PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, maka keberadaan dan perananan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya agar mampu berwibawa dalam melakukan penyidikan atas pelanggaran Peraturan Daerah; b. bahwa dalam rangka meningkatkan penegakan atas pelanggaran Peraturan Daerah Kabupaten Sambas secara optimal, maka pelaksanaan operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah perlu dilakukan secara koordinasi, terarah, terpadu dan berkesinambungan; c. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sambas Nomor 4 Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah Tingkat II Sambas sudah tidak sesuai lagi baik landasan hukum maupun materi yang diatur di dalamnya, sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, b dan c di atas, dipandang perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sambas; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang- Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 352) Sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 3. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 1
4. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2004 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); Dengan persetujuan bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SAMBAS dan BUPATI SAMBAS MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Sambas. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sambas. 3. Bupati adalah Bupati Sambas. 4. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan. 5. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian. 2
6. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah yang selanjutnya disingkat PPNS Daerah, adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil Tertentu di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sambas yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran Peraturan Daerah. 7. Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Penyidik POLRI adalah Pejabat Negara Republik Indonesia tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-undang untuk melakukan penyidikan. 8. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Kabupaten Sambas. 9. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara tertentu untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangka. 10. Tindak Pidana adalah tindak pidana pelanggaran atas ketentuan-ketentuan Peraturan Daerah yang mengandung sanksi hukum. 11. Tim Pembina PPNS adalah Tim yang membina pelaksanaan tugas-tugas PPNS Daerah Kabupaten Sambas. 12. Operasi penindakan yang selanjutnya disebut yustisi adalah operasi penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Perundang-undangan yang dilakukan PPNS secara terpadu dengan sistem Peradilan di tempat. 13. Pendidikan dan Pelatihan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah yang selanjutnya disingkat Diklat PPNS Daerah adalah suatu kegiatan dalam rangka meningkatkan kualitas PNS di bidang Penyidikan Peraturan Daerah untuk diangkat sebagai PPNS Daerah. 14. Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan yang selanjutnya disingkat STTPP adalah surat tanda lulus dan bukti PNS yang telah mengukuti pendidikan dan pelatihan khusus di bidang Penyidikan Peraturan Daerah. BAB II KEDUDUKAN, TUGAS DAN WEWENANG Pasal 2 PPNS Daerah berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati. Pasal 3 (1) PPNS Daerah mempunyai tugas melakukan penyidikan atas pelanggaran Peraturan Daerah. (2) Dalam pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal ini PPNS Daerah berada di bawah koordinasi dan pengawasan Penyidik POLRI. Pasal 4 (1) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Peraturan Daerah ini, PPNS Daerah mempunyai wewenang : a. menerima laporan atau pengaduan dari seseorang tentang adanya tindak pidana; b. melakukan tindakan pertama pada saat itu ditempat kejadian dan melakukan pemeriksaan; c. menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. melakukan penyitaan benda dan atau surat; e. mengambil sidik jari dan memotret tersangka; f. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; g. mendatangkan orang ahli dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara; h. mengadakan penghentian penyidikan setelah mendapat petunjuk dari Penyidik bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui Penyidik memberitahukan hal tersebut kepada Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya; 3
i. melakukan tindakan lain menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (2) Dalam melakukan tugasnya, PPNS Daerah tidak berwenang melakukan penangkapan dan atau penahanan. BAB III HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 5 (1) Kepada PPNS Daerah di samping hak-haknya sebagai PNS sebagaimana yang ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, dalam melaksanakan tugasnya dapat diberikan Uang Insentif. (2) Besarnya Uang Insentif tersebut Pasal ini ditetapkan dengan Keputusan Bupati. Pasal 6 PPNS Daerah sesuai dengan bidang tugasnya wajib : a. Melakukan penyidikan apabila mengetahui, menerima laporan atau pengaduan tentang terjadinya pelanggaran terhadap Peraturan Daerah; b. Menyerahkan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik POLRI dalam wilayah hukum yang sama; c. Membuat Berita Acara setiap tindakan dalam hal : 1) pemeriksaan tersangka; 2) pemasukan rumah; 3) penyitaan barang; 4) pemeriksaan saksi; 5) pemeriksaan tempat kejadian. d. Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada Bupati melalui Pimpinan Unit Organisasinya masing-masing. BAB IV PENDIDIKAN, PENGANGKATAN, MUTASI DAN PEMBERHENTIAN Pasal 7 PNS yang akan diangkat menjadi PPNS Daerah diharuskan mengikuti pendidikan khusus. Pasal 8 Hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan diatur lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 9 Syarat-syarat PNS yang dapat diangkat menjadi PPNS Daerah adalah : a. Serendah-rendahnya berpangkat Pengatur Muda Tingkat I (Golongan II/b); b. Berpendidikan serendah-rendahnya serendah-rendahnya Sarjana Muda (D3); c. Berusia maksimal 50 Tahun; d. Ditugaskan di bidang teknis operasional; e. Telah lulus pendidikan khusus di bidang Penyidikan; f. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) dalam 2 (dua) tahun berturut-turut dengan nilai rata-rata baik; g. Berbadan sehat jasmani maupun rohani dan dibuktikan dengan keterangan Dokter. Pasal 10 (1) PPNS Daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 9 Peraturan Daerah ini, ditunjuk oleh Bupati atas usul unit organisasi yang bersangkutan. 4
(2) PPNS Daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal ini, diajukan oleh Bupati untuk diusulkan pengangkatannya kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui Menteri Dalam Negeri dalam hal ini Sekjen Departemen Dalam Negeri dengan tembusan kepada Gubernur. Pasal 11 PPNS Daerah yang mutasi antar Instansi atau antar Kabupaten / Kota di lingkungan Pemerintah Provinsi, Keputusan mutasinya diterbitkan oleh Gubernur Provinsi Kalimantan Barat dan melaporkannya kepada Menteri Dalam Negeri, dalam hal ini Sekretaris Jenderal Departemen Dalam Negeri dengan mengirimkan tembusannya kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pasal 12 (1) PPNS Daerah diberhentikan dari Jabatannya karena : a. Berhenti sebagai Pegawai Negeri Sipil; b. Atas permintaan sendiri; c. Melanggar disiplin kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; d. Mutasi Pegawai Negeri Sipil; e. Tidak lagi memenuhi syarat sebagai PPNS; f. Meninggal dunia. (2) Pemberhentian PPNS Daerah sebagaimana dimaksud, diajukan oleh Bupati melalui Gubernur Provinsi Kalimantan Barat untuk diajukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia melalui Menteri Dalam Negeri dalam hal ini Sekretaris Jenderal Departemen Dalam Negeri. (3) Usul pemberhentian PPNS Daerah harus disertai dengan alasan-alasan dan bukti pendukungnya. Pasal 13 Keputusan Pemberhentian PPNS Daerah diterbitkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Pasal 14 Usul Pengangkatan dan Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 dan Pasal 13 Peraturan Daerah ini tembusannya dikirim kepada Kepolisian Republik Indonesia dan Kejaksaan Agung Republik Indonesia. BAB V TATA KERJA Pasal 15 (1) PPNS Daerah dalam melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan Tata Kerja yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2) Untuk kepentingan penyidikan, maka PPNS Daerah dapat meminta petunjuk dan bantuan kepada Penyidik Polisi Republik Indonesia. (3) Dalam hal suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana sedang dalam penyidikan dan kemudian ditemukan bukti yang kuat untuk diajukan kepada Penuntut Umum, PPNS Daerah melaporkan hal itu kepada Penyidik Polisi Republik Indonesia. (4) Dalam hal tindak pidana telah selesai disidik oleh PPNS Daerah, ia segera menyerahkan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Polisi Repbulik Indonesia, Penuntut Umum, tersangka dan atau keluarganya. 5
BAB VI SUMPAH / JANJI DAN PELANTIKAN Pasal 16 (1) PPNS Daerah sebelum melaksanakan tugasnya harus terlebih dahulu mengangkat sumpah/janji dan dilantik oleh Bupati. (2) Tata cara pengambilan Sumpah/Janji dan Pelantikan diatur lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VII PELAKSANAAN PENEGAKAN PERATURAN DAERAH Pasal 17 PPNS Daerah yang telah dilantik dapat melaksanakan penyidikan pelanggaran Peraturan Daerah sesuai dengan dasar hukum dan wilayah kerja masing-masing. Pasal 18 Pedoman teknis penyidikan pelanggaran Peraturan Daerah oleh PPNS Daerah diatur lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pasal 19 Setiap PPNS Daerah dalam menjalankan tugas penyidikan dilengkapi dengan Surat Perintah Penyidikan Kepala Satuan Polisis Pamong Praja Kabupaten Sambas. Pembinaan terhadap PPNS Daerah meliputi : a. Pembinaan Teknis; b. Pembinaan Operasional. BAB VIII PEMBINAAN Pasal 20 Pasal 21 (1) Pembinaan Teknis sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 huruf a dilakukan oleh Menteri Kehakiman dan HAM, Kapolri dan Jaksa Agung sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. (2) Pembinaan Operasional sebagaimana dimaksud Pasal 20 huruf b dilakukan oleh Bupati bekerjasama dengan Instansi terkait. (3) Untuk pembinaan PPNS secara operasional perlu dibentuk Tim Pembinaan PPNS sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB IX PEMBIAYAAN Pasal 22 (1) Biaya pelaksanaan tugas-tugas penyidikan pelanggaran Peraturan Daerah oleh PPNS Daerah dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, disediakan dalam pos anggaran Dinas / Instansi / Unit Kerja PPNS Daerah yang bersangkutan bertugas. (2) Biaya pelaksanaan Pembinaan Teknis Yuridis dan Administratif, termasuk kegiatan pengawasan dan pengendalian tugas-tugas operasi penegakan Peraturan Daerah oleh PPNS Daerah dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. 6
BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 23 Dengan berlakunya Peratuan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sambas Nomor 4 Tahun 1987 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Daerah Tingkat II Sambas dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 24 Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 25 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sambas. Ditetapkan di Sambas pada tanggal 20 Pebruari 2006 BUPATI SAMBAS, ttd BURHANUDDIN A. RASYID Diundangkan di Sambas pada tanggal 20 Pebruari 2006 Plt. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SAMBAS, WADJIDI RADJIIN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS TAHUN 2006 NOMOR 9. 7
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS I. PENJELASAN UMUM Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang- Undang Hukum Acara Pidana serta peraturan-peraturan pelaksanaan lainnya, maka peranan dan kedudukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Daerah menempati posisi yang strategis dalam upaya penegakan produk-produk hukum daerah. Pengaturan tentang PPNS Daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sambas sebelumnya didasarkan pada Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sambas Nomor 4 Tahun 1987 yang sudah tidak sesuai dengan perkembangan saat ini. Oleh karena itu untuk memberikan landasan yang benar-benar kokoh dalam rangka peningkatan tertib hukum yang dapat menunjang kelancaran pembangunan terutama penegakan hukum atas pelanggaran-pelanggaran Peraturan Daerah, dipandang perlu mengatur kembali pedoman penunjukan dan pembinaan PPNS Daerah dengan Peraturan Daerah. Keberadaan PPPNS Daerah pada hakekatnya adalah dalam rangka untuk mewujudkan ketenteraman dan ketertiban di kalangan masyarakat sehingga kesinambungan pembangunan dan pemerintahan akan berjalan dengan baik. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 secara administratif PPNS Daerah berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Pimpinan Unit Organisasinya, secara teknis operasional berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana tetap berada di bawah koordinasi dan pengawasan Penyidik Polisi Republik Indonesia. PPNS dalam melakukan penyidikan harus memberitahukan kepada POLRI. Pemberian uang insentif dimaksud disesuaikan dengan keuangan Daerah. 8
Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pendidikan Khusus dimaksud adalah pendidikan khusus di bidang Penyidik atau khusus di bidang teknis operasional. ayat (3) ayat (3) ayat (4) Sesuai dengan kewenangannya PPNS Daerah hanya melakukan penyidikan pelanggaran Peraturan Daerah Kabupaten Sambas. ayat (3) Pembinaan operasional dimaksud berupa petunjuk teknis operasional PPNS Daerah Kabupaten. 9
Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 ayat (3) 10