Pujiyanto [1] ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

PEMBUATAN NANOPARTIKEL EMAS RADIOAKTIF DENGAN AKTIVASI NEUTRON

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

IRADIASI NEUTRON PADA BAHAN SS316 UNTUK PEMBUATAN ENDOVASCULAR STENT

RADIOAKTIVITAS IODIUM-126 SEBAGAI RADIONUKLIDA PENGOTOR DI KAMAR IRADIASI PADA PRODUKSI IODIUM-125. Rohadi Awaludin

RADIOAKTIVITAS IODIUM-125 PADA UJI PRODUKSI MENGGUNAKAN TARGET XENON-124 DIPERKAYA

PEMISAHAN 54 Mn DARI HASIL IRADIASI Fe 2 O 3 ALAM MENGGUNAKAN RESIN PENUKAR ANION

EVALUASI PEMBUATAN IODIUM-125 MENGGUNAKAN SASARAN GAS XENON-124 DIPERKAYA 99.98%

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

PEMBUATAN SUMBER RADIASI TERBUNGKUS IRIDIUM-192 ( 192 Ir) UNTUK BRAKITERAPI

PENGUKURAN FLUKS NEUTRON SALURAN BEAMPORT TIDAK TEMBUS RADIAL SEBAGAI PENGEMBANGAN SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MOLYBDENUM (SAMOP) REAKTOR KARTINI

SISTEM PERHITUNGAN PRODUKSI RADIOISOTOP Mo-99 DAN GENERATOR Mo-99/Tc-99M MENGGUNAKAN MICROSOFT ACCESS

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TABUNG PENYIMPANAN TERMODIFIKASI

SASARAN XENON PAD A PRODUKSI IODIUM-125 PENDAHULUAN ABSTRAK ABSTRACT. 24- ISSN Rohadi Awaludin

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN)

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SALURAN TEMBUS RADIAL UNTUK PENDAYAGUNAAN REAKTOR KARTINI

PEMBUATAN SEED BRAKITERAPI MENGGUNAKAN IODIUM -125 AKTIVASI NEUTRON

PENGUNGKUNGAN SUMBER 85 Kr, 133 Xe, 198 Au, DAN 24 Na PASCA IRADIASI

INTERKOMPARASI PENGUKURAN KAPSUL DALAM Ir-192 UNTUK UJI TAK MERUSAK

PERHITUNGAN RADIOAKTIVITAS SESIUM-137 PADA PEMBUATAN IODIUM-125

ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN KONTAINER PERALATAN BRAKITERAPI MDR UNTUK TERAPI KANKER LEHER RAHIM

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL E PEMBUATAN SUMBER RADIOSIOTOP SEED BRAKITERAPI I- 125 UNTUK PENGOBATAN KANKER

CROSS SECTION REAKSI INTI. Sulistyani, M.Si.

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL E QUALITY CONTROL DALAM PEMBUATAN SUMBER TERTUTUP SEED- 125 I UNTUK BRAKITERAPI KANKER PROSTAT

ANALISIS IRADIASI TARGET KALIUM BROMIDA DI REAKTOR SERBA GUNA-GA SIWABESSY

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III PERSAMAAN PELURUHAN DAN PERTUMBUIIAN RADIOAKTIF

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi

FAKTOR KOREKSI PENGUKURAN AKTIVITAS RADIOFARMAKA I-131 PADA WADAH VIAL GELAS TERHADAP AMPUL STANDAR PTKMR-BATAN MENGGUNAKAN DOSE CALIBRATOR

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

EVALUASI PROSES PRODUKSI RADIOISOTOP 153 Sm DAN SEDIAAN RADIOFARMAKA 153 Sm-EDTMP

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Spesifikasi Teknis Teras Reaktor Nuklir Kartini dan Eksperimental Setup Fasilitas Uji In-vitro dan In-vivo Metode BNCT

PRA RANCANGAN KONTAINER TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF SUMBER TERBUNGKUS 192 Ir

PENGARUH KONSENTRASI PALADIUM TERHADAP SERAPAN RADIOISOTOP I-125 PADA KAWAT PERAK BERLAPIS PALADIUM

BAB I PENDAHULUAN. digunakan di Indonesia dalam berbagai bidang, diantaranya untuk pembangkit

ANALISIS IRADIASI TARGET TULIUM DI REAKTOR SERBA GUNA -GA SIWABESSY

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

ANALISIS PERHITUNGAN IRADIASI TARGET PRASEODIMIUM DI REAKTOR SERBA GUNA -GA SIWABESSY

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMURNIAN RADIOKIMIA IODIUM -125 PRODUKSI PRR DENGAN NATRIUM METABISULFIT DAN REDUKTOR JONES

VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER ALFA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN Syarip ABSTRAK ABSTRACT

EVALUASI PEMBUATAN IODIUM-125 MENGGUNAKAN SASARAN GAS XENON-124 DIPERKAYA

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian akibat keganasan di dunia, kira-kira sepertiga dari seluruh kematian akibat

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

PRODUKSI RADIOISOTOP. NANIK DWI NURHAYATI,M.SI

KARAKTERISASI DOSIMETRI SUMBER BRAKITERAPI IR-192 MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT

TEORI DASAR RADIOTERAPI

PENGARUH IRADIASI BATU TOPAS TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN PRIMER DAN KESELAMATAN RSG-GAS

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN STUDI PRODUKSI RADIOISOTOP Mo-99 DENGAN BAHAN TARGET LARUTAN URANIL NITRAT PADA REAKTOR KARTINI ABSTRAK

KAJIAN PEMBUATAN SUMBER RADIASI IRIDIUM-192 UNTUK RADIOTERAPI LAJU DOSIS TINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

SISTEM INFORMASI DATA NUKLIDA MENGGUNAKAN TURBO PASCAL WINDOWS

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

FISIKA ATOM & RADIASI

Peningkatan Kemurnian Radiokimia Iodium-125 Produksi PRR dengan Natrium Metabisulfit dan Reduktor Jones

PERANCANGAN PERISAI RADIASI PADA KEPALA SUMBER UNTUK PESAWAT RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN CO-60 PADA POSISI BEAM OFF

Jumlah Proton = Z Jumlah Neutron = A Z Jumlah elektron = Z ( untuk atom netral)

5. Diagnosis dengan Radioisotop

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

OPTIMASI SHIELDING NEUTRON PADA THERMALIZING COLUMN REAKTOR KARTINI

METODA PENENTUAN DAYA SERAP PERISAI RADIASI UNTUK GONAD DARI KOMPOSIT LATEKS CAIR TIMBAL OKSIDA

OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

GENERATOR 188W/188Re BERBASIS ALUMINA

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo (Mo BREAKTHROUGH) DARI GENERATOR

PENGUKURAN DAN EVALUASI RADIOAKTIVITAS AIR TANGKI REAKTOR (ATR) DI PTAPB-BATAN YOGYAKARTA

PENENTUAN KADAR URANIUM DALAM SAMPEL YELLOW CAKE MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN 99 Mo DARI GENERATOR 99 Mo/ 99m Tc BERBASIS PZC

PEMISAHAN FRAKSI OSMIUM DAN IRIDIUM DALAM MATRIKS OSMIUM ALAM PASCA IRADIASI DENGAN TEKNIK EKSTRAKSI PELARUT

PERMANENT SEED IMPLANT DOSIMETRY (PSID) VERSI 4.5 SEBAGAI PROGRAM ISODOSIS DAN TREATMENT PLANNING SYSTEM (TPS) UNTUK BRAKITERAPI

ANALISIS PERHITUNGAN BERAT KONTAINER SUMBER Ir-192 AKTIVITAS 10 Ci UNTUK BRAKITERAPI HDR

Optimasi Produksi Radioiod-131 dari Aktivasi Neutron Sasaran Telurium Dioksida Alam

DENGAN AKTIV ASI NEUTRON UNTUK PARTIKEL NANO RADIOAKTIF

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

PENENTUAN CALIBRATION SETTING DOSE CALIBRATOR CAPINTEC CRC-7BT UNTUK Ce-139

Kedua nuklida tersebut mempunyai nomor massa (A) yang sama dengan demikian nuklida-nuklida tersebut merupakan isobar.

PENGARUH PENCUCIAN LARUTAN NaOCl DAN PENAMBAHAN KOLOM KEDUA ALUMINA TERHADAP YIELD DAN LOLOSAN BERBASIS PZC (POLY ZIRCONIUM COMPOUND)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

RADIOAKTIF 8/7/2017 IR. STEVANUS ARIANTO 1. Oleh : STEVANUS ARIANTO TRANSMUTASI PENDAHULUAN DOSIS PENYERAPAN SIFAT-SIFAT UNSUR RADIOAKTIF REAKSI INTI

PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

PENENTUAN KARAKTERISASI CERROBEND SEBAGAI WEDGE FILTER PADA PESAWAT TELETERAPI 60 Co

BAB I PENDAHULUAN. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah banyak dibangun di beberapa negara di

RADIOAKTIVITAS JENIS DAN KEMURNIAN RADIONUKLIDA LUTESIUM-177 DIPRODUKSI MENGGUNAKAN REAKTOR G.A. SIWABESSV

Transkripsi:

Yogyakarta, 27 Juli 2 IRADIASI PADUAN PLATINA DAN IRIDIUM UNTUK BAHAN BAKU IRIDIUM-92 SEED Moch Subechi [], Anung Pujiyanto [], Suryo Rantjono [2].Pusat Radioisotop Radiofarmaka BATAN, kawasan puspiptek Serpong 2. Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir BATAN Jl. babarsari Yogyakarta E-mail: Mobechi@yahoo.co.id ABSTRAK IRADIASI PADUAN PLATINA DAN IRIDIUM UNTUK BAHAN BAKU IRIDIUM-92 SEED. Perkembangan teknologi produksi radioisotop 92 Ir sebagai sumber tertutup yang dibuat melalui aktivasi neutron dengan reaksi 9 Ir (n,) 92 Ir makin banyak digunakan untuk pelayanan kesehatan, terutama untuk keperluan terapi radiasi beberapa penyakit mematikan seperti kanker. Bahan baku iridium dengan pengkayaan tinggi sangat mahal sehingga penggunaan paduan antaraa platina iridium sebagai bahan sasaran pembuatan 92 Ir seed mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Paduan antara platina iridium dengan komposisii 75% : 25% 7% : 3% serta kawat iridium 99,9% ini disiapkan dengan cara diiradiasi menggunakan neutron di posisi pneumatic system (sistem udara bertekanan tinggi ) reaktor G.A Siwabessy selama 3 menit pada fluks neutron sekitar 4 n.cm -2.dt -. Kemudian, dilakukan proses pendinginan pasca iradiasi selama 26 hari dilakukan pengukuran radioaktivitas 92 Ir menggunakan peralatan kamar ionisasi gamma. Hasil pengukuran radioaktivitas 92 Ir yang terbentuk pasca iradiasi paduan platina iridium komposisi 75% : 25% dengan panjang cm sebesar 5,88 mci 4,68 mci, panjang cm sebesar 5,8 mci 3,55 mci, paduan platinaa iridium 7% : 3% dengan panjang cm sebesar 8,8 mci 7,8 mci, panjang cm sebesar 9,26 mci 2,8 mci, serta kawat iridium 99,9% sebesar 22,8 mci. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa waktu paruh radioisotop 92 Ir hasil iradiasi paduan platina iridium 7% : 3% dengan panjang cm sebesar 73,74 hari panjang cm sebesar 74,5 hari, paduan platina iridium 75% : 25% dengan panjang cm sebesar 72,95 hari panjang cm sebesar 74,5 hari, serta kawat iridium dengan panjang cm sebesar 74,5 hari. Radionuklida pengotor 9 Pt, 95m Pt, 97 Pt, 99 Pt 94 Ir yang semuanya mempunyai waktu paruh pendek telah mengalami peluruhan terlebih dahuluu setelah dilakukan proses pendinginan pasca iradiasi selama 26 hari mengalami peluruhan selama 77 hari, sehingga hasil akhir diperoleh 92 Ir yang hampir murni dari pustaka diketahui waktu paruh 92 Ir adalah 73,83 hari. Kata kunci : Iradiasi, Paduan platinaa iridium, Peluruhan, Iridium-92 seed ABSTRACTT IRRADIATION OF PLATINUM AND IRIDIUM ALLOY FOR IRIDIUM-92 SEED RAW MATERIAL. The development of radioisotope production technology 92 Ir as sealed source created through neutron activation with reaction 9 Ir (n, γ) 92 Ir increasingly widely used for health services, especially for the purpose of radiation therapy several deadly diseases such as cancer. Raw material iridium with high enrichment is very expensive so the use of platinum and iridium alloys as target material manufacture of 92 Ir seed has a high economic value. Platinum and iridium alloy with composition of 75%: 25% and 7%: 3% and 99.9% iridium wire was prepared by using neutron irradiated in pneumatic positioning system (high pressure air systems) Siwabessy G.A reactor for 3 min at a neutron flux around 4 n.cm -2.dt -. Then the cooling process is carried out for 26 days post-irradiation and radioactivity measurement 92 Ir using gamma ionization chamber equipment. The results of radioactivity measurements 92 Ir irradiation formed the composition of an alloy of platinum and Buku II hal 6 ISSN 4 878

PROSIDING SEMINAR Yogyakarta, 27 Juli 2 iridium, 75% %: 25% with a length of.5 cm by 5.88 mci and 4.68 mci, cm long and 3.55 mci of 5.8 mci, platinum and iridium alloy 7%: 3% of length..5 cm by 8.8 mci and 7.8 mci, the length of cm at 9.26 mci and 2.8 mci, and 99.9% iridium wire of 8.22 mci. The analysis results the half-time radioisotope 92 Ir irradiation results platinum and iridium alloy, 7%: 3% with a length of.5 cm by 73.74 days and cm length of 74..5 days, an alloy of platinum and iridium, 75%: 25% with a length of. 5 cm by 72.95 days and cm length of 74.5 days, and iridium wire with a length of. 5 cm by 74.5 days. Radionuclide impurities 9 Pt, 95m Pt, 97 Pt, 99 Pt and 94 Ir which all have short half-time has undergone decay advance after cooling process is carried out for 26 days post-irradiation and decay for 77 days, so the final result is obtained almost pure 92 Ir and literature knownn to the half-time of 92 Ir is 73.83 days. Key words: Irradiation, platinum and iridium alloy, Decay, Iridium-92 seed PENDAHULUAN K anker serviks menimbulkan beban kesehatan, emosional ekonomi bagi penderitanya juga berdampak pada seluruh keluarganya karena penyakit inii seringkali menjangkiti dapat membunuh perempuan di usia produktif 3-5 tahun []. Salah satu metodee terapi kanker menggunakan teknik brakiterapi yaitu sumber radioaktif dalam bentuk seed (mikrokapsul) dimasukkan ke dalam kanker melalui jarum injeksi dibiarkan secara permanen. Selama dalam lokasi tersebut seed radioisotop akan memancarkan radiasi pengion yang akan merusak sel-sel kanker sehingga akhirnya akan mengkerut mati [2,3]. Paduan logam merupakan pencampuran dari dua jenis logam atau lebih untuk mendapatkan sifat fisik, mekanik, listrik visual yang lebih baik [4]. Paduan platina iridium merupakan salah satu bentuk paduan logam yang digunakan untuk bahan baku pembuatan radioisotop 92 Ir seed yang mempunyai komposisi tertentu sebagai sediaan brakiterapi. Perkembangan teknologi produksi radioisotop iridium-92 seed yang dibuat melalui aktivasii neutron makin banyak digunakan. Iridium- 92 merupakan radioisotop pemancar beta gamma dengan waktu paruh 73,,83 hari. Radiasi beta maksimum sebesar 675 kev, segkan radiasi gamma dengan intensitas terbesar memiliki energi 37 kev dengan intensitas 82,8%. Iridium- yang telah banyak digunakan untuk keperluan radiomedik radioterapi [5]. 92 ( 92 Ir) adalah salah satu bentuk radioisotop Terapi radiasi penyembuhan kanker dengan metode Intracavitary brachytherapy telah digunakan dalam bentuk high dose rate (HDR), mediumm dose rate (MDR) low dose rate (LDR). LDR memiliki laju dosis.4 Gy/jam sampai dengan 2 Gy/jam dengan menggunakan sumber radioisotop 92 Ir [5]. MDR memiliki laju dosis 2 2 Gy/ /jam segkan HDR memiliki laju dosis di atas 2 Gy/jam [5]. LDR mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan HDR (High Dose Rate) antara lain, yaitu: keberhasilan terapi kanker hampir sama, tidak diperlukan peralatan yang mahal, biaya pengobatan jauh lebih murah, pembuatan penanganan sumber Iridium-92 untuk laju dosis rendah cukup sederhana [6]. Dengann aya produksi sumber tertutup iridium-92 seed yang seg dikembangkan PRR-BATAN sebagai sumber brakiterapi laju dosis rendah, maka diharapkan dapat menekan meningkatnya penderita kanker di Indonesia sehingga dapat meningkatkan harapan hidup di Indonesia. Penanganan penderita kanker dapat dilaksanakan di rumah-rumah sakit daerah di seluruh wilayah Indonesia karena tidak memerlukan peralatan yang rumit mahal serta dapat menghemat devisa negara. DASAR TEORI. Radioterapi Radioterapi merupakan salah satu metoda tindakan medis yang menggunakan sumber radiasi tertutup dalam usaha untuk diagnosis terapi tumor-tumor ganas di samping metoda lain seperti pembedahan, kemoterapi serta imunoterapi. Pengembangan sarana pengobatan dengan radioterapi masih terus berlangsung dengan diciptakannya berbagai sarana radiasi berupa pesawat-pesawat penghasil radiasi pengion energi tinggi yang lebih canggih beserta sarana pendukungnya. Semua upaya ini terutama bertujuan untuk memberikan dosis radiasi semaksimal mungkin pada tumor dengan menekan dosis seminimal mungkin pada jaringan sehat/normal sekitarnya sehingga akan diperoleh kematian tumor tanpa disertai efek samping kerusakan jaringan normal [7]. Intracavitary. ISSN 4 878 Buku II hal 7

Yogyakarta, 27 Juli 2 brachytherapy adalah terapi radiasi dengan memasukkan sumber radiasi ke dalam rongga tubuh. Termasuk didalamnya adalah rongga pada sistem pernafasan reproduksi. Salah satu alternatif yang seg di kembangkan untuk terapi kanker di Indonesia adalah brakiterapi. Brakiterapi adalah metode terapi dalam big medis dengan menempatkan sumber radioaktif secara implantasi sementara atau tetap pada jaringan sakit atau didekatkannya di dalam organ. Brakiterapi telah diterapkan terhadap kasus artritis kanker antara lain, payudara, otak, hati, ovarium prostat. 2. Produksi radioisotop Pembuatan radioisotop melalui reaksi dengan neutron dilakukan dengan mengiradiasi (menyinari) bahan sasaran dengan neutron di reaktor nuklir, inti atom yang ditembak neutron tersebutt akan berubah menjadi inti lain. Perbandingan neutron proton inti lain tersebut tidak seperti semula, sehingga intii tidak stabil bersifat radioaktif [8]. Sebagian besar reaksi aktivasii dengan neutron di dalam reaktor nuklir menggunakan neutron termal sebagai partikel penembak bahan sasaran. Reaksi dengan neutron cepat lebih kecil kebolehjadiannya, namun tidak berarti tidak dapat dilakukan. Aktivasi dengan neutronn lambat menghasilkan radioisotop yang tidak bebas pengemban, yaitu radioisotop yang merupakan isotop sejenis dengan isotop bahan unsur sasaran. Oleh karena itu, pembuatan radioisotop melalui aktivasi dengan neutron cepat memerlukan proses pemisahan pasca iradiasi untuk memisahkan produk dari bahan sasaran [9]. Dalam pembuatan radioisotop melalui reaksi aktivasi neutron, besarnya aktivitas yang diperoleh tergantung pada, jumlah inti atom sasaran, lamanya waktu iradiasi(ti), waktu paruh radioisotop yang terbentuk (T/2), fluks neutron (Ф), penampang lintang reaksi (σ) []. Dalam produksi radioisotop ada 6 tahap yang harus dilakukan untuk memperoleh produk radioisotop yang memenuhi spesifikasi yaitu, kajian reaksi inti nuklir, pemilihan bahan sasaran, preparasi pra iradiasi, iradiasi, proses pasca iradiasi, pengujian kendali kualitas [5,]. Dalam pemilihan bahan sasaran untuk produksi radioisotop harus dipertimbangkan bahwa bahan sasaran tersebut harus mempunyai kestabilan yang tinggi (tidak meleleh atau terurai pada proses iradiasi) ), mudah diperoleh di pasaran, mempunyai kemurnian tinggi untuk mencegah terbentuknya nuklida-nuklida lain yang tidak diinginkan, sasaran pengkayaann tinggi untuk mendapatkan radionuklida dengan aktivitas jenis yang tinggi, bentuk fisik atau letak dari sasaran dipilih sedemikian rupa sehingga depresi neutron flux-nya minimum. Bentuk kimia bahan sasaran biasanya dalam bentuk senyawa oksida atau logam [2,. Selain persyaratan tersebut di atas, juga harus dilengkapi data-dataa pendukung (nama sasaran, tujuan iradiasi, sifat fisis, kimia inti atom) dari bahan sasaran yang akan diiradiasi. Iridium-92 dapat dibuat melalui aktivasi dengan sasaran isotop iridium-9 yang neutron terkandung di dalam iridium alam dengan kelimpahan 37. 3% dengan reaksi penangkapan neutron oleh inti atom pelepasan radiasi gamma yang dikenal dengan reaksi (n,γ ) [7]. Mekanisme reaksi pembentukan berikut: 92 Ir sebagai 9 Ir (n,γ) 92 Ir () Akibat iradiasi neutron pada bahan sasaran maka sebagian atom sasaran menjadi radioaktif. Akan tetapi, pada saat yang sama radionuklida yang terbentuk meluruh, sehingga laju bersih pembentukan radionuklida merupakan selisih antara laju produksi total laju peluruhannya. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut[ 5], d d dt dt Dengan: n = jumlah inti radioaktif yang terbentuk Ф= = fluks neutronn (neutron cm -2 det - ) σ = tampang lintang atom (barn= -24 cm 2 ) N= jumlah atom sasaran λ = tetapan peluruhan radionuklida yang terbentuk Persamaan (2) merupakan persamaan diferensial orde satu tingkat pertama. Untuk waktu iradiasi Ti sebelum iradiasi inti sasaran stabil (n= = pada saat Ti=), maka penyelesaian persamaan (2) adalah sebagai berikut [5], n produksi Pada persamaan (3), T i menyatakan lama waktu iradiasi. Sehingga besarnya radioaktivitas (A) dapat dinyatakan dengann persamaan sebagai berikut [5], A = λ. n = Ф. σ. N -e -λti n φ x σ λ d dt x N peluruhan Harga A dalam persamaan (4) adalah radioaktivitas pada saat berakhirnya iradiasi dalam waktu iradiasi Ti. Persamaan tersebut merupakan persamaan umumm untuk menentukan radioaktivitas hasil iradiasi menggunakan neutron. Dalam proses produksi radioisotop ada perlakuan pasca iradiasi e λ.ti (2) (3) (4) Buku II hal 8 ISSN 4 878

PROSIDING SEMINAR Yogyakarta, 27 Juli 2 yang meliputi pemisahan, pemurnian analisis uji kualitas. Jumlah atom sasaran dapat dihitung dengan kesetaraan mol menggunakan persamaan sebagai berikut [], m x Na x a N BA ( 5) dengan, N = jumah atom sasaran, m = berat sasaran (gr), N A = bilangan Avogadro (jumlah atom per mol, BA = berat atom sasaran, a = abunce (kelimpahan isotop di alam). Kenyataan di lapangan, efisiensi proses produksi radioisotop tidak dapat mencapai % sehingga untuk pendekatan terhadap produk yang dihasilkan perlu diperhatikan tingkat efisiensinya (ε). Jadi radioaktivitas produk radioisotop yang dihasilkan secara aktivasi neutron dapat dinyatakan sebagai berikut [], a m Ef φ σ Na λ.ti λ.td A e e (6) BA dengan, Ф = fluks neutron (neutrom cm -2 det - ) σ = tampang lintang atom (barn= = -24 cm 2 ) λ = tetapan peluruhan radionuklida yang terbentuk m = berat sasaran ( gr) N A = bilangan Avogadro (jumlah atom per mol) BA= berat atom sasaran a = abunce (kelimpahan isotop di alam) T i = lama waktu iradiasi t d = selang waktu /waktu tunda. BAHAN DAN TATAA KERJA. Bahan Bahan sasaran iradiasi yang digunakan terbuat dari paduan platina iridium yang mempunyai kandungan 75 % berat platina : 25 % berat iridium yang berbentuk kawat buatan Heraues, German, paduan platina iridium yang mempunyai kandungan 7 % berat platina : 3 % berat iridium yang berbentuk kawat buatan Sigma Aldrich, Amerika serikat, kawat iridium yang mempunyai kandungan 99,9 % iridium, buatan Sigma Aldrich, Amerika serikat, kapsul aluminium iradiasi AA-, batang grafit iradiasi, aluminium foil, kertas saring Whatman-4. Bahan kimia yang digunakan adalah aseton buatan E Merck, aquabidest buatan IPHA, Bandung. 2. Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamar ionisasi gamma (Dose Calibrator, Biodex, type Atom Lab 4), oven listrik, neraca analitik, ultrasonic cleaner, pengaduk magnetik, kontainer Pb, perisai Pb, kaca pembesar, gelas piala, pipet volume buatan Iwaki, gelas arloji, vial, pinset, planset, pipet mikro buatan Eppendorf, pemanas listrik, lampu infra red, glove box. 3. Tata Kerja Preparasi Bahan Sasaran Iradiasi Bahan sasaran iradiasi yang digunakan terbuat dari paduan platina iridium dengan kandungan 75 % berat platina : 25 % berat iridium, 7 % berat platina : 3% berat iridium serta kawat iridium dengann kandungan 99,9 % yang sudah dipotong-potongg dengan ukuran, cm, cm, cm. Kemudian, bahan sasaran paduan platina iridium tersebut dimasukkan ke dalam gelas piala 25 ml yang sudah berisi aseton sebanyak 5 ml dilakukan pencucian menggunakan ultrasonic cleaner selama menit. Pembilasan bahan sasaran menggunakan aquabidest sebanyak 2 kali dilakukan pengeringan dengan oven listrik pada suhu o C selama 5 menit. Kemudian, dilakukan pendinginan bahan sasaran pada suhu kamar ditimbang untuk mengetahui berat bahan sasaran yang akan diiradiasi menggunakan neraca analitik seperti yang ditunjukkan Tabel. Tabel. Berat bahan sasaran paduan platina iridium yang akan diiradiasi. Bahan Sasaran Spesifikasi Panjang (cm) Berat sasaran (gram) Paduan Heraus,284 Platina:Iridium ( 75% : 25%),253,735,723 Paduan Sigma Aldrich,74 Platina:Iridium ( 7% : 3%),53,429,457 Iridium 99,9 % Sigma Aldrich,22 Bahan sasaran hasil penimbangan dimasukkan ke dalam batang grafit dibungkus menggunakan aluminium foil yang selanjutnya dimasukkan ke dalam kapsul yang terbuat dari aluminum AAA -. Kemudian, kapsul aluminium yang berisi target bahan sasaran tersebut diiradiasi selama 3 menit menggunakan neutron termal pada fluks neutron sekitar 4 n.cm. dt - di reaktor nuklir pada pneumatic system dengann posisi tegak (RS ) di reaktor nuklir Pusat Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy Serpong.. ISSN 4 878 Buku II hal 9

Yogyakarta, 27 Juli 2 Pengukuran Radioaktivitas Kemurnian Radionuklida Bahan sasaran hasil iradiasi yang sudah diluruhkan selama 26 hari dilakukan pencucian menggunakan aseton sebanyak 2 kali dikeringkan menggunakan lampu infra red. Pengukuran radioaktivitas bahan sasaran hasil iradiasi dilakukan dengan peralatan kamar ionisasi gamma (Dose Calibrator, Biodex, Atom Lab 4). HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran radioaktivitas 92 Ir dari hasil iradiasi bahan sasaran kawat iridium 99,9%, paduan antara platina iridium dengan komposisi 75% berat platina : 25% berat iridium 7% berat platina : 3% berat iridium di reaktor nuklir G.A Siwabessy menggunakan peralatan kamar ionisasi gamma (Dose Calibrator, Biodex, type Atom Lab 4). Hasil 9 pengukuran radioaktivitas 2 Ir yang telah mengalami proses pendinginan pasca iradiasi selama 26 hari seperti ditunjukkan pada Tabel 2. Tujuan utama dari proses pendinginan ini adalah mengurangi menghilangkan produk radionuklida waktu paruh pendek dari reaksi samping yang dihasilkan dari reaksi 9 Ir (n,) 92 Ir akibat ketidak murnian sasaran. Perbedaan radioaktivitas hasil pengukuran paduan platina iridium 75% berat platina : 25% berat iridium 7% berat platina : 3% berat iridium, disebabkan dari kandungan iridium alam pada bahan sasaran paduan platina iridium 7% berat platinaa : 3% berat iridium lebih besar jika dibandingkann dengan kandungan iridium alam dari bahan sasaran paduan platina iridium 75% berat platinaa : 25% berat iridium sehingga kebolehjadian radionuklida 92 Ir yang terbentuk dari paduan platina iridium 7% berat platina : 3% berat iridium menjadi lebih besar. Tabel 2.Pengukuran radioaktivitas 92Ir yang dihasilkan dari Iradiasi di Reaktor Nuklir G.A. Siwabessy selama 3 menit menggunakan alat kamar ionisasi. Bahan Sasaran Paduan Platina:Iridium ( 75 %: 25%) Spesifikasi Panjang (cm) Heraus Berat sasaran (gram) Berat sasaran (gram),284 5,88,253 4,68,735 5,8,723 3,55 Paduan Platina:Iridium ( 7 %: 3%) Sigma Aldrich,74,53 8,8 7,8,429 9,26,457 2,8 Iridium 99,9 % Sigma Aldrich,22 22,8 Aktivitas iridum 92 (mci) 25 2 5 5.53.74.429.457 Sigma aldrich 7%:3% Berat sasaran (gram) 6. Grafik Pengaruh Berat sasaran paduan platina : iridium 7% : 3% terhadap Aktivitas iridium-92 Buku II hal 2 ISSN 4 878

PROSIDING SEMINAR Yogyakarta, 27 Juli 2 Aktivitas iridum 92(mCi) 25 2 5 5.253.284.723 Berat sasaran (gram).735 Heraus 75% :3% 7. Grafik Pengaruh Berat sasaran paduan platina : iridium 75 % : 25 % terhadap Aktivitas iridium-92. 6 7 menunjukkan bahwa sasaran paduan platina iridium 7% berat platina : 3% berat iridium yang mempunyai berat sasaran lebih kecil mempunyai radioaktivitas 92 Ir yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan paduan platina iridium 75% berat platina : 25% berat iridium dengan berat sasaran yang lebih besar. Semakin besar berat sasaran, maka radioaktivitas 92 Ir yang dihasilkan akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan persamaan, A = λ. n = Ф. σ. N [-e -λti ] [5 5] sehingga radioaktivitas yang dihasilkan berbanding lurus dengan berat sasaran. 92 Ir Hasil perhitungan radioaktivitas yang dihasilkan dari bahan sasaran paduan platina iridium dengan komposisi 75% berat platina : 25% berat iridium 7% berat platinaa : 3% berat iridium kawat iridium 99,9% setelah proses pendinginan pasca iradiasi selama 26 hari ditunjukkan pada Tabel 3. Dari Tabel tersebut hasil perhitungan aktivitas 92 Ir yang terbentuk secara teoritis lebih besar. Hal ini bisa disebabkan fluks neutron termal yang dihasilkan di reaktor nuklir G.A Siwabessy Serpong tidak selalu stabil homogen sampai akhir waktu iradiasi [7]. Aya efek self-shielding selama iradiasi selfpaduan absorption sinar dari bahan sasaran platina iridium pada saat dilakukan pengukuran [6]. Tabel 3. Hasil perhitungann radioaktivitas bahan sasaran setelah proses pendinginan pasca iradiasi selama 26 hari. Bahan Sasaran Spesifikasi Panjang (cm) Berat sasaran (gram) Hasil pengukuran Hasil perhitungan aktivitas (mci) aktivitas (mci) Paduan Platina:Iridium ( 75 %: 25%) Heraus,284,253,735 5,888 4,68 5,8,6 9,45 27,45,723 3,55 27 Paduan Platina:Iridium ( 7 %: 3%) Sigma Aldrich,74,53,429 8,8 7,8 9,26 7,8 6,86 9,23,457 2,8 2,48 Iridium 99,9 % Sigma Aldrich,22 22,8 32,87 Radionuklida-radionuklida yang terbentuk pasca iradiasi akan mengalami penurunan radioaktivitas sejalan dengan bertambahnya waktu. Hal ini terjadi karenaa radionuklidaa tersebut bersifat tidak stabil selalu berusaha mencapai kondisi stabil melakukan transformasi inti melalui peluruhan dengan memancarkan partikel alpha, beta, sinar gamma, sinar X atau sekaligus gabungan diantaranya tergantung jenis radionukliya. 8, 9, menunjukkan hubungan peluruhan radioaktivitas waktu.. ISSN 4 878 Buku II hal 2

Yogyakarta, 27 Juli 2 Dengann menggunakan persamaan ln A = - λt + ln Ao [5], metode regresi linier dalam suatu persamaan garis dengan ordinat Y adalah radioaktivitas absis X adalah waktu (hari) sehingga dapat dihitung waktu paruh radioaktivitas 92 Ir. 4 3 ln A 2 y =.93x + 3.796 y =.94x + 2.783 Cm.5 Cm 2 4 6 8 waktu (hari) 8. Kurva perubahan radioaktivitas 92 Ir hasil iradiasii bahan sasaran paduan platina iridium 7% : 3% sejalan waktu. ln A 3 2.5 2.5.5 y =.93xx + 2.724 y =.95x +.5546.5 Cm 2 4 6 8 Waktu ( hari ) 9.Kurva perubahan radioaktivitas 92 Ir hasil iradiasi bahan sasaran paduan platina iridium 75% : 25% sejalan waktu. ln A 4. 3. y =.93xx + 3.39 2... 2 4 6 8 Waktu ( Hari ). Kurva perubahan radioaktivitas 92 Ir hasil iradiasii bahan sasaran iridium 99,9% sejalan waktu. Berdasarkan persamaan garis dari 8, diperoleh nilai waktu paruh radioisotop 92 Ir hasil iradasi dengan neutron termal paduan platina iridium yang mempunyai 7% berat platina : 3% berat iridium untuk panjang cm sebesar 73,74 hari untuk panjang cm sebesar 74,5 hari. Berdasarkan persamaan garis dari 9, diperoleh nilai waktu paruh radioisotop 92 Ir hasil iradasi dengan neutron termal paduan platina iridium yang mempunyai 75% berat platina : 25% berat iridium untuk panjang cm sebesar 72,,95 hari untuk panjang cm sebesar 74,5 hari. Buku II hal 22 ISSN 4 878

PROSIDING SEMINAR Yogyakarta, 27 Juli 2 Berdasarkan persamaan garis dari, diperoleh nilai waktu paruh radioisotop 9 92 Ir hasil iradasi dengan neutron termal bahan sasaran iridium 99,9% untuk panjang cm sebesar 74,5 hari. Bahan sasaran paduan platina iridium dibiarkan meluruh selama 26 hari setelah dikeluarkan dari unit rabbit system di reaktor bertujuan untuk meminimalkan pengaruh radionuklida pengotor 94 Ir (t / /2 = 9,5 jam) dalam target. Radionuklida pengotor ini merupakan hasil samping yang dihasilkan dari reaksi 93 Ir (n,) 94 Ir karena bahan sasaran bukan 92 Ir yang diperkaya tetapi iridium alam yang mengandung komposisi 9 Ir sebesar 37.3% 93 Ir sebesar 63.7% [5]. Selain itu, radionuklida yang terbentuk dari bahan sasaran paduan platina iridium adalah 9 Pt (t /2 = 2,9 hari), 93m Pt (t /2 = 4,3 hari), 97 Pt (t / /2 =8,3 jam) 99 Pt (t /2 = 3,8 menit) adalah hasil dari aktivasi neutron terhadap platina [5]. Dengan demikian proses pendinginan pasca iradiasi selama 26 hari terbukti cukup efektif dalam meminimalkan radionuklida pengotor kemurnian radionuklida 92 Ir hasil iradiasi dapat terpenuhi untuk sediaan radioterapi radiomedik. Radioisotop 92 Ir yang terbentuk pasca iradiasi setelah proses pendinginan selamaa 26 hari serta mengalami peluruhan selama 77 hari menunjukkan bahwaa waktu paruh yang diperoleh sesuai dengan waktu paruh radioisotop 92 Ir dari pustakaa sebesar73,833 hari [5]. Penanganan radionuklida 92 Ir sebagai sumber tertutup selama penelitian ini memerlukan kehati-hatian, kecermatan ketelitian yang ekstra tinggi mematuhi petunjuk keselamatan kerja radiasi dengan memahami filosofi dasar keselamatan kerja radiasi, yaitu faktor waktu, faktor jarak, faktor bahan pelindung radiasi. Paparan radiasi dari bahan sasaran paduan platina iridium hasil iradiasi ini sangat tinggi > 3 Rad sehingga untuk uji kemurnian radionuklida menggunakan spektrometri gammaa tidak dilakukan dengan pertimbangan keselamatan kerja radiasi pedoman ALARA yaitu As Low Reasonably Achievable yang berarti bekerja dengan radiasi serendah-rendahnya yang memungkinkan untuk dilaksanakan [8]. KESIMPULAN Dari hasil penelitian diketahui bahwa Radioktivitas 92 Ir yang terbentuk pasca iradiasi setelah proses pendinginan selama 26 hari untuk bahan sasaran paduan platina iridium ternyata jumlah 92 Ir yang terbentuk sangat dipengaruhi besar kandungan Ir dalam bahan sasaran paduan Pt Ir, semakin besar komposisi Ir dalam paduan tersebut maka semakin besar Ir yang dihasilkan. Disamping itu, semakin besar jumlah berat bahan sasaran maka semakin besar pula 92 Ir yang dihasilkan. Bahan sasaran paduan platina iridium dengan komposisi 7% berat platina : 3% berat iridium mempunyai tingkat kebolehjadian terbentuknya radioisotop 92 Ir yang paling optimum. Akan tetapi, disamping 92 Ir juga terbentuk radionuklida pengotor karenaa bahan sasaran bukan 9 Ir murni. Radionuklida pengotor yang terbentuk pasca iradiasi semuanya mempunyai waktu paruh pendek yaitu, 94 Ir (t /2 = 9,,5 jam), 9 Pt (t /2 = 2,9 hari), 93m Pt (t /2 = 4,3 hari), Pt (t /2 =8,3 jam) 99 Pt (t /2 = 3,8 menit) masih dibawah waktu paruh Ir. Namun, setelah mengalami peluruhan pada proses pendinginan pasca iradiasi selama 26 hari peluruhan selama 77 hari, maka diperoleh radioisotop Ir yang hampir murni. Hal ini terbukti bahwa waktu paruh Ir yang dihasilkan adalah 72,95 74,5 relatif sama dibanding dengan pustakaa yaitu waktu paruh 92 Ir adalah 73,,83 hari. DAFTAR PUSTAKA. ANONIM, PernikahanDiniPotensiKankerServi ks Http:// /www.sriwiayapost.com/, diakses Sabtu, 26 Desember 29 9:23 WIB. 2. EBEN, Introducing the Latest Technological Advancement in Prostate Cancer Seed Brachytherapy, IsoRay Medical Inc, 27. 3. JAE WON JUNG, 42 Pr Glass Seeds for the Brachytherapy of Prostate Cancer, A Dissertation, Doctor of Philosophy in Hanyang University, Korea, 27. 4. ANONIM, Logam#Paduan_LogamS, Http://Id.Wikipedia.Org/Wiki, diakses Desember 2. 5. VERA RUIZ. H, Manual for Reactor Produced Radioisotopes, IAEA-TECDOC- 34, Vienna, 23. 6. T. GENKA, W. REDIATNING, A.MUTALIB, Low Dose Rate (LDR) Ir-92 Wire Sources for Brachytherapy Journal Radioisotop Radiofarmasi, Vol.2 No.,2 hal 57-69, 999. 7. ALATAS Z, Aplikasi Tehnik Nuklir Bagi Kesehatan, Buletin Alara 2 (3), 5-2, P3KRBIN, BATAN, Jakarta, 999. 8. IBON SUPARMAN, Produksi Radioisotop Aspek Keselamatan Radiasi DIKLAT Proteksi Radiasi, PUSDIKLAT-BATAN, Jakarta, 22. 9. S. SOENARYO, Produksi Radioisotop, DIKLAT Proteksi Radiasi PUSDIKLAT- BATAN, Jakarta, 24.. ISSN 4 878 Buku II hal 23

Yogyakarta, 27 Juli 2. MASKUR, Komputasi Produksi Radioisotop Pendukungnya Menggunakan Turbo Pascal Windows, STTN-BATAN, Yogyakarta, 25.. ANONIM, Brosur Pusat Radioisotop Radiofarmaka-BATAN, Pusat Radioisotop Radiofarmaka, BATAN, Serpong, 28. 2. IBON SUPARMAN, HOTMAN LUBIS, Pengembangan Pendayagunaan Produk Radioisotop,Jurnal Radioisotop Radiofarmaka,Vol 2, oktober, PRR-BATAN, Serpong, 29. 3. ANONIM, Manual for Reactor Produced Radioisotopes, IAEA- TECDOC-34, 98-22, Vienna, 23. 4. SRIYONO, ABIDIN, HAMBALI, Penyiapan Sasaran Iradiasi di PRR-BATAN Pusat Radioisotop Radiofarmaka, BATAN, Serpong, 29. 5. N. SAITOH, Handbook of Radioisotope, Maruzen, Tokyo, 996. untuk Pembuatan Radioisotop, 6. M. SAYAD, H. LUBIS, R. AWALUDIN, MOCH SUBECHI, A. MUTALIB, T.GENKA, 92 Ir Laju Dosis Rendah untuk Brakiterapi: Proses Iradiasi Kendali Kualitas, Pusat Pegembangan Radioisotop Radiofarmaka- Neutron Jurnal Radioisotop BATAN, Serpong, 22. 7. S. SOENARYO, Analisis Pengaktivan Radiofarmaka,Vol, oktober, PRR-BATAN, Serpong, 28. 8. WISNU ARYA WARDHANA, Teknologi Nuklir Proteksi Radiasi Aplikasinya Penerbit Andi, Yogyakarta, 27. TANYA JAWAB Sri Puji Ganefati Penggunaan untuk berapaa orang apakah sudah dilakukan uji klinis? Moch Subechi Penggunaan 92-Ir seed lebih dari orang, belum dilakukan uji klinis. Indra Suryawan Pada paduan Platina Iridium, mengapa tidak murni Iridium untuk mendapatkan komposisi 92-Ir yang besar? Moch Subechi Ir yang mempunyai kemurnian yang besar kandungannya 99,9 % Sri Muryani Apakah bahan ini sudah diaplikasikan ke pasien atau binatang percobaan? Moch Subechi Alat ini belum diuji klinis Buku II hal 24 ISSN 4 878