KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN J A K A R T A

dokumen-dokumen yang mirip
KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN J A K A R T A : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.38/Menhut-II/2012 TENTANG

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.12/Menhut-II/2004 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK KEGIATAN PERTAMBANGAN MENTERI KEHUTANAN,

GUBERNUR JAWA TENGAH, PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DI WILAYAH PROVINSI JAWA TENGAH

MATRIK PERUBAHAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.18/MENHUT-II/2011

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 14/Menhut-II/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.64/Menhut-II/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI

~ 2 ~ C:\Documents and Settings\BAHAN WEB\Per-UU\NSPK hilang Agustus1.rtf

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.16/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.16/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.29/Menhut-II/2014 TENTANG

2011, No Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Nega

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN. Nomor : P.14/Menhut-II/2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.18/Menhut-II/2011 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA : P.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.65, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Koridor. Penggunaan. Pembuatan.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.28/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 61/Menhut-II/2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Izin. Usaha. Perpanjangan. Tatacara. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 13/Menhut-II/2009 TENTANG HUTAN TANAMAN HASIL REHABILITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor P.93/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN

2 Menteri Kehutanan tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.56/Menhut-II/2008 tentang Tata Cara Penentuan Luas Areal Terganggu dan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA : P.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.65/Menhut-II/2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2011 TENTANG HUTAN TANAMAN HASIL REHABILITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.84/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.19/Menhut-II/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 17/Menhut-II/2010 TENTANG PERMOHONAN, PEMBERIAN, DAN PENCABUTAN IZIN PENGUSAHAAN TAMAN BURU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. AREAL. Terganggu. Reklamasi. Revegetasi. PNBP. Penentuan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.27/Menhut-II/2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.388, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Izin Usaha. Kawasan Hutan Silvo Pastura. Hutan Produksi

2011, No Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR. P.47/Menhut -II/2010 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Draft 0 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. /Menhut -II/2014 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.50/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2016 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN

2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, maka perlu pengaturan kembali mengenai Tata Cara Pemberian dan Peluasan Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil H

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 36/Menhut-II/2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.378, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Fungsi. Perubahan.

2016, No Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehut

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

: Kepala Dinas Provinsi dan Kepala Dinas Kabupaten melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan Keputusan ini.

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 6885/Kpts-II/2002 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PERPANJANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU

2011, No c. bahwa dalam rangka menjamin kepastian terhadap calon pemegang izin pada areal kerja hutan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Menter

Direktur Jenderal, Ttd

2016, No dimaksud dalam huruf b, perlu disempurnakan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.62/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Izin Pemanfaatan Kayu. Prosedur.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN LINDUNG UNTUK PENAMBANGAN BAWAH TANAH

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.63/Menhut-II/2011

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.73/Menlhk-Setjen/2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.50/Menhut-II/2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENESDM. DAK. Energi Pedesaan. Tahun Penggunaan. Petunjuk Teknis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.376, 2010 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Tukar Menukar.

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.43/ Menhut-II/ 2008 TENTANG PEDOMAN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.62/Menhut-II/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 58/Menhut-II/2009. Tentang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan, setiap pemegang izin usaha pemanfaatan hutan wajib menyusun rencana kerja untuk se

- 5 - BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 63/Menhut-II/2008

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 61/Menhut-II/2008

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 53/Menhut-II/2009 TENTANG PEMASUKAN DAN PENGGUNAAN ALAT UNTUK KEGIATAN IZIN USAHA

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 20 TAHUN 2005 TENTANG KERJASAMA OPERASI (KSO) PADA IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN

BERITA NEGARA. No.2051, 2015 KEMEN-ESDM. PT. PLN. Pembelian. Tenaga Listrik. Pencabutan. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.60/Menhut-II/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 28/Menhut-II/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 34/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 32/Menhut -II/2010 TENTANG TUKAR MENUKAR KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

this file is downloaded from

Transkripsi:

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN J A K A R T A PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN Nomor : P. 13/VII-PKH/2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN UNTUK KEPENTINGAN PEMBANGUNAN DI LUAR KEGIATAN KEHUTANAN MELALUI MEKANISME KERJASAMA DENGAN PENGELOLA HUTAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6 ayat 4 Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2012, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan tentang Petunjuk Pelaksanaan Penggunaan Kawasan Hutan untuk Kepentingan Pembangunan di luar Kegiatan Kehutanan melalui Mekanisme Kerjasama dengan Pengelola Hutan; : 1. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kehutanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 405) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.33/Menhut- II/2012 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 779); 2. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.18/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 191) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.38/Menhut-II/2012 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 971); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN UNTUK KEPENTINGAN PEMBANGUNAN DI LUAR KEGIATAN KEHUTANAN MELALUI MEKANISME KERJASAMA DENGAN PENGELOLA HUTAN. BAB I...

