LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 08 Tahun 2004 Seri B PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 2 huruf d, undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Pajak Reklame adalah merupakan Pajak kabupaten/kota ; b. bahwa sejalan dengan perkembangan usaha penyelenggaraan reklame merupakan potensi penerimaan pajak reklame, Pemerintah Kabupaten Tangerang telah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pajak Reklame, namun dikarenakan dalam pelaksanaannya terdapat hambatan yaitu penambahan dasar pengenaan dan tarif pajak yang tercantum dalam Pasal 2, dan Pasal 7, sehingga Peraturan Daerah tersebut mengenai dasar pengenaan dan tarif pajaknya perlu disesuaikan dengan kondisi saat ini. c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut huruf a dan b diatas, dipandang perlu diatur kembali Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pajak Reklame khususnya mengenai dasar pengenaan dan tarif pajaknya. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209) ; 2. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3486) ; 3. Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3489) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4048) ; 4. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ; 5. Undang-undang
- 2-5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3848) ; 6. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4189) ; 7. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4010) ; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 118,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4138) ; 10. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden. 11. Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Penunjukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang melakukan penyidikan terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah yang memuat ketentuan pidana. Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANGERANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 1999 TENTANG PAJAK REKLAME. Pasal I Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Tangerang Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pajak Reklame, diubah sebagai berikut : 1. Ketentuan Pasal 1 diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Tangerang ; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Tangerang ; 3. Bupati..
- 3-3. Bupati adalah Bupati Tangerang ; 4. Badan adalah Badan Pengelola Keuangan Daerah Kabupaten Tangerang ; 5. Pajak Reklame yang selanjutnya disebut Pajak adalah Pungutan daerah atas penyelenggaraan reklame. 6. Reklame adalah benda alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk, susunan dan atau corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan atau didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah ; 7. Panggung/Lokasi Reklame adalah suatu sarana atau tempat pemasangan satu atau beberapa buah reklame ; 8. Kelas Jalan adalah jalan tertentu yang dipandang mempunyai nilai strategis untuk pemasangan reklame berdasarkan klasifikasi jalan yang meliputi jalan Tol, jalan Nasional, jalan Propinsi, jalan Kabupaten dan jalan lingkungan/milik swasta ; 9. Penyelenggara Reklame adalah perorangan atau badan hukum yang menyelenggarakan reklame baik untuk dan atas namanya sendiri atau untuk dan atas nama pihak lain yang menjadi tanggungannya ; 10. Kawasa/Zone adalah batasan-batasan wilayah tertentu sesuai dengan pemanfaatan wilayah tersebut yang dapat digunakan untuk pemasangan reklame ; 11. Nilai Jual Obyek Pajak Reklame adalah keseluruhan pembayaran/ pengeluaran biaya yang dikeluarkan oleh pemilik dan atau penyelenggara reklame termasuk dalam hal ini adalah biaya/harga beli bahan reklame, konstruksi, instalasi listrik, pembayaran/ongkos perakitan, pemancaran, peragaan, penayangan, pengecatan, pemasangan dan transportasi pengangkutan dan lain sebagainya sampai dengan bangunan reklame rampung, dipancarkan, diperagakan, ditayangkan dan atau terpasang ditempat yang telah diijinkan ; 12. Nilai Strategis Lokasi Reklame adalah ukuran nilai yang ditetapkan pada titik lokasi pemasangan reklame tersebut berdasarkan kriteria kepadatan pemanfaatan tata ruang kota untuk berbagai aspek kegiatan dibidang usaha ; 13. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SPTPD adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran pajak terutang menurut peraturan perundangundangan perpajakan daerah ; 14. Surat Setoran Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SSPD adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melakukan pembayaran atau penyetoran pajak yang terutangan ke kas daerah atau ke tempat lain yang ditetapkan oleh Bupati ; 15. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang ; 16. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDKB adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya transaksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar ; 17. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambah yang selanjutnya disingkat SKPDKBT adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan ; 18. Surat
