BAB I PENDAHULUAN. Press,Yogayakarta, 2003, hlm. 9. Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm.8-9.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. Press, Jakarta, 2007, Hlm. 4. Daya Saing Lembaga Pendidikan Islam, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2013, Hlm. 189

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Media Wacana Press, Yogayakarta, 2003, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Desember Diakses pada tanggal 17

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu, Semarang, 2005, hal. 2 2 Rusman, Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Raja

BAB I PENDAHULUAN. banyak berhubungan dengan para siswa jika dibandingkan dengan personal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Pasal 1 2 Asep Jihad, Evaluasi Pembelajaran, Multi Pressindo, Yogyakarta, 2012, hlm Ibid,hlm. 1.

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. Umbara, Bandung, 2003, hlm Ahmad Juntika Nurihsan dan Akur Sudiarto, Manajemen Bimbingan dan Konseling di

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Era globalisasi yang ditandai dengan persaingan kualitas atau mutu,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan teknikal, manusiawi dan konseptual. 1 Sedangkan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta,2004, hlm Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2003, Hlm.8 2 Zainal Asril, Micro teaching, Rajawali pers, Jakarta, 2013, Hlm. 1

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1997, hlm Engkoswara & Aan komariah, Administrasi Pendidikan, Alfabeta: Bandung, 2012, hlm. 92.

BAB I PENDAHULUAN. manusia di muka bumi, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pertama ini, penulis akan memaparkan hal-hal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad saw (Q.S Al Anbiya: 107), tetapi kebanyakan manusia masih. Rahmat yang diberikan Allah swt kepada manusia bermacam-macam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sasaran utama tidaklah hanya berbentuk fasilitas-fasilitas saja,

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 6.

BAB I PENDAHULUAN. yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. 1 Salah satu masalah

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

BAB I PENDAHULUAN. profesional harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005, Cet. 2, hlm. 132.

BAB I PENDAHULUAN. Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam, Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2009, hal.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Meity H. Idris, Peran Guru dalam Mengelola Keberbakatan Anak, Cet.2, PT Luxima Metro Media, Jakarta, hlm, 171.

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berkualitas dan bermutu. Oleh karena, itu bagi sebuah bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009, hlm Juwariyah, Dasar-dasar Pendidikan Anak dalam AlQur an, Yogyakarta: Teras, 2010, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan memiliki keterampilan. Dewasa ini bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangannya istilah pendidikan atau paedagogie berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. Yogyakarta, 1998, hlm UU. RI. No. 20 Tahun 2003, Tentang sistem Pendidikan Nasional, CV, Mini Jaya

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang ada berlangsung suatu proses pendidikan sesuai dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) telah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm

BAB I PENDAHULUAN. UMM Press, Malang, 2005, hlm. 200.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mulai beranjak pada kondisi yang lebih modern. Perubahan dan. pembangunan bangsa dan negara adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 2005, hlm. 37. hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2006, hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan yang berlangsung di

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

Jurnal Ilmiah Sains, Teknologi, Ekonomi, Sosial dan Budaya Vol. 2 No. 2 Mei 2018

BAB I PENDAHULUAN. Suparlan Suhartono, Filsafat Pendidikan, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta, 2009, hlm. 80 Ibid, Hlm. 84

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2009, hlm Arif Rohman, Memahami Pendidikan & Ilmu Pendidikan, LaksBang Media Tama,

BAB I PENDAHULUAN. penting dan dominan menetukan maju mundurnya suatu bangsa, serta. membentuk generasi penerus bangsa yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mereka. 2 Masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Nuansa Aulia. 2010), hlm Dadi Permadi, Daeng Arifin, The Smiling Teacher, (Bandung:

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dan dominan dalam menentukan maju mundurnya suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta, Sardiman A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo Persada,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education. diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan.

Pendidikan merupakan unsur yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Hakikat

BAB I PENDAHULUAN. hlm Adri Efferi, Materi dan Pembelajaran Qur an Hadits MTs-MA, STAIN Kudus, Kudus, 2009, hlm. 2-3

BAB I PENDAHULUAN. manajemen telah menempati kedudukan sentral di lembaga pendidikan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bernilai universal, artinya meliputi seluruh dimensi ruang dan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 168.

