BAB I PENDAHULUAN. Cagar lam merupakan sebuah kawasan suaka alam yang berarti terdapat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kegiatan yang mengancam eksistensi kawasan konservasi (khususnya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem dengan fungsi yang unik dalam lingkungan

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan suaka alam sesuai Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 adalah sebuah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108 TAHUN 2015 TENTANG

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.49/Menhut-II/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. mangrove di Indonesia mencapai 75% dari total mangrove di Asia Tenggara, seperti

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

BAB II DESKRIPSI TEMPAT WISATA Sejarah Taman Wisata Alam Mangrove Pantai Indah Kapuk. lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. lebih pulau dan memiliki panjang garis pantai km yang merupakan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

SKRIPSI HERIYANTO NIM : B

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM MENTERI KEHUTANAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN III

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

BAB I PENDAHULUAN. sangatpotensialbagikesejahteraanmasyarakatbaikdarisegiekonomi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menteri Kehutanan No. 134/Menhut-II/2004 tentang Perubahan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki tanah air yang kaya dengan sumber daya alam dan

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG HUTAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan aslinya (Hairiah, 2003). Hutan menjadi sangat penting

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 03/Menhut-II/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS TAMAN NASIONAL MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat. Selain keunikannya, terdapat beragam fungsi yang dapat dihasilkan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi manusia, lahan sangat dibutuhkan dalam menjamin kelangsungan hidup

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

TAMBANG DI KAWASAN HUTAN LINDUNG

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG LARANGAN DAN PENGAWASAN HUTAN MANGROVE DI KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pantai sekitar Km, memiliki sumberdaya pesisir yang sangat potensial.

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 613/Kpts-II/1997 TENTANG PEDOMAN PENGUKUHAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PERAIRAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

I. PENDAHULUAN. dari penunjukan kawasan konservasi CA dan SM Pulau Bawean adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. fungsi lindung dan fungsi konservasi semakin berkurang luasnya. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. negara Indonesia menyebabkan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 7 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

BAB I PENDAHULUAN. Kerusakan hutan mangrove di Indonesia, kini semakin merata ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu. Hutan adalah suatu kesatuan

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2014 POTENSI EKOWISATA DI KAWASAN TAMAN BURU GUNUNG MASIGIT KAREUMBI

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Peraturan Pemerintah Nomer 28 tahun 2011 pasal 1 nomer 1 tentang pengolaan kawasan suaka alam dan kawasan pelestaian alam yang berbunyi Kawsasan Suaka Alam selanjutnya disingkat KSA adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik diadaratan maupu di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan keaneka ragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan Cagar lam merupakan sebuah kawasan suaka alam yang berarti terdapat perlindungan kawasan berupa kekayaan alam beserta isinya. Adanya pemeliharaan, penelitian pendidikan, wisata rehabilitasi kawasan, dan pengamanan segala yang berada di kawasan perlindungan. Di dalam cagar alam terdapat sebuah kondisi alam yang mempunyai kekhasan flora, fauna dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Secara garis besar Cagar Alam di Indonesia terbagi dalam Cagar Alam daratan baik tanah maupun pierairan darat, Cagar Alam biosfer dan Cagar Alam laut, dan di pulau jawa hanya terdapat Cagar Alam laut dan Cagar Alam saja. Kondisi cagar alam di Indonesia semakin mengkhawatirkan seiring bertambahnya penduduk dan pembangunan. Cagar Alam adalah salah satu kawasan hutan, menurut data yang diperoleh pada tahun 2009 tercatat luas huta di Indonesia seluas 190,31 juta hektare dengan luas tutupan hutan 88,17 juta hektare atau 46,33% luas daratan di Indonesia. Namun selama rentan tahun 2001-209 laju deforestasi dan degradasi yang telah mencapai 15,15 juta hektare. Kerusakan tersebut diakibatkan dari pembalakan liar, kebakaran dan perambahan hutan kritis, pertambangan dan perkebunan. (Forest Watsh Indonesia. 2011, hlm 5) Dalam melestarikan Cagar Alam didiperlukan dukungan dari aspek fisik dan sosial budaya. Dukungan sosial yang harus dilakuakan sebenarnya cukup 1

