BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada usia dini merupakan masa keemasan dimana pada masa ini setiap aspek

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan persaingan hidup yang semakin tinggi. Tanpa pendidikan sama sekali

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Endang Permata Sari, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

kreatif yang dimiliki oleh anak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang di miliki. Di dalam diri mereka telah melekat harkat dan martabat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai bakat kreatif tertentu yang dibawa sejak lahir.

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK DI TK PELANGI NUSA KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sehingga mampu memajukan dan mengembangkan bangsa atau negara,

BAB I PENDAHULUAN. aspek fisik dan non fisik. Secara alamiah, perkembangan anak berbeda-beda, baik

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Anak yang mendapat bimbingan, pembinaan dan rangsangan sejak dini akan

BAB I PENDAHULUAN. yang kreatif, mandiri dan professional dibidangnya masing-masing, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pula. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dina Febriyanti, 2013

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF DARI KARDUS BEKAS DI TK GESI I, SRAGEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dari pada manusia yang tidak berpendidikan. dan karsa. Hal itu tidak akan lepas selama manusia ini masih ingin untuk

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. halus). Oleh karena itu untuk menciptakan generasi yang berkualitas, dini disebut juga dengan The Golden Age ( Usia Emas ).

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya diikuti oleh perkembangan anak setelah dilahirkan dan tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah kunci perubahan karena mendidik adalah memberikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehingga pendidikan bertujuan menyediakan lingkungan yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam perkembangan dan

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi mempercepat modernisasi dalam segala bidang,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Renni Rohaeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Juwita Mega Ningsih, 2015 Meningkatkan Kreativitas Menari Anak D engan Menggunakan Properti Tari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan terbatas dalam belajar (limitless caoacity to learn ) yang

BAB I PENDAHULUAN. depan, jika pondasi lemah maka akan susah berharap bangunannya berdiri kokoh

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

I. PENDAHULUAN. anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek gerakan,

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan kehidupan manusia yang merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan kognitif saja tetapi juga tidak mengesampingkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI TARI LAYANG-LAYANG DI TAMAN KANAK-KANAK PRESIDEN 2 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989 pasal 4. Untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional tersebut, perlu

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

I. PENDAHULUAN. tersebut adalah dengan membuat UU. No. 20 tahun 2003 tentang. SISDIKNAS pasal 1 butir 14 yang bunyinya :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prasekolah yang ada di jalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Muhammad Zaenudin As, 2016 UPI Kampus Serang

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki kharakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong kemajuannya dengan kekreatifan guru dan murid. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Titi Sumiati, 2014 Meningkatkan kemampuan imajinasi menggambar melalui permainan reseotif

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan. daya manusia dan merupakan tanggung-jawab semua pihak, baik

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. siswa sesuai dengan tujuan. Tujuan pembelajaran menurut Undang-Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

EFEKTIVITAS PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS VERBAL PADA MASA ANAK SEKOLAH SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka perlu dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan masalah yang cukup kompleks dalam kehidupan kita. Pendidikan merupakan salah satu fasilitas kita sebagai manusia dan pendidik untuk merangsang serta menstimulasi kemampuan kreativitas pada anak didik. Dalam UUD No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 mengatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, tujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan nasional juga berperan serta dalam mengembangkan kreativitas yang hendaknya dimulai pada usia dini. Usia dini merupakan masa yang sering disebut dengan Golden Age, masa setiap aspek pengembangan seperti sosial emosional, kognitif, bahasa, motorik halus, motorik kasar, dan kreativitas yang ada dalam diri anak dapat berkembang dengan pesat. Kreativitas merupakan kemampuan untuk membuat komposisi baru, berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada atau membuat gagasan baru atau merenovasi gagasan yang sudah ada menjadi lebih inovatif dan imajinatif. Hal ini sejalan dengan defenisi kreativitas yang diungkapkan oleh Supriadi (dalam Rachmawati dan Kurniati, 2010:13) bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada.

