EVALUASI HASIL PENELITIAN PENGUJIAN EFEK BAHAN SEMAI CaO UNTUK MENGURANGI CURAH HUJAN DI DAS SAGULING JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 1999/

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh : F. Heru Widodo )

KESEIMBANGAN LINGKUNGAN ANTARA KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN AIR MELALUI TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA

ANALISIS KERUGIAN BANJIR DAN BIAYA PENERAPAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA DALAM MENGATASI BANJIR DI DKI JAKARTA

PENGARUH KONSEP SISTEM DAN LINGKUNGAN DALAM MODIFIKASI CUACA TERHADAP PENINGKATAN CURAH HUJAN DAN KETERSEDIAAN AIR DI DAS CITARUM

MINIMALISASI KONSENTRASI PENYEBARAN ASAP AKIBAT KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DENGAN METODE MODIFIKASI CUACA

II. IKLIM & METEOROLOGI. Novrianti.,MT_Rekayasa Hidrologi

ANALISA VARIABILITAS CURAH HUJAN DI PALU BERDASARKAN DATA PENGAMATAN TAHUN

PERCOBAAN MENJALANKAN REGIONAL SPECTRAL MODEL (RSM) DAN VALIDASINYA BAGI DAERAH PANTURA 21 DAN 22 DESEMBER 1998

KERANGKA ACUAN KERJA

MENGAPA HANYA SEDIKIT AWAN KONVEKTIF YANG TUMBUH DI ATAS DAERAH BANDUNG PADA PERIODE 10 DESEMBER 1999 S.D 04 JANUARI 2000?

MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI PERHITUNGAN CURAH HUJAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

Monitoring dan evaluasi hasil penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) dalam pengisian waduk

ANALISIS DEBIT DI DAERAH ALIRAN SUNGAI BATANGHARI PROPINSI JAMBI

TEKNOLOGI HUJAN BUATAN DALAM SISTEM PENGELOLAAN WADUK IR. JUANDA, DAS CITARUM. JAWA BARAT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

APLIKASI TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA UNTUK MENINGKATKAN CURAH HUJAN DI DAS CITARUM - JAWA BARAT 12 MARET S.D. 10 APRIL 2001

Analisis Kondisi Atmosfer Pada Saat Kejadian Banjir Bandang Tanggal 2 Mei 2015 Di Wilayah Kediri Nusa Tenggara Barat

KAJIAN SEEDING DAN HUJAN DI DAS BRANTAS Bagian Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca Di Sub DAS Kali Brantas

REKOMENDASI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WADUK/ DANAU PLTA DI INDONESIA MELALUI PEMANFAATAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA

I. PENDAHULUAN. Sebagai contoh adalah musim hujan di Indonesia yang kedatangannya selalu

Gbr1. Lokasi kejadian Banjir dan sebaran Pos Hujan di Kabupaten Sidrap

Luas Luas. Luas (Ha) (Ha) Luas. (Ha) (Ha) Kalimantan Barat

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN EKSTREM SURABAYA DI SURABAYA TANGGAL 24 NOVEMBER 2017

BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang I.1.1 Historis Banjir Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. penghujan mempunyai curah hujan yang relatif cukup tinggi, dan seringkali

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

ANALISIS STATISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI INDONESIA UNTUK EVALUASI PERUBAHAN IKLIM

ANALISIS PERBANDINGAN ESTIMASI CURAH HUJAN DENGAN DATA SATELIT DAN RADAR INTEGRASI DI BALIKPAPAN

EVALUASI PENINGKATAN HASIL CURAH HUJAN DAN KETERSEDIAAN AIR AKIBAT KEGIATAN MODIFIKASI CUACA DI DAS CITARUM

ANALISIS CURAH HUJAN SAAT KEJADIAN BANJIR DI SEKITAR BEDUGUL BALI TANGGAL 21 DESEMBER 2016

STUDI EVALUASI PENERAPAN HUJAN BUATAN TERHADAP VOLUME ALIRAN PADA DAS BRANTAS HULU

I PENDAHULUAN II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di bumi terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard km 3 : 97,5% adalah air

Abstract. Intisari 1. PENDAHULUAN. Djazim Syaifullah 1

SKRIPSI. Disusun Oleh : TYAS ESTININGRUM

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

STUDI MODEL UNTUK PENINGKATAN PRESIPITASI AWAN KONVEKTIF DENGAN BUBUK GARAM

BPPT EVALUASI HASIL MONITORING LAYANAN TMC No. Revisi : 00 Tgl. Terbit : Hal : 1 dari 5