BAB I PENDAHULUAN. Pengembangan kualitas pendidikan ini menjadi suatu keharusan, terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal ini berkaitan dengan ha kikat pendidikan yaitu sebagai upaya

VOL. 5 NO. 1 MARET 2016 ISSN:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini perubahan dan kemajuan terjadi pada semua bidang antara lain perubahan dalam bidang teknologi, perubahan dalam bidang kesehatan dan khususnya perubahan dalam bidang pendidikan. Perubahan tersebut terjadi melalui bidang kualitas dan kuantitas, sarana dan prasarana, metode terutama yang menyangkut tenaga kependidikan di lapangan pendidikan dan kepribadian luhur demi terwujudnya manusia seutuhnya, sebagaimana termaktub dalam USPN No.2 Pasal 1 Ayat 3. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dari bagaimana sumber daya manusianya dan sumber daya manusia dapat diukur atau dapat dinilai dari bagaimana kualitas pendidikan yang ada. Makna pendidikan itu sendiri adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, Akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 proses pendidikan merupakan rangkaian usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan dasar dan kehidupan pribadinya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta dalam hubungannya dengan alam sekitarnya agar menjadi pribadi yang bertanggung jawab. 2 Ini merupakan cara yang tepat dalam mengembangkan potensi-potensi maupun kemampuan yang ada dalam diri seorang anak sehingga anak akan menjadi pribadi yang matang dan dapat bersaing dengan yang lainnya maupun memiliki keahlian yang dapat menjadi bekal untuk bertahan hidup maupun menyelesaikan masalah-masalah yang ada. 1 Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Media Wacana Press,Yogayakarta, 2003, hlm. 9. 2 Jalaludin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, Manusia, Filsafat dan Pendidikan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2011, hlm.8-9. 1

2 Penyelenggaraan pendidikan memerlukan berbagai kesiapan, baik secara fisik maupun mental. Kesiapan fisik ditandai dengan pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan sehingga pendidikan memiliki ruang dan waktu yang memadai. Kesiapan mental berarti pendidikan memerlukan sikap dan perilaku penyelenggaraan pendidikan yang berjiwa pengabdiaan professional dan komitmen yang cukup untuk memajukan pendidikan bagi masyarakat. 3 Kesiapan mental tersebut antara lain yaitu pengabdian guru yang professional di dalam kelas maupun di luar kelas. Didalam kelas seperti penguasaan materi dan neniliki metode yang tepat dalam penyampaian materi. Metode berarti cara atau teknik-teknik tertentu yang dianggap baik (efisien dan efektif). Sedangkan mengajar berarti merangkai kegiatan yang dilakukan oleh guru atau pengajar untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan pada peserta didik (transfer of knowledge). 4 Jadi, disini seorang guru melakukan serangkaian kegiatan atau cara untuk menyampaikan sejumlah pengetahuan pada peserta didik dengan efesien dan efektif. Pemerintah juga menaruh perhatian yang lebih terhadap dunia pendidikan yang mana ini dapat menjadi salah satu strategi ynag tepat dalam mengembangkan bangsa ini, salah satunya yaitu dengan penerapan kurikulum baru yang kita kenal sekarang ini dengan kurikulum 2013. Implementasi Kurikulum 2013 merupakan aktualisasi kurikulum dalam pembelajaran dan pembentukan kompeensi serta kerakter peserta didik. Hal tersebut menuntut keaktifan guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan sesuai dengan rencana yang telah terprogramkan. Menurut Saylor yang dikutip oleh Mulyasa mengatakan bahwa instruction is thus implementation of curriculum plan, usually, but not necessarily, involving teaching in the sense of student, teacher interaction in an educational setting. Dalam hal ini, guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika 3 Kisbiyanto, Manajemen Pendidikan Pendekatan Teoritik & Praktik, Idea Press, Yogyakarta, 2011, hlm. 1. 4 Zainal Asril, Micro Teaching Disertai dengan Pedoman Pengalaman Lapangan, Rajawali Pers, Jakarta, 2013, hlm. 4.

