Fathiyah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Batanghari ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN KLATEN TAHUN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

Abstract. Kemandirian, Efektivitas, dan Efisiensi Pengelolaan Keuangan Daerah. Jefry Gasperz ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. No.22 tahun 1999 dan Undang-undang No.25 tahun 1999 yang. No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

ANALISIS PENERIMAAN RETRIBUSI PARKIR DALAM RANGKA MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Kediri)

ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN PENCATATANNYA PADA DINAS PENDAPATAN KOTA MANADO

KONTRIBUSI DAN EFEKTIFITAS PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH BOJONEGORO DAN JOMBANG TAHUN

DINI AJHARIYANI SUDARSO

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang

Keyword: Local Tax, Local Retribution, Local Original Revenue.

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Timur

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

Paramitha S. Mokodompit., S.S. Pangemanan., I. Elim. Analisis Kinerja Keuangan ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA KOTAMOBAGU

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara maupun daerah. sumber daya alamnya sendiri. Sumber dana bagi daerah antara lain terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. kapabilitas dan efektivitas dalam menjalankan roda pemerintahan. Namun

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

PENGARUH DESENTRALISASI BPHTB TERHADAP PENERIMAAN DAERAH KABUPATEN BADUNG. Komang Yogi Wirasatya Made Yenni Latrini

OPTIMALISASI APBD DALAM PERSPEKTIF PERFORMANCE BUDGET

MASALAH UMUM MANAJEMEN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. pusat agar pemerintah daerah dapat mengelola pemerintahannya sendiri

BAB I PENDAHULUAN. bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

E.L. Tambuwun., S.S. Pangemanan., D.Afandi. Analisis Kinerja Keuangan. ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAHAN KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. daerah masalah perimbangan keuangan pusat dan daerah merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara. Pemerintah Pusat dan Daerah yang menyebabkan perubahan mendasar

PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KABUPATEN MINAHASA SELATAN TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. nasional tidak bisa dilepaskan dari prinsip otonomi daerah. Otonomi. daerah merupakan suatu langkah awal menuju pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN TINGKAT KEMANDIRIAN DAERAH DI ERA OTONOMI DAERAH: STUDI PADA KOTA MANADO (TAHUN )

ANALISIS BELANJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BENGKULU

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. mendasari otonomi daerah adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

Pande Kadek Yuda Mahardika. Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang

ANALISIS TINGKAT EFEKTIVITAS DAN KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH KOTA BANDAR LAMPUNG TAHUN

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berencana menganalisis kontribusi sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Analisis Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah di Kota Jambi. oleh :

PENGARUH RASIO KEMANDIRIAN, EFEKTIFITAS DAN PERTUMBUHAN PADA KABUPATEN SOPPENG

ANALISIS PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP KEMAMPUAN PEMBIAYAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN ANGGARAN Susilowati 1) Suharno 2) Djoko Kristianto 3) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui penyerahan pengelolaan wilayahnya sendiri. Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK HOTEL TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. Kemandirian keuangan daerah sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

ANALISIS KINERJA ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERMERINTAH KOTA SAMARINDA

LANDASAN TEORI Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 tahun 2011 tentang

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPKAD) KOTA SEMARANG TAHUN

Poppy Kemalasari et al., Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah dan Tingkat Kemandirian Daerah di Era Otonomi Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Indonesia telah

ANALISIS RASIO APBD KABUPATEN POHUWATO SEBAGAI ALAT UNTUK MENGUKUR KINERJA PEMERINTAH DAERAH

ANALISIS ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB IV PEMBAHASAN. Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang terdiri dari : dapat dipaksakan untuk keperluan APBD.

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

ANALISIS PERBANDINGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN KERINCI DAN KOTA SUNGAI PENUH

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Slamet Riyadi Surakarta 1) 2)

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB I PENDAHULUAN. titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

A.N.J. Dien., J. Tinangon., S. Walandouw. Analisis laporan realisasi

BAB I PENDAHULUAN. oleh krisis ekonomi yang menyebabkan kualitas pelayanan publik terganggu dan

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH DI JAWA TIMUR PADA MASA DESENTRALISASI FISKAL

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA LANGSUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dan kemasyarakatan harus sesuai dengan aspirasi dari

ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAN BELANJA BADAN KEUANGAN DAERAH KOTA TOMOHON

BAB I PENDAHULUAN. finansial Pemerintah Daerah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

ANALISA KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH KOTA DEPOK WILAYAH PROVINSI JAWA BARAT

ANALISIS PERANAN PAJAK DAERAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENDAPATAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KOTA AMBON

Transkripsi:

ANALISIS UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DALAM RANGKA MENINGKATKAN RASIO KEMANDIRIAN DAERAH (Studi Kasus Pada Pemerintah /Kota Dalam Provinsi Jambi Tahun Anggaran 2015) Fathiyah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Batanghari ABSTRACT This study aims to analyse the efforts made the Government District/Town in Jambi province in an attempt to increase revenue of the original area (PAD) in order to increase the ratio of the independence area for fiscal year 2015. These studies are qualitative and quantitative by using the related literature and data Report realization of Budget the county or city within Jambi province fiscal year 2015. Based on the results of the analysis of the obtained conclusions that the ratio of independence County or city within Jambi province are still very small with an overall average of 8.83% just so is need for efforts of local governments to increase the PAD in order to increase the ratio of independence. As for the effort to be made to increase the number of PAD that is by calculating the potential of existing PAD then conducted analysis with micro and macro base it can be done working with related institutions of study so that potential data obtained more accurate PAD. Other efforts is to improve the system of revenue management areas include (1) the expansion of the base of acceptance, (2) control over the revenue leakage, (3) improved the efficiency of the administration of revenue and (4) transparency and accountability. Key word: the original Revenue area, the ratio of Self-sufficiency, the report realization of Budget I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembiayaan pelaksanaan pembangunan oleh Pemerintah daerah setiap tahunnya teralokasi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), tentunya Pemerintah daerah dalam melaksanakan rencana dan target pembangunan tersebut membutuhkan dana yang sangat besar dari APBD dan sumber dana yang dibutuhkan tersebut dianggarkan dalam bentuk sumber-sumber pendapatan daerah yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Transfer dan Lainlain Pendapatan Daerah Yang Sah. Selama ini besaran dana yang bersumber dari PAD sangat kecil sekali jumlahnya terutama untuk /Kota dalam Provinsi Jambi yaitu hanya kisaran dibawah 26 persen saja dari total Pendapatan daerah bahkan ada yang dibawah 10 persennya, dengan jumlah PAD yang dibawah 23 persen atau tingkat rasio kemandirian daerah hanya sebesar 23 persen saja 80

tentunya tidak mencukupi bagi /Kota dalam membiayai program dan kegiatannya hal ini bisa terlihat dalam tabel berikut ini : Tabel 1 Tingkat Rasio Kemandirian /Kota se-provinsi Jambi Tahun Anggaran 2015 (dalam 000) /Kota Pendapatan Asli Daerah (Rp) Pendapatan Transfer (Rp) Rasio (%) Kota Jambi 263.925.520,2 1.115.296.732,7 23,66 Kota Sungai Penuh 36.246.931,8 572.296.754,2 6 Kerinci 70.462.409,6 887.107.913,9 7,94 Sarolangun 63.623.790,9 997.258.616,0 6 Merangin 76.949.402,9 1.064.467.262,4 7,13 Bungo 105.277.046,3 947.107.059,9 11,1 Tebo 62.037.299,5 654.487.852,5 9 68.040.011,8 858.102.488,8 7,93 Tanjabbar 38.473.606,9 877.011.368,8 4,38 Tanjabtim Batanghari 68.925.708,0 846.430.746,2 8 Ma. 63.623.790,9 997.258.616,0 6 Jambi Rata-Rata Rasio 8,83 Sumber : Rekapitulasi LRA /Kota TA. 2015 Dari tabel terlihat bahwa rasio kemandirian daerah seluruh /Kota se Provinsi Jambi sangat kecil sekali dan daerah dianggap masih belum mandiri dalam membiayai pembangunannya serta mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap dana dari pusat. Hal ini bisa dilihat pada rasio kemandirianseluruh /Kota dalam Provinsi Jambi sebesar antara 4 23 % saja dengan rata-rata keseluruhan sebesar 8,83%. Kecilnya persentase Rasio kemandirian ini ini disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah keterbatasan pemerintah daerah dalam menghitung potensi riil PAD yang sudah ada dan masih banyak lagi sumber-sumber PAD yang belum tergali serta dimanfaatkan oleh Pemerintah /kota selama ini., sehingga perlu dilakukan upaya untuk peningkatan PAD sehingga meningkatkan rasio kemandirian seluruh n/kota dalam Provinsi Jambi. Merujuk pada uraian tersebut diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang upaya dan analisis yang harus dilakukan Pemerintah /Kota dalam Provinsi Jambi dalam rangka meningkatkan rasio kemandirian daerah 81

dengan Meningkatkan potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada Tahun Anggaran 2015. 1.1. Rumusan Masalah Berdasarkan penjelasan tersebut diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai berikut : Bagaimana analisis dan upaya yang dilakukan oleh Pemerintah /Kota dalam Provinsi Jambi dalam rangka meningkatkan rasio kemandirian dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran 2015? 1.2. Tujuan Penelitian Adapun tujuan Penelitian ini adalah : Untuk menganalisis upaya yang dilakukan oeh Pemerintah /Kota dalam Provinsi Jambi dalam rangka meningkatkan rasio kemandirian daerah dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun Anggaran 2015. 1.3. Tinjauan Pustaka Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan wujud pengelolaan keuangan daerah yang ditetapkan tiap tahun dengan Peraturan Daerah, terdiri dari Anggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan. Pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan lain-lain pendapatan Daerah yang Sah. APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan kemampuan pendapatan daerah. (Renowijoyo, 2010) Keuangan daerah yang tercermin dalam APBD /Kota dalam Provisi Jambi sebagai sumber pembiayaan yang diperoleh dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Pendapatan Lain-lain yang Sah. (Perda Pertanggungjawaban APBD, 2016) Potensi adalah sesuatu yang sebenarnya ada hanya belum didapat di tangan dan untuk memperolehnya diperlukan upaya-upaya tertentu, karena potensi tersebut sifatnya masih tersembunyi maka perlu diteliti besarnya potensi pendapatan yang ada. Analisis potensi pendapatan bersifat luas dan banyak faktor yang harus diidentifikasi terkait dengan pendapatan. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan merupakan bagian dari upaya mengenal potensi pendapatan. Ptensi pendapatan satu daerah dengan daerah lainnya berbeda disebabkan oleh faktor demografi, ekonomi, sosiologi, budaya, geomorfologi dan lingkungan yang berbeda (Mahmudi, 2010) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah diubah dengan undangundangan Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah telah menetapkan sumber-sumber Penerimaan Daerah yang berasal dari PAD adalah sebagai berikut : Pendapatan Asli Daerah 1. Pajak daerah a. Pajak Hotel b. Pajak restoran c. Pajak hiburan d. Pajak reklame e. Pajak Penerangan Jalan f. Pajak Pengmbilan Bahan Galian Golongan C g. Pajak Bumi dan Bangunan h. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 2. Retribusi Daerah 3. Bagian Laba Pengelolaan Aset Daerah yang dipisahkan 82

4. Lain-Lain PAD yang sah Salah satu tujuan pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal adalah untuk meningkatkan kemandirian daerah dan mengurangi ketergantungan fiskal terhadap pemerintah pusat. Peningkatan kemandirian daerah sangat erat kaitannya dengan kemapuan daerah dalam mengelola pendapatan asli daerah. Oleh karena itu untuk meningkatkan PAD dibutuhkan manajemen pendapatan disetiap daerah agar dapat memahami potensi pendapatan yang ada di daerahnya. Manajemen Pendapatan menurut Mahmudi (2010) meliputi 5 tahapan yaitu : 1. Identifikasi sumber pendapatan 2. Administrasi pendapatan 3. Koleksi Pendapatan 4. Pencatatan (akuntansi) pendapatan 5. Alokasi Pendapatan. II. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan literatur yang ada dan data Realisasi Anggaran Kabupten/Kota dalam Provinsi Jambi Tahun Anggaran 2015. III. PEMBAHASAN 2.1. Analisis dan upaya peningkatan potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada /Kota dalam Provinsi Jambi. Dalam meningkatkan potensi Pendapatan Asli Daerah Pemerintah /Kota dalam Provinsi Jambi perlu melakukan beberapa upaya diantarannya adalah dengan menghitung Potensi dengan menggunakan basis mikro dan makro serta perlu adanya perbaikan dalam manajemen pendapatan. Penghitungan potensi pendapatan pada dasarnya dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu (1) Basis makro, dan (2) Basis mikro. Penghitungan pendapatan dengan basis makro dilakukan dengan teknik estimasi dengan model regresi ekonometrik yang menggunakan variabel makro ekonomi sebagai proksi, sedangkan penghitungan basis mikro dilakukan dengan cara survey terhadap objek dan subjek pajak Data yang tersedia kemudian dianalisis dan disesuaikan dengan literatur yang terkait. kemudian dilakukan penghitungan (assessment) potensi pendapatan yang ada. Selama ini perhitungan potensi PAD yang ada cenderung pada basis mikro dan hanya berdasarkan persentase kenaikan saja misalnya untuk potensi tahun ini besarannya dihitung dengan menaikkan anggaran 10 persen dari tahun sebelumnya berarti potensi PAD tahun ini adalah sebesar 110 persen, bahkan kadang-kadang perhitungan potensi tahun ini tidak berbeda jauh dengan potensi tahun lalu. Memang tidak semua dilakukan perhitungan seperti tersebut diatas tetapi ada beberapa jenis PAD yang penghitungan potensinya seperti itu terutama untuk PAD yang bukan menjadi andalan dan nilai realisasinya setiap tahun sangat kecil sekali. Menggali potensi PAD dari pajak dan retribusi ini dilakukan dengan cara yang intensif sekali seperti melakukan survey ke lapangan dengan menggandeng pusat-pusat kajian dari 83

perguruan tinggi atau swasta, disamping itu khusus untuk pajak pemerintah bisa membuat regulasi dan kebijakan agar masyarakat mau membayar pajak, karena pajak sifatnya adalah wajib maka Pemerintah daerah bisa memaksa masyarakat untuk membayar dan jika tidak akan dikenakan denda atau sanksi, dengan demikian penerimaan PAD dari sektor pajak daerah akan dapat ditingkatkan, apalagi jika pertumbuhan ekonomi juga mengalami peningkatan tiap tahun otomatis akan ikut berperan dalam meningkatkan jumlah pendapatan dari pajak daerah. Berkaitan dengan peningkatan retribusi, biasanya tidak pernah jauh dari pelayanan dan sarana atau fasilitas yang disediakan. Selama ini ada kesan petugas wajib memungut retribusi tetapi tidak dibarengi dengan peningkatan sarana atau fasilitas yang digunakan oleh masyarakat sehingga masyarakat juga kurang tertarik untuk menggunakan sarana tersebut dan petugas yang memungut juga terkesan tidak ramah dan tidak peduli bahkan kadang-kadang juga ada pungutan liar yang dilakukan oleh petugas, maka kedepannya agar penerimaan dari retribusi meningkat tentunya harus ada peningkatan pelayanan serta sarana atau fasilitas yang juga mendukung. Dalam hal perhitungan potensi dengan pendekatan basis makro Pemerintah /Kota dapat bekerja sama dengan pusat kajian ekonomi pada perguruan tinggi, teknik perhitungan yang digunakan dengan metode kuantitatif mulai dari simple smoothing technique hingga regresi yang canggih. Umumnya teknik kuantitatif memiliki tingkat akurasi prediksi yang lebih baik dibandingkan dengan kualitatif. Dalam penggunaan teknik kuantitatif ini sebelum dilakukan perkiraan terlebih dahulu harus ditentukan subjek perkiraan, rentang perkiraaan dan data yang digunakan sehingga dalam penghitungannya nanti akan cukup tinggi keakuratannya. Selanjutnya yang harus menjadi perhatian dari Pemerintah /Kota dalam menggali dan menghitung potensi PAD adalah perlu adanya pembenahan dalam manajemen penerimaan daerah, dalam hal ini Pemerintah /Kota mempunyai kemampuan dalam mengelola potensi fiskal daerah. Berhasil tidaknya pemerintah dalam memperoleh pendapatan sangat dipengaruhi oleh manajemen pendapatan yang digunakan. Ada beberapa prinsip yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah dalam membangun sistem manajemen penerimaan daerah yaitu (1) perluasan basis penerimaan, (2) pengendalian atas kebocoran pendapatan, (3) peningkatan efisiensi administrasi pendapatan dan (4) transparansi serta akuntabilitas. Perluasan basis penerimaan adalah memperluas sumber penerimaan dengan cara sebagai berikut (1) Mengindentifikasi pembayar pajak/retribusi dan menjaring wajib pajak/retribusi baru, (2) Mengevaluasi tarif pajak/retribusi, (3) Meningkatkan basis data objek pajak/retribusi, (4) melakukan penilaian kembali (appraisal) atas objek pajak/retribusi. Pengendalian atas kebocoran dapat dilakukan dengan pengawasan dan pengendalian dengan beberapa langkah yang dapat dilakukan yaitu (1) melakukan audit baik rutin maupun insidental, (2) memperbaiki sistim akuntansi penerimaan daerah, (3) memberikan penghargaan yang memadai untuk masyarakat yang taat pajak dan hukuman (sanksi) bagi yang tidak mematuhinya, serta (4) meningkatkan disiplin serta moralitas 84

pegawai yang terlibat dalam pemungutan pendapatan. Peningkatan efisiensi administrasi pajak sangat berpengaruh pada peningkatan kinerja penerimaan, hal ini dapat dilakukan dengan cara (1) memperbaiki prosedur administrasi pajak sehingga menjadi lebih mudah dan sederhana, (2) mengurangi biaya pemungutan pendapatan, (3) menjalin kerjasama dengan berbagai pihak seperti dengan pihak ketiga dalam memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam membayar pajak. Aspek Transparansi dan akuntabilitas akan mengakibatkan pengendalian dan manajemen pendapatan daerah menjadi akan semakin baik, namun aspek ini membutuhkan beberapa persyaratan diantaranya (1) adanya dukungan teknologi informasi (TI) dalam membangun sistem informasi manajemen pendapatan daerah, (2) adanya staf yang memiliki kompetensi dan kehalian yang memadai dan (3) tidak adanya korupsi sistemik dilingkungan entitas pengelola pendapatan daerah. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Dalam upaya meningkatkan potensi Pendapatan Asli Daerah perlu dilakukan upaya oleh Pemerintah /Kota diantarannya yaitu dengan menghitung potensi pendapatan dengan basis mikro dan makro serta dengan memperbaiki manajemen pendapatan daerah. 2. Perhitungan dengan menggunakan basis mikro yaitu dilakukan dengan cara survey terhadap objek dan subjek pajak kemudian dilakukan penghitungan (assessment) potensi pendapatan yang ada, sedangkan dengan basis makro yaitu dengan menggadeng pusat kajian baik swasta maupun perguruan tinggi dengan teknik perhitungan yang digunakan adalah metode kuantitatif mulai dari simple smoothing technique hingga regresi yang canggihn sehingga menghasilkan hasil perhitungan yang cukup tinggi. 3. Perbaikan dalam manajemen pendapatan dapat dilakukan dengan (1) perluasan basis penerimaan, (2) pengendalian atas kebocoran pendapatan, (3) peningkatan efisiensi administrasi pendapatan dan (4) transparansi serta akuntabilitas. Saran 1. Pemerintah /Kota pada tahun mendatang agar meningkatkan sumber pendapatan dengan cara menghitung potensi yang ada terlebih dahulu, perhitungan potensi akan membantu daerah meningkatkan pendapatan daerahnya. 2. Pembenahan pada manajemen pendapatan daerah serta menggali sumber-sumber pendapatan yang baru untuk peningkatan Pendapatan Asli Daerah. DAFTAR PUSTAKA Mahmudi, 2010, Manajemen Keuangan Daerah, Penerbit Erlangga, Renyowijoyo, Muindro, 2010, Akuntansi Sektor Publik : Organisasi Non Laba Penerbit Mitra Wacana Media, 85

Pemerintah Provinsi Jambi, 2016, Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA. 2015, Jambi Pemerintah Provinsi Jambi, 2016, Rekapitulasi Laporan Realisasi Anggaran /Kota Se-Provinsi Jambi TA. 2015, Jambi Republik Indonesia, 2004, Undangundang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Republik Indonesia, Republik Indonesia, 2004, Undangundang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Republik Indonesia, Republik Indonesia, 2014, Undangundang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Republik Indonesia, 86