KEYNOTE SPEECH MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PADA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat baik material maupun spiritual. Pemerintah membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pajak merupakan bagian dari sumber penerimaan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. . Di indonesia salah satu satu penerimaan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan pendapatan asli. secara terus menerus melalui penggarapan sumber-sumber baru dan

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. seoptimal mungkin melalui perluasan sumber penerimaan negara non migas, guna

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

B A B I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional di berbagai bidang guna mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan nasional yang hendak dicapai negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian An Inguiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Kesadaran..., Dhio, Fakultas Ekonomi 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat kecil baik materiil maupun spiritual. Untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, oleh karena itu negara menempatkan perpajakan sebagai perwujudan

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. memaksa Indonesia untuk terus mencari cara guna menstabilkan kondisi yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar kekuasaan belaka. Begitu pula dengan kewenangan negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu hingga sekarang pemerintah terus melakukan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah. membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dan pertumbuhan perekonomian perlu melakukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang undang. Dalam pembangunan ini tidak akan tercapai apabila

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terusmenerus. dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pemungutan pajak dari sistem official assesment ke sistem self assessment yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang mempunyai keinginan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentunya akan terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang cukup dominan dalam

BAB I PENDAHULUAN. makmur, sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. untuk belanja rutin maupun pembangunan (Suryadi: 2006). Dalam meningkatkan

BAB I. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan perbaikan, pembangunan, dan kemajuan negara ini salah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satunya disebabkan oleh lebih besarnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam. Pembukaan UUD Upaya untuk mewujudkan tujuan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan (Dina dan Putu,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Berdasarkan UU KUP. NOMOR 28 TAHUN 2007 Pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa pengertian pajak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan oleh setiap warga negara yaitu dengan membayar pajak. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. bagi suatu negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dipungut oleh pemeritah

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaan dan pembangunan nasional tersebut serta bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk kepentingan rakyat yang tidak wajib membayar pajak. pajak, yaitu dengan memperluas subyek dan obyek pajak atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Pemerintah melakukan berbagai cara untuk menghimpun dana

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa ekspor dan juga dari penerimaan dalam negeri terutama dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber utama dana penerimaan dalam negeri. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah kepada masyarakat yang akan digunakan untuk membiayai keperluan

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang cukup signifikan, baik secara nominal maupun persentase

BAB I PENDAHULUAN. membayar pengeluaran umum (Siti, 2011: 1). pendanaan APBN (Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara) dimana

B a b I P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk. perpajakan, Indonesia menganut system self assessment yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novi Norma Melya Nugraha, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB II LANDASAN TEORI. dan Tata Cara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Menurut Waluyo

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara dapat dilihat dari dua sektor, yaitu sektor

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar diantara bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintahan dan pembangunan. Pajak bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, menurut Suparmono dan Damayanti (2010:10) mengatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan nilai (PPn), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN. negara bukan pajak (PNBP), penerimaan pajak, dan hibah. daerahnya dengan memungut pajak. Jumlah penduduk di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi maupun sumber daya alam, namun sebagai Negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemungutan pajak di Indonesia saat ini menganut sistem Self

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang paling penting. Pendapatan tersebut nantinya digunakan untuk pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Theresia Woro Damayanti (2010:1)

Transkripsi:

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA KEYNOTE SPEECH MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA PADA FOCUS GROUP DISCUSSION KEPATUHAN WAJIB PAJAK DAN FISKUS SEBAGAI UJUNG TOMBAK PEMERATAAN KESEJAHTERAAN RAKYAT Diselengarakan Lembaga Pengkajian Independen Kebijakan Publik (LPIKP) Selasa, 11 Agustus 2015 1 P a g e

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh Selamat pagi, dan salam sejahtera bagi kita sekalian, Hadirin undangan yang berbahagia, Pemerataan kesejahteraan sosial perlu terus diupayakan mengingat sebagian besar rakyat Indonesia masih belum mencapai taraf kesejahteraan sosial yang diinginkannya. Upaya pemenuhan kesejahteraan sosial menyeruak menjadi isu nasional. Asumsinya, kemajuan bangsa ataupun keberhasilan suatu rezim pemerintahan, tidak lagi dilihat dari sekedar meningkatnya angka pertumbuhan ekonomi. Kemampuan penanganan terhadap para penyandang masalah kesejahteraan sosial seperti 2 P a g e