mudah dengan membiarkan cagar alam tersebut tetap lestari keberadaannya, jangan sampai ada Masyarakat yang merusak maupun mengganggu ekosistem yang berada di cagar alam tersebut. Terkadang masyarakat sering salah untuk mengartikan keberadaan Cagar Alam. Masih banyak yang beranggapan bahwa Cagar Alam merupakan tujuan wisata yang perlu dikunjungi karena keindahan yang berada di dalamnya. Namun sebenarnya semua itu salah, Cagar Alam bukan merupakan tempat tujuan wisata yang perlu di kunjungi. Dalam sebuah kriteria penerapan Cagar Alam yang benar, sesungguhnya masyarakat yang berkunjung tidak boleh beramai ramai apaligi merusak ekosistem yang berada di dalamnya dan juga masyarakat dilarang masuk kedalam kawasan Cagar Alam secara ilegal, perlu adanya pemantauan dan pengawasan dari instansi terkait agar keberadaan Cagar Alam tetep lestari dan ekosistem yang berada di dalamnya tetep terjaga. Kota serang memiliki kekayaan alam yang cukup melimpah serta potensi keunggulan nilai sosial budaya yang bergam. Dari beberapa potensi yang dimiliki Kota Serang terdapat sebuah cagar alam yaitu Cagar Alam pulau dua atau yang serinng disibut dengan Pulau Burung oleh masyarakat sekitar. Pulau Dua berada di pantai Utara Teluk Banten. Berdasarkan wilayah administratif Pemerintahan Cagar Alam Pulau Dua termasuk ke dalam Kelurahan Sawah Luhur Kecamatan Kasemen Kota Serang Provinsi Banten. Cagar Alam Pulau Dua ini ditetapkan sebagai Cagar Alam berdasarkan GB tanggal 30 juli 1937 No. 21 Stbl. 474 seluas 8 Ha. Terbentuknya tanah timbul di sekitar kawasan Cagar Alam ini menjadikan luas bertambah dan pada tahun 1978 menyatu dengan Pulau Jawa. untuk menjamin kelestarian ekosistem Pulau Dua, maka diturunkan SK Menteri Kehutanan No. 253/Kpts-II/1984 tangal 26 desember 1984 yang menetapkan bahwa tanah timbul di selatan pulau menjadi tanah Cagar Alam, sehingga luas Cagar Alam Pulau Dua menjadi 30 Ha. (Direktorat Jenderal PHKA Wilayah 1 Banten,2012) Cagar Alam Pulau Dua merupakan tempat habitat bagi burung-burung lokal maupun imigran. Setiap tahunnya di bulan tertentu banyak sekali burung terutama burung air dari belahan dunia yang datang ke kawasan Cagar Alam pulau Dua. Menurut hasil monitoring potensi burung di Cagar Alam pulau dua

