BAB III METODE PENELITIAN. Acak Lengkap dengan pendekatan Post Test Only Control Group Design.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Acak Lengkap (RAL) dan dengan pendekatan Post Test Only Control Group

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada subjek penelitian kemudian mempelajari efek perlakuan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode acak

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test-only

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan

III. METODE PENELITIAN. test-only control group design. Menggunakan 20 ekor tikus putih yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan metode rancangan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan. metode post test only controlled group design.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode Rancangan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode acak

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only

METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) dengan 4 (empat) kelompok yang terdiri dari 1 kelompok kontrol

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol dengan pola post test-only control group design. Menggunakan 25

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan metode

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. pendekatan Post Test Only Control Group Design dan metode Rancangan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode posttest only

III. METODE PENELITIAN. pendekatan Pre test - Post Test Only Control Group Design. Perlakuan hewan coba dilakukan di animal house Fakultas Kedokteran

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. denan menggunakan hewan uji berupa tikus putih betina galur Sprague

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

III. METODE PENELITIAN. dan diberikan tumbukan daun pada tikus putih (rattus norvegicus ) jantan

III. METODE PENELITIAN. only control group. Dilakukan dengan cara membandingkan hasil

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

III. METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk mengetahui

Gambar 6. Desain Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Fakultas MIPA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik, yaitu untuk

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium dan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). Pemeliharaan dan pemberian ekstrak cabe jawa dan zinc (Zn) pada tikus

III. METODOLOGI PENELITIAN. terkontrol dengan pola post test only control group design. Menggunakan 25

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan eksperimental murni, dengan rancanganpost-test control

BAB III METODE PENELITIAN. Menggunakan 25 ekor tikus putih galur Sprague dawley jantan berumur 8-12

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan post test only

BAB IV METODA PENELITIAN. designs) dengan rancangan randomized post-test control group design, 56 yang

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT)

III. METODE PENELITIAN. jantung dilaksanakan di Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium dengan

METODOLOGI PENELITIAN. Penlitian ini merupakan penelitian penelitian eksperimental dengan rancangan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan post test only controlled group design (Notoatmodjo, 2012).

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan. metode post test only controlled group design.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian post test only controlled group design. Universitas Lampung dalam periode Oktober November 2014.

III. METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode posttest

III. METODOLOGI PENELITIAN. dan pengamatannya dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi dan Histologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan hewan coba berupa tikus putih betina galur Sprague dawley.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental dengan rancangan penelitian

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan pre-post test with

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kedokteran forensik dan

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan eksperimental laboratorik untuk mengetahui

BAB IV METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan pada hewan uji secara in vivo. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hewan Uji dan

METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan Post Test Only Control Group Design. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. Laboratorium Patologi Anatomi RSUP dr. Kariadi Semarang.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan Post Test Only

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris in vivo pada tikus putih wistar (Ratus Norvegicus)jantan dengan. rancangan post test only control group design.

BAB III METODE PENELITIAN. random pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode Rancangan Acak Lengkap dengan pendekatan Post Test Only Control Group Design. Menggunakan 25 ekor tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley berumur 8 10 minggu yang dipilih secara acak dan dibagi 5 kelompok. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Pemeliharaan tikus dan pemeberian intevensi akan dilakukan di Pet House Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Pembuatan preparat dan pengamatan akan dilakukan di Laboratorium Histologi dan Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober November.

33 3.3 Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah tikus putih ( Rattus norvegicus) jantan galur Sprague dawley berumur 8 10 minggu (dewasa) yang diperoleh dari Unit Pengelola Hewan Laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Sampel penelitian sebanyak 25 ekor yang dipilih secara acak yang dibagi dalam 5 kelompok, sesuai dengan rumus Frederer. Rumus penentuan sampel untuk uji eksperimental adalah : (n 1) (t 1) 15 Dimana t merupakan jumlah kelompok percobaan dan n merupakan jumlah pengulangan atau jumlah sampel tiap kelompok. Penelitian ini menggunakan 5 kelompok perlakuan sehingga perhitungan sampel menjadi: (n 1) (5 1) 15 (n 1)4 15 (n 1) 15/4 (n-1) 3,75 n 3,75+1 n = 4,75 (dibulatkan menjadi 5) Jadi, sampel yang digunakan tiap kelompok percobaan sebanyak 5 ekor (n 5) dan jumlah kelompok yang digunakan adalah 5 kelompok sehingga penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih dari populasi yang ada.