Lilik S. Supriatin 1, Sinta B. Sipayung Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer, Lapan ABSTRACT

ANALISIS KEJADIAN BANJIR BANDANG

POLA DISTRIBUSI HUJAN JAM-JAMAN DI DAS TONDANO BAGIAN HULU

PENGAMATAN JANGKA PANJANG KONDISI AIR DANAU TOWUTI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM DAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL UNTUK KOTA MEDAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011)

ANALISIS PENGARUH CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

ANALISIS KARAKTERISTIK CURAH HUJAN DI WILAYAH KABUPATEN GARUT SELATAN

PENGARUH ENSO TERHADAP POLA ANGIN DAN CURAH HUJAN DI DAS LARONA, SULAWESI SELATAN

Pembentukan Hujan 2 KLIMATOLOGI. Meteorology for better life

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

PENERAPAN TEKNOLOGI MODIFIKASI CUACA (TMC) UNTUK MENGATASI DEFISIT INFLOW PLTA BAKARU PERIODE 15 FEBRUARI SD. 03 MARET 2012

4 BAB IV HASIL DAN ANALISA

KAJIAN KEGIATAN MODIFIKASI CUACA DI CATCHMENT AREA TOWUTI, SULAWESI SELATAN (Kasus Tahun 1998)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

Siklus Air. Laut. awan. awan. awan. Hujan/ presipitasi. Hujan/ presipitasi. Hujan/ presipitasi. Evapotranspirasi. Aliran permukaan/ Run off.

PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat.

ANALISIS PENGARUH MADDEN JULIAN OSCILLATION (MJO) TERHADAP CURAH HUJAN DI KOTA MAKASSAR

Persamaan Regresi Prediksi Curah Hujan Bulanan Menggunakan Data Suhu dan Kelembapan Udara di Ternate

ANALISA CUACA TERKAIT KEJADIAN HUJAN LEBAT DAN TANAH LONGSOR DI WILAYAH PETANG BADUNG TANGGAL 30 NOPEMBER 2016

PERUBAHAN IKLIM DAN PERGESERAN AWAL TANAM DI PULAU LOMBOK Climate Change and Shift Early Planting in Lombok Island

BAB VI. POLA KECENDERUNGAN DAN WATAK DEBIT SUNGAI

Lampiran 1. Peta Penutupan Lahan tahun 1990

HUBUNGAN ANTARA ANOMALI SUHU PERMUKAAN LAUT DENGAN CURAH HUJAN DI JAWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PEMBAHASAN ... (3) RMSE =

Spektrum Sipil, ISSN Vol. 2, No. 1 : 49-60, Maret 2015

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

UJI KECENDERUNGAN UNSUR-UNSUR IKLIM DI CEKUNGAN BANDUNG DENGAN METODE MANN-KENDALL

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengelola perusahaannya dengan baik. Pengelolaan yang dilakukan

HUJAN ES (HAIL) DI JAKARTA, 20 APRIL 2000

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

LAPORAN MINI RISET METEOROLOGI DAN KLIMATOLOGI ANALISIS CURAH HUJAN, TIPE IKLIM DAN EVAPOTRANSPIRASI POTENSIAL UNTUK KOTA MEDAN.

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAMPAK DAN ANTISIPASI KEBAKARAN HUTAN

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI SERAM BAGIAN BARAT

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

SKRIPSI. Oleh: RENGGANIS PURWAKINANTI

MENGINTIP KONDISI CUACA PENYEBAB BANJIR BESAR DI DKI JAKARTA TANGGAL 25 OKTOBER 2010

ANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU

ANALISIS BANJIR BANDANG DAN TANAH LONGSOR DI SEKITAR BEDUGUL (BULELENG) DAN KINTAMANI (BANGLI) TANGGAL 9 FEBRUARI 2017

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sunu Tikno 1. Intisari

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG

ANALISIS POLA DAN INTENSITAS CURAH HUJAN BERDASAKAN DATA OBSERVASI DAN SATELIT TROPICAL RAINFALL MEASURING MISSIONS (TRMM) 3B42 V7 DI MAKASSAR

ANALISIS KLIMATOLOGI BANJIR BANDANG BULAN NOVEMBER DI KAB. LANGKAT, SUMATERA UTARA (Studi Kasus 26 November 2017) (Sumber : Waspada.co.

LAPORAN KEJADIAN CUACA EKSTRIM DI WILAYAH DKI JAKARTA TANGGAL 08 APRIL 2009

ANALISIS ANGIN DANAU DI DAS LARONA, SULAWESI SELATAN

Transkripsi:

Evaluasi Hasil Penelitian. (Widodo) 25 EVALUASI HASIL PENELITIAN PENGUJIAN EFEK BAHAN SEMAI CaO UNTUK MENGURANGI CURAH HUJAN DI DAS SAGULING JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 1999/2000-2000 F. Heru Widodo 1 Intisari UPT Hujan Buatan telah melakukan penelitian pembuyaran awan dengan bahan semai CaO sejak tahun 1999. Sampel data yang dikumpulkan hanya untuk kondisi cuaca yang mendukung terbentuknya awan potensial. Hari-hari untuk dilakukan semai dan tidak semai ditentukan dengan metode random. Walaupun kesimpulan sementara dari penelitian ini belum final, pengujian statistik dengan Metode Wilcoxson-Mann-Whitney sementara ini menunjukkan bahwa injeksi kapor tohor kedalam awan tidak memberikan efek terhadap eksistensi awan, dan curah hujan wilayah saat dilakukan semai tidak beda nyata dengan curah hujan wilayah ketika tidak dilakukan semai. Abstract Weather Modification Technical Service Unit (UPT Hujan Buatan) was conducted experiments of cloud dispersal using quick lime (CaO) since 1999. Samples data were collected only during favorable days. Seeded days or unseeded days were decided randomly. Although the conclusion not final yet, statistical test of Wilcoxson-Mann- Whitney method indicated that injection of Calcium Oxide (CaO) on cloud didn t have any significant effect on cloud dispersal and rainfall data during seeding days were not different significantly from that during unseeding days. Kata Kunci : Kapur tohor, pembuyaran awan, random, intensitas hujan 1. PENDAHULUAN Hasil penelitian efek bahan semai kapor tohor terhadap awan cumulus congestus masih menjadi bahan diskusi yang menarik diantara para peneliti di UPT Hujan Buatan. Hasil kesimpulan sementara yang didapatkan dari dua kali kegiatan ternyata memberikan kesimpulan yang bertolak belakang. Pada penelitian tahun anggaran 1999/2000 hasil pengujian menyatakan kapor tohor memberikan efek nyata terhadap eksistensi awan (Widodo, F.H. dan Nuryanto, S., 2000), sedangkan penelitian tahun anggaran 2000 memberikan hasil sebaliknya. Hasil sementara ini menimbulkan kontroversial diantara para peneliti di UPT Hujan Buatan. Pendekatan yang digunakan oleh para peneliti untuk menilai efektivitas kapor tohor masih cukup beragam, baik menyangkut disain penelitiannya, keakuratan datanya, strategi penyemaian maupun metode evaluasinya. Untuk itu penulis tertarik untuk mengevaluasi serta memberikan tanggapan atas tulisan penulis terdahulu yang mendapat tanggapan dari peneliti lain di UPT Hujan Buatan khususnya menyangkut keabsahan data. Teknologi modifikasi cuaca semakin menampakkan kemajuan pesat. Seiring adanya tuntutan untuk menyelesaikan permasalahan di lapangan khususnya dibidang mitigasi bencana banjir, maka UPT Hujan Buatan melakukan kajian penerapan teknologi modifikasi cuaca untuk mengurangi intensitas curah hujan. Indonesia yang terletak di daerah tropis sangat rentan terhadap banjir karena banyaknya awan-awan cumulus penghasil hujan yang tumbuh 1 UPT Hujan Buatan, BPP Teknologi Lt. 19 Gd. 1 Jl. M.H. Thamrin N0. 08, 10340

26 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 2, No. 1, 2001: 25-31 khususnya pada musim penghujan. Awan-awan cumulus ini dapat dikurangi intensitas curah hujannya dengan cara membuyarkannya sebelum awan ini berkembang menjadi awan cumulus aktif (Cb). Kalau pada hujan buatan dengan memasukkan bahan semai yang bersifat endotermis seperti NaCl yang dapat mengikat uap air didalam awan, sedangkan pada kegiatan pembuyaran awan ini digunakan bahan semai yang bersifat eksotermis yaitu CaO yang dihipotesakan dapat menguapkan butir air yang ada di dalam awan. Pada penelitian modifikasi cuaca untuk mengurangi intensitas curah hujan tahun anggaran 1999/2000 dan tahun 2000 dilakukan pemilihan awan yang diberi perlakukan yaitu awan Cu-kongestus dengan kriteria : tinggi puncak awan 15.000 kaki, tinggi dasar awan 4.500 kaki, ketebalan awan tidak kurang dari 9.000 kaki, kondisi awan dalam masa pertumbuhan, updraft kuat, belum terjadi hujan, dan awan masih berada di atas daerah penelitian (Anonim, 2000). Kriteria awan ini dibuat agar awan yang disemai benarbenar awan-awan penghasil hujan sehingga nantinya dapat untuk menguji apakah bahan semai yang digunakan efektif untuk membuyarkan awan. Metode yang digunakan untuk melakukan pengujian dengan menggunakan uji statistik Metode Wilcoxson Mann-Whitney karena dimungkinkan banyaknya sampel sangat kecil sehingga dibutuhkan uji statistik yang bersifat non parametrik. Penelitian ini dilakukan di DAS Saguling Jawa Barat (Gambar 1). 2. TUJUAN Tujuan dari tulisan ini untuk memberikan evaluasi sekaligus tanggapan terhadap beberapa peneliti di UPT Hujan Buatan mengenai hasil kesimpulan sementara pengujian efek bahan semai CaO untuk mengurangi curah hujan pada penelitian modifikasi cuaca tahun anggaran 1999/2000 dan 2000. 3. DATA DAN METODE yang digunakan dalam tulisan ini adalah data curah hujan harian dan data hari seeding/unseeding pada 2 periode penelitian, yaitu: a. rerata curah hujan harian periode 10 Desember 1999 s.d. 4 Januari 2000 dan periode 23 Oktober s.d. 15 Nopember 2000 b. hari seeding dan unseeding periode 10 Desember 1999 s.d. 4 Januari 2000 dan periode 23 Oktober s.d. 15 Nopember 2000. Hal ini dimaksudkan agar hasil yang didapatkan lebih mendekati kebenaran karena didukung oleh data yang lebih banyak tanpa ada penyeleksian data, karena menurut Haryanto, 2000, data seeding tanggal 18 Desember 1999 tidak layak disertakan dalam analisis. Penyeleksian data tidak dilakukan mengingat pengambilan keputusan dalam menentukan kondisi cuaca pada hari seeding dan unseeding sudah sesuai dengan desain penelitian yang ada, sehingga data yang diperoleh sah secara ilmiah. Mengenai kurang akuratnya dalam menentukan kondisi cuaca (favourable dan atau unfavourable), dikarenakan kekeliruan dalam mengambil keputusan kondisi cuaca masing-masing wahana, yaitu wahana permukaan dan pibal, wahana radiosonde, wahana sinop dan satelit serta hasil survei dengan pesawat. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode kuantitatif dengan analisa statistik menggunakan Uji Wilcoxson Mann-Whitney. Perumusan Hipotesa : H o : Injeksi kapor tohor ke dalam awan tidak memberikan efek nyata terhadap eksistensi awan dan curah hujan wilayah DAS Saguling ketika dilakukan penyemaian (seeded) tidak berbeda nyata dengan curah hujan ketika tidak dilakukan H 1 : Injeksi kapor tohor kedalam awan memberikan efek nyata terhadap eksistensi awan dan curah hujan wilayah DAS Saguling ketika dilakukan penyemaian (seeded) berbeda nyata dengan curah hujan ketika tidak dilakukan Statistik Uji yang digunakan : U = min { U 1, U 2 } Keterangan : U1 = n1 x n2 + ½x n2 (n2 + 1) - R2 U2 = n1 x n2 + ½x n1 (n1 + 1) - R1 n1 = jumlah ulangan untuk kelompok seeding n2 = jumlah ulangan untuk kelompok unseeding R1 = jumlah urutan data kelompok seeding R2 = jumlah urutan data kelompok unseeding Keputusan menerima H o jika U -hitung > U -tabel dimana U -tabel = U α,(n1,n2). Tingkat kepercayaan dalam analisa ini diambil 95% atau dengan tingkat kesalahan (α ) sebesar = 5%. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Curah Hujan Penakar curah hujan yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 29 lokasi yang terdiri dari penakar curah hujan manual sebanyak 12 lokasi,