2 Pada dasarnya kreativitas sudah ada sejak anak lahir. Sebagaimana yang ditekankan Munandar (dalam Rachmawati, 2011:36) bahwa kreativitas anak usia dini harus dipupuk sejak usia dini. Namun perlu distimulus kembali lewat lingkungannya sehingga perkembangan kreativitas dapat meningkat. Kreativitas sangat diperlukan bagi kehidupan. Karena itu keativitas harus dilatih sejak anak dalam usia dini. Pendidikan sejak dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga pendidikan yang lebih tinggi banyak merupakan transfer pengetahuan dan keterampilan, oleh karena itu pola pikir ini harus diubah karena pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari anak akan melekat lebih lama pada dirinya jika yang dipelajari diperoleh melalui usaha-usaha dan pengalaman mereka sendiri bukan ditransfer, dengan demikian pengetahuan, keterampilan dan pengalamannya akan merangsang pikiran imajinatif mereka sehingga dapat diharapkan produk-produk kreatifnya. Setiap anak memiliki kemampuan tak terbatas dalam belajar yang inheren (telah ada) dalam dirinya untuk dapat berpikir kreatif dan produktif. Anak akan beraktivitas sesuai dengan minat dan potensi yang dimiliki dirinya, pengembangan kreativitas anak harus diberikan stimulasi dari mulai usia dini, sehingga anak akan terasa untuk berpikir kreatif, karena dengan kreativitaslah memungkinkan mereka menjadi berkualitas dalam hidupnya. Anak akan melihat masalah dari berbagai sudut pandang, mampu menghasilkan karya yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya. Masa-masa prasekolah merupakan masa dimana anak mulai belajar mencoba, meniru, berkreasi dan mengekspresikan diri sendiri dengan gayanya sendiri yang khas dan unik. Usia usia 3-4 tahun pun dapat menciptakan apa pun yang dia inginkan melalui benda-benda disekitarnya. Ia dapat menciptakan roket dengan ember cucian ibu, mobil bus dengan kursi terbalik dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa pada dasarnya anak telah memiliki jiwa kreatif.

3 Namun pada kenyataannya perkembangan kreativitas di era pembangunan ini terutama pendidikan tidak dianggap penting dalam kelangsungan hidup manusia. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran lingkungan baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat terhadap akan pentingnya manfaat nilai-nilai kreativitas. Kreativitas atau daya kreasi itu dalam masyarakat yang progresif dihargai sedemikian tingginya dan dianggap begitu penting, sehingga untuk memupuk dan mengembangkannya dibentuk berbagai sarana dan prasarana yang mendukung. Namun hal ini berbeda dengan sistem yang ada di Indonesia terbukti sejalan dengan penelitian Jellen dan urban berkenaan dengan tingkat kreativitas anak-anak diberbagai negara, termasuk didalamnya Indonesia, yang mengungkapkan bahwa negara indonesia menempati posisi terendah dibandingkan 8 negara lainnya, jauh dibawah Filipina, Amerika Serikat, Inggris, dan Jerman bahkan dibawah negara India, Kamerun dan Zulu. Kreativitas anak semakin berkurang. Hurlock edisi kelima (2013:109) mengatakan bahwa usia 5-6 tahun sering juga disebut usia kreatif, usia dimana anak senang bertanya, eksploratif, mempunyai rasa ingin tahu, imajinatif, percaya pada diri sendiri, terbuka, senang bermain sendiri. Hal ini berbeda dengan kenyataan yang ada dilapangan. Anak masih kurang percaya diri, masih ragu-ragu dan tertutup akibatnya dalam proses belajar anak kurang berani berekpresi dan kurang percaya diri menunjukkan kemampuannya. Kreativitas anak usia dini masih rendah. Penulis sependapat dengan hal tersebut, daya kreatif anak semakin kurang, sebagaimana yang dialami oleh penulis selama praktek pen galaman kerja (PPL), sebagian besar anak Santa Lusia masih kurang mampu menangkap maupun mengemukakan ide-ide mereka untuk memecahkan masalah, kurang tertarik terhadap kegiatan kreatif,mudah terpengaruh orang lain/teman, kurang percaya diri dalam melakukan sesuatu, gampang bosan. Akibatnya dalam pengerjaan tugas anak kurang berani untuk berekspresi maupun mengungkapkan ide-ide mereka dan kurang

4 percaya diri dengan kemampuan yang mereka miliki. Disamping itu pembelajaran yang diberikan guru lebih terlihat hannya pada pembelajaran kognitif, bahasa, sains, fisikmotorik, sedangkan kegiatan-kegiatan yang merangsang kreativitas anak tidak terlalu terlihat. Padahal usia dini merupakan usia dimana aspek perkembangan berkembang dengan pesat tidak hanya kognitif, bahasa, sains, dan fisik motorik namun kreativitas juga. Karena itu usia dini merupakan saat yang tepat untuk merangsang kreativitas anak dibandingkan anak nantinya dirangsang kreativitasnya ketika anak mulai menginjak dewasa, karena semakin anak menginjak dewasa daya kreatif semakin berkurang.(ayan dalam Rachmawati, 2010:36) Penelitian Jellen dan urban menunjukkan bahwa indonesia menempati urutan terakhir jauh berada dibawah 8 negara lainnya berkenaan dengan kreativitas anak-anak. Hal ini menunjukkan pengembangan kreativitas di indonesia masih kurang. Banyak faktor yang diperkirakan menjadi penyebab rendahnya kreativitas di Indonesia. Diantarannya adalah dari diri anak sendiri, pola asuh dan sistem pendidikan yang kurang mendukung. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kreativitas yaitu dari diri anak itu sendiri, pola asuh, lingkungan dan sistem pendidikan ternyata dapat menghambat untuk mengungkapkan kreativitas anak. Misalnya pada diri anak, bahwa gen yang diwarisi anak berperan dalam menentukan batas-batas kreativitas anak. Begitu pula halnya dengan pola asuh yang diberikan pada anak, orang tua yang kurang peka terhadap perkembangan kreativitas anak, pola pikir atau pengetahuan yang kurang memadai dalam mengasah kreativitas anak akan menghambat anak untuk mengungkapkan kreativitasnya. Pola asuh orang tua merupakan salah satu faktor penting dalam mengembangkan tumbuhnya kreativitas. Setiap orang tua selalu berharap agar kelak anaknya menjadi orang yang sukses, baik dalam arti sosial ekonomi maupun kehidupan intelektualnya. Setiap orangtua juga selalu berharap agar kehidupan anaknya

