BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meirani Silviani Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami masalah dalam belajar,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani adaptif merupakan luasan dari kata pendidikan jasmani

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada dasarnya adalah suatu proses terjadinya interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik. Anak Berkebutuhan Khusus dibagi ke dalam dua kelompok yaitu

2015 STUD I D ESKRIPTIF PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PEND IDIKAN JASMANI D I SLB-A CITEREUP

BAB I PENDAHULUAN. normal, namun anak anak yang memiliki keterbelakangan mental juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. Retardasi mental adalah suatu gangguan yang heterogen yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 METODE SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN INTERKASI SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLBN-A CITEUREUP

AKTIVITAS PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GERAK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. abad kedua puluh satu ini. Dimana didalamnya sarat dengan kompetisi. yang pemenangnya sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANAK TUNAGRAHITA MAMPU DIDIK USIA TAHUN DI SLB NEGERI 1 BANTUL Oleh : Heige Ma shum Hidaya NIM ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Yana Nurohman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan anak seoptimal mungkin dalam berbagai aspek, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan penelitian dan pengembangan serta akan diuraikan juga mengenai

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Anak membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pembinaan manusia yang berlangsung

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani dan kesehatan secara umum bertujuan membantu siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. investasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian untuk

PENJAS ADAPTIF. Yuyun Ari Wibowo

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak berkebutuhan khusus merupakan anak luar biasa yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Agustiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Inne Yuliani Husen, 2013

2015 PENGARUH LATIHAN ANGKLUNG TERHADAP PENGETAHUAN TANGGA NADA DIATONIS ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SPLB-C YPLB CIPAGANTI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan anak usia

BAB1 PENDAHULUAN. Setiap individu merupakan manusia sosial, sehingga setiap individu dituntut

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak terjadi mulai aspek sosial, emosional, dan intelektual. Salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Tubuh manusia mengalami berbagai perubahan dari waktu kewaktu

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurfitri Amelia Rahman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan anak yang mengalami gangguan dalam. kecerdasan yang rendah. Gangguan perkembangan tersebut akan

Adaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial.

Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis

BAB I PENDAHULUAN. kandungan hingga usia 8 tahun. Pendidikan bagi anak usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah makhluk yang aktif dan dinamis yang senantiasa mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BAB I PENDAHULUAN. yang dituangkan melalui instrumen atau suara dengan unsur dasar melodi,

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

2015 PERBANDINGAN PENGARUH SENAM IRAMA LINE DANCE DAN SENAM BODY COMBAT TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA DI SMAN 1 BATUJAJAR

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkembang secara normal. Orang tua pun akan merasa senang dan bahagia

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta. didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak diharapkan tumbuh dan berkembang secara sehat, baik fisik,

I. PENDAHULUAN. merupakan harta yang tak ternilai harganya. Pada usia dini di mana anak berada

Bagaimana? Apa? Mengapa?

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

: UTARI RAHADIAN SETIYOWATI K

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Millatulhaq, 2014

BAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dapat mempengaruhi proses serta hasil pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. membekali siswa untuk mengembangkan kemampuan pribadi dalam melakukan

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. masalah pembelajaran matematika yang dihadapi anak tunagrahita ringan di SLB

GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang memiliki peran penting terhadap perkembangan prilaku siswa seperti aspek kognitif, afektif dan aspek psikomotorik. Mengenai hal ini, Lutan (2000:15), mengemukakan bahwa : Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani. Tujuan yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, mencangkup domain psikomotor, kognitif dan afektif. Berkaitan dengan pendidikan jasmani (penjas) adaptif, perlu ditegaskan bahwa siswa yang memiliki kecacatan mempunyai hak dan pembelajaran pada setiap jenjang pendidikan, para siswa yang cacat, sesuai dengan kecacatannya, menurut Arch C. Meck (dalam Tarigan, 2012:13) anak cacat adalah yang penampilan gerakannya menyimpang dari gerakan normal secara keseluruha. Sedangkan menurut The Committe Of National Society For the Study Of Education di AS (dalam Tarigan, 2012:13) cacat adalah gerakan-gerakan yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari gerakan yang normal, walaupun telah dikembangkan secara maksimal. Sedangkan menurut Tarigan (2012:14) mengemukakan bahwa cacat yaitu seseorang anak atau orang dewasa laki-laki maupun perempuan yang memiliki kelainan apabila dibandingkan dengan orang yang normal baik dilihat dari segi fisik, mental, tingkah laku, emosional, dan sosialnya. Dari penjelasan di atas menegaskan bahwa dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani khusus diperuntukan bagi mereka yang mempunyai kelainan fisik maupun psikis, tujuan pendidikan jasmani adaptif tidak lain yaitu untuk membantu mereka yang mempunyai klainan fisik maupun psikis mencapai pertumbuhan dan perkembangan jasmani, mental emosional dan sosial yang sepadan dengan potensi

2 mereka melalui program aktivitas pendidikan jasmani bisa dan khusus yang telah dirancang dengan hati-hati. Adapun jenis-jenis kecacatan seperti gangguan penglihatan/ kebutaan, gangguan pendengaran, tidak mampu berbicara/ tuna wicara, dan jenis-jenis kecacatan lanjutan seperti cacat mental dan cacat fisik, salah satunya anak tunagrahita. Anak Tunagrahita adalah anak yang secara signifikan memiliki kemampuan dibawah rata-rata anak pada umumnya disertai hambatan dalam perilaku adaptif dan terjadi pada perkembangan. Ketunagrahitaan berdampak pada beberapa aspek diantaranya akademik, perilaku adaptif, sosial, emosi dan fisik. Secara umum anak tunagrahita menunjukan ketidakmampuan untuk menampilkan keterampilan gerak yang baik yaitu keseimbangan gerak dan kerjasama. Permasalahan keterampilan gerak dan sosial anak tunagrahita diantaranya sifat otot yang kurang mampu untuk melakukan gerakan secara efisien. Ketidak mampuan merencanakan gerakan menghasilkan gerakan yang tidak terkoordinasi dan ketidakmampuan untuk menjaga keseimbangan tubuh dalam posisi diam atau bergerak, ketidakmampuan dalam bersosialisasi antar teman cenderung individual. Suprihatin (2010:2) menjelaskan permasalahan anak tunagrahita sebagai berikut : Secara umum menunjukan ketidakmampuan untuk menampilkan gerak koordinasi yang efisien, keseimbangan dan kelincahan. Perilaku ini sebagai hasil kurang mampunya syaraf mengidentifikasi sesuatu. 2) sifat otot yang lebih atau kurang menghasilkan ketidakmampuan untuk melalkukan gerakan secara efisien. 3) ketidakmampuan merencanakan gerakan menghasilkan gerakan yang tidak terkoordinasi. 4) ketidakmapuan untuk menjaga keseimbangan tubuh dalam posisi diam atau bergerak. 5) ketidak mampuan dalam bersosialisasi cenderung individual. Pada penelitian ini subyek yang akan diteliti adalah siswa tunagrahita sedang, Banyak istilah yang digunakan yang mengarah pada kondisi anak tunagrahita sedang. Beberapa istilah tersebut adalah trainable, moderate mentally retarted, imbesil dan

3 mampu latih. Anak tunagrahita sedang dapat dipahami sebagai keterbatasan fungsi intelektual yang ditandai dengan rentang IQ antara 51-36 menurut Binet, 54-40 menurut Weschler (WISC) dan memiliki kemampuan dibawah anak tunagrahita ringan. Menurut Moch. Amin (dalam Nizar, 2014:06) bahwa : Anak tunagrahita sedang yaitu anak yang kemampuan intelektualnya dan adaptasi perilaku dibawah tunagrahita ringan. IQ-nya berkisar antara 30-50. Mereka dapat belajar keterampilan sekolah untuk tujuan-tujuan fungsional mencapai suatu tingkat tanggung jawab social dan mencapai penyesuaian pekerja dengan bantuan. Pada saat peneliti melakukan observasi ke sekolah dengan memperhatikan pembelajaran penjas adaptif, siswa tunagrahita sedang, mengalami gangguan keseimbangan gerak siswa hanya mampu mengangkat sebelah kakinya dalam waktu kurang dari 7 detik, anak juga hanya mampu berjalan sejauh satu meter di balok titian. Gangguan keseimbangan gerak yang dialami anak menyebabkan anak sering terjatuhdan menabrak saat berlari dan terlihat saat melakukan permainan siswa tidak mampu bekerjasama. Setelah dipaparkan latar belakang permasalahan sebelumnya, dibutuhkan study untuk mengatasi permasalahan tersebut salahsatunya dengan permainan tradisional perepet jengkol. Permainan tradisional menurut Uhamisastra (2010:4) mengemukakan bahwa : Permainan tradisional perepet jengkol ini dilakukan berdasarkan prinsip adanya gerakan untuk menjaga keseimbangan, yang dimainkan berkelompok. Permainan membuat lingkaran dan saling membelakangi, selain itu salah satu kaki mereka juga saling terkait erat. Permainan ini dapat melatih keseimbangan gerak para pemainnya. Salah satu kelebihan perepet jengkol keriangan yang dirasakan anak saat bermain selain untuk melatih keseimbangan gerak juga untuk melatih ketangkasan, kepemimpinan, kerjasama, kreativitas, dan kejujuran. Permainan ini diiringi lagu perepet jengkol jajahean-kadempet kohkol jejeretean.

4 Dalam permainan perepet jengkol diperlukan keseimbangan gerak yang cukup baik, menurut Irfan ( dalam,http://dhaenkpedro.wordpress.co/keseimbanganbalance/) keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan tubuh ketika ditempatkan di berbagai posisi Selain keseimbangan gerak dalam permainan perepet jengkol diperlukan kerjasama antar siswa menurut H. Kusnadi kerjasama sebagai dua orang atau lebih untuk melakukan aktifitas bersama yang dilakukan secara terpadu yang diarahkan kepada suatu target atau tujuan tertentu (http://lompoulu.blogspot. com/2013/06/pengertian-kerjasama.html). Permainan tradisional perepet jengkol merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk permainan. Dalam pelaksanaan pembelajaran permainan tradisional perepet jengkol bermain menetapkan gerak dasar dalam bentuk permainan sehingga diharapkan akan meningkatkan aspek keseimbangan gerak dan kerjasama siswa tunagrahita sedang sehingga akan diperoleh hasil belajar yang maksimal. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk menerapkan permainan tradisional perepet jengkol untuk meningkatkan aspek keseimbangan gerak dan kerjasama siswa tunagrahita sedang. Maka judul yang di ambil oleh penulis adalah Pengaruh Permainan Tradisional Perepet Jengkol Terhadap Keseimbangan Gerak Dan Kerjasama Siswa Tunagrahita Sedang Pada Pembelajaran Penjas Adaptif Di SLB B-C Nuftah Hidayah B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, terdapat permasalahan yang dapat di identifikasi sebagai berikut : 1. Program penjas adaptif di SLB B-C Nuftah Hidayah belum bisa memeperhatikan perubah kemampuan atau kondisi anak, dan belum bisa membantu mendorong kearah perubahan yang lebih baik.

5 2. Kurangnya kesempatan bagi anak untuk melakukan permainan tradisional, yang melibatkan anak dalam alur permainannya. 3. Masih kurangnya keseimbangan gerak dan kerjasama siswa tunagrahita sedang di SLB B-C nuftah hidayah. Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, terdapat variabel penelitian yang diantaranya adalah: 1. Variabel Terikat (Y) Variabel terikat dalam penelitian ini berupa hasil keseimbangan gerak dan kerjasama dalam permainan tradisional perepet jengkol. Hasil keseimbangan gerak dan kerjasma dalam penelitian ini ada satu yaitu: Y 1 :Keseimbangan gerak dan kerjasama siswa tunagrahita sedang di SLB B-C Nuftah Hidayah. 2. Variabel Bebas (X) Variabel bebas dalam penelitian ini berupa pendekatan pembelajaran, ada satu variabel bebas, yaitu: X 1 : pembelajaran dengan menggunakan permainan tradisional perepet jengkol. C. Rumusan Masalah Penelitian Masalah penelitian merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data dan analisis dari data tersebut, sehingga pada akhirnya akan menjadi sebuah kesimpulan atau hasil dari sebuah penelitian. Berdasarkan uraian-uraian latar belakang masalah diatas, masalah penelitian yang penulis rumuskan adalah : a. Apakah permaianan tradisional perepet jengkol memberikan pengaruh terhadap keseimbangan gerak siswa tunagrahita sedang, pada pembelajaran penjas adaptif di SLB B-C Nuftah Hidayah?

6 b. Apakah permainan tradisional perepet jengkol memberikan pengaruh terhadap kerjasama siswa tunagrahita sedang, pada pembelajaran penjas adaptif di SLB B-C Nuftah Hidayah? D. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: Ingin mendapatkan data dan informasi yang jelas mengenai pengaruh permainan tradisional perepet jengkol terhadap keseimbangan gerak dan kerjasama pada siswa tunagrahita sedang di SLB B-C Nuftah Hidayah. E. Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis paparkan di atas, maka penelitian ini diharapkan memberi manfaat seperti berikut : 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap ilmu pendidikan luar biasa terutama bahan dan referensi bagi pihak sekolah dalam meningkatkan keseimbangan gerak dan kerjasama anak berkebutuhan khusus, khususnya anak tunagrahita sedang dengan menggunakan metode permainan tradisional perepet jengkol dalam pembelajaran penjas adaptif. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan penting dan untuk memperluas wawasan pada para guru pendidikan jasmani terutama guru pendidikan jasmani adaptif ataupun lembaga sekolah tentang metode bermain untuk diterapkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani adaptif. F. Stuktur Organisasi Skripsi

7 Bagian ini berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi, mulai bab pertama hingga bab akhir. PERNYATAAN. ABSTRAK. KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN. BAB I BAB II PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. B. Identifikasi Masalah Penelitian. C. Rumusan Masalah Penelitian. D. Tujuan Penelitian. E. Manfaat Penelitian. F. Stuktur Organisasi Skripsi. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB III A. Belajar dan Pembelajaran. B. Pendekatan Pembelajaran C. Kerangka Pemikiran. D. Hipotesis Penelitian. METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. B. Populasi Dan Sampel. C. Desain Penelitian. D. Definisi Operasional.

8 BAB IV BAB V E. Instrumen Penelitian. F. Teknik Pengumpulan Data. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. 1. Peningkatan Keseimbangan Gerak. 2. Peningkatan Kerjasama. 3. Permainan Pereepet Jengkol. 4. Respon Siswa Terhadap Permainan Tradisional Perepet Jengkol Dalam Pembelajaran Penjaas Adaptif. B. Pembahasan Analisis Data. 1. Penguasaan Keseimbangan Gerak dalam Permainan Tradisional Perepet Jengkol. 2. Penguasaan Kerjasama dalam Permainan Tradisional Perepet Jengkol. 3. Respon Siswa Terhadap Permainan Perepet Jengkol. SIMPULAN DAN SARAN. A. Simpulan. B. Saran.