BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang dilakukan menggunakan daun sirsak (Annona muricata) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa jenis basil gram negatif dari Genus Shigella. Masa inkubasi bakteri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman srikaya memiliki bentuk pohon yang tegak dan hidup tahunan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran zona hambat yang berikut ini disajikan dalam Tabel 2 : Ulangan (mm) Jumlah Rata-rata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan yang memiliki bunga banyak, serta daun dari bunga bakung ini memilki

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan lapisan jaringan yang terdapat pada bagian luar dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi Tumbuhan Tumbuhan Sida rhombifolia.l. merupakan tumbuhan dikotil berakar

I. PENDAHULUAN. Bentuk jeruk purut bulat dengan tonjolan-tonjolan, permukaan kulitnya kasar

AKTIVITAS ANTIMIKROBA EKSTRAK DAUN BUNGUR (LANGERSTROEMIA SPECIOSA (L.) PERS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. positif yang hampir semua strainnya bersifat patogen dan merupakan bagian dari

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bakteri coccobacilli golongan gram negatif, sering terdapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Lempuyang Wangi ( Zingiber aromaticum Val.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil identifikasi sampel yang dilakukan di Laboratorium Biologi Farmasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN BIOAUTOGRAFI FRAKSI POLAR EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI FITOKIMIA DAN EVALUASI TOKSISITAS EKSTRAK KULIT BUAH LANGSAT (Lansium domesticum var. langsat)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. serta pemulihan kesehatan. Hal ini disebabkan karena tanaman banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI DAUN ALPUKAT (PERSEA AMERICANA MILL) TERHADAP BAKTERI ESCHERICHIA COLI DAN STAPHYLOCOCCUS AUREUS

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat-obatan tradisional khususnya tumbuh-tumbuhan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lampiran 2. Tumbuhan dan daun ketepeng. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Metabolit sekunder Alkaloid Terpenoid Steroid Fenolik Flavonoid Saponin

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI EKSTRAK DAUN BELUNTAS

I. PENDAHULUAN. penyakit menemui kesulitan akibat terjadinya resistensi mikrobia terhadap antibiotik

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kesehatan Masyarakat,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme.


MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Hayati et al., 2010). Tanaman ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5-10

BAB I PENDAHULUAN. juta penduduk setiap tahun, penyebab utamanaya adalah Vibrio cholera 01,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Ekstrak Daun Meniran (Phyllanthus niruri, L.) Terhadap. Pertumbuhan Staphylococcus aureus.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. ekstrak kulit nanas (Ananas comosus) terhadap bakteri Porphyromonas. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

I. PENDAHULUAN. berkhasiat obat (biofarmaka) dan kurang lebih 9606 spesies tanaman obat

mencit dalam menurunkan jumlah rerata koloni Salmonella typhimurium (Murtini, 2006). Ekstrak metanol daun salam juga terbukti mampu menghambat

Lampiran 1. Hasil identifikasi tumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tanaman Kecipir

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penyebarannya tumbuh di dataran rendah hingga ketinggian ± 500 m dpl.

BAB I PENDAHULUAN. tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah

I. PENDAHULUAN. maupun tujuan lain atau yang dikenal dengan istilah back to nature. Bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Taksonomi Dan Morfologi Tanaman Durian. Kingdom : Plantae ( tumbuh tumbuhan ) Divisi : Spermatophyta ( tumbuhan berbiji )

LAPORAN PRAKTIKUM I KUNCI DETERMINASI KELAS DICOTYLEDONAE

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penyakit diare. Diare menjadi penyakit berbahaya dengan peringkat ke-3

Analisis Fitokimia (Harborne 1987) Uji alkaloid. Penentuan Bakteriostatik Uji flavonoid dan senyawa fenolik. Penentuan Bakterisidal

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. (1965). Hasil determinasi tanaman. Determinasi dari suatu tanaman bertujuan untuk mengetahui kebenaran