Evaluasi Hasil Penelitian. (Widodo) 27 penakar curah hujan otomatis sebanyak 6 lokasi dan telemetring sebanyak 11 lokasi, seperti terlihat pada Gambar 1. Hasil pengamatan memperlihatkan bahwa curah hujan harian selama kegiatan berlangsung cukup beragam antara tt (tidak terukur) sampai sebesar 163 mm/hari, sedangkan intensitas hujan tertinggi sebesar 90 mm/jam terjadi pada tanggal 29 Oktober 2000. Curah hujan rerata terbesar terjadi pada tanggal 29 Oktober 2000 dan terkecil terjadi pada tanggal 6 Nopember 2000. Rerata curah hujan di daerah penelitian selama kegiatan sebesar 234.18 mm. Distribusi keruangan curah hujan selama kegiatan dapat dilihat pada Isohiet curah hujan (Gambar 2). Konsentrasi curah hujan berada di bagian utara dan selatan DAS. Konsentrasi curah hujan di bagiam Utara DAS berada di sekitar Gunung Tangkubanperahu dan Burangrang, sedangkan di bagian Selatan DAS berada di sekitar Gunung Kondang, Wayang dan Gunung Patuha. Curah hujan terkecil berada di bagian tengah DAS tepatnya di seputaran Waduk Saguling Untuk menguji adanya dugaan bahwa telah terjadi perubahan dalam rata-rata curah hujan setelah dilakukan perlakuan, maka dilakukan pengujian dugaan tersebut dengan pendekatan statistik. Metode statistik yang digunakan dalam pengujian ini adalah Metode Mann-Whitney dengan alasan peluang memperoleh ulangan data relatip kecil. Dalam analisa statistik ini, data dibedakan dalam dua kelompok yaitu kelompok data seeding dan unseeding yang ditentukan secara random setelah didapatkan kondisi cuaca yang favourable. Analisa statistik ini mempergunakan 6 data hasil penelitian tahun anggaran 1999/2000 dan 13 data hasil penelitian tahun anggaran 2000, tanpa ada proses seleksi curah hujan wilayah yang kurang dari 5 mm. Secara lengkap data rerata curah hujan dari kedua kelompok berikut pengurutannya disajikan dalam Tabel 1 dan 2. 4.2. Penentuan potensi cuaca Selama kegiatan penelitian diperoleh 19 hari yang menunjukkan kondisi cuaca yang favourable. Setelah dilakukan randomisasi, diperoleh 8 (delapan) hari seeding yaitu tanggal 18, 27 Desember 1999, 02 Januari 2000, 26, 27, 29, 31 Oktober 2000 serta 14 Nopember 2000 dan 11 (sebelas) hari unseeding yaitu pada tanggal 28, 29 Desember 1999, 03 Januari 2000, 24 Oktober serta tanggal 04, 05, 07, 09, 12, 13, dan 15 Nopember 2000 (Tabel 1). Dari Tabel 1 terlihat ada 4 data yang mempunyai curah hujan kurang dari 5 mm, kondisi ini memang kesalahan dalam memprediksi cuaca, khususnya untuk kondisi unseeding. Namun karena proses pengambilan keputusan sudah sesuai dengan disain penelitian yang ada maka walaupun kurang dari 5 mm tetap dipakai dalam analisa selanjutnya. 4.3. Pengujian Statistik Efek Bahan Semai Untuk menguji adanya dugaan bahwa telah terjadi perubahan dalam rata-rata curah hujan setelah dilakukan perlakuan, maka dilakukan pengujian dugaan tersebut dengan pendekatan statistik. Metode statistik yang digunakan dalam pengujian ini adalah Metode Mann-Whitney dengan alasan peluang memperoleh ulangan data relatip kecil. Dalam analisa statistik ini, data dibedakan dalam dua kelompok yaitu kelompok data seeding dan unseeding yang ditentukan secara random setelah didapatkan kondisi cuaca yang favourable. Analisa statistik ini mempergunakan 6 data hasil penelitian tahun 1999/2000 dan 13 data hasil penelitian tahun 2000, tanpa ada proses seleksi curah hujan wilayah yang kurang dari 5 mm, baik saat seeding maupun unseeding. Secara lengkap data rerata curah hujan dari kedua kelompok berikut pengurutannya disajikan dalam Tabel 1 dan 2. Tabel 1. Rerata curah hujan (CH) wilayah saat seeding dan unseeding Rerata CH (mm) Seeding 0.8 18 Desember 1999 Seeding 5.1 27 Desember 1999 Seeding 7.2 02 Januari 2000 Seeding 15.7 26 Oktober 2000 Seeding 7.5 27 Oktober 2000 Seeding 34.4 29 Oktober 2000 Seeding 17.5 31 Oktober 2000 Seeding 11.9 14 Nopember 2000 Unseeding 7.0 28 Desember 1999 Unseeding 7.1 29 Desember 1999 Unseeding 12.5 03 Januari 2000 Unseeding 1.5 24 Oktober 1999 Unseeding 1.1 04 Nopember 2000 Unseeding 1.7 05 Nopember 2000 Unseeding 5.0 07 Nopember 2000 Unseeding 14.8 09 Nopember 2000 Unseeding 21.1 12 Nopember 2000 Unseeding 9.1 13 Nopember 2000 Unseeding 8.9 15 Nopember 2000 Berdasarkan Tabel 1 diperoleh hasil nilai ulangan untuk n1 = 8 dan n2 = 11. Kriteria pengujian adalah menerima H o jika U -hitung U -tabel dan menolak H o jika U -hitung < U -tabel dimana U tabel = U α,(n1,n2) (Djarwanto, 1991). Tingkat kepercayaan

28 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 2, No. 1, 2001: 25-31 dalam analisa ini diambil 95% atau dengan tingkat kesalahan (α ) sebesar 5%. Hasil perhitungan berdasarkan data pada Tabel 2, diperoleh statistik uji Mann-Whitney; U = min {55;33} = 33, sedangkan berdasarkan Tabel U Mann Whitney dengan tingkat kepercayaan 95% Tabel 2. Pengurutan data berdasarkan jumlah Curah Hujan Rangking Jumlah CH (Urutan ) Urutan Seeding Urutan Unseeding 0.8 1 1.1 2 1.5 3 1.7 4 5.0 5 5.1 6 7.0 7 7.1 8 7.2 9 7.5 10 8.9 11 9.1 12 11.9 13 12.5 14 14.8 15 15.7 16 17.5 17 21.1 18 34.4 19 Jml Urutan (Ri) 91 99 Serta jumlah ulangan data untuk kedua kelompok data diperoleh U -tabel = 23,(untuk 97.5% sebesar 19 dan 99% sebesar 15), sehingga U -hitung > U -tabel. Keputusan yang diambil berdasarkan uji statistik ini adalah menerima hipotesa H 0 dan menolak hipotesa H 1.. Hal ini menunjukkan bahwa memberikan efek nyata terhadap eksistensi awan dan curah hujan wilayah DAS Saguling ketika dilakukan penyemaian (seeded) tidak berbeda nyata dengan curah hujan ketika tidak dilakukan 4.4. Analisa Pengujian Statistik Efek Bahan Semai dengan berbagai set data Pada bagian ini akan dianalisa pengujian statistik efek bahan semai dengan berbagai sampel data, yang meliputi antara lain: (1) Sampel data lengkap hasil penelitian tahun 2000, (2) Sampel data hasil penelitian tahun 2000 dengan curah hujan di atas 5 mm, (3) Sampel data penelitian tahun 1999/2000 dan tahun 2000 dengan curah hujan diatas 5 mm. 4.4.1. Sampel data lengkap hasil penelitian tahun 2000 Jumlah data pada kelompok ini sebanyak 13 data, yang terdiri dari 5 data seeding dan 8 data unseeding. selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Sampel data lengkap hasil penelitian tahun 2000 Rerata CH (mm) SEEDING 15.7 26 Oktober 2000 SEEDING 7.5 27 Oktober 2000 SEEDING 34.4 29 Oktober 2000 SEEDING 17.5 31 Oktober 2000 SEEDING 11.9 14 Nopember 2000 UNSEEDING 1.5 24 Oktober 2000 UNSEEDING 1.1 04 Nopember 2000 UNSEEDING 1.7 05 Nopember 2000 UNSEEDING 5.0 07 Nopember 2000 UNSEEDING 14.8 09 Nopember 2000 UNSEEDING 21.1 12 Nopember 2000 UNSEEDING 9.1 13 Nopember 2000 UNSEEDING 8.9 15 Nopember 2000 Menggunakan sampel data ini, diperoleh statistik uji Mann-Whitney; U = min {8;32} = 8, sedangkan berdasarkan Tabel U Mann Whitney dengan tingkat kepercayaan 95% serta jumlah ulangan data untuk kedua kelompok data diperoleh U tabel = 8 (untuk 97.5% sebesar 6 dan 99% sebesar 4), sehingga U hitung > U tabel. Keputusan yang diambil berdasarkan uji statistik ini adalah menerima hipotesa H 0 dan menolak hipotesa H 1. Hal ini menunjukkan bahwa injeksi kapor tohor ke dalam awan tidak memberikan efek nyata terhadap eksistensi awan dan curah hujan wilayah DAS Saguling ketika dilakukan penyemaian (seeded) tidak berbeda nyata dengan curah hujan ketika tidak dilakukan penyemaian (non seeded). 4.4.2. Sampel data hasil penelitian tahun 2000, dengan curah hujan di atas 5 mm Setelah diadakan seleksi, jumlah data yang digunakan pada kelompok data ini berjumlah 10 data. selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Evaluasi Hasil Penelitian. (Widodo) 29 Menggunakan sampel data ini, diperoleh statistik uji Mann-Whitney; U = min {8;17} = 8, sedangkan berdasarkan Tabel U Mann Whitney dengan tingkat kepercayaan 95% serta jumlah ulangan data untuk kedua kelompok data diperoleh U -tabel = 2 (untuk 97.5% sebesar 1 dan99% sebesar 0), sehingga U -hitung > U -tabel. Tabel 4. Sampel data hasil penelitian tahun 2000, dengan curah hujan di atas 5 mm Rerata CH (mm) SEEDING 15.7 26 Oktober 2000 SEEDING 7.5 27 Oktober 2000 SEEDING 34.4 29 Oktober 2000 SEEDING 17.5 31 Oktober 2000 SEEDING 11.9 14 Nopember 2000 UNSEEDING 5.0 07 Nopember 2000 UNSEEDING 14.8 09 Nopember 2000 UNSEEDING 21.1 12 Nopember 2000 UNSEEDING 9.1 13 Nopember 2000 UNSEEDING 8.9 15 Nopember 2000 Keputusan yang diambil berdasarkan uji statistik ini adalah menerima hipotesa H 0 dan menolak hipotesa H 1, sehingga hasil kesimpulan yang diambil sama bahwa injeksi kapor tohor ke dalam awan tidak memberikan efek nyata terhadap eksistensi awan. 4.4.3. Sampel data penelitian tahun anggaran 1999/2000 dan tahun 2000, dengan curah hujan diatas 5 mm. Jumlah data pada kelompok ini sebanyak 15 data, yang terdiri dari 7 data seeding dan 8 data unseeding. selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5. Menggunakan sampel data ini, diperoleh statistik uji Mann-Whitney; U = min {22;34} = 22, sedangkan berdasarkan Tabel U Mann Whitney dengan tingkat kepercayaan 95% serta jumlah ulangan data untuk kedua kelompok data diperoleh U -tabel = 13 (untuk 97.5% sebesar 10 dan 99% sebesar 7), sehingga U -hitung > U -tabel. Keputusan yang diambil berdasarkan uji statistik ini adalah menerima hipotesa H 0 dan menolak hipotesa H 1, sehingga dapat simpulkan bahwa memberikan efek nyata terhadap eksistensi awan. Kalau dibandingkan hasil perhitungan pengujian efek bahan semai dari 4 set sampel data menunjukkan hasil yang sama, sehingga kesimpulan sementara yang diambil adalah bahwa memberikan efek nyata terhadap eksistensi awan dan curah hujan wilayah DAS Saguling ketika dilakukan penyemaian (seeded) tidak berbeda nyata dengan curah hujan ketika tidak dilakukan Tabel 5. Sampel data penelitian tahun 1999/2000 dan tahun 2000, dengan curah hujan diatas 5 mm. Rerata CH (mm) SEEDING 5.1 27 Desember 1999 SEEDING 7.2 02 Januari 20000 SEEDING 15.7 26 Oktober 2000 SEEDING 7.5 27 Oktober 2000 SEEDING 34.4 29 Oktober 2000 SEEDING 17.5 31 Oktober 2000 SEEDING 11.9 14 Nopember 2000 UNSEEDING 5.0 07 Nopember 2000 UNSEEDING 7.0 28 Desember 1999 UNSEEDING 7.1 29 Desember 1999 UNSEEDING 12.5 03 Januari 2000 UNSEEDING 14.8 09 Nopember 2000 UNSEEDING 21.1 12 Nopember 2000 UNSEEDING 9.1 13 Nopember 2000 UNSEEDING 8.9 15 Nopember 2000 Sumber: Analisa data primer,2001 Kesimpulan sementara dalam penelitian ini terbatas untuk kondisi cuaca yang favourable pada awan-awan cumulus congestus. Karena perlakukan penyemaian awan yang dilakukan hanya untuk beberapa awan, maka monitoring curah hujan bukan curah hujan wilayah tetapi curah hujan titik (point rainfall) yang dapat digunakan untuk mengevaluasi intensitas curah hujan pada masing-masing awan baik pada saat seeding maupun unseeding. Untuk melakukan evaluasi ini diperlukan tambahan penakar curah hujan sehingga kerapatan penakar curah hujannya lebih baik. 5. KESIMPULAN a) Pengujian statistik menunjukkan bahwa memberikan efek nyata terhadap eksistensi awan b) Curah hujan wilayah DAS Saguling ketika dilakukan penyemaian (seeded) tidak berbeda nyata dengan curah hujan ketika tidak dilakukan penyemaian (non seeded) c) Pengambilan keputusan dalam menentukan kondisi cuaca pada hari seeding dan unseeding sudah sesuai dengan desain penelitian yang ada,

30 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 2, No. 1, 2001: 25-31 sehingga data yang diperoleh sah secara ilmiah, baik penelitian tahun 1999/2000 maupun 2000. 6. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan peneliti di UPT Hujan Buatan khususnya Drs. Satyo Nuryanto, M.Si dan Drs. Sunu Tikno, M.Si. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2000. Disain Penelitian Modifikasi Cuaca untuk mengurangi intensitas Curah Hujan di DAS Citarum Hulu Jawa Barat. UPT Hujan Buatan BPP Teknologi. Jakarta: UPT-Hujan Buatan. Djarwanto, 1991. Statistik Non Parametrik. Yogyakarta: BPFE Howard B.Lee, Psychology 320: Psychological Statistics. Lecture Notes Nonparametric Statistic Method. Storch, H.V. and Zwiers, F.W,. 1998. Statistical Analysis in Climate Research. English: Cambridge University Press. U. Haryanto, 2000. Note and Correspondence Reanalisis Kondisi Atmosfer untuk Deklarasi Favourable-Day. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 1, No.2. Desember 2000. Anonim, 2000. Laporan Penelitian Tolok Ukur Pengkajian dan Pengembangan Modifikasi Cuaca Proyek Penelitian Wahana Kedirgantaraan Tahun Anggaran 1999-2000. Widodo, F.H. dan Nuryanto, S. 2000. Analisis Curah Hujan serta Pengujian Statistik Pendugaan Efek Bahan Semai CaO pada Penelitian Modifikasi Cuaca Untuk mengurangi Curah Hujan di DAS Citarum Hulu Jawa Barat, 10 Desember 1999 s.d. 4 Januari 2000. Laporan Teknis Intern UPT Hujan Buatan. Tidak diterbitkan Widodo, F.H. dan Nuryanto, S., Sunu Tikno. 2000. Pengujian Efektifitas Bahan Semai Kapur Tohor (CaO) Untuk Pembuyaran Awan Cumulus Conestus. Dipresentasikan pada Seminar Teknologi Untuk Negeri BPP Teknologi. DATA PENULIS Iklim ECHAM. F. Heru Widodo, lahir di Yogyakarta 5 Oktober 1965, menamatkan S1 bidang Geografi fisik/hidrologi (1989) dan S2 bidang Penginderaan Jauh untuk Hidrologi dan Meteorologi (1998) di UGM. Bekerja di UPT Hujan Buatan BPPT sejak 1990 dan saat ini sebagai Ketua kelompok Hidrologi dan Lingkungan. Mulai 1 April 2000 diangkat menjadi Ajun Peneliti Madya Bidang PSDA. Mengikuti beberapa training di bidang hidrologi, meteorologi, klimatologi, GIS, dan pernah mengikuti program Peneliti Tamu di Max Planck Institute fur Meteorology Jerman periode Januari-September 1999 bidang Validasi Model

Evaluasi Hasil Penelitian. (Widodo) 31 Gambar 1. Lokasi Daerah Penelitian dan Penakar Curah Hujan Gambar 2. Isohyet curah hujan wilayah selama kegiatan