34 Kriteria inklusi: a) Sehat (tidak tampak penampakan rambut kusam, rontok, botak, dan bergerak aktif). b) Memiliki berat badan 100 150 gram. c) Berjenis kelamin jantan. d) Berusia sekitar 8 10 minggu (dewasa). Kriteria eksklusi: a) Terdapat penurunan berat badan lebih dari 10% setelah masa adaptasi. Kriteria drop out: a) Sakit selama perlakuan. b) Mati selama masa perlakuan. 3.4 Bahan dan Alat Penelitian 3.4.1 Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah bahan organik, seperti daun, ranting, batang pohon, kayu dan arang.

35 3.4.2 Alat Penelitian Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah: a) Neraca analitik Metler Toledo dengan tingkat ketelitian 0,01 gram, untuk menimbang berat tikus. b) Tungku untuk membakar bahan organik. c) Pipa. d) Plastic box sebagai tempat pengumpul asap. e) Korek api. f) Kapas alkohol. g) Minor set. h) Mikroskop. 3.5 Prosedur Penelitian 3.5.1 Adaptasi Tikus Tikus sebanyak 25 ekor dibagi ke dalam 5 kandang dan diadaptasi selama 1 minggu sebelum perlakuan dimulai. Selama masa adaptasi tikus diberi makan berupa pelet dan air. Pengukuran berat badan tikus sebelum perlakuan.

36 3.5.2 Persiapan Asap Bakaran Bakar bahan organik (da un, ranting, batang pohon, kayu dan arang) pada tungku, kemudian tunggu sampai asap hasil bakaran tersebut sampai pada plastik pengumpul asap yang melewati pipa. Pastikan bahan bakar sudah menjadi bara, sehingga jumlah asap yang dihasilkan lebih konsisten atau statis. 3.5.3 Prosedur Pemberian Intervensi Untuk pemberian intervensi dilakukan berdasarkan kelompok perlakuan. Kelompok 1 (K -) sebagai kontrol negatif, dimana hanya akan diberi aquadest. Kelompok 2 (P1) sebagai kontrol positif, dimana dipaparkan asap pembakaran bahan organik selama 1 jam per hari. Kelompok 3 (P2) sebagai kontrol positif, dimana dipaparkan asap pembakaran bahan organik selama 2 jam per hari. Kelompok 4 (P3) sebagai kontrol positif, dimana dipaparkan asap pembakaran bahan organik selama 3 jam per hari. Kelompok 5 (P4) sebagai kontrol positif, dimana dipaparkan asap pembakaran bahan organik selama 4 jam per hari. Paparan asap pembakaran organik dilakukan dengan cara membakar bahan organik, kemudian ditunggu sampai bahan bakar menjadi bara, sehingga asap yang dihasilkan lebih konsisten atau statis. Paparan

37 dilakukan pada kandang tikus yang telah ditempatkan dalam tempat plastik pengumpul asap. Paparan asap pembakaran bahan organik dilakukan dengan perbedaan durasi, yaitu P1 selama 1 jam, P1 selama 2 jam, P3 selama 3 jam, P4 selama 4 jam. Perlakuan tersebut dilakukan selama 7 hari. 3.5.4 Prosedur Pengelolaan Hewan Coba Pasca Penelitian Pada akhir penelitian tikus akan dianestesi dengan menggunakan ketamine xylazine dengan dosis 75 100 mg/kg + 5 10 mg/kg secara intraperitoneal dengan durasi selama 10 30 menit. Kemudian setelah tikus dianestesi akan dilakukan dislokasi servikal untuk menterminasikan tikus (AVMA, 2013). 3.5.5 Prosedur Pembedahan Mata Dilakukan pembedahan pada mata tikus, konjungtiva dan kornea tikus diambil untuk pembuatan sediaan mikroskopis. Pembuatan sediaan mikroskopis dengan menggunakan blok parrafin dan pewarnaan Hematoksilin Eosin (HE). Sampel mata difiksasi dengan formalin 10%.