penanganan masalah; kemiskinan, kecacatan, keterlantaran, ketunaan sosial maupun korban bencana alam pun menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Tugas negara pada prinsipnya berusaha dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya. Negara harus turut campur tangan dan aktif dalam bidang kehidupan masyarakat, terutama dibidang perekonomian guna tercapainya kesejahteraan umat manusia. Untuk mencapai dan menciptakan masyarakat yang sejahtera, dibutuhkan pembiayaan yang cukup besar. Demi berhasilnya usaha ini, negara mencari pembiayaannya dengan cara menarik pajak. Penarikan atau pemungutan pajak adalah suatu fungsi yang harus 3 P a g e

dilaksanakan oleh negara sebagai suatu fungsi esensial. Pajak sudah merupakan suatu conditiesine qua non (syarat mutlak) bagi penambahan keuangan negara di beberapa negara yang sudah maju. Hadirin undangan yang saya muliakan, Pemungutan pajak didasarkan atas pendekatan Benefit Approach atau pendekatan manfaat. Pendekatan ini merupakan dasar yang membenarkan negara melakukan pemungutan pajak yang dapat dipaksakan dalam arti mempunyai wewenang dengan kekuatan pemaksa. Pendekatan manfaat (benefit approach) ini mendasarkan pada negara menciptakan manfaat yang dinikmati oleh seluruh warga negara yang berdiam dalam negara, maka negara 4 P a g e

berwenang memungut pajak dari rakyat dengan cara yang dapat dipaksakan. Fungsi pajak sebagai sumber pendapatan negara (budgeter) telah menunjukan peran penting dalam pembangunan nasional. Dari tahun ke tahun, pendapatan negara dari sektor perpajakan mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Tercatat pada tahun 2003 persentase pendapatan perpajakan terhadap total pendapatan negara sebesar 59 persen (pendapatan perpajakan sebesar Rp328 triliun dan total pendapatan negara Rp706 triliun), untuk tahun 2013 persentase tersebut mengalami peningkatan menjadi sebesar 64 persen (pendapatan perpajakan sebesar 5 P a g e

Rp921 triliun dan total pendapatan negara Rp1.438 triliun) 1. Sedangkan bila dilihat dari proyeksi pendapatan negara untuk jangka menengah (2016-2018), pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksikan akan terus mengalami akselerasi hingga rata-rata tumbuh di atas 7.0 persen. Dengan pertumbuhan yang tinggi dan didukung kebijakan-kebijakan yang dirancang dalam optimasi pendapatan negara, maka pendapatan negara diproyeksikan akan mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari Rp2.000,7 triliun pada tahun 2016 menjadi Rp2.489,2 triliun pada tahun 2018. Pendapatan perpajakan semakin menjadi primadona sebagai sumber utama 1 diolah dari situs Badan Pusat Statistik. 6 P a g e

pendapatan negara yang diproyeksikan akan mencapai 86.1 persen dari total pendapatan negara pada tahun 2018 dengan rata-rata pertumbuhan 14.5 persen pertahun. Selain itu, target pencapaian tax ratio Indonesia dalam jangka menengah diharapkan mencapai 15.6 persen pada tahun 2018. 2 Hadirin undangan yang saya hormati, Indonesia menganut paham self assessment system dalam pelaksanaan perpajakannya. Yang mana Wajib Pajak diberi kekuasaan dan kelonggaran untuk mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP dan dikukuhkan sebagai PKP, menghitung berapa pajak yang terutang secara mandiri, 2 Nota Keuangan Republik Indonesia dan RAPBN-P Tahun 2015, hlm.3-13. 7 P a g e

memperhitungkan pajak-pajak yang telah dipotong dan dipungut oleh pihak lain, menyetorkan kekurangan pajak yang terutang secara mandiri, dan melaporkan SPT-nya atas kesadaran sendiri. Self assesment system merupakan amanat dari Pasal 2 Undang-Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP). Mengingat sistem tersebut yang dipakai di Indonesia, maka pengawasan terhadap kepatuhan Wajib Pajak menjadi hal urgent yang harus diperhatikan oleh DJP. Hal ini dikarenakan Wajib Pajak diberi wewenang penuh untuk melaksanakan atau tidak melaksanakan hak dan kewajibannya. Wajib Pajak yang patuh, artinya mau melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya secara sukarela, sedangkan Wajib Pajak yang tidak 8 P a g e