- 4-18. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang ; 19. Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKPDN adalah surat ketetapan yang menentukan jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang ; 20. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda ; 21. Kas daerah adalah Kas Kabupaten Tangerang. 2. Ketentuan Pasal 2 ayat (3) diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 2 (1) Dengan nama Pajak Reklame dipungut pajak atas setiap penyelenggaraan Reklame. (2) Obyek Pajak adalah semua penyelenggaraan reklame. (3) Penyelenggaraan Reklame sebagaimana dimaksud meliputi : a. Reklame Bilboard adalah reklame yang diselenggarakan dengan memakai bahan logam/alumunium/plat besi dan atau bahan lain sejenisnya dengan memakai konstruksi/tiang penyangga yang telah disediakan atau berdiri sendiri. b. Reklame Papan Merek adalah Reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan alumunium, kaca, fiber dan lampu neon, pemasangannya menempel ditempat yang telah disediakan. c. Reklame Baligo adalah Reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan dari kayu tipis/triplek yang biasa pemasangannnya sewaktu-waktu maksimal pemasangannya biasanya 3 bulan. d. Reklame Bersinar (Megatron) adalah Reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan soft screen (CRT, LCD dan sejenisnya) dipsangan ditempat yang telah disediakan dan menggunakan teknologi multi media. e. Reklame Kain adalah Reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan kain atau bahan lain yang sejenis. f. Reklame Melekat (Stiker) adalah Reklame yang berbentuk lembaran lepas yang ditempelkan atau dipasang pada benda lain dan ketentuan luasnya tidak lebih dari 100 Cm2 per lembar. g. Reklame Selebaran adalah Reklame yang disebarkan, diberikan atau dapat diminta dengan ketentuan tidak untuk ditempel di kendaraan bermotor. h. Reklame Kendaraan adalah Reklame yang diselenggarakan dengan cara ditempelkan/ditempatkan di kendaraan bermotor. i. Reklame Udara adalah Reklame yang diselenggarakan di udara dengan menggunakan media balon gas. j. Reklame.
- 5 - j. Reklame Suara adalah Reklame yang diselenggarakan dengan cara menggunakan kata-kata yang diucapkan atau dengan suara yang ditimbulkan melalui alat atau pesawat apapun yang dapat didengar oleh orang. k. Reklame Film/Slide adalah Reklame yang diselenggarakan dengan cara menggunakan slide berupa kaca/film ataupun tambahan lainnya yang sejenis, sebagai alat untuk diproyeksikan dan atau dipergunakan pada layar film/slide. l. Reklame Peragaan adalah Reklame yang diselenggarakan dengan cara memperagakan suatu dengan atau tanpa disertai suara. m. Reklame neon Box adalah Reklame yang diselenggarakan dengan menggunakan bahan alumunium, kaca, fiber, dan lampu neon, pemasangannya menempel ditempat yang telah disediakan. 3. Ketentuan Pasal 6, (3), (4), (5) dan ayat (6) diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 6 (1) Dasar pengenaan Pajak adalah nilai Sewa Reklame. (2) Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud didasarkan atas : a. Nilai jual objek pajak ; b. Nilai strategis pemasangan reklame. (3) Nilai jual objek pajak reklame sebagaimana dimaksud huruf a, ditentukan oleh faktor-faktor : a. Biaya pemasangan/pembuatan reklame ; b. Biaya pemeliharaan reklame ; c. Lamanya pemasangan reklame ; d. Jenis reklame yang dipasang. (4) Nilai jual objek pajak reklame sebagaimana dimaksud huruf a, ditetapkan secara periodik oleh Bupati. (5) Nilai strategis pemasangan reklame sebagaimana dimaksud huruf b, ditentukan oleh faktor-faktor : a. Lokasi ; b. Luas reklame ; c. Sudut pandang reklame ; d. Jaringan jalan. (6) Nilai strategis pemasangan reklame sebagaimana dimaksud ayata (2) huruf b, ditetapakan secara periodik oleh Bupati. 4. Ketentuan.