38 3.5.6 Prosedur Operasional Pembuatan Slide Metode pembuatan preparat Histopatologi Bagian Patologi Anatomi Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung (Weldimira, 2014). Metode teknik pembuatan preparat histopatologi menurut bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung: a) Fixation 1. Spesimen berupa potongan organ mata yang telah dipotong secara representatif kemudian segera difiksasi dengan formalin 10% selama 3 jam. 2. Dicuci dengan air mengalir sebanyak 3 5 kali. b) Trimming 1. Organ dikecilkan hingga ukuran ±3 mm. 2. Potongan organ mata tersebut lalu dimasukkan ke dalam tissue cassette. c) Dehidrasi 1. Mengeringkan air dengan meletakkan tissue cassette pada kertas tisu. 2. Dehidrasi dengan: Alkohol 70% selama 0,5 jam. Alkohol 96% selama 0,5 jam. Alkohol 96% selama 0,5 jam. Alkohol 96% selama 0,5 jam.

39 Alkohol absolut selama 1 jam. Alkohol absolut selama 1 jam. Alkohol absolut selama 1 jam. Alkohol xylol 1:1 selama 0,5 jam. d) Clearing Untuk membersihkan sisa alkohol, dilakukan clearing dengan xylol I dan II, masing masing selama 1 jam. e) Impregnasi Impregnasi dilakukan dengan menggunakan paraffin selama 1 jam dalam oven suhu 65 0 C. f) Embedding 1. Sisa paraffin yang ada pada pan dibersihkan dengan memanaskan beberapa saat di atas api dan diusap dengan kapas. 2. Paraffin cair disiapkan dengan memasukkan paraffin ke dalam cangkir logam dan dimasukkan dalam oven dengan suhu diatas 58 0 C. 3. Paraffin cair dituangkan ke dalam pan. 4. Dipindahkan satu persatu dari tissue cassette ke dasar pan dengan mengatur jarak yang satu dengan yang lainnya. 5. Pan dimasukkan ke dalam air. 6. Paraffin yang berisi potongan mata dilepaskan dari pan dengan dimasukkan ke dalam suhu 4 6 0 C beberapa saat. 7. Paraffin dipotong sesuai dengan letak jaringan yang ada dengan menggunakan skalpel/pisau hangat.

40 8. Siap dipotong dengan mikrotom. g) Cutting 1. Pemotongan dilakukan pada ruangan dingin. 2. Sebelum memotong, blok didinginkan terlebih dahulu di lemari es. 3. Dilakukan pemotongan kasar, lalu dilanjutkan dengan pemotongan halus dengan ketebalan 4 5 mikron. Pemotongan dilakukan menggunakan rotary microtome dengan disposable knife. 4. Dipilih lembaran potongan yang paling baik, diapungkan pada air, dan dihilangkan kerutannya dengan cara menekan salah satu sisi lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang lain ditarik menggunakan kuas runcing. 5. Lembaran jaringan dipindahkan ke dalam water bath suhu 60 0 C selama beberapa detik sampai mengembang sempurna. 6. Dengan gerakan menyendok, lembaran jaringan tersebut diambil dengan slide bersih dan ditempatkan di tengah atau pada sepertiga atas atau bawah. 7. Slide yang berisi jaringan ditempatkan pada inkubator (suhu 37 0 C) selama 24 jam sampai jaringan melekat sempurna. h) Staining (pewarnaan) dengan Harris Hematoksilin Eosin Setelah jaringan melekat sempurna pada slide, dipilih slide yang terbaik, selanjutnya secara berurutan memasukkan ke dalam zat kimia dibawah ini dengan waktu sebagai berikut.

41 1. Dilakukan deparafinisasi dalam: 1. Larutan xylol I selama 5 menit. 2. Larutan xylol II selama 5 menit. 3. Ethanol absolut selama 1 jam. 2. Hydrasi dalam: a. Alkohol 96% selama 2 menit. b. Alkohol 70% selama 2 menit. c. Air selama 10 menit. 3. Pulasan inti dibuat dengan menggunakan: a. Harris Hematoksilin selama 15 menit. b. Dibilas dengan air mengalir. c. Diwarnai dengan eosin selama maksimal 1 menit. 4. Selanjutnya, didehidrasi dengan menggunakan: a. Alkohol 70% selama 2 menit. b. Alkohol 96% selama 2 menit. c. Alkohol absolut selama 2 menit. 5. Penjernihan dengan: a. Xylol I selama 2 menit. b. Xylol II selama 2 menit. i) Mounting dengan entelan dan tutup dengan deck glass Setelah pewarnaan selesai, slide ditempatkan di atas kertas tisu pada tempat datar, ditetesi dengan bahan mounting, yaitu entelan, dan ditutup dengan deck glass, cegah jangan sampai terbentuk gelembung udara.