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini yang dimaksud dengan: 1. Kegiatan yang dapat menunjang pengelolaan hutan adalah kegiatan yang mendukung kegiatan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, serta perlindungan hutan dan konservasi alam. 2. Pengelola hutan adalah Perum Perhutani atau Kesatuan Pengelola Hutan untuk kawasan hutan di luar wilayah kerja Perum Perhutani. 3. Direktur Jenderal adalah direktur jenderal yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang planologi kehutanan. 4. Menteri adalah menteri yang bertanggung jawab dibidang kehutanan. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 (1) Kegiatan untuk kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan yang dapat menunjang pengelolaan hutan yang berada pada wilayah kerja Perum Perhutani maupun kawasan hutan di luar wilayah kerja Perum Perhutani yang telah terbentuk Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dapat dilakukan dengan mekanisme kerjasama dan menjadi bagian pengelolaan hutan. (2) Pelaksanaan kerjasama dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada kawasan hutan lindung dan kawasan hutan produksi. (3) Kegiatan pembangunan di luar kegiatan kehutanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) untuk kepentingan non komersial; b. penanaman/pemasangan pipa, kabel pada sepanjang alur; c. pemasangan jalur listrik masuk desa pada alur (Bukan SUTT); d. pembangunan kanal/saluran air; e. tempat pembuangan akhir sampah dengan produk akhir antara lain kompos; f. pembangunan area peristirahatan (rest area); g. peningkatan pemanfaatan alur untuk sarana pengangkutan hasil produksi; h. alat pemantau mitigasi bencana alam (PPMBG); i. pembangunan embung dalam rangka konservasi tanah dan air; j. pembangunan bak penampung air; k. pembuatan papan iklan; l. penanaman oleh pihak di luar kehutanan untuk kegiatan reklamasi dan rehabilitasi hutan. BAB...

- 3 - BAB III TATA CARA PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN MELALUI MEKANISME KERJASAMA DENGAN PENGELOLA HUTAN Pasal 3 (1) Permohonan penggunaan kawasan hutan melalui mekanisme kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diajukan kepada: a. Direktur Utama Perum Perhutani dalam hal areal yang dimohon berada di dalam wilayah kerja Perum Perhutani. b. Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan dalam hal areal yang dimohon berada di luar wilayah kerja Perum Perhutani. (2) Permohonan sebagaimana dimaksud ayat (1) diajukan oleh: a. Kepala satuan kerja perangkat daerah provinsi/kabupaten/kota; b. Pimpinan instansi pusat di daerah; c. Pimpinan badan usaha; atau d. Ketua yayasan. Pasal 4 (1) Direktur Utama Perum Perhutani atau Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan mengajukan permohonan persetujuan penggunaan kawasan hutan dengan mekanisme kerjasama kepada Menteri. (2) Permohonan persetujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilengkapi persyaratan, meliputi: a. peta lokasi kawasan hutan yang dimohon skala 1 : 50.000 atau skala lebih besar; b. rencana kerjasama penggunaan kawasan hutan; c. kajian teknis dari: 1) Direktur Utama Perum Perhutani dalam hal areal yang dimohon berada di dalam wilayah kerja Perum Perhutani; dan 2) Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan dalam hal areal yang dimohon berada di luar wilayah kerja Perum Perhutani. (3) Kajian teknis dimaksud pada ayat (2) huruf c, memuat: a. kondisi kawasan hutan antara lain tutupan vegetasi, ada tidaknya perizinan pada kawasan hutan yang dimohon; dan b. rencana kerjasama penggunaan kawasan hutan dalam hubungannya dengan penggunaan kawasan hutan yang menunjang pengelolaan hutan. Pasal 5 (1) Menteri dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari kerja setelah menerima permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, memerintahkan secara tertulis kepada Direktur Jenderal untuk melakukan penilaian permohonan. (2) Apabila...

- 4 - (2) Apabila berdasarkan hasil penilaian permohonan tidak memenuhi persyaratan dan penggunaan kawasan hutan tidak menunjang pengelolan hutan, Direktur Jenderal atas nama Menteri dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja menerbitkan surat penolakan. (3) Dalam hal masih diperlukan informasi atau data lapangan, Direktur Jenderal dapat meminta kepada pemohon untuk melakukan paparan dan/atau melakukan peninjauan dan pengkajian lapangan. (4) Dalam hal berdasarkan hasil penilaian permohonan memenuhi persyaratan dan penggunaan kawasan hutan dapat menunjang pengelolan hutan, Direktur Jenderal dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja memberikan pertimbangan atas permohonan penggunaan kawasan hutan melalui mekanisme kerjasama dengan pengelola hutan kepada Menteri. (5) Menteri setelah menerima pertimbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4), dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja menerbitkan surat persetujuan penggunaan kawasan hutan melalui mekanisme kerjasama dengan pengelola hutan. BAB IV PELAKSANAAN KERJASAMA Pasal 6 (1) Perjanjian kerjasama penggunaan kawasan hutan dibuat dan ditandatangani oleh Direktur Utama Perum Perhutani atau Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan dengan pengguna kawasan hutan. (2) Perjanjian kerjasama dimaksud pada ayat (1) memuat antara lain: a. rencana kerjasama penggunaan kawasan hutan; b. hak dan kewajiban; c. jangka waktu perjanjian kerjasama. (3) Pelaksanaan kerjasama dilaporkan oleh Direktur Utama Perum Perhutani atau Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan kepada Menteri dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan, Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan, Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Kepala Dinas Provinsi yang membidangi urusan kehutanan dan Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi urusan kehutanan. Pasal 7 Dalam hal pelaksanaan kerjasama dilakukan penebangan pohon baik di hutan produksi maupun di hutan lindung, maka pemanfaatan kayu dilakukan sesuai peraturan perundang-undangan. Pasal 8 (1) Jangka waktu pelaksanaan kerjasama paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan hasil evaluasi. (2) Permohonan...

- 5 - (2) Permohonan perpanjangan kerjasama diajukan paling lambat 6 (enam) bulan sebelum perjanjian kerjasama berakhir. Pasal 9 (1) Permohonan perpanjangan kerjasama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) diajukan kepada: a. Direktur Utama Perum Perhutani dalam hal areal yang dimohon berada di dalam wilayah kerja Perum Perhutani; atau b. Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan dalam hal areal yang dimohon berada di luar wilayah kerja Perum Perhutani. (2) Direktur Utama Perum Perhutani atau Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah menerima permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyampaikan surat kepada Kepala Dinas Provinsi yang membidangi urusan kehutanan untuk dilaksanakan evaluasi. (3) Kepala Dinas Provinsi yang membidangi urusan kehutanan dalam jangka waktu paling lama 40 (empat puluh) hari kerja setelah menerima surat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) melakukan evaluasi. (4) Kepala Dinas Provinsi yang membidangi urusan kehutanan paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak selesai pelaksanaan evaluasi menyampaikan hasil evaluasi dan rekomendasi kepada Direktur Utama Perum Perhutani atau Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan. (5) Dalam hal rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berisi bahwa penggunaan kawasan hutan dengan mekanisme kerjasama dapat diperpanjang, maka Direktur Utama Perum Perhutani atau Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan dengan pengguna kawasan hutan melakukan perpanjangan perjanjian kerjasama. (6) Dalam hal rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) berisi bahwa penggunaan kawasan hutan dengan mekanisme kerjasama tidak dapat diperpanjang, maka Direktur Utama Perum Perhutani atau Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan tidak melakukan perpanjangan perjanjian kerjasama. (7) Direktur Utama Perum Perhutani atau Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan melaporkan perpanjangan perjanjian kerjasama kepada Menteri dengan tembusan kepada Direktur Jenderal, Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan, Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan, Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Kepala Dinas Provinsi yang membidangi urusan kehutanan dan Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi urusan kehutanan. BAB V MONITORING DAN EVALUASI Pasal 10 (1) Monitoring perjanjian kerjasama penggunaan kawasan hutan bertujuan untuk mengendalikan pelaksanaan kerjasama yang tercantum pada perjanjian kerjasama, sehingga perjanjian kerjasama penggunaan kawasan hutan dilakukan secara efektif untuk mencapai sasaran yang ditetapkan. (2) Evaluasi...

- 6 - (2) Evaluasi perjanjian kerjasama penggunaan kawasan hutan bertujuan mengetahui besarnya perbedaan pelaksanaan kerjasama yang tercantum pada perjanjian kerjasama, sebagai bahan pengambilan keputusan perpanjangan, pengakhiran, atau pembatalan perjanjian kerjasama. Pasal 11 (1) Monitoring dan evaluasi perjanjian kerjasama dilaksanakan oleh Dinas Provinsi yang membidangi urusan kehutanan. (2) Monitoring dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun. (3) Evaluasi dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun atau sewaktu-waktu dalam kondisi tertentu seperti adanya indikasi pelanggaran atau perpanjangan perjanjian kerjasama. (4) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3), berisi: a. kegiatan kerjasama masih diperlukan atau tidak guna mendukung kegiatan pengelolaan kawasan hutan; b. kegiatan kerjasama dilaksanakan sesuai atau tidak sesuai dengan rencana kerjasama penggunaan kawasan hutan; c. ada atau tidak terjadi penyimpangan atau pelanggaran; dan d. rekomendasi yang memuat: 1) perjanjian kerjasama dapat diperpanjang; 2) perjanjian kerjasama tidak dapat diperpanjang; atau 3) perjanjian kerjasama dibatalkan. Pasal 12 Apabila berdasarkan hasil evaluasi terjadi penyimpangan atau pelanggaran atas pelaksanaan penggunaan kawasan hutan dengan mekanisme kerjasama, Menteri memerintahkan kepada Direktur Utama Perum Perhutani atau Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan untuk membatalkan perjanjian kerjasama. BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 13 (1) Permohonan penggunaan kawasan hutan melalui mekanisme kerjasama yang diajukan kepada Menteri sebelum berlakunya peraturan ini dapat diproses untuk mendapat persetujuan atau penolakan Menteri. (2) Persetujuan kerjasama yang terbit sebelum berlakunya Peraturan ini, dinyatakan tetap berlaku sampai jangka waktu perjanjian kerjasama berakhir. BAB...

- 7 - BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 13 Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.