5 kelak menjadi terhormat, berjasa bagi sesama dan lebih baik dari orangtuanya. Bahkan orangtua juga sering mengatakan rela berkorban demi anaknya agar menjadi orang seperti yang didam-idamkannya. Akan tetapi masih banyak orangtua yang tidak tahu bagaimana caranya menstimulus kreativitas anak itu sendiri. Bahkan orang tua tidak memiliki pemahaman mengenai kreativitas maupun bagaimana ciri-ciri anak yang kreatif sehingga mereka lebih menekankan agar anaknya pintar secara akademik saja (calistung) bukan menginginkan anaknya kreatif. Karena itu perlu diketahui bahwa ciri-ciri anak yang kreatif itu adalah Memiliki rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan atau selalu ingin mencari pengalaman-pengalaman baru, tertarik pada kegiatan kreatif, berani mengambil resiko, percaya diri, peka terhadap situasi lingkungan, kritis terhadap pendapat orang lain, tekun dan tidak mudah bosan, sering mengajukan pertanyaan dengan baik, tidak mudah terpengaruh orang lain dan sebagainya. Kondisi lingkungan disekitar anak sangat berpengaruh besar dalam menumbuhkembangkan kreativitas. Lingkungan yang sempit, pengap, dan menjemukan akan terasa muram, tidak bersemangat dan mengumpulkan ide cemerlang. Kreativitas dengan sendirinya akan mati dan tidak berkembang dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung. Bila dipantau dari sistem pendidikan saat ini salah satu kemungkinan penyebab rendahnya kreativitas anak indonesia adalah lingkungan yang kurang menunjang anak-anak untuk mengekspresikan kreativitasnya, khususnya lingkungan keluarga dan sekolah. (Rachmawati, 2010:28) Saat ini orientasi sistem pendidikan di indonesia mengarah pada pendidikan akademik artinya sistem persekolahan indonesia lebih mengarah pada upaya membentuk manusia untuk menjadi pintar sekolah saja dan bukan menjadi manusia Indonesia yang seutuhnya. Pernyataan ini tidak salah hanya saja usia dini merupakan usia dimana anak belajar dan bermain, masa dimana setiap aspek perkembangan berkembang

6 dengan pesat tidak hanya secara akademik saja tetapi kreativitas juga. Karena itu kegiatan-kegiatan kreatif perlu dirancang guna mengembangkan kreativitas anak usia dini. Sehingga anak tidak berkembang hanya secara akademik saja tetapi kreativitas juga. Seorang guru merupakan figur dan teladan bagi murid-muridnya. Seorang pendidik yang baik tidak akan pernah mengajarkan apa yang tidak dia lakukan. Demikian juga dalam pengembangan kreativitas. Sorang guru yang tidak kreatif, tidak mungkin dapat melatih anak didiknya untuk menjadi kreatif. Oleh karena itu guru terlebih dahulu harus mendapat pencerahan untuk meningkatkan kreativitasnya sendiri, sehingga dapat memilih teknik maupun kegiatan yang efektif yang tepat dalam menstimulus perkembangan anak khususnya dalam menstimulus kreativitas anak. Kebanyakan guru saat ini lebih menekankan pembelajaran yang mendominasi akademik. Dan yang sering terjadi disekolah, sistem pembelajaran yang diberikan guru cenderung lebih mengarah ke calistung (membaca, menulis dan berhitung). (Rachmawati, 2010:31). Pembelajaran ini sah-sah saja diterapkan disekolah namun kembali kepada perkembangan anak usia dini. Usia dini adalah usia kreatif karena itu pembelajaran yang diberikan disesuaikan dengan perkembangan anak usia dini. Sehingga Anak berkembang tidak hanya secara akademik tapi kreativitas anak juga berkembang. Metode yang digunakan dalam mengembangkan kreativitas anak kurang bervariasi sehingga menghambat berkembangnya kreativitas. Metode yang sering dilakukan kebanyakan tanya jawab, bercerita dll, khususnya di sekolah yang akan dilakukan penelitian (TK Santa Lusia). Sehingga banyak anak yang gampang bosan, Kurang bebas untuk bereksplorasi akibatnya anak terhambat untuk berkreasi. Hal ini akan membuat anak kurang berani menonjolkan apa yang ada dalam dirinya, kurang percaya diri, dan tidak berani mencoba hal baru.