terdapat 43 jenis burung dari 19 famili Selain terdapat burung yang memberikan dayatarik kawasan, di Pulau Dua ini juga terdapat jenis flora yang menjadi daya dukung sebuah kawasan Cagar Alam Pulau Dua. Terdapat 78 jenis tumbuhan dari 43 famili di kawasan ini. (Direktorat Jenderal PHKA Wilayah 1 Banten,2012) Cagar Alam Pulau Pua ini sekarang dikelola oleh pemerintah Kota Serang yang berarti bahwa kuasa penuh dalam konservasi ini dilakukan oleh pemerintah Kota Serang. Menurut Lurah Sawah Luhur yang di kutip dari hasil wawancara menyatakan bahwa pemerintah Kota Serang telah memberikan himbauan kepada masyarakat di Kelurahan Sawah Luruh untuk ikut serta dalam menjaga kelestarian sekitar di Cagar Alam Pulau Dua. Namun pada pelaksanaannya Cagar Alam di Pulau Dua ini mengalami hambatan-hambatan yang mempengaruhi fungsi Cagar Alam dan pada penelitian ini. Adapun faktor yang mempengaruhi berkurangnya fungsi Cagar Alam Pulau Dua ini menurut survei dari Dinas Kehutanan adalah sebagai berikut: 1. Adanya perubahan penutupan vegetasi menjadi terbuka terutama vegetasi tempat berbiak burung yaitu vegetasi bakau yang mengering diduga akibat kondisi alam atau pentakit 2. Akses ke pulau burung yang dulunya terpisah oleh pulau jawa sekarang sudah menyatu dengan pulau jawa karena adnya tanah timbul, dulunya luas pulau burung 8 ha sekarang menjadi 30 ha 3. Abrasi pantai Kemudian ada pula sarana dan prasarana yang dibangun di kawasan Cagar Alam pulau dua hanyalah untuk mendukung berjalannya sutau kegiatan dalam pengamanan kawasan seperti sarana penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, saat ini sarana prasarana yang ada antara lain :

Tabel 1.1 : Sarana Prasarana Cagar Alam Pulau Dua No Jenis Fasilitas Jumlah 1 Pos Jaga 1 2 Menara Pengintai 1 3 Peta Kerja 1 4 Papan himbauan 6 5 Kendaraan roda dua 1 6 binokuler 1 Sumber : Laporan Monitoring Potensi Burung di Cagar Alam Pulau Dua, Keluraan Sawah Luhur Kecamatan Kasemen, Kota Serang (2012 :8) Dan berikut ini adalah jumlah personil yang bertugas di kawasan Cagar Alam Pulau Dua antara lain : Tabel 1.2 : personil Resort Cagar Alam Pulau Dua No Jenis Fasilitas Jumlah 1 Kepala Resort 1 2 Polisi Kehutanan 2 3 Pengendali Ekosistem Hutan - Jumlah 3 Sumber : Laporan Monitoring Potensi Burung di Cagar Alam Pulau Dua, Keluraan Sawah Luhur, Kecamatan Kasemen, Kota Serang (2012 :8) Dari faktor faktor tersebut dapat dilihat bahwa pengawasan terhadap Cagar Alam Pulau Dua yang dilakukan kurang maksimal, masih bamyak kegiatan- kegiatan yang dilakukan olah manusia yang mengurangi fungsifungsi sebagai Cagar Alam. Di Cagar Alam Pulau Dua ini terdapat burung-burung air yang bermigrasi dari tiga Benua yaitu Benua Asia, Afrika dan Australia dengan jumlah rata-rata populasi burung yang bermigrasi pada tahun 2012 yaitu sekitar 5.799 ekor dengan memiliki tiga jenis populasi dominan diantaranya burung