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2011

Beluntas Ciri-Ciri Tanaman, Serta Khasiat dan Manfaatnya

BAB 5 HASIL PE ELITIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

AKTIVITAS ANTIBAKTERI TUMBUHAN PRINJAK (Aleurites moluccana (L.)) TERHADAP BAKTERI SALMONELLA THYPOSA DAN VIBRIO CHOLERA ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh daya antibakteri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sirsak 2.1.1. Klasifikasi Tanaman Gambar I. pohon sirsak Kingdom Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae (Tumbuhan) : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) : Magnoliales : Annonaceae : Annona : Annona muricata (Haryanto, 2010) 2.1.2. Morfologi Tanaman Tanaman sirsak lebih menyerupai semak atau perdu dengan batang keras. Tinggi tanaman ini mencapai 5m (Haryanto, 2010) sedangkan menurut Ikha (2010) tanaman sirsak bisa mencapai tinggi sampai 9 meter. Batang sirsak berwarna coklat, berkayu, bulat dan bercabang. Daunya bebentuk telur atau lanset agak tebal dan agak kaku, pada permukaan bagian atas yang halus berwarna hijau tua sedang pada bagian

bawah mempunyai warna hjau kekuningan, ujung runcing, tepi rata, pangkal meruncing, pertulangan menyirip atau tegak pada urat daun, panjang tangkai 5 mm. Panjang 6-18 cm, lebar 2-6 cm, aroma yang ditimbulkan daun berupa aroma tak sedap (Ikha, 2010). 2.1.3 Habitat Tanaman sirsak Tumbuhan ini dapat tumbuh disembarang tempat tetapi untuk memperoleh hasil buah yang banyak dan besar-besar, maka yang paling baik di tanam di tanah yang cukup mengandung air di Indonesia, sirsak tumbuh dengan baik pada daerah ketinggian kurang dari 1000 m dpl (Sunajo, 2006) 2.1.4. Kandungan Kimia Secara umum Daun sirsak mengandung senyawa flavonoid, alkaloid, acetogenin, asimisin dan bulatacin (Annysa, 2010). Flavonoid dan alkaloid yaitu kerjanya sebagai antibakteri (Robinson, 1995). 2.1.5. Khasiat dan Kegunaan Seluruh bagian dari pohon sirsak dimanfaatkan dalam obat alami di daerah tropis, termasuk kulit, daun, akar, buah, dan biji buah. Sifat yang berbeda dan menggunakan diberikan ke bagian yang berbeda dari pohon. Umumnya, buah dan jus buah diambil untuk cacing dan parasit, untuk demam dingin, sebagai lactagogue (untuk meningkatkan ASI setelah melahirkan), dan sebagai zat untuk diare dan disentri, dan terutama pada daun sirsak untuk mengobati batuk, rematik, mual, luka dan kanker (Kandaswami & Middleton, 1997). 2.2. Bakteri Nama bakteri berasal dari kata bakterion yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti tongkat atau batang. Saat ini, nama tersebut digunakan untuk menyebut sekelompok mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofil (meskipun ada

kecualinya) berkembang biak dengan pembelahan diri, serta memiliki ukuran yang demikian kecil sehingga hanya tampak dengan mikroskop (Dwidjoseputro, 2003). Bakteri adalah salah satu kelompok mikroorganisme yang hidup selalu berdampingan dengan mahluk lain, bahkan ada beberapa diantaranya yang mendiami atau menempati tubuh mikroorganisme. Bakteri umumnya bersel satu sehingga membutuhkan bantuan mikroskop untuk mengamatinya (Dwidjoseputro, 2003). 2.3. Bakteri staphylococcus aureus 2.3.1. Klasifikasi Bakteri staphylococcus aureus Kingdom : Bacteria Class : Schzomycetes Ordo : Eubacteriales Family : Euabacteriaceae Genus : Staphylococcus Spesies : Staphylococcus aureus (Syahrurachman, 1994) Gambar 2. Bakteri Staphylococcus aureus

2.3.2. Morfologi Bakteri staphylococcus aureus Staphylococcus aureus merupakan bakteri yang memiliki bentuk bulat atau lonjong (0,8 sampai 0,9 µ), jenis yang tidak bergerak, tidak bersimpai, tidak berspora dan gram positif. Tersusun dalam kelompok (seperti buah anggur). Pembentukan kelompok ini terjadi karena pembelahan sel terjadi dalam tiga bidang dan sel-sel anaknya cenderung utnuk tetap berada di dekat sel induknya (Gupte, 1990). Menurut Jawetz dan Melnick (1996) Staphylococcus aureus adalah sel-sel berbentuk bola dengan garis tengah sekitar 1 µm dan tersusun dalam kelompokkelompok tak beraturan. Pada biakan cair tampak juga kokus tunggal, berpasangan, berbentuk tetrad, dan berbentuk rantai. Kokus muda bersifat gram-positif kuat, sedangkan pada biakan yang lebih tua, banyak sel menjadi gram-negatif. Staphylococcus aureus tidak bergerak dan tidak membentuk spora. Staphylococcus aureus bersifat aerob dan tumbuh baik pada perbenihan sederhana pada temperatur optimum 37 0 C dan pada ph 7,4. (Satish gupte, 1990). Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35-37 0 C dengan suhu minimum 6,7 0 C dan suhu maksimum 45,4 0 C. Staphylococcus aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin. Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus. Selain dapat menyebabkan intoksikasi, Staphylococcus aureus juga dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis, pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan (Anonim, 2008). 2.4. Penelitian Sebelumnya

Menurut Hengar prasetyo (2011) fraksi semipolar ekstrak etanol daun sirsak mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Klebsiella peneumoniae dan Staphylococcus epidermis dengan KBM berturut-turut sebesar 3,5% dan 4,5%. Hasil KLT menunjukkan adanya antron, alkaloid, flavonoid, tannin dan tripenoid, golongan yang mempunyai aktvitas antibakteri baik terhadap Klebsiella peneumoniae dan Staphylococcus epidermis. Dan menurut Dr. Sugeng Juwono Purwohusodo dari Yogyakarta, tanaman sirsak ini dapat digunakan untuk obat nyamuk, dalam bentuk infusa, hasilnya infus (cairan) yang kadar ekstrak racunnya adalah 10%. Ekstrak tersebut diberikan kepada larva instar III dari nyamuk Aides dan Cules yang direndam dalam 100 ml air. Dari 25 ekor nyamuk ternyata mati semua. Dari ekstrak daun sirsak : dengan 6,48 ml ekstrak dalam 100 ml air, 50% larva mati dalam 24 jam, sedangkan jika 5,5 ml sebanyak 50% mati dalam waktu 48 jam. 2.5. Antibakteri Antibakteri adalah obat atau senyawa yang digunakan untuk membunuh bakteri, khususnya bakteri yang merugikan manusia. Definisi ini berkembang bahwa antibakteri merupakan senyawa kimia dalam kosentrasi kecil mampu menghambat bahkan membunuh suatu mikroorganisme (Setiabudy, 2007 dalam Kurniato, 2009). Menurut Djide (2008) pengujian terhadap daya hambat bakteri dapat dilakukan dengan beberapa macam metode. Salah satu metode tersebut adalah metode uji difusi cakram. Prinsip metode ini adalah membandingkan zona hambatan pertumbuhan mikroorganisme uji oleh senyawa yang berpotensi sebagai antibakteri yang diuji terhadap zona hambatan. Metode ini dilakukan dengan cara menumbuhkan bakteri pada media lempeng agar pada cawan petri, kemudian pada permukaan media ini diletakkan kertas cakram atau paper disc yang terlebih dahulu dicelupkan ke dalam zat antibakteri. Setelah

