjokrodimuljo (1996) Bahan tambah ialah bahan selain unsur pokok beton (air, semen, dan agregat) yang ditambahkan pada adukan beton, sebelum, selama pengadukan beton. Bahan tambah biasanya diberikan dalam jumlah yang relatif sedikit, dan harus dengan pengawasan yang ketat agar tidak berlebihan yang justru akan memperburuk sifat beton (Tjokrodimuljo, 1996). Jadi bahan tambah yang dicampur kedalam beton dengan takaran atau proporsi yang tidak sesuai akan merubah beton dan kuat tekannya. Lumpur aktif terdiri dari tanah yang mengendap dalam cairan yang dapat meliputi air (biasanya asam atau asin) dan materi lainnya yaitu cairan hidrokarbon. Contoh banjir lumpur aktif yang paling dekat sebut saja banjir lumpur Lapindo di Sidoarjo. Penyebab banjir lumpur ini dikarenakan pengeboran dan gempa bumi yang terjadi dalam skala besar sehingga cairan lumpur yang keluar-pun tidak dapat ditanggulangi (dwi-jo, 2012). Berdasarkan hasil pemeriksaan pendahuluan lumpur panas Lapindo Sidoarjo untuk produk keramik yang dilakukan Dr. Ir. Arisanto dari Balai Besar Keramik Bandung Departemen Perindustrian dapat dibuatkan tabel seperti dibawah ini Tabel kandungan kimia untuk lumpur Lapindo. Nama Material Kandungan Kimia (%) SiO₂ CaO Fe₂O₃ Al₂O₃ TiO₂ MgO Na₂O K₂O SO₂ SO₃ Hilang Pijar Lumpur 53,08 2,07 5,6 18,27 0,57 2,89 2,97 1,44 2,96-10,5 Lapindo Max Max Semen 20,8 65,3 3 6,9 - - - - 1,6 2,0 1,5 (Sumber : Wiryasa dkk, 2008) Wiryasa (2008), Hasil pengujian pada lumpur Sidoarjo yang ditampilkan pada tabel diatas memiliki kandungan kimia yang dimiliki juga oleh semen, dari beberapa zat kimia tersebut yang paling tinggi kandungannya adalah CaO yang berfungsi dalam proses pengikatan atau perekatan semen, dan SiO₂ yang berfungsi sebagai bahan pengisi (filler) dimana keduanya memiliki peranan dalam kekuatan semen. Zat kimia Al₂O₃ yang berfungsi untuk mepercepat proses pengerasan. Jumlah Fe₂O₃ dalam lumpur lapindo juga berada diatas senyawa yang sama pada semen, namun senyawa tersebut bukan mrupakan unsur yang aktif dalam semen karena memiliki suhu leleh yang rendah yang menjadikan sebagai bahan bakar dalam proses pembakaran klinker. LANDASAN TEORI Beton adalah struktur dalam konstruksi teknik sipil yang dapat dimanfaatkan untuk banyak hal. Dalam teknik sipil struktur beton digunakan untuk bangunan pondasi, kolom, balok, dan pelat. Dalam teknik sipil hidro, beton digunakan untuk bangunan air seperti bendung, bendungan, saluran, dan drainase perkotaan. Beton juga digunakan dalam teknik sipil transportasiuntuk pekerjaan rigid pavement (lapisan keras permukaan yang kaku), saluran samping, gorong-gorong, dan lainnya (Tri Mulyono, 2004). Jad i beton sangat mendominasi dalam aspek ilmu teknik sipil. Beton sangat banyak dipakai secara luas sebagai bahan bangunan. Bahan-bahan tersebut diperoleh dengan cara mencampurkan semen Portland, air, dan agregat (dan kadang -kadang bahan tambah, yang sangat bervariasi mulai dari bahan kimia tambahan, serat, sampai bahan buangan non-kimia) pada perbandingan tertentu (Tjokrodimuljo, 1996). Jadi dalam penggunaan campuran beton (mix design) haruslah sangat diperhatikan untuk mandapatkan hasil beton yang sebaik-baiknya seperti kekuatan, ketahanan, dan kemudahan pengerjaannya. Semen portland ialah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dengan gips sebagai bahan tambahan (PUBI 1982). Semen portland merupakan bahan ikat yang penting dan banyak dipakai dalam pembangunan fisik. Fungsi semen ialah merekatkan butir-butir agregat agar terjadi sat masa yang kompak atau padat. Walaupun semen kira-kira hanya mengisi 10% saja dar volume beton (Tjokrodimuljo, 1996). Agregat adalah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi dalam campuran mortar atau beton. Agregat ini kira-kira meempati sebanyak 70% volume mortar atau beton. Walaupun namanya sebagai bahan pengisi akan tetapi agregat sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat beton, sehingga pemilihan jenis agregat yang baik sangat diperlukan untuk pembuatan beton atau mortar. Nilai batas agregat umunya ialah 4,75 mm atau 4,80 mm, agregat yang lebih besar dari 4,80 mm disebut agregat kasar, dan agregat yang berada dibawah 4,80 mm adalah