3 peserta didik belum dapat membentuk kompetensi peserta didik belum dapat membentuk kompetensi dasar, apakah kegiatan pebelajaran dihentikan, diubah metodenya, atau mengulang dulu pembelajaran yang lalu.guru harus mengusai prinsip-prinsip pembelajaran, pemilihan dan penggunaan media pembelajaran, pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran, keterampilan menilai hasilhasil belajara peserta didik, serta memilih dan menggunakan strategi atau pendekatan pembelajaran. Kompetensi-kompetensi tersebut merupakan bagian integral bagi seorang guru sebagai tenaga profesional, yang hanya dapat dikuasai dengan baik melalui pengalaman praktik yang intensif. 5 pembelajaran diartika sebagai proses cara perbuatan menjadikan orang untuk belajar. Orang yang belajar tersebut disebut pembelajar. kemudian belajar sendiri berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, latihan, berubah tingkah laku, atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Jadi, pada hakikatnya pembelajaran adalah proses menjadikan orang agar mau belajar dan mampu (kompeten) belajar melalui berbagai pengalamannya agar tinggak lakunya dapat berubah menjadi lebih baik lagi. 6 Kebutuhan akan guru profesional yang makin mendesak adalah sejalan dengan tuntutan akan kapasitas mereka untuk menjadi manajer kelas yang baik, ini karena disamping melakukan tugas pendidikan dan pembelajaran, guru juga melaksanakan tugas manajemen atau administrasi kelas. Kemampuan guru dalam mengelola kelas ini jadi keniscayaan, bahkan merupakan satu ukuran kemampuan professional mereka. 7 Pemilihan metode yang tepat yang mana dapat membuat siswa lebih aktif dapat menjadikan siswa tidak bosan selama proses pembelajaran, apabila siswa tersebut tidak bosan maka siswa akan dapat dengan mudah menerima apa yang disampaikan oleh guru, pemilihan metode yang mempunyai banyak 5 Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 99-100. 6 Novan Ardi Wiyani, Desain Pembelajaran Pendidikan, Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 19-20 7 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan, CV. Pustaka Setia, Bandung, 2002, hlm. 5.

4 tahap juga dapat menjadi alternatif cara untuk membuat siswa tidak bosan selama pembelajran. Guru dalam memilih metode juga harus memperhatikan manfaat dari metode tersebut atau dapak dari penerapan metode tersebut apakah dapat mengembangkan kemampuan yang ada pada peserta didik seperti kemampuan kognitif yang didalamnya terdapat kemampuan metakognitif yang sangat berguna bagi peserta didik dalam memonitor atau mengontrol psoses kognitif dari anak itu sendiri. Salah satu metode yang menjadikan siswa lebih aktif dan menjadikan siswa tidak bosan selama berlangsungnya proses pembelajaran dalah strategi IMPROVE yang mana dalam metode ini terdapat banyak tahap yang harus dilalui oleh seorang murid dan guru, dalam metode IMPROVE juga terdapat salah satu tahap yang mana menaruh perhatian yang lebih pada aspek kemampuan metakognitif, sehingga kemampuan metakognitif siswa dapat berkembang dengan baik melalui penerapan metode ini. Madrasah Aliyah PIM Mujahidin merupakan jenjang sekolah menengah yang diselenggarakan oleh BPLP Ma arif NU PIM Mujahidin yang bernaung dibawah Kementerian agama. MA PIM Mujahidin Beralamat di desa bageng RT 02 RW I, Kecamatan Gembong Kabupaten Pati. Pada realitanya metode pembelajaran IMPROVE sudah diterapkan pada MA PIM Metode ini diterapkan untuk mengembangkan kemampuan metakognitif siswa. Pembelajaran yang mendukung dalam penerapan metode IMPROVE dalam pembelajaran di Madrasah Aliyah salah satunya ialah pelajaran Aqidah Akhlak, karena di dalam Aqidah Akhlak tersebut terdapat materi-materi yang bisa mengembangkan pola pikir siswa dan pengembangan kemampuan metakognitifnya sehingga dapat mengontrol proses kognitifnya sehingga siswa bisa melihat mana yang baik dilakukan, dan mana yang tidak baik dilakukan dalam kehidupan masyarakat dan dapat menyelesaikan permasalahan dengan baik dan dengan strategi yang tepat sesuai dengan kemampuannya.

5 Sehubungan dengan pernyataan diatas yang mana metode Pembelajaran IMPROVE yang didalamnya terdapat aktifitas metakognitif yang tentunya dapat meningkatkan kemampuan metakognitif siswa. Peneliti ingin mengetahui bagaimana penerapan, latar belakang, faktor penghambat dan pendukung implentasi metode pembealajaran IMPROVE di MA PIM Mujahidin Bageng Pati dalam mengembangkan kemapuan metakognitif siswa, maka peneliti mengambil judul IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN IMPROVE UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN METAKOGNITIF SISWA PADA MATA PELAJARAN AQIDAH AKHLAK DI MA PIM MUJAHIDIN BAGENG GEMBONG PATI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 B. Fokos Penelitian Terkait dengan kondisi di atas, studi ini memfokuskan pada permasalahan bagaimana implementasi metode pembelajaran IMPROVE untuk mengembangkan kemampuan metakognitif siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di MA PIM mujahidin Bageng Gembong Pati Tahun Pelajaran 2016/2017. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka permasalahan yang ada yaitu : 1. Bagaimana implementasi metode pembelajaran IMPROVE pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di MA PIM mujahidin Bageng Gembong Pati Tahun Pelajaran 2016/2017? 2. Apa saja latar belakang diterapkannya metode pembelajaran IMPROVE dalam mengembangka kemampuan metakognitif siswa MA PIM mujahidin Bageng Gembong Pati Tahun Pelajaran 2016/2017? 3. Apa saja faktor penghambat dan pendukung diterapkannya metode pembelajaran IMPROVE untuk mengembangkan kemampuan

6 metakognitif siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di MA PIM mujahidin Bageng Gembong Pati Tahun Pelajaran 2016/2017? D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin di capai oleh peneliti dalam penelitian ini, antara lain : 1. Untuk mengetahui implementasi metode pembelajaran IMPROVE pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di MA PIM mujahidin Bageng Gembong Pati Tahun Pelajaran 2016/2017 2. Untuk mengetahui kemampuan metakognitif siswa MA PIM mujahidin Bageng Gembong Pati Tahun Pelajaran 2016/2017 3. Untuk mengetahui apa saja faktor pengahambat dan pendukung diterapkannya metode pembelajaran IMPROVE untuk mengembangkan kemampuan metakognitif siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak di MA PIM mujahidin Bageng Gembong Pati Tahun Pelajaran 2016/2017. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. 1. Teoretis a. Secara konseptual dapat memperkaya kajian tentang konsep pendidikan Islam yang original lahir dari khazanah keilmuan Islam. b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi peneliti berikutnya yang ingin mengkaji lebih mendalam dengan topik dan fokus serta setting yang lain untuk memperoleh perbandingan sehingga memperkaya temuan-temuan penelitian. c. Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan bisa membawa manfaat yang luar biasa dalam bidang tarbiyah atau Pendidikan, khususnya dalam implementasi metode pembelajaran IMPROVE untuk mengembangkan kemampuan metakognitif siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.

7 2. Praktis a. Guru Diharapkan dapat menjadi salah satu sumber dalam metode-metode pendekatan pembelajaran yang digunakan. b. Bagi Peneliti lain Diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan dalam penelitian yang dikerjakan, serta diharapkan pula dapat diteruskan agar penelitian ini menjadi lebih akurat. c. Bagi Lembaga Pendidikan 1) Dapat dijadikan tolok ukur dalam mengupayakan keberhasilan suatu metode pembelajaran yang tepat. 2) Dapat mengubah cara pandang MA PIM Mujahidin Bageng Kecamatan Gembong Kabupaten Pati tentang metode-metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi peserta didik agar mampu mencapai tujuan dari sebuah pendidikan.