42 j) Slide dibaca dengan mikroskop Slide diperiksa di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400x. Preparat histopatologi dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi untuk dikonsultasikan dengan ahli patologi anatomi. Pengamatan mikroskopis dilakukan oleh peneliti sendiri. Digambarkan pada diagram alur penelitian, tersaji pada gambar 8.

43 Timbang Berat Badan Tikus K (-) P 1 P2 P3 P4 Tikus diadaptasikan selama 7 hari Tikus diberi perlakuan selama 7 hari Paparan asap pembakaran bahan organik selama 1 jam Paparan asap pembakaran bahan organik selama 2 jam Paparan asap pembakaran bahan organik selama 3 jam Paparan asap pembakaran bahan organik selama 4 jam Tikus dianastesi dengan ketamine-xyzaline 75 100mg/kg + 5 10mg/kg secara IP Eutanasia metode cervikal dislocation Lakukan pembedahan mata tikus Sampel di fiksasi dengan formalin 10% Pembuatan sediaan dengan pewarnaan HE Pengamatan sediaan dengan mikroskop Intrepretasi dan hasil pengamatan Gambar 8. Diagram alur penelitian.

44 3.5.7 Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional Variabel 1. Identifikasi Variabel a) Variabel Bebas adalah paparan asap pembakaran organik. b) Variabel Terikat adalah hiperplasia epitel kornea. 2. Definisi Operasional Definisi operasional tergambar dalam bentuk tabel, tersaji pada tabel 3. Tabel 3. Definisi operasional. Variabel Definisi Skala Paparan Asap Pembakaran Organik Lamanya paparan asap pembakaran organik. K (-) = tanpa paparan P1 = 1 jam P2 = 2 jam P3 = 3 jam P4 = 4 jam Kategorik Hiperplasia Epitel Kornea Gambaran adanya peningkatan jumlah sel pada epitel kornea dilihat dengan melakukan pengamatan sediaan histopatologi oleh seorang dokter spesialis patalogi anatomi (dr. IW, Sp. PA) menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x. Numerik

45 3.6 Pengolahan dan Analisis Data 3.6.1 Pengolahan Data Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data akan diubah ke dalam bentuk tabel-tabel, kemudian proses pengolahan data menggunakan program komputer, yang terdiri dari beberapa langkah: 1. Coding, untuk mengkonversikan (menerjemahkan) data yang dikumpulkan selama penelitian kedalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis. 2. Data Entry, memasukkan data ke dalam komputer. 3. Verifikasi, memasukkan data pemeriksaan secara visual terhadap data yang telah dimasukkan ke dalam komputer. 4. Output komputer, hasil yang telah dianalisis oleh komputer kemudian dicetak. 3.6.2 Analisis Data Data yang diperoleh adalah hipotesis komparatif skala numerik dengan jumlah >2 kelompok tidak berpasangan yang kemudian diuji analisis dengan menggunakan software analisis statistik. Pada hipotesis komparatif numerik, dianalisis terlebih dahulu untuk mengetahui data terdistribusi normal (p>0,05) atau tidak secara statistik dengan uji normalitas Shapiro-Wilk karena jumlah sampel 50. Kemudian

46 dilakukan uji Levene untuk mengetahui apakah dua atau lebih kelompok data memiliki varians data yang sama (p>0,05) atau tidak. Jika varians data terdistribusi normal dan homogen, dilanjutkan dengan metode uji parametrik One Way ANOVA, bila varians data tidak sama lakukan transformasi data. Bila setelah transformasi data masih tidak sama maka data tidak memenuhi syarat uji parametrik, digunakan uji non parametrik Kruskal-Wallis. Hipotesis bermakna bila p<0,05. Jika pada uji ANOVA atau Kruskal-Wallis didapatkan nilai p<0,05 maka, dilanjutkan dengan melakukan analisis Post Hoc LSD untuk melihat perbedaan antar kelompok perlakuan (Dahlan, 2011). 3.7 Ethical Clearance Penelitian ini diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, dengan menerapkan beberapa prinsip penelitian, yaitu Replacement, memanfaatkan hewan coba secara seksama dan tidak dapat digantikan oleh makhluk hidup lain seperti sel atau biakan jaringan. Reduction, pemanfaatan hewan dalam penelitian sesedikit mungkin, namun tetap mendapatkan hasil yang optimal. Refinement, memperlakukan hewan percobaan secara manusiawi, tidak menyakiti hewan coba (Ridwan, 2013).