patuh, artinya Wajib Pajak yang tidak mau melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu sistem ini benar-benar mengandalkan kesadaran Wajib Pajak, tentu saja harus didukung dengan aturan yang jelas, adil, dan transparan. Demikian pula prosedur administrasi yang sederhana dan tidak berbelit-belit. Hadirin undangan yang saya muliakan, Pada kenyataannya kepatuhan pajak baru dapat direalisasikan setelah dilakukan pemeriksaan atau penyelidikan oleh fiskus, adanya ancaman atau sanksi hukum (law enforcement). Sejatinya kepatuhan pajak yang diharapkan adalah kepatuhan secara sukarela (voluntary compliance). Sayangnya, hingga saat ini masih ditemukan Wajib Pajak 9 P a g e

yang selalu berusaha menghindar untuk membayar pajak dengan melakukan tax avoidance dan tax evasion. Oleh karena itu, dalam beberapa hal kepatuhan tidak hanya mengenai kesesuaian besarnya pajak yang dibayar, namun kepatuhan lebih kepada apakah Wajib Pajak melaksanakan kewajibannya dengan baik atau tidak. Salah satu pilar utama kesuksesan pelaksanaan sistem perpajakan adalah adanya penegakan hukum yang tegas dan berkepastian hukum baik secara administrasi maupun pidana. Untuk itu, saat ini telah disusun Rancangan Undang-Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (RUU KUP) yang diharapkan dapat memberikan payung hukum bagi pelaksanaan tindakan penegakan hukum 10 P a g e

oleh petugas pajak. Selain itu RUU KUP ini juga mengatur secara jelas tata cara dan kewenangan aparat pajak dalam menjalankan fungsi penegakan hukum baik secara administratif maupun pidana. Ketentuan yang jelas mengenai Tindak Pidana Pajak ditujukan untuk mencegah adanya kesewenang-wenangan petugas pajak dan menjamin keadilan untuk Pembayar Pajak. Di samping itu, penegakan hukum yang tegas kepada para pelaku Tindak Pidana Pajak akan memberikan efek jera kepada masyarakat pembayar pajak sehingga mendorong kepatuhan sukarela. Masalah lain yang diharapkan dapat terwujud dalam RUU KUP adalah dimuatnya pengaturan mengenai peran serta masyarakat dalam mencegah dan 11 P a g e

memberantas Tindak Pidana Pajak. Hal ini dimaksudkan agar terdapat perlindungan hukum kepada para justice colaburator sehingga dapat mendorong peran serta seluruh lapisan masyarakat dalam usaha mengamankan penerimaan negara dari sektor perpajakan. Ketentuan ini juga dapat menjadi payung hukum bagi pemerintah dalam memberikan penghargaan kepada para justice colaburator/whisttle blower yang telah membantu dalam pelaksanaan penegakan hukum. Hadirin undangan yang berbahagia, Peraturan perpajakan di Indonesia memandang Wajib Pajak tidak sebagai objek, tetapi merupakan subjek yang harus dibina dan diarahkan agar mampu memenuhi 12 P a g e

kewajiban perpajakannya sebagai pelaksana kewajiban kenegaraan, fiskus yang merupakan aparat pemungut pajak mempunyai wewenang dan kewajiban. Kepatuhan pajak tidak hanya tergantung dari Wajib Pajak, tetapi juga tergantung pada aparat pajak (Fiskus). Kewajiban yang utama dari Fiskus adalah memberikan bimbingan, penerangan, penyuluhan kepada wajib pajak sehingga wajib pajak mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Selain itu, hal utama yang perlu dilakukan oleh para fiskus adalah memberikan teladan budaya kepatuhan hukum. 13 P a g e

Budaya hukum perlu dibangun di kalangan aparat Negara, termasuk Fiskus. Hal ini penting mengingat bahwa penegakan hukum, khususnya dalam hal kewajiban membayar pajak, sangat bergantung pada seberapa kuatnya etika, integritas dan komitmen aparat negara. Hal ini sejalan dengan pemikiran yang melihat bahwa salah satu masalah mendasar yang mendesak dan segera harus diselesaikan adalah masalah pemberdayaan birokrasi atau bureaucratic engineering agar terhindar dari perbuatan maladministrasi. Hadirin undangan yang saya muliakan, Maladministrasi yang dimaksud (maladministration) dalam suatu instansi pemerintah, yaitu adanya keputusan atau 14 P a g e

tindakan yang janggal (inappropriate), yang sewenang-wenang (arbitrary), menyimpang (deviate), bahkan melanggar ketentuan hukum, dan telah terjadi penyalahgunaan wewenang atau kesewenangan (abuse of