diinkubasi 18-24 jam dibaca hasilnya, kemudian dikomparasikan dengan klasifikasi respon hambatan pertumbuhan bakteri seperti pada tabel klasifikasi hambatan pertumbuhan bakteri (Greenwood, 1995 dalam Rinawati, 2010) : Tabel 1. Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri Diameter Zona Hambat 10 mm Respon Hambatan Pertumbuhan Tidak ada 11-15 mm Lemah 16 20 mm Sedang > 20 mm Kuat Menurut Saraswati (2002), ukuran zona hambat pada metode difusi lempeng agar tergantung oleh faktor-faktor sebagai berikut : 1. Kepadatan Inokulum : jika inokulum terlalu sedikit, maka zona hambat akan menjadi besar (peka). Sebaliknya, jika inokulumnya terlalu padat, maka ukuran zona hambat akan turun (resisten). 2. Waktu dari penggunaan paper disk : jika cawan petri yang disemai dengan bakteri uji, dibiarkan pada suhu kamar dalam waktu yang lama menyebabkan turunnya diameter zona hambat (resisten). 3. Suhu inkubasi : uji kepekaan biasanya diinkubasi pada suhu 35-37 0 C untuk pertumbuhan yang optimal. 4. Waktu inkubasi : biasa memakai waktu inkubasi antara 16-18 jam. 5. Ukuran petri, kedalaman medium agar dan pemberian jarak : uji kepakaan biasanya dilakukan dengan menggunakan tidak lebih dari 5-6 paper disk pada setiap cawan petri. Zona hambat yang sangat besar terbentuk pada media yang sangat tipis, sebaliknya zona hambat yang sangat kecil terbentuk pada media yang sangat tebal. Memberikan jarak yang pada paper disk adalah sangat penting untuk mencegah zona hambat yang tumpang tindih. 2.6. Metode Ekstraksi

Ekstraksi merupakan peristiwa pemindahan massa zat aktif dalam pelarut tersebut (Ahmad, 2006 dalam Jaya, 2010). Umumnya zat berkhasiat tersebut dapat ditarik, namun khasiatnya tidak berubah (Syamsuni, 2006). Tujuan utama ekstraksi adalah mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin zat-zat yang memilki khasiat pengobatan (Syamsuni, 2006). Salah satu metode ekstraksi bahan alam yaitu maserasi. Maserasi berasal dari Kata "macerace" artinya melunakkan. Maserata adalah hasil penarikan simplisia dengan cara maserasi (Syamsuni, 2006). Maserasi merupakan proses paling cepat dimana obat yang sudah halus memungkinkan untuk direndam dalam pelarut sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut (Ansel, 2005). Penekanan utama pada maserasi adalah tersedianya waktu kontak yang cukup antara pelarut dan jaringan yang diekstraksi (Guenter, 1987 dalam Khunaifi, 2010). Maserasi merupakan cara yang sederhana, maserasi dilakukan dengan cara merendam haksel simplisia dalam pelarut. Pelarut akan menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat-zat aktif sehingga zat aktif akan larut, karena adanya perbedaan kosentrasi antara larutan zat aktif didalam sel, maka larutan yang pekat akan didesak keluar. Pelarut yang digunakan dapat berupa metanol, atau pelarut lain. Keuntungan ekstraksi ini adalah cara pengerjaan atau peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan (Ahmad, 2006 dalam Jaya, 2010). Pelarut merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam proses ekstraksi, sehingga pada pemilihan pelarut untuk ekstraksi mempertimbangkan banyak faktor (Guenther, 2006 dalam Khunaifi, 2010). Terdapat dua pertimbangan utama dalam memilih jenis pelarut, yaitu pelarut harus mempunyai daya larut yang tinggi dan pelarut tidak berbahaya atau tidak beracun. Pelarut yang digunakan dalam ekstraksi

harus dapat melarutkan ekstrak yang diinginkan saja, mempunyai kelarutan yang besar, tidak menyebabkan perubahan secara kimia pada komponen ekstrak, dan titik didih kedua bahan tidak boleh terlalu dekat (Bernasconi, 1995 dalam Khunaifi, 2010). 2.6. Kerangka Berpikir Alur Kerangka Berpikir Secara empiris : diare, disentri, mual, batuk, luka kanker dan meningkatkan asi. Bakteri Staphylococcus aureus menyebabkan berbagai penyakit infeksi Perlunya penemuan senyawa antibakteri baru Ekstraksi secara maserasi daun sirsak menggunakan metanol Uji daya hambat ekstrak metanol daun sirsak (Annona muricata) terhadap bakteri Staphylococcus aureus Gambar 3. Kerangka berpikir