Kowak Malam 4.571 ekor, burung Kuntul Kecil 230 ekor dan jenis burung Puter sebanyak 146 ekor, namun menurut hasil investigasi burung di Cagar Pulau Dua pada tahun 1999 diperoleh data jenis burung yang mendominasi adalah Kuntul Kerbau sebanyak 16.850 ekor, Kowak Malam 2.950 ekor, dan Blekok Sawah sebanyak 2.765 ekor. Jika dijumlahkan akan menemukan angka 22.565 ekor burung yang bermigrasi ke Pulau Dua ini. Sehingga apabila dibandingkan pada tahun 2012 ini adanya penurunan populasi dan jumlah jenis yang ditemukan (Direktorat Jendral PHK Wilayah 1 Banten, 2012 : 23). Migrasinya burung-burung tersebut disebabkan oleh adanya habitat mangrove di Cagar Alam Pulau Dua dengan memiliki sebanyak 18 jenis dari 9 famili, yang terdiri dari 14 jenis pohon dan 4 jenis perdu, yang tumbuh diantara garis pasang surut (Direktorat Jenderal PHKA Wilayah I Banten,2012 : 11). Oleh karena itu diperlukan adanya tindakan konservasi mengenai lingkungan Cagar Alam Pulau dua agar kondisi di Cagar Alam tersebut tetap lestari dan tidak mengurangi fungsi-fungsi sebagai Cagar Alam. Dalam melestarikan Cagar Alam dibutuhkan penjagaan khusus dari pemerintah dan juga partisipasi dari masyarakat agar tidak lagi ditemukan manusia yang mengambil/menangkap burung maupun telur burung yang ada di Cagar Alam Pulau Dua ini. Kemudian semakin mudahnya akses menuju kesana menjadi alasan untuk mengambil satwa di dalamnya, sekarang ini jalur menuju Pulau Dua bisa di tempuh melalui jalur darat karena tanah yang timbul kedasar laut. Selain itu kurangnya penjagaan dari pihak perhutani membuat warga semakin leluasa. Sebenarnya penjagaan atas Pulau Dua sudah dilakukan sejak puluhan tahun lalu sampai sekarang, namun dikarenakan petugas yang sangat terbatas menjadikan penjagaan kurang berfungsi. Adapun faktor lain yang menyebabkan berkurangnya populasi burung adalah berkurangnya tanaman mangrove sebagai habitat bagi para burung tersebut. Faktor tingginya abrasi menjadi penyebab berkurangnya tanaman mangrove. Karena kurangnya tindakan konservasi dari pemerintah dengan hanya melibatkan sedikit penjaga Pulau Dua dibutuhkan juga keterlibatan masyarakat sekitar agar kondisi Cagar Alam Pulau Dua tetap lestari dalam sebuah Partisipasi Masyarakat. Ada pula

upaya pemerintah dengan megadakan program-program yang berkaitan dengan masyarakat agar ikut serta dalam konsevasi Cagar Alam Pulau Dua sebagai berikit : 1. Melaksanakan penyuluhan atau anjang sono ke masyarakat dalam rangka sosialisasi Undang-undang Nomer 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya hayati dan ekosistemnya 2. Pembinaan kesadaran masyarakat melalui pengembangan ekonomi masyarakat dengan memberikan bantuan modal terhadap masyarakat sekitar hutan Untuk melakukan partisipasi ada beberapa bentuk partisipasi menurut Pasaribu dan Simanjuntak (1986:2) dibagi menjadi lima jenis partisipasi yaitu partisipasi buah pikiran, tenaga, harta benda, keterampilan dan kemahiran dan sosial. Berikut ini penulis mencoba untuk mendeskripsikan satu persatu dari kelima bentuk partisipasi sebagai berikut : 1. Partisipasi buah pikiran : partisipasi buah pikiran ini berarti memberikan sejumlah ide dan masukan-masukan mengenai segala keberlangsungan program yang direncanakan. 2. Partisipasi tenaga : partisipasi tenaga ini adalah memberikan langsung atau terjun langsung kelapangan membantu menjalankan program yang sedang dijalankan. 3. Partisipasi harta benda : memberikan sejumlah harta maupun benda yang berfungsi untuk membantu kelancaran pelaksanaan program. 4. Partisipasi keterampilan dan kemahiran : diberikan orang untuk mendorong anggota masyarakat yang belum memiliki keterampilan dalam menjalankan program. 5. Partisipasi sosial : diberikan seseorang sebagai tanda paguyuban, melalui Turut dalam arisan koprasi, menghadiri kematian, dan melakukan pendekatan kepada masyarakat dalam rangka memberikan motivasi. Dari kelima bentuk partisipasi tersebut terlihat bahwa banyak cara yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk melakukan sebuah partispasi yang dalam kajian ini adalah partisipasi dalam konservasi Cagar Alam Pulau Dua.