7 Berbagai cara dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan untuk mengembangkan kreativitas anak usia dini terutama guru yang sehari-hari lebih banyak waktu bersama dengan anak-anak disekolah. Banyak kegiatan kreatif yang dapat menumbuhkan serta mengembangkan kreativitas anak salah satunya yaitu dengan menerapkan kegiatan-kegiatan kreatif yang mendukung perkembangan kreativitas anak. Kegiatan kreatif merupakan teknik pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas, meningkatkan motivasi dan dapat mengurangi rasa bosan anak pada saat belajar. Banyak kegiatan kreatif yang dapat diterapkan guru untuk menstimulus kreativitas anak salah satunya yaitu dengan menerapkan kegiatan menggambar. Menggambar merupakan salah satu bentuk kegiatan berekspresi yang cukup populer bagi anak-anak usia TK. Sumanto (2005:47) mengemukakan bahwa menggambar adalah proses mengungkapkan ide, angan-angan, perasaan, pengalaman, dan yang dilihatnya dengan menggunakan jenis peralatan menggambar tertentu. Untuk memunculkan kreativitas anak, maka anak dapat dirangsang melalui mencipta karya-karya rupa termasuk menggambar. Kegiatan menggambar anak salah satu kegiatan dimana anak dapat mencipta atau membuat karya. Kemampuan berolah seni rupa yang diwujudkan dengan keterampilan mengungkapkan ide, gagasan, pengalaman, pengamatan kedalam goresan garis, bentuk, warna sesuai dengan alat yang digunakan. Melalui kegiatan menggambar ini anak bebas berekspresi dan menuangkan ide-ide imajinasi mereka kedalam bentuk gambar. Dengan menggambar anak dapat menggunakan berbagai alat/bahan untuk menciptakan sesuatu sesuai imajinasinya dan akan terlihat bagaimana kreasi maupun kreativitas anak tersebut. Berdasarkan uraian diatas, Penulis ingin meneliti apakah ada pengaruh kegiatan menggambar terhadap perkembangan kreativitas anak atau tidak ada pengaruhnya sama sekali. Oleh karena itu penulis tertarik menulis skripsi tentang Pengaruh Kegiatan

8 Menggambar Terhadap Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Santa Lusia Medan T.A 2013/2014. 1.2 Identifikasi Masalah 1. Masih rendahnya kreativitas anak usia dini 2. Kondisi lingkungan kurang mendukung dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini 3. Kurangnya pengetahuan dan kepekaan orang tua terhadap kreativitas anak dalam membantu merangsang kreativitas anak 4. Tuntutan orangtua yang lebih mengutamakan calistung dibandingkan perkembangan kreativitas anak 5. Metode yang digunakan dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini kurang bervariasi. 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: Pengaruh Kegiatan Menggambar Terhadap Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Santa Lusia Medan T.A 2013/2014. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah diatas maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah: Adakah pengaruh kegiatan menggambar terhadap kreativitas anak usia 5 6 tahun di TK Santa Lusia Medan T.A 2013/2014? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kegiatan menggambar terhadap kreativitas anak usia 5-6 tahun di TK Santa Lusia Medan T.A 2013/2014.

9 1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah: a. Manfaat teoritis: Secara teoritis hasil penelitian ini bermanfaat dalam rangka pengembangan ilmu yang berkaitan dengan pengembangan Kreativitas anak usia dini melalui Kegiatan menggambar, serta pentingnya sarana dan prasarana belajar yang memadai demi pemenuhan kebutuhan penyelenggaraan proses belajar mengajar. b. Manfaat Praktis: 1. Bagi Guru, Sebagai sarana dan masukan bagi tenaga pendidik khususnya bagi guru yang mengajar di PAUD, tentang Kegiatan menggambar dalam Merangsang dan mengembangkan kreativitas anak usia dini. 2. Bagi Peneliti, Sebagai sarana untuk memperluas pengetahuan serta menambah wawasan dan melalui penelitian ini penulis mengetahui pengaruh kegiatan menggambar terhadap kreativitas anak 3. Sebagai bahan masukan dan sumber referensi bagi peneliti berikutnya yang melakukan penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini.