PERBANDINGAN KOMPOSIT SERAT ALAM DAN SERAT SINTETIS MELALUI UJI TARIK DENGAN BAHAN SERAT JUTE DAN E-GLASS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. material logam mendominasi dalam bidang industri (Basuki, 2008). Namun,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kekuatan tarik komposit lamina berbasis anyaman serat karung plastik bekas (woven bag)

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi

I. PENDAHULUAN. otomotif saja, namun sekarang sudah merambah ke bidang-bidang lain seperti

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Menurut penelitian Hartanto (2009), serat rami direndam pada NaOH 5%

SINTESIS DAN KARAKTERISASI BAHAN KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH PERTANIAN

PENGARUH FRAKSI VOLUME DAN PANJANG SERAT TERHADAP SIFAT BENDING KOMPOSIT POLIESTER YANG DIPERKUAT SERAT LIMBAH GEDEBOG PISANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS VARIASI PANJANG SERAT TERHADAP KUAT TARIK DAN LENTUR PADA KOMPOSIT YANG DIPERKUAT SERAT Agave angustifolia Haw

Kata kunci : Serat batang pisang, Epoxy, Hand lay-up, perbahan temperatur.

PEMANFAATAN LIMBAH SERAT SABUT KELAPA SEBAGAI BAHAN PEMBUAT HELM PENGENDARA KENDARAAN RODA DUA

I. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

PENGARUH FRAKSI VOLUME DAN PANJANG SERAT TERHADAP SIFAT BENDING KOMPOSIT POLIESTER YANG DIPERKUAT SERAT LIMBAH GEDEBOG PISANG

I. PENDAHULUAN. komposit alternatif yang lain harus ditingkatkan, guna menunjang permintaan

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)

JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEKUATAN TARIK KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT IJUK DENGAN MATRIK EPOXY

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini dalam industri manufaktur penggunaan material komposit mulai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Mohammad Bagus E. H. 1, Hari Arbiantara 2, Dedi Dwilaksana 2. Abstrak. Abstract. Pendahuluan

ANALISIS PERBANDINGAN KEKUATAN TARIK ORIENTASI UNIDIRECTIONAL 0 DAN 90 PADA STRUKTUR KOMPOSIT SERAT MENDONG DENGAN MENGGUNAKAN EPOKSI BAKELITE EPR 174

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat mendorong

Fajar Nugroho Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto, Yogyakarta. Jl. Janti Blok R Lanud Adisutjipto

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan banyaknya pencemaran lingkungan, maka. kebutuhan industri sekarang ini lebih mengutamakan bahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN KEKUATAN TARIK DAN IMPAK PADA REKAYASA DAN MANUFAKTUR BAHAN KOMPOSIT HYBRID

I. PENDAHULUAN. mempunyai sifat lebih baik dari material penyusunnya. Komposit terdiri dari penguat (reinforcement) dan pengikat (matriks).

akan sejalan dengan program lingkungan pemerintah yaitu go green.

ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH

PENGARUH KEKUATAN BENDING DAN TARIK BAHAN KOMPOSIT BERPENGUAT SEKAM PADI DENGAN MATRIK UREA FORMALDEHIDE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 7. Jenis-jenis serat alam.

KARAKTERISTIK KOMPOSIT SERAT KULIT POHON WARU (HIBISCUS TILIACEUS) BERDASARKAN JENIS RESIN SINTETIS TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN PATAHAN KOMPOSIT

STUDI PEMBUATAN KOMPOSIT ALAMI DENGAN BAHAN EBONIT DAN KENAF

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SERAT KARBON ANTARA METODE MANUAL LAY- UP DAN VACUUM INFUSION DENGAN PENGGUNAAN FRAKSI BERAT SERAT 60%

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

BAB I PENDAHULUAN. Serat batang pisang kepok(musa paradisiaca) pada umumnya hanya

Study Kekuatan Bending Dan Struktur Mikro Komposit Polyethylene Yang Diperkuat Oleh Hybrid Serat Sisal Dan Karung Goni

BAB I PENDAHULUAN. saat ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam membuat berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dengan perkembangan dunia industri sekarang ini. Kebutuhan. material untuk sebuah produk bertambah seiring penggunaan material

Volume 1, Nomor 1 Juni 2008 Jurnal Flywheel, ISSN :

STUDI MENGENAI SIFAT MEKANIS KOMPOSIT POLYLACTIC ACID (PLA) DIPERKUAT SERAT RAMI

STUDI SIFAT MEKANIK DAN MORFOLOGI KOMPOSIT SERAT DAUN NANAS-EPOXY DITINJAU DARI FRAKSI MASSA DENGAN ORIENTASI SERAT ACAK

PENGARUH FRAKSI VOLUME DAN UKURAN PARTIKEL KOMPOSIT POLYESTER RESIN BERPENGUAT PARTIKEL GENTING TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKUATAN BENDING ABSTRACT

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *) ABSTRAK

I.PENDAHULUAN. sehingga sifat-sifat mekaniknya lebih kuat, kaku, tangguh, dan lebih kokoh bila. dibandingkan dengan tanpa serat penguat.

STUDI PERBANDINGAN PANJANG KRITIS PADA BEBERAPA MACAM SERAT ALAM DENGAN METODE PULL OUT FIBER TEST

SINTESIS DAN KARAKTERISASI BAHAN KOMPOSIT (RESIN POLIESTER SERBUK GERGAJI KAYU SENGON)

PEMANFAATAN PARTIKEL TEMPURUNG KEMIRI SEBAGAI BAHAN PENGUAT PADA KOMPOSIT RESIN POLIESTER

KARAKTERISTIK SIFAT TARIK DAN MODE PATAHAN KOMPOSIT POLYESTER BERPENGUAT SERAT TAPIS KELAPA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam industri manufaktur dibutuhkan material yang memiliki sifat-sifat baik

PEMBUATAN POLIMER KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN UNTUK APLIKASI INDUSTRI OTOMOTIF DAN ELEKTRONIK

Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Jember 2

PENGARUH PERENDAMAN (NaOH) TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN BENDING BAHAN KOMPOSIT SERAT BAMBU TALI (GIGANTOCHLOA APUS) BERMATRIKS POLYESTER

ANALISA KEKUATAN BENDING KOMPOSIT EPOXY DENGAN PENGUATAN SERAT NILON

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

TUGAS AKHIR REKAYASA KOMPOSIT BERPENGUAT LIMBAH SERBUK GERGAJI KAYU SENGON LAUT BERMATRIK RESIN POLYESTER BQTN 157

Studi Experimental Pengaruh Fraksi Massa dan Orientasi Serat Terhadap Kekuatan Tarik Komposit Berbahan Serat Nanas

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. begitu pesat, baik dalam bidang material logan maupun non logam. Selama ini keberadaan material logam dalam bidang industri sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA. Arumaarifu Apa itu Komposit. Diakses 12 Mei 2012.

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sambungan material komposit yang telah. banyak menggunakan jenis sambungan mekanik dan

KAJIAN PERLAKUAN SERAT SABUT KELAPA TERHADAP SIFAT MEKANIS KOMPOSIT EPOKSI SERAT SABUT KELAPA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA PUBLIKASI ILMIAH

Kevin Yoga Pradana Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Wajan Berata, DEA

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

Analisis Serat Pelepah Batang Pisang Kepok Material Fiber Komposit Matriks Recycled Polypropylene (RPP) Terhadap Sifat Mekanik dan SEM

STUDI SHRINKAGE DAN KEKUATAN BENDING PADA PEMBUATAN HANDLE MOBIL DARI BAHAN CAMPURAN ANTARA EBONIT DENGAN SERAT BAMBU DAN EBONIT DENGAN SERAT KENAF

BAB IV. (3) Lenght 208 μm (3) Lenght μm. (4) Lenght 196 μm (4) Lenght μm. Gambar 4.1. Foto optik pengukuran serat sisal

JMPM: Jurnal Material dan Proses Manufaktur - Vol.1, No.1, 31-34, Juni 2017

Perubahan Sifat Mekanis Komposit Hibrid Polyester yang Diperkuat Serat Sabut Kelapa dan Serat Ampas Empulur Sagu

2015 PEMBUATAN D AN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK KOMPOSIT LIMBAH D AUN SUKUN D ENGAN MATRIK POLYETHYLENE

PENGARUH PERLAKUAN ALKALI TERHADAP SIFAT MEKANIK KOMPOSIT KENAF - POLYPROPYLENE

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pada era globalisasi mengalami. perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai inovasi yang

LOGO KOMPOSIT SERAT INDUSTRI KREATIF HASIL PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN

Universitas Bung Hatta Kampus III Jl. Gajah Mada Gunung Pangilun Telp. (0751) Padang

BAB I PENDAHULUAN. material teknik. Material komposit khususnya dengan penguatan serat alam mulai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisa Sifat-Sifat Serat Alam Sebagai Penguat Komposit Ditinjau Dari Kekuatan Mekanik

DAFTAR PUSTAKA. Aruma, Arifu Apa Itu Komposit. Available at : (Diakses tanggal 12 Mei 2013 pukul WIB).

Pengaruh Penambahan Prosentase Fraksi Volume Hollow Glass Microsphere Komposit Hibrid Sandwich Terhadap Karakteristik Tarik dan Bending

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Jurnal FEMA, Volume 1, Nomor 3, Juli 2013 KEKUATAN TARIK SERAT IJUK (ARENGA PINNATA MERR)

FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN SURABAYA 2010 MISRIADI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 2, (2012) ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGARUH KOMPOSIT SERAT PANDAN SAMAK TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN BENDING PADA MATERIAL BODI KENDARAAN

Transkripsi:

http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/gravity ISSN 2442-515x, e-issn 2528-1976 GRAVITY Vol. 2 No. 1 (2016) PERBANDINGAN KOMPOSIT SERAT ALAM DAN SERAT SINTETIS MELALUI UJI TARIK DENGAN BAHAN SERAT JUTE DAN E-GLASS Rahmat Firman Septiyanto 1 dan Akbar Hanif Dawam Abdullah 2 1 Pendidikan Fisika, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 2 Pusat Penelitian Fisika LIPI Email: rahmat_firman99@untirta.ac.id Abstract Research composites with epoxy matrix jute has been done with the preparation of 3- layer fiber volume symmetry with fractions of 33.57%. Epoxy composite jute fiber tensile testing was conducted to determine the mechanical properties. The mechanical properties include: tensile strength, the length, and the specific tensile strength. The tensile strength of the epoxy composite jute 3-layer symmetry of 45.961%. The length of 8.9278%. The highest specific tensile strength at epoxy composite jute 3-layer symmetry of 42.517 MPa / g.cm -3. In addition, fiber epoxy composites made of e-glass as a comparison. When compared epoxy composite jute fibers with epoxy composites E-glass fiber, the average tensile strength of the epoxy composite E-glass fiber is still not able to match. However, the strength of the epoxy composite jute has the potential to replace the synthetic fiber. Keywords: fiber, epoxy, jute, e-glass, composites Abstrak Penelitian komposit dengan matriks epoksi berpenguat serat jute telah dilakukan dengan penyusunan dengan fraksi volme serat sebesar 33,57%. Komposit epoksi berpenguat serat jute tersebut dilakukan pengujian tarik untuk mengetahui sifat mekanik. Sifat mekanik tersebut meliputi: kekuatan tarik, pertambahan panjang, dan kekuatan tarik spesifik. Kekuatan tarik komposit epoksi berpenguat serat jute sebesar 45,961%. Pertambahan panjang sebesar 8,9278%. Kekuatan tarik spesifik tertinggi pada komposit epoksi berpenguat serat jute sebesar 42,517 MPa/g.cm -3. Selain itu dibuat komposit epoksi berpenguat serat e-glass sebagai pembanding. Jika dibandingkan komposit epoksi berpenguat serat jute dengan komposit epoksi berpenguat serat e-glass maka kekuatan tarik rata-rata komposit epoksi berpenguat serat e-glass masih belum bisa menyamai. Akan tetapi, kekuatan komposit epoksi berpenguat jute memiliki potensi untuk menggantikan serat sintetis tersebut. Kata Kunci: serat, epoksi, jute, e-glass, komposit 1 Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika

Rahmat Firman Septiyanto et al. / Serat 2 (2016), 1-11 2 PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini cukup maju, baik dalam bidang logam maupun non logam. Selama ini pemanfaatan material logam mendominasi dalam bidang industri. Namun, material tersebut masih belum memenuhi sifat tertentu pada aplikasi di bidang industri. Sifat logam yang lebih berat dan harganya lebih mahal menyebabkan dikembangkan material non logam khususnya dengan penguat serat alam yang bersifat lebih ringan, mudah dibentuk, tahan terhadap korosi, harganya murah dan mampu bersaing dengan material serat sintetis. Bagi kebutuhan masyarakat, penggunaan serat alam sebagai salah satu material pendukung kehidupan. Selain itu, serat alam merupakan material ramah lingkungan yang merupakan tuntutan teknologi dewasa ini, sehingga penelitian tentang serat alam terus dikembangkan guna mengurangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah-limbah industri. Dalam bidang industri, material komposit dengan penguat serat alam telah diaplikasikan oleh para produsen mobil sebagai bahan penguat panel mobil, tempat duduk belakang, dashboard, dan perangkat interior lainnya. Bagi industri, pemanfaatan serat alam didasarkan atas beberapa parameter, yaitu nilai kekuatan dan kekakuan yang sesuai dengan standar industri, stabilitas termal, ikatan antara serat dan matriks, perilaku dinamik, perilaku jangka panjang, harga, biaya proses, dan ketersediaan. Salah satu bahan penguat alam adalah serat jute. Serat jute merupakan salah satu material biodegradable sehingga ramah lingkungan. Serat dari tanaman jute ini diperoleh dari kulit batang pohon. Serat gelas dengan tipe e- glass digunakan sebagai pembanding serat jute sebab massa jenis e-glass dan jute memiliki perbedaan massa jenis yang kecil. Massa jenis mempengaruhi sifat mekanik komposit, oleh karena itu dengan perbedaan massa jenis yang kecil maka serat e-glass dapat digunakan sebagai pembanding. Serat terdiri dari dua yaitu serat alam dan serat sintetis. Contoh dari serat alam adalah jute, kapas, wol, sutra, dan rami (hemp), sedangkan serat sintetis adalah gelas, karbon, rayon, akril, dan nilon. Masih banyak serat lainnya yang dibuat untuk memenuhi keperluan, sedangkan yang disebut di atas adalah jenis yang paling dikenal.

Rahmat Firman Septiyanto et al. / Serat 2 (2016), 1-11 3 Ukuran yang kecil tersebut menghilangkan cacat cacat dan ketidaksempurnaan kristal yang biasa terdapat pada bahan berbentuk padatan besar, sehingga serat menyerupai kristal tunggal tanpa cacat, dan dengan demikian kekuatannya sangat besar (Arif, 2006). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini cukup maju, baik dalam bidang logam maupun non logam. Selama ini pemanfaatan material logam mendominasi dalam bidang industri. Namun, material tersebut masih belum memenuhi sifat tertentu pada aplikasi di bidang industri. Sifat logam yang lebih berat dan harganya lebih mahal menyebabkan dikembangkan material non logam khususnya dengan penguat serat alam yang bersifat lebih ringan, mudah dibentuk, tahan terhadap korosi, harganya murah dan mampu bersaing dengan material serat sintetis. Bagi kebutuhan masyarakat, penggunaan serat alam sebagai salah satu material pendukung kehidupan. Selain itu, serat alam merupakan material ramah lingkungan yang merupakan tuntutan teknologi dewasa ini, sehingga penelitian tentang serat alam terus dikembangkan guna mengurangi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah-limbah industri. Dalam bidang industri, material komposit dengan penguat serat alam telah diaplikasikan oleh para produsen mobil sebagai bahan penguat panel mobil, tempat duduk belakang, dashboard, dan perangkat interior lainnya. Bagi industri, pemanfaatan serat alam didasarkan atas beberapa parameter, yaitu nilai kekuatan dan kekakuan yang sesuai dengan standar industri, stabilitas termal, ikatan antara serat dan matriks, perilaku dinamik, perilaku jangka panjang, harga, biaya proses, dan ketersediaan. Secara garis besar dapat disebutkan bahwa serat alam adalah kelompok serat yang dihasilkan dari tumbuhan, binatang, mineral. Penggunaan serat alam dalam bidang industri berasal dari tumbuhan yang dikenal base plant yaitu jute, rosella, flax, kenaf, dan rami. Serat alam merupakan kandidat kuat sebagai bahan penguat yang digunakan sebagai bahan komposit yang ringan, ramah lingkungan, serta ekonomis Salah satu bahan penguat alam adalah serat jute. Serat jute merupakan salah satu material biodegradable sehingga ramah lingkungan. Serat dari

Rahmat Firman Septiyanto et al. / Serat 2 (2016), 1-11 4 tanaman jute ini diperoleh dari kulit batang pohon. Serat gelas dengan tipe e- glass digunakan sebagai pembanding serat jute sebab massa jenis e-glass dan jute memiliki perbedaan massa jenis yang kecil. Massa jenis mempengaruhi sifat mekanik komposit, oleh karena itu dengan perbedaan massa jenis yang kecil maka serat e-glass dapat digunakan sebagai pembanding. Serat Jute diperoleh dari dua tanaman tahunan herbaceous, yaitu chorchorus capsularis (jute putih) dan Chorchorus olitorius (Jute Tosia). Serat ini termasuk serat kulit dari pohon dengan ketinggian 3-4 meter. Benang Jute mengandung bagian dari kayu, oleh karena itu tenunan jute mudah diketahui. Sebagai salah satu serat alam yang telah lama dikenal, Jute telah terbukti keunggulannya. Jute merupakan serat alami (natural fibres) yang digunakan nomor dua terbanyak sesudah kapas (cotton) sebagai bahan keperluan hidup manusia. Jute sendiri pada perkembangannya diolah menjadi berbagai jenis bahan tekstil. Salah satu hasil dari pengolahan serat Jute adalah karung goni. Karung goni (gunny sack) biasanya dimanfaatkan untuk mengepak barang-barang berat maupun biji-bijian. Biasanya serat alam ini digunakan di pabrik-pabrik maupun pasar. Karungkarung goni buangan dari pabrik cenderung dianggap tidak dimanfaatkan lebih lanjut. Mengingat serat Jute mempunyai karakteristik yang cukup kuat, karung goni mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih lanjut untuk menghasilkan produk yang bernilai lebih yang dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Serat jute ini memiliki kekuatan dan kekakuan yang besar. Oleh karena itu, serat Jute digunakan sebagai bahan penguat untuk material komposit dengan matriks epoksi. Jenis Serat lain yakni serat sintetis atau yang didapat melalui proses pabrik atau melalui proses kimia. Salah satu jenis serat buatan adalah serat gelas. Serat gelas banyak digunakan sebagai bahan penguat dalam komposit. Serat gelas mempunyai kekuatan tarik yang tinggi serta tahan terhadap bahan kimia dan mempunyai sifat isolasi yang baik. Sementara kekurangan dari serat gelas adalah modulus tariknya rendah, massa jenis relatif tinggi, sensitif terhadap gesekan, dan kekerasannya tinggi. Fungsi utama dari serat gelas adalah sebagai penopang kekuatan dari komposit, sehingga tinggi rendahnya

Rahmat Firman Septiyanto et al. / Serat 2 (2016), 1-11 5 kekuatan komposit sangat bergantung dari serat yang digunakan, karena tegangan yang dikenakan pada komposit mulanya diterima oleh matriks yang diteruskan serat, sehingga serat akan menahan beban sampai beban maksimum. Oleh karena itu, serat haruslah mempunyai tegangan tarik dan modulus elastisitas yang lebih tinggi daripada matriks penyusun komposit. Aplikasi dari serat gelas yang terkenal misalnya otomotif dan bodi kapal, pipa plastik, kotak penyimpanan, dan industri dasar (Callister, 2003). Matriks dalam struktur komposit dapat berasal dari bahan polimer atau logam. Syarat pokok matriks yang digunakan dalam komposit adalah matriks harus bisa meneruskan beban, sehingga serat harus bisa melekat pada matriks dan kompatibel antara serat dan matriks. Matriks dalam susunan komposit bertugas melindungi dan mengikat serat agar dapat bekerja dengan baik. Selain itu, matriks berfungsi sebagai pelapis serat. Umumnya matriks terbuat dari bahanbahan lunak dan liat (Gibson, 1994). Persyaratan di bawah ini perlu dipenuhi sebagai bahan matriks untuk pencetakan bahan komposit (Surdia, 2000): 1. Resin yang dipakai perlu memiliki viskositas rendah, dapat sesuai dengan bahan penguat dan permeable. 2. Dapat diukur pada temperatur kamar dalam waktu yang optimal. 3. Mempunyai penyusutan yang kecil pada pengawetan. 4. Memiliki kelengketan yang baik dengan bahan penguat. 5. Mempunyai sifat baik dari bahan yang diawetkan. Umumnya matriks yang dipilih mempunyai ketahanan panas yang tinggi (Triyono dan Diharjo, 2000). Sebagai bahan penyusun utama dari komposit, matriks harus mengikat penguat (serat) secara optimal agar beban yang diterima dapat diteruskan secara optimal oleh serat secara maksimal, sehingga diperoleh kekuatan yang tinggi. Pada dasarnya matriks dalam komposit berfungsi untuk (Diharjo, 1999): 1. Melindungi dari pengaruh lingkungan yang merugikan. 2. Mencegah permukaan serat dari gesekan mekanik. 3. Memegang dan mempertahankan posisi serat agar tetap pada posisinya.

Rahmat Firman Septiyanto et al. / Serat 2 (2016), 1-11 6 4. Mendistribusikan beban yang diterima pada serat secara merata. 5. Memberikan sifat-sifat tertentu bagi komposit yaitu: keuletan, ketangguhan, dan ketahanan panas. Komposit adalah struktur material yang terdiri dari dua kombinasi bahan atau lebih, yang dibentuk pada skala makroskopik dan menyatu secara fisika (Kaw, 1997). Sedangkan menurut Triyono dan Diharjo (1999) mengemukakan bahwa kata komposit (composite) merupakan kata sifat yang berarti susunan atau gabungan. Composite berasal dari kata to compose yang berarti menyusun atau menggabung. Jadi secara sederhana bahan komposit berarti bahan gabungan dari dua atau lebih bahan yang berlainan. Bahan komposit pada umumnya terdiri dari dua unsur, yaitu serat sebagai pengisi dan matriks sebagai bahan pengikat serat. Di dalam komposit unsur utamanya adalah serat, sedangkan bahan pengikatnya menggunakan bahan polimer yang mudah dibentuk dan mempunyai daya pengikat yang tinggi. Penggunaan serat sendiri diutamakan untuk menentukan karakteristik bahan komposit, seperti kekuatan, kekakuan serta sifat-sifat mekanik lainnya. Sebagai bahan pengisi, serat digunakan untuk menahan sebagian besar gaya yang bekerja pada bahan komposit, sedangkan matriks sendiri mempunyai fungsi melindungi dan mengikat serat agar dapat bekerja dengan baik terhadap gaya-gaya yang terjadi. Oleh karena itu, untuk bahan serat digunakan bahan yang kuat, kaku, dan getas. Sedangkan, bahan matriks dipilih bahan-bahan yang liat, lunak, dan tahan terhadap perlakuan kimia. Secara garis besar terdapat tiga macam jenis komposit berdasarkan penguat yang digunakannya, yaitu (Misriadi, 2010): 1. Fibrous Composites (Komposit Serat) Merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu lamina atau satu lapisan yang menggunakan penguat berupa serat (fiber). Serat yang digunakan seperti serat gelas, serat karbon, aramid fibres (polyaramide) dan sebagainya. Serat ini disusun secara acak maupun dengan orientasi tertentu, bahkan dapat pula dalam bentuk yang lebih kompleks seperti anyaman.

Rahmat Firman Septiyanto et al. / Serat 2 (2016), 1-11 7 2. Laminated Composites (Komposit Laminat) Merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki karakteristik sifat sendiri. 3. Particulate Composites (Komposit Partikel) Merupakan komposit yang menggunakan partikel atau serbuk sebagai penguatnya dan terdistribusi secara merata dalam matriksnya. Pada saat ini, komposit dengan bahan penguat sintetis seperti serat gelas, karbon, nilon dan sebagainya menjadi sebuah steady expansion yang digunakan karena memiliki sifat mekanik yang baik. Akan tetapi, bahan penguat sintetis tersebut merupakan material yang cukup mahal. Oleh karena itu, bahan penguat alam seperti serat jute, kapas, wol, dan sebagainya menjadi sebuah pilihan alternatif yang digunakan untuk menurunkan biaya komposit (Rashed dan Rivi, 2006). Selain itu, munculnya permasalahan limbah non organik serat sintetis yang semakin bertambah, mendorong peneliti menuju perubahan teknologi natural composite yang ramah lingkungan. Teknologi penggunaan bahan alam terutama penggunaan serat alam terus dikembangkan dalam rangka menggantikan serat sintetis yang selama ini dipakai. Salah satu alasannya karena polusi yang disebabkan oleh material sintetis pada umumnya tidak dapat didaur ulang, dan juga serat alam memiliki ketersediaan yang melimpah serta pada umumnya ramah lingkungan karena dapat terurai oleh alam. Akan tetapi terdapat kekurangan pada serat alam, yaitu kekuatan tariknya yang tidak selalu merata serta daya tahan panasnya yang rendah. Umumnya material komposit terdiri dari gabungan antara bahan penguat yaitu serat dan bahan pengikat yaitu matriks. Tujuan penggabungan ini adalah untuk memperoleh sifat-sifat baru yang berbeda dari material pembentuknya. Bahan matriks dalam komposit berfungsi untuk mendistribusikan beban ke dalam seluruh material penguat komposit. Bahan penguat dalam komposit berperan untuk menahan beban yang diterima oleh material komposit. Salah satu bahan penguat alam adalah serat jute. Serat jute merupakan salah satu material biodegradable sehingga ramah lingkungan. Serat dari tanaman jute ini diperoleh dari kulit

Rahmat Firman Septiyanto et al. / Serat 2 (2016), 1-11 8 batang pohon (yang dinamakan bast fibre). Kain yang dianyam dari serat jute ini dinamakan hessian cloth, sedangkan karung yang terbuat dari hessian cloth ini dinamakan karung goni (gunny bags). Pada penelitian ini difokuskan pada studi komposit dengan bahan penguat berupa serat jute yang merupakan serat alam yang telah lama dikenal dan mempunyai karakteristik yang cukup kuat serta dalam perkembangannya diolah menjadi karung goni dan mempunyai potensi untuk dikembangkan lebih lanjut untuk menghasilkan produk yang bernilai lebih. Selain itu, penelitian komposit dengan bahan baku serat jute ini, diharapkan dapat digunakan sebagai komposit pengganti serat gelas yang menimbulkan limbah lingkungan. Serat gelas dengan tipe e-glass digunakan sebagai pembanding serat jute sebab massa jenis e-glass dan jute memiliki perbedaan massa jenis yang kecil. Massa jenis mempengaruhi sifat mekanik komposit, oleh karena itu dengan perbedaan massa jenis yang kecil maka serat e-glass dapat digunakan sebagai pembanding. Sedangkan matriks yang digunakan sebagai bahan pengikat adalah matriks epoksi resin dan matriks epoksi hardener. Beberapa penelitian sejenis yang berhubungan dengan penggunaan serat alam sebagai penguat dalam komposit telah dilakukan oleh beberapa peneliti, diantaranya serat pohon aren, serabut kelapa, kenaf dan sebagainya. METODE Metode penelitian yang dipilih untuk memecahkan permasalahan seperti dirumuskan dalam rumusan masalah adalah eksperiment murni. Pembuatan komposit dengan menggunakan serat jute dan serat sintesis dilakukan dengan susunan seperti pada gambar 1 dan 2. Gambar 1. Susunan Komposit Serat jute

Rahmat Firman Septiyanto et al. / Serat 2 (2016), 1-11 9 Gambar 2 Susunan Komposit Serat e-glass 3 lapis Proses pembuatan specimen komposit komposit tersebut dilakukan dengan proses permesinan yang mengacu pada standar uji yang digunakan yaitu bentuk spesimen uji tarik berdasarkan standar ASTM D 3039. Tahap selanjutnya adalah pengujian tarik terhadap spesimen yang menggunakan uji standar ASTM D 3039. Pengujian tarik dilakukan di Pusat Penelitian Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2F LIPI) dengan mesin uji tarik Tensilon/Universal Testing Machine (UTM) dengan model UCT-5T, kecepatan penarikan pada alat ini dapat divariasikan. Uji karakterisasi material yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan parameter-parameter fisis dari komposit yang dibuat. Adapun proses uji karakterisasi pada penelitian ini adalah menggunakan uji SEM. Tujuan dilakukan SEM adalah untuk mengetahui morfologi patahan yang telah dilakukan pengujian tarik. Proses pengujiannya dilakukan di Pusat Penelitian Fisika Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2F-LIPI), dengan menggunakan alat JEOL JSM- T330A Scanning Microscope. Sebelum dilakukan pengujian, dilakukan perhitungan fraksi volume serat terlebih dahulu. Menghitung masing-masing perkiraan fraksi volume serat jute dan serat gelas yang akan dibuat, dengan komposisi perbandingan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Perbandingan Fraksi Volume Serat Komposit Serat Jute Serat e-glass Jumlah Lapis Serat Fraksi Volume Serat (%) 33,57 24,88

Rahmat Firman Septiyanto et al. / Serat 2 (2016), 1-11 10 Dengan perhitungan fraksi volume serat sebagai berikut: (1) (2) (3) HASIL DAN PEMBAHASAN Secara keseluruhan hasil pengujian tarik yaitu epoksi murni, komposit epoksi berpenguat serat jute, dan komposit epoksi berpenguat serat e- glass untuk kekuatan tarik ditunjukkan pada tabel 2. Tabel 2. Perbandingan Kekuatan Tarik Komposit Serat Jute Serat e-glass Jumlah Lapis Serat Kekuatan Tarik (MPa) 45,961 123,77 Sifat mekanik komposit epoksi berpenguat serat jute meliputi kekuatan tarik, pertambahan panjang, dan kekuatan tarik spesifik. Kekuatan tarik komposit dipengaruhi oleh ikatan antara serat dan matriks. Kekuatan tarik ratarata komposit epoksi berpengauat serat jute belum bisa menyamai kekuatan tarik rata-rata komposit epoksi berpenguat serat e-glass. Tabel 3. Perbandingan Pertambahan Panjang Komposit Serat Jute Serat e-glass Jumlah Lapis Serat Pertambahan Panjang (%) 8,9278 8,2299 Tabel 4. Perbandingan Kekuatan Tarik Spesifik Komposit Serat Jute Serat e-glass Jumlah Lapis Serat Kekuatan Tarik Spesifik (MPa/g.cm -3 ) 42,517 87,47 Gambar 3. SEM Komposit e-glass Patahan makro pada komposit epoksi berpenguat e-glass seperti pada gambar 4 terpisah antara bagian patahan satu dengan bagian yang lainnya. Ini membuktikan bahwa serat e-glass lebih kuat dibandingkan dengan serat jute. Pada hasil struktur mikro SEM ini

Rahmat Firman Septiyanto et al. / Serat 2 (2016), 1-11 11 memperlihatkan serat e-glass yang masih beraturan dan berbentuk batang lurus. Pada hasil struktur mikro SEM komposit epoksi berpenguat serat e- glass tidak terlihat adanya void yang membuat kekuatan komposit tersebut besar seperti yang ditunjukkan Gambar 3. Dari hasil uji tarik yang didapatkan bahwa komposit epoksi berpenguat serat e-glass memiliki kekuatan rata-rata yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan komposit epoksi berpenguat serat jute. Hal ini sesuai dengan hasil uji mikro patahan SEM yang menunjukkan bahwa kekuatan komposit epoksi berpenguat serat e-glass lebih besar dibandingkan sampel yang lainnya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Jika dibandingkan komposit epoksi berpenguat serat jute dengan komposit epoksi berpenguat serat e- glass maka kekuatan tarik rata-rata komposit epoksi berpenguat serat e- glass masih belum bisa menandingi, sehingga diperlukan penguat serat alam lainnya yang mampu menandingi kekuatan serat gelas. Saran Sebagai Saran, penelitian ini digunakan sebagai referensi untuk meneliti komposit serat alam lainnya yang mampu menggantikan serat sintetis. UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih atas staff dan karyawan LIPI yang telah membantu penelitian ini serta kepada Program Studi Fisika UPI Bandung yang telah memberikan dukungan untuk melaksanakan penelitian di LIPI Bandung. Terimakasih kepada Rahmat Awaludin Salam, Yeyen Nurhasanah, Rani dan Ely atas bantuannya dan diskusi pada penelitian komposit ini. DAFTAR PUSTAKA M. P. Callister, William D. 2003, Materials Science and Engineering an Introduction. Amerika: Wiley. Wicaksono, Arif. 2006, Karakterisasi Kekuatan Bending Komposit Kombinasi Serat Kenaf Acak Dan Anyam. Skripsi. Semarang, Indonesia: Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.