B. Identifikasi Masalah Permaslahan pertama yang dimunculkan dalam penelitian ini adalah kurangnya penjagaan dari pihak pengelola sehingga banyak masyarakat yang bisa masuk ke dalam lingkungan Cagar Alam dengan mudah. Anggapan bahwa Cagar Alam ini adalah tempat tujuan wisata juga semakin menambah masyarakat yang datang ke dalam Cagar Alam pulau dua tersebut. Dengan banyaknya orang yang mudah memasuki kawasan Cagar Alam pasti akan mengurangi fungsi-fungsi yang terdapat dalam Kawasan Cagar Alam tersebut seperti berkurangnya populasi burung yang bermigrasi ke dalam Kawasan Cagar Alam tersebut. C. Rumusan masalah Untuk lebih jelas memahami permasalahan yang terdapat di penelitian ini penulis membagi permasalhan dalam lima rumusan masalah yaitu: 1. Bagaimana pengaruh partisipasi masyarakat dalam bentuk buah pikiran terhadap konservasi Cagar Alam Pulau Dua? 2. Bagaimana pengaruh partisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga terhadap konservasi Cagar Alam Pulau Dua? 3. Bagaimana pengaruh partisipasi masyarakat dalam bentuk harta benda terhadap konservasi Cagar Alam Pulau Dua? 4. Bagaimana pengaruh partisipasi masyarakat dalam bentuk kemahiran da keterampilan terhadap konservasi Cagar Alam Pulau Dua? 5. Bagaimana pengaruh partisipasi masyarakat dalam bentuk sosial terhadap konservasi Cagar Alam Pulau Dua? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pengaruh pasrtisipasi masyarakat dalam bentuk buah pikiran terhadap konservasi Cagar Alam Pulau Dua. 2. Menganalisis pengaruh pasrtisipasi masyarakat dalam bentuk tenaga terhadap konservasi Cagar Alam Pulau Dua.

3. Menganalisis pengaruh pasrtisipasi masyarakat dalam bentuk harta benda terhadap konservasi Cagar Alam Pulau Dua. 4. Menganalisis pengaruh pasrtisipasi masyarakat dalam bentuk kemahiran dan keterampilan terhadap konservasi Cagar Alam Pulau Dua. 5. Menganalisis pengaruh pasrtisipasi masyarakat dalam bentuk sosial terhadap konservasi Cagar Alam Pulau Dua. E. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : 1. Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh antara bentuk partisipasi terhadap partisipasi masyarakat untuk pelesrian Cagar Alam Pulau dua. 2. Penelitian ini juga menghasilkan informasi mengenai faktor faktor apa saja yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya partisipasi masyarakat Kelurahan Sawah Luhur Kecamatan Kasemen Kota serang 3. Sebagai rekomendasi kepada pemerintah agar memperketat penjagaan terhadap Cagar Alam pulau Dua 4. Sebagai bahan/reverensi untuk penelitian selanjutnya F. Struktur Organisasi Kripsi BAB I PENDAHULUAN Bab 1 ini menguraikan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat peneletian dan struktur organisasi sripsi BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab 2 ini menguraikan mengenai teori teori yang mendukun peneletian imi. Teori teori tersebut diadopsi dari berbagai ahli yang mengemukakan teori menunjang dalam penelitian ini agar membabtu dalam menjawab permasalahan. Hal hal yang dijabarka dalam bab dua ini adalah teori partisipasi masyarakat, konservasi dan cagar alam.

BAB III METODELOGI PENELITIAN Bab 3 ini menguraikan mengenai lokasi penelitian, populasi dan sampel, metode penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik analisis data dan alur pemikiran penelitian. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab 4 ini membahas mengenai pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan penemuan yang berkaitan dengan pengaruh partisipasi masyarakat dalam konservasi cagar alam pulau dua di Desa Sawah Luhur. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab 5 ini membahas menenai kesimpulan yang diperoleh dari hasil yang di dapat dari penelitian ini dan saran yang diharapkan berguna bagi keberlangsungan wilayah tersebut.