agregat halus. Secara umum agregat kasar disebut sebagai kerikil, kericak, batu pecah atau split, dan agregat halus pun sering disebut dengan pasir, baik berupa pasir alami yang diperoleh dari sungai atau dari tanah galian. Jadi faktor yang mempengaruhi kekuatan beton adalah kekerasan agregat, kekasaran permukaan agregat, dan gradasi agregat (Tjokrodimuljo, 1996). Agregat digolongkan menjadi 3 kelompok, antara lain : Batu (umumnya besar butiran lebih dari 40 mm), Kerikil (untuk butiran antara 5 mm sampai 40 mm), Pasir (untuk butiran antara 0,15 mm sampai 5 mm). Air adalah bahan yang sangat diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pengerjaan beton. Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara air dengan semen, maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran yang penting, tetapi justru perbandingan air dengan semen atau yang biasa disebut Faktor Air Semen (water cement ratio). Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sehingga akan mempengaruhi kekuatan beton (Tri Mulyono, 2004). Penggunaan material lumpur lapindo Sidoarjo sebagai bahan pengganti sebagian semen dimulai dengan proses pengeringan bongkahan lumpur lapindo dan kemudian dipanaskan menggunakan pemanas suhu tinggi dengan variasi suhu 900 C, 1000 C, dan 1100 C, setelah selesai pemanasan dengan 3 variasi tersebut, lumpur ditumbuk sampai halus kemudian disaring menggunakan ayakan no.100 dan dipisahkan sesuai suhu masing-masing pemanasan, hasil pengayakan yang lolos saringan tersebut yang akan digunakan sebagai bahan dalam campuran beton. Kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan. Prosedur pengujian melalui tahapan sebagai berikut: Letakan benda uji pada mesin tekan secara sentris, dan jalankan mesin tekan dengan penambahan beban antara 2 sampai 4 kg/cm perdetik. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji Ialu gambar bentuk pecah dan catatlah keadaan benda uji. Kemudian hitung kuat tekan beton yaitu besarnya beban persatuan luas dengan rumus pada Persamaan III.1 (SNI 03-1974-1990). f ' c P ma ks (1) A Dengan : f ' c = kuat tekan maksimum beton (N/mm 2 ) P maks = beban maksimum (N) A = luas permukaan benda uji silinder (mm 2 ) METODE PENELITIAN Penelitian yang bertujuan untuk mencari kuat tekan maksimum dengan perbandingan kadar jumlah campuran dengan berbagai perencanaan yang akan dilakukan pada benda uji, benda uji tersebut berbentuk silinder yang memiliki diameter 15cm dan tinggi 30cm. Penelitian ini di laksanankan di Laboratorium Bahan Bangunan, Progran Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pengujian ini di maksudkan untuk mencari kuat tekan tertinggi pada variasi kadar lumpur dan variasi pemanasan suhu tinggi pada lumpur Lapindo dengan suhu 900 C, 1000 C, dan 1100 C dengan nilai fas 0,6. Pada umur 28 hari pelaksanaan pengujian akan dilaksanakan. Agregat halus yang akan digunakan ialah pasir yang berasal dari Merapi, Agregat kasar yang digunakan ialah batu pecah dari Wonogiri, Semen yang digunakan ialah semen jenis I dengan merk Gresik, Bahan tambah yang akan dipakai adalah lumpur Sidoarjo yang telah dipanaskan pada variasi suhu tinggi sekitar 900 C, 1000 C, dan 1100 C yang telah dihaluskan dan lolos pada saringan no.100. Peralatan penelitian adalah peralatan yang akan digunakan untuk melaksanakan penelitian, peralatan tersebut sudah disediakan di Laboratorium Bahan Bangunan, Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian dilaksanakan terbagi atas empat tahap. 1)Tahap I : Tahap awal sebelum dilakukan perencanaan campuran beton, maka dilaksanakan terlebih dahulu pengujian bahanbahan dasar beton. Seperti pengujian kualitas pasir atau kandungan bahan organik, kandungan lumpur pada pasir dan batu pecah, pemeriksaan penyerapan air serta berat jenis pada agregat kasar dan agregat halus, pengujian SSD pada pasir, pengujian keausan agregat kasar, pemeriksaan gradasi agregat kasar dan agregat halus.

2)Tahap II : Tahap kedua, setelah diperoleh data dari pegujian bahan-bahan tersebut, maka bisa dilakukan perencanaan campuran beton dengan perbandingan jumlah bahan campuran dihitung dengan menggunakan Metode American Concrete Institute. 3)Tahap III : Tahap ketiga dilakukan pengujian kuat tekan beton yang telah direndam pada umur 28 hari. 4)Tahap IV : Tahap keempat setelah pengujian tahap ketiga maka didapat hasil uji kuat tekan silinder beton pada umur 28 hari. Maka bisa dilakukan analisis data setelah itu bisa diambil kesimpulan dari penenlitian tersebut. Mulai Penyediaan Bahan Dasar Batu pecah Pasir Bahan Tambah Semen Air Pemeriksaan kualitas 1. Uji kandungan bahan organik 2. Uji SSD 3. Periksa berat jenis 4. Uji kandungan lumpur 5. Uji gradasi Pengolahan bahan tambah lumpur lapindo dengan pemanasan suhu tinggi C, 1000 C, dan 1100 C Uji kandungan kimia pada lumpur lapindo uji vicat uji visual Perbaika Pengayakan dengan saringan lolos no.100 Perbaikan Memenuhi syarat Memenuhi syarat Memenuhi syarat Ya Ya Ya TAHAP 1 Perencanaan proporsi adukan Pembuatan adukan beton Perbaikan Uji slump Pembuatan benda uji Perawatan (perendaman) Test kuat tekan benda uji Analisis data TAHAP II TAHAP III TAHAP IV Kesimpulan Selesai Gambar. Bagan alir penelitian

Dari keseluruhan jumlah benda uji sebanyak 80 sampel, dengan rincian 5 benda uji beton normal dan 75 beton campuran. Tabel perencanaan campuran beton dengan bahan tambah lumpur Sidoarjo yang telah dipanaskan dengan suhu 900 C. NO Kode Jenis benda uji Prosentase (%) Jumlah Semen Lumpur Benda Uji 1 BN Beton Normal 0 % 100 0 5 2 BL 900 Beton 7,5 % 92,5 7,5 5 3 BL 900 Beton 10 % 90 10 5 4 BL 900 Beton 12,5 % 87,5 12,5 5 5 BL 900 Beton 15 % 85 15 5 6 BL 900 Beton 17,5 % 82,5 17,5 5 30 Tabel perencanaan campuran beton dengan bahan tambah lumpur Sidoarjo yang telah dipanaskan dengan suhu 1000 C. Prosentase (%) Jumlah NO Kode Jenis benda uji Semen Lumpur Benda Uji 1 BL 1000 Beton 7,5 % 92,5 7,5 5 2 BL 1000 Beton 10 % 90 10 5 3 BL 1000 Beton 12,5 % 87,5 12,5 5 4 BL 1000 Beton 15 % 85 15 5 5 BL 1000 Beton 17,5 % 82,5 17,5 5 Tabel perencanaan campuran beton dengan bahan tambah lumpur Sidoarjo yang telah dipanaskan dengan suhu 1100 C. Prosentase (%) Jumlah NO Kode Jenis benda uji Semen Lumpur Benda Uji 1 BL 1100 Beton 7,5 % 92,5 7,5 5 2 BL 1100 Beton 10 % 90 10 5 3 BL 1100 Beton 12,5 % 87,5 12,5 5 4 BL 1100 Beton 15 % 85 15 5 5 BL 1100 Beton 17,5 % 82,5 17,5 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengujian agregat halus meliputi beberapa pengujian, diantaranya pengujian kandungan lumpur, kandungan bahan organik, modulus halus butir, Saturated surface dry, berat jenis, penyerapan (absorbsi). Hasil setiap pengujian bisa dilihat pada Lampiran. Hasil akhir semua pengujian bisa dilihat pada Tabel dibawah ini. Tabel hasil pengujian agregat halus. Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Persyaratan Kandungan lumpur 6,55% < 5% (SNI 03-2461-2002) Kandungan organik Kuning muda Rendah (SNI 03-2816-1992) Modulus halus butir 2,43 - Saturated surface dry 1,13 cm - Berat jenis bulk 2,39 t/m³ - Berat jenis SSD 2,41 t/m³ - Berat jenis semu 2,39 t/m³ - Absorbsi 3,73% < 5 % (SNI 03-1970-1990) 25 25

Dari hasil pengujian agregat halus, ada pengujian yang tidak memenuhi persyaratan yakni kandungan lumpur pada pasir dan absorbsi. Kandungan lumpur pada pasir tersebut adalah sebesar 6,55 % seharusnya < 5 %, sehingga pasir tersebut harus dicuci terlebih dahulu untuk dapat mengurangi kandungan lumpur yang terkandung dalam pasir agar bisa digunakan sebagai bahan penyusun beton. Pada absorbsi pasir sebesar 3,73% < 5% sehingga sudah memenuhi syarat. Pengujian agregat kasar hampir sama dengan pengujian agregat halus, namun pada pengujian agregat kasar ini ada pengujian keausan agregat. Pada pengujian agregat kasar ini smua memenuhi persyaratan, jadi agregat tersebut bisa digunakan sebagai bahan penyusun beton. Tabel hasil pemeriksaan agregat kasar. Jenis pemeriksaan Hasil pemeriksaan Persyaratan Berat jenis bulk 2,48 t/m³ - Berat jenis SSD 2,55 t/m³ - Berat jenis semu 2,67 t/m³ - Absorbsi 2,73% - Keausan agregat 23,04% < 40% (SNI 2417-2008) Berat satuan kerikil 1,45 t/m 3 - Kandungan lumpur 0,62% < 1% (SNI 03-2461-2002) Dari tabel diatas, ikatan awal semen terjadi pada menit 30 sejak pencampuran semen dengan air, maka adukan sudah dapat digunakan sebagai perekat beton. Tabel hasil pemeriksaan ikatan awal semen merk Gersik. Percobaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Waktu (menit) 0 15 30 45 60 75 90 100 120 Penurunan (cm) 4,75 3,25 2,5 2,25 2 1,9 1,75 1,7 1,2 (sumber : Okta Pradana A 2012) Tabel hasil pemeriksaan kandungan kimia pada serbuk lumpur lapindo yang telah dipanaskan pada suhu 1000 C. Formula Z Concentration Status Line 1 SiO 2 14 49,61% Fit spectrum Si KA 1/E Q20 Al 2 O 3 13 17,88% Fit spectrum Al KA 1/E Q20 Fe 2 O 3 26 13,02% Fit spectrum Fe KA 1/E Q20 CaO 20 4,49% Fit spectrum Ca KA 1/E Q20 Na 2 O 11 3,54% Fit spectrum Na KA 1/E Q20 MgO 12 3,25% Fit spectrum Mg KA 1/E Q20 SO 3 16 3,15% Fit spectrum S KA 1/E Q20 Kadar terbesar pada uji XRF diatas adalah SiO 2 (silika) sebesar 49,61%, Al 2 O 3 (Alumunium) sebesar 17,88%, Fe 2 O 3 (besi) sebesar 13,02%, CaO (kapur). Dari hasil tersebut maka serbuk lumpur Sidoarjo termasuk dalam pozzolan kelas N, dikarenakan jumlah (SiO 2 )+(Al 2 O 3 )+ (Fe 2 O 3 ) > 70% yakni sebesar 80,51% dan jumlah SO 3 kurang dari 4%. Tabel persyaratan Kadar kimia berdasarkan ASTM C618-12a. kelas Komposisi N F C jumlah (SiO 2 )+(Al 2 O 3 )+ (Fe 2 O 3 ) (min %) 70.0 70.0 50.0 Sulfur trioxide (SO 3 ), max, % 4.0 5.0 5.0 Moisture content, max, % 3.0 3.0 3.0 Loss on ignition, max, % 10.0 6 A 6.0 A = Penggunaan pozzolan kelas F dengan hilang pijar sampai 12 % harus dengan persetujuan dan didukung oleh hasil pengujian laboratorium.

Pengujian slump dilakukan sebelum adukan dimasukkan kedalam cetakan silinder, pengujian ini bermaksud untuk memudahkan pengerjaan dan mencari tingkat kelecekan adukan beton. Nilai slump yang direncanakan berkisar 75-150 mm. Hasil pengujian nilai slump dengan fas 0,60 seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini. Tabel pengujian nilai slump Variasi Suhu Prosentase Lumpur Nilai Slump Fas C (%) (mm) 0,60 900 C 1000 C 1100 C 0 132 7,5 133 10 132 12,5 129 15 127 17,5 124 7,5 135 10 133 12,5 131 15 128 17,5 122 7,5 126 10 126 12,5 124 15 121 17,5 118 Dari data hasil diatas nilai slump yang diperoleh adalah antara 118-135 mm sudah memenuhi rencana yakni 75-150 mm. Nilai slump tersebut dipengaruhi besar fas yang sudah ditentukan terlebih dahulu dengan fas 0,60. Jadi pengunaan air dalam campuran ini cenderung lebih banyak, sehingga nilai slump yang terjadi sangat besar atau hampir mendekati nilai maksimal yang direncanakan. Berat jenis silinder beton didapat setelah masa perawatan selesai selama 28 hari, dengan cara diangkat dari bak perendaman dan dikeringkan terlebih dahulu baru ditimbang. Tabel hasil berat jenis silinder beton pada umur 28 hari Prosentase Lumpur Berat jenis rata-rata Fas (%) 900 C 1000 C 1100 C 0,6 0 2,290 2,290 2,290 7,5 2,332 2,310 2,326 10 2,296 2,285 2,323 12,5 2,268 2,274 2,301 15 2,309 2,309 2,281 17,5 2,307 2,263 2,289

Pengujian kuat tekan beton dilakukan pada umur 28 hari dengan menggunakan mesin uji tekan merk MTB kapasitas 200 T, pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton dengan memberikan beban maksimum yang dapat ditahan oleh silinder beton tersebut. Tabel hasil uji tekan silinder beton pada variasi suhu lumpur 900 C. Persentase Kuat Tekan Kode Nama Sampel Bahan Tambah Rata-Rata (Mpa) BN Beton Normal 0% 11,284 BL 900 - A Beton Lumpur 7,5% 7,50% 13,106 BL 900 - B Beton Lumpur 10% 10% 13,581 BL 900 - C Beton Lumpur 12,5% 12,50% 15,901 BL 900 - D Beton Lumpur 15% 15% 17,316 BL 900 - E Beton Lumpur 17,5% 17,50% 11,182 Kuat tekan beton (MPa) 20 16 12 8 4 0 17,316 15,901 13,106 13,581 11,284 11,182 0 2,5 5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 % serbuk lumpur sidoarjo pada suhu 900 C Grafik hubungan uji tekan beton lumpur dengan variasi suhu 900 C pada umur 28 hari. Dari grafik pengujian kuat tekan beton dengan bahan tambah lumpur Sidoarjo pada variasi suhu 900 C didapat hasil maksimal pada variasi jumlah prosentase lumpur sebesar 15%, dengan hasil 17,316 MPa, mengalami peningkatan sebesar 34,84% dari beton normal dengan kuat tekan sebesar 11,284MPa. Hasil kuat tekan yang melibihi 15% mengalami penurunan kuat tekan maksimal dan kuat tekan beton normal, yakni sebesar 11,182 MPa. Tabel hasil uji tekan silinder beton pada variasi suhu lumpur 1000 C Persentase Kuat Tekan Kode Nama Sampel Bahan Tambah Rata-Rata (Mpa) BN Beton Normal 0% 11,284 BL 1000 - A Beton Lumpur 7,5% 7,50% 12,234 BL 1000 - B Beton Lumpur 10% 10% 12,322 BL 1000 - C Beton Lumpur 12,5% 12,50% 12,574 BL 1000 - D Beton Lumpur 15% 15% 14,192 BL 1000 - E Beton Lumpur 17,5% 17,50% 9,892

20 Kuat tekan beton (MPa) 16 12 8 4 0 14,192 12,234 12,322 12,574 11,284 9,892 0 2,5 5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 % serbuk lumpur lapindo pada suhu 1000 C Grafik hubungan uji tekan beton lumpur dengan variasi suhu 1000 C pada umur 28 hari. Hasil pengujian kuat tekan pada beton dengan bahan tambah lumpur lapindo pada variasi suhu 1000 C, diperoleh hasil maksimal pada prosentase 15% sebesar 14,192 MPa, hasil pengujian tersbut mengalami kenaikan kuat tekan 20,49% dari beton normal. Tabel hasil uji tekan silinder beton pada variasi suhu lumpur 1100 C Persentase Kuat Tekan Kode Nama Sampel Bahan Tambah Rata-Rata (Mpa) BN Beton Normal 0% 11,284 BL 1100 - A Beton Lumpur 7,5% 7,50% 11,544 BL 1100 - B Beton Lumpur 10% 10% 11,352 BL 1100 - C Beton Lumpur 12,5% 12,50% 10,209 BL 1100 - D Beton Lumpur 15% 15% 9,880 BL 1100 - E Beton Lumpur 17,5% 17,50% 9,790 20 Kuat tekan beton (MPa) 16 11,284 11,544 11,352 12 10,209 9,880 9,790 8 4 0 0 2,5 5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 % serbuk lumpur sidoarjo pada suhu 1100 C Grafik hubungan uji tekan beton lumpur dengan variasi suhu 1100 C pada umur 28 hari.

Pada pengujian tekan berikut ini mengalami perbedaan dari hasil uji tekan pada variasi suhu 900 C dan 1000 C. Pada variasi suhu 1100 C ini menghasilkan uji tekan maksimal terjadi pada prosentase penambahan lumpur sebesar 7,5%. Hasil uji tekan pada variasi ini mengalami kenaikan kuat tekan 2,25% dari beton normal yakni sbesar 11,544 MPa. Penambahan lumpur yang melibihi 7,5% terus mengalami penurunan kuat tekan sampai prosentase 17,5%. Jadi kuat tekan maksimal pada variasi suhu 1100 C ini terjadi pada prosentase 7,5%. 20 17,316 Kuat tekan beton (MPa) 16 12 8 4 11,284 11,284 11,284 15,901 14,192 13,106 13,581 12,234 12,322 12,574 11,182 11,544 11,352 9,892 10,209 9,880 9,790 900 C 1000 C 1100 C 0 0 2,5 5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 % serbuk lumpur sidoarjo dan variasi suhu 900 C, 1000 C1100 C % serbuk lumpur Sidoarjo & variasi suhu 900 C, 1000 C, 1100 C. Grafik perbandingan uji tekan beton lumpur dengan variasi suhu 900 C, 1000 C, 1100 C pada umur 28 hari. Dari Grafik V.4 dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi pemanasan maka akan berpengaruh pada hasil uji tekan yang semakin rendah. Seperti yang terlihat pada grafik diatas, hasil uji tekan tertinggi terjadi pada penambahan lumpur sebesar 15% pada suhu 900 C yang memiliki hasil uji tekan sebesar 17,316 MPa, dan pada suhu 1000 C juga terjadi tekanan maksimal pada penambahan lumpur 15% sebesar 14,192 MPa. Sedangkan pada variasi pemansan suhu sebesar 1100 C ini mengalami perbedaan dari kedua variasi sebelumnya, hasil uji tekan maksimal terjadi pada prosentase penambahan lumpur sebesar 7,5% yakni 11,544 MPa, dan selebihnya penambahan 7,5% terus mengalami penurunan hasil uji tekan. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa material dalam lumpur sidoarjo yang mengalami kehilangan jumlah kadarnya akibat pemanasan yang semakin naik suhunya. Jadi semakin kecil jumlah penambahan lumpur pada suhu 1100 C hasil uji tekan akan mengalami kenaikan kuat tekannya, karena jumlah semen yang ada pada campuran beton tidak begitu banyak tergantikan oleh lumpur sidoarjo. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut : 1. Hasil pemeriksaan kandungan kimia didapat hasil yang paling besar adalah SiO 2 (silika) sebesar 49,61%, Al 2 O 3 (kapur) sebesar 17,88%, Fe 2 O 3 (besi) sebesar 13,02%, dan SO 3 kurang dari 4% maka serbuk lumpur Sidoarjo merupakan pozzolan kelas N. 2. Hasil nilai kuat tekan rata-rata pada beton dengan variasi suhu berturut-turut 900 C, 1000 C, dan 1100 C adalah 17,316 Mpa, 14,19MPa, 11,544MPa. Jadi setiap kenaikan variasi suhu, hasil uji tekan maksimal mengalami pernurunan. 3. Besar maksimal penambahan lumpur Sidoarjo dengan suhu 900 C dan 1000 C terjadi pada prosentase lumpur sebesar 15%, dan pada suhu 1100 C nilai maksimal penambahan lumpur terjadi pada prosentase 7,5%. 4. Hasil perbandingan uji kuat tekan pada variasi suhu berturut-turut 900 C, 1000 C, dan 1100 C mengalami kenaikan sbesar 34,84%, 20,49%, dan 2,25% dengan beton normal.

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat diberikan saran sebagai berikut: 1. Karena hasil uji tekan maksimal terjadi pada variasi suhu 900 C pada prosentase penambahan lumpur sebesar 15%, jadi direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya bisa digunakan pemanasan pada suhu 900 C dengan prosentase penambahan lumpur sebesar 7,5% - 15%, dan juga bisa ditambahkan kapur atau bahan tambah lainya yang bisa meningkatkan hasil kuat tekan benton tersebut. 2. Gunakan nilai fas sesuai dengan hasil perhitungan dengan rumus yang telah disediakan, bisa menggunakan ACI atau SNI. Karena besar nilai fas sangat berpengaruh terhadap kelekatan dan hasil uji tekan. 3. Ketelitian dalam pengujian bahan-bahan penyusun beton sangat menentukan dalam merencanakan campuran adukan beton (mix design). 4. Proses penempatan adukan beton pada cetakan silinder harus diperhatikan untuk menghindari terjadinya ronggarongga udara akibat kurang meratanya dalam proses pemadatannya. 5. Pemanfaatan penambahan lumpur Sidoarjo sebagai bahan pengganti semen, mungkin bisa ditambahkan bahanbahan yang mempunyai kadar kimia seperti SiO 2, Al 2 O 3, Fe 2 O 3, CaO, dan MgO yang besar, sehingga bisa menggantikan peranan semen. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2012. Banjir lumpur panas Sidoarjo. (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/banjir_lumpur_panas_sidoarjo, diakses tanggal 25 september 2012) Amir Tejo, 2011, Pakar Fisika ITS Buat Semen dari Lumpur Lapindo (online), (http://kampus.okezone.com/read/2011/07/29/373/485868/pakar-fisika-its-buat-semen-dari-lumpur-lapindo, diakses tanggal 02 oktober 2012) ASTM C618-12a (http://www.astm.org/standards/c618.htm) http://dwi-jo.blogspot.com/2012/01/pengertian-lumpur- Dwi-jo, 2012, Pengertian Lumpur Aktif, (online) ( aktif.html). (diakses tanggal 08 oktober 2012) Departemen Pekerjaan Umum, 1982. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia. Umum. Jakarta. Departemen Pekerjaan Departemen Pekerjaan Umum, 1989. Pedoman Beton 1989. SKBI.1.4.53.1989. Draft Konsensus DPU.LPMB. Jakarta. Mulyono, T. 2004. Teknologi Beton. Penerbit ANDI, Yogyakarta. Okta Aryudya P, 2012, Kuat Tekan Beton Dengan Bahan Tambah Serbuk Halus Dari Lumpur Kering Tungku Ex Lapindo. Tjokrodimuljo, K., 1996, Teknologi Beton, Jurusan Teknik Sipil, Fakults Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Wiryasa, N.M.A. dan Sudarsana, I.W., 2009. Pemanfaatan Lumpur Lapindo Sebagai Bahan Subtitusi Semen Pada Pembuatan Bata Beton Pejal. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil, (Online), Vol. 13, No.1, Januari 2009, (http://ejournal.unud.ac.id, diakses 03 oktobet 2012).