- 6-4. Ketentuan Pasal 7 diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 7 Besarnya tarif Pajak Reklame ditetapkan sebagai berikut : a. Tarif Pajak Reklame ditetapkan sebesar 25 % (dua puluh lima perseratus) sebagaimana dimaksud Pasal 6. b. Tarif Pajak Reklame Rokok, Minuman Keras, dikenakan Tambahan Pajak sebesar 25 %(dua puluh lima perseratus) dari ketetapan pokok pajak. 5. Ketentuan Pasal 14 diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 14 (1) Bagi setiap pemasangan reklame wajib pajak diharuskan mengisi SPTPD, apabila reklame tersebut sudah berdiri dan wajib pajak belum menyampaikan SPTPD dimaksud, maka reklame yang sudah terpasang akan dibongkar. (2) Bagi reklame yang sudah berakhir masa berlakunya apabila akan diperpanjang wajib pajak harus mengisi kembali SPTPD seperti dimaksud dalam, dan harus disampaikan kepada Bupati selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sebelum berakhirnya masa pajak. (3) Apabila SPTPD sebagaimana dimaksud, disampaikan lewat waktu setelah masa berlakunya habis, maka akan dikenakan sanksi administrasi sebesar 2 % (dua persen) per bulan dari nilai pajak. (4) Setiap pemasangan reklame, baik yang baru maupun perpanjangan diharuskan membayar biaya bongkar yang ditetapkan sebesar 10 % (sepuluh persen) dari ketetapan pajak. 6. Ketentuan Pasal 15 diubah, sehingga secara keseluruhan berbunyi sebagai berikut : Pasal 15 (1) Berdasarkan SPTPD sebagaimana dimaksud Pasal 14, Bupati menetapkan pajak terutang dengan menerbitkan SKPD. (2) Apabila SKPD sebagaimana dimaksud, tidak atau kurang bayar setelah lewat waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak SKPD diterima, dikenakan sanksi administrasi sebesar 2 % (dua persen) sebulan dan ditagih dengan menerbitkan STPD. (3) Ketetapan SKPD sebagaimana dimaksud Pasal 14 ayat (4), diterbitkan dengan mencantumkan biaya bongkar sebesar 10 (sepuluh persen). Pasal
- 7 - Pasal II Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya dan memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Tangerang. Ditetapkan di Tigaraksa pada tanggal 11 Pebruari 2004 BUPATI TANGERANG ttd H. ISMET ISKANDAR Diundangkan di Tigaraksa pada tanggal 1 Maret 2004 SEKRETARIS DAERAH ttd H. OBUN BURHANUDDIN LEMBARAN DAERAH TAHUN 2004 NOMOR 08
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PASAR DAERAH I. UMUM Bahwa berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah telah diatur mengenai jenis retribusi daerah yaitu Retribusi Jasa Umum, Jasa Usaha dan Perijinan tertentu. Rancangan Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Pasar Daerah merupakan salah satu Rancangan Peraturan Daerah yang dipersiapkan sebagai pelaksanaan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. Retribusi Pelayanan Pasar Daerah merupakan jenis retribusi yang termasuk dalam jenis retribusi jasa umum. Retribusi Jasa Umum adal;ah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh pribadi atau badan hukum. Jasa yang disediakan atau yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang yang diatur dalam Rancangan Peraturan daerah ini adalah jasa pelayanan dan fasilitas yang disediakan oleh Pemerintah Daerah. Dengan penetapan Rancangan Peraturan daerah dimaksud, maka pelaksanaan pemungutan retribusi atas jasa pelayanan dan fasailitas pasar daerah dilakukan Pemerintah Kabupaten Tangerang sesuai dengan ketentuan Peraturan perundang-undangan yang berlaku serta dapat menunjang usaha peningkatan pertumbuhan perekonomian daerah. Rancangan Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Pasar Daerah memuat tentang Ketentuan Umum, Obyek dan Subyek Retribusi, Golongan Retribusi, Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa, Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Retribus, Wilayah Pungutan dan Tata Cara Pemungutan, Tata Cara Pembayaran, Tata Cara Teguran Pembayaran Retribusi, Tata Cara Pengurangan dan Pembebasan Retribusi, Tata Cara Pembetulan dan Pembatalan, Sanksi Administrasi, Pengawasan, Ketentuan Pidana, Penyidikan dan Ketentuan Penutup yang dituangkan dalam 15 BAB, 22 Pasal dan (27) ayat. sudah tidak dapat ditunda lagi. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ayat (1), (2) dan (3) Pasal
- 2 - Pasal 3 Melestarikan kualitas air merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap orang, dengan mengacu pada Baku Mutu dan peruntukan dari sumber air. Nilai tiap parameter air kualitas air pada baku mutu tidak boleh terlampaui karena kalau terlampaui akan mengakibatkan perubahan peruntukan air pada sumber air yang pada akhirnya mengakibatkan pencemaran. Pengendalian pencemaran air artinya setiap orang harus membatasi diri agar pembuangan limbah yang dilakukannya tidak menyebabkan penurunan kualitas air yang pada akhirnya air pada sumber air menjadi tercemar, karena baku mutu, mutu kualitas air pada badan air terlampaui. Pasal 4 Pasal 5 Penetapan Baku mutu kualitas air sungai atau badan air penerima dan baku mutu kualitas limbah cair yang akan dibuang dilakukan berdasarkan daya dukung dari badan air penerima dan daya tampung beban pencemaran. Pasal 6 Keharusan bagi setiap orang atau badan hukum untuk memiliki ijin pembuangan limbah cair merupakan suatu upaya pengendalian agar kualitas air pada sumber air tidak tercemar dan untuk memudahkan pengelolaan dan monitoring kualitas air. Pasal 7 Permohonan ijin disampaikan secara tertulis kepada Bupati diatas Kop Surat perusahaan apabila pemohon berbentuk badan hukum dan format permohonan akan disiapkan oleh dinas. ayat (3) Tim Teknis akan melakukan kunjungan kerja ke lokasi pembuangan limbah cair yang dimohon untuk melakukan pengecekan data dan evaluasi kelayakan teknis dari Instalasi pengolahan limbah yang selanjutnya akan dituangkan dalam bnetuk Berita Acara Pemeriksaan, Berita Acara Pemeriksaan akan menjadi dasar untuk dikeluarkannya Rekomendasi Teknis. ayat (4), (5) dan (6) Pasal
- 3 - Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Penutupan sementara pembuangan limbah cair tidak selalu berarti penghentian proses produksi secara keseluruhan tetapi bisa saja hanya proses produksi yang menghasilkan limbah cair dihentikan. ayat (3) Pencabutan ijin dalam hal ini berarti perusahaan tidak boleh membuang limbah cairnya ke lingkungan. Pasal 11 Permohonan perpanjangan ijin dilakukan secara tertulis diatas kop surat perusahaan bila pemohon berbentuk badan hukum dengan format permohonan akan disediakan oleh Dinas. s/d (6) Pasal 12 Baku Mutu Kualitas Air yang menjadi acuan adalah baku mutu yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang atau Baku Mutu yang dirujuk. ayat (3) Khusus untuk perusahaan yang memiliki IPAL sendiri atau karena pertimbangan teknis dan ekonomis tidak memungkinkan membangun IPAL sendiri sehingga limbah cairnya harus diolah diluar perusahaan pada perusahaan pengolah limbah cair baik yang berlokasi di wilayah Kabupaten Tangerang maupun diluar wilayah Kabupaten Tangerang tetap harus mengajukan ijin dan hanya dikenakan biaya Retribusi Ijin tanpa biaya pembuangan retribusi pembuangan limbah cair. Pasal..
- 4 - Pasal 13 ayat (3) Dalam Ijin Pembuangan Limbah Cair akan ditentukan Badan Air Penerima buangan limbah cair dan lokasi pembuangannya, apabila ada perubahan baik itu badan air penerimanya maupun lokasi pembuangannya, maka pemegang ijin harus memberitahukan secara tertulis kepada Dinas dan Dinas akan memerintahkan Tim Teknis untuk mengevaluasi kelayakannya. ayat (4) Pasal 14 Pengenceran tidak diperbolehkan selain karena memboroskan sumberdaya air juga tidak mengurangi jumlah beban pencemaran. Pasal 15 Baku Mutu Kualitas Air dibuat berdasarkan Daya Tampung dan Daya Dukung lingkungan, apabila daya dtampung dan daya dukung lingkungan sudah tidak memungkinkan menerima masukan limbah cair hal ini menunjukan telah terlampauinya Baku Mutu Kualitas Air, sehingga untuk mengembalikan kualitaas air pada badan air penerima menjadi sesuai dengan baku mutu, maka salah satu caranya adalah dengan mengentikan sementara pembuangan limbah cair sebagai langkah darurat sebelum dilakukannya evaluasi mutu air secara keseluruhan. Pasal 16 Pasal 17 Apabila terjadi perubahan manajement dalam perusahaan yang mengakibatkan terjadinya perubahan penanggung jawab kegiatan, maka secara otomatis ijin menjadi tidak berlaku sehingga penanggung jawab yang baru harus mengajukan ijin yang baru. Hal ini untuk mengantisipasi bila terjadi kasus pencemaran menjadi jelas siapa yang bertanggung jawab. Pasal..
- 5 - Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Laporan harus memuat produksi limbah setiap bulan dan kualitas air limbahnya. Format laporan ditentukan oleh Dinas. Pasal 21 Pembayaran retribusi ijin dilakukan pada waktu mengajukan ijin sedangkan pembayaran retribusi pembuangan limbah cair dilakukan tiap bulan berdasarkan jumlah limbah cair yang dibuang serta kualitas limbahnya. ayat (3) Pasal 22 s/d 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal
- 6 - Pasal 31, (2) dan (3) Pasal 32, (2) dan (3) Pasal 33 Pasal 34 s/d (7) Pasal 35 Pasal 36 Dalam rangka pengawasan dan pengendalian limbah cair dinas akan melakukan kunjungan ke lokasi pembuangan limbah cair pada waktu yang telah ditentukan. Pasal 37 Pasal 38 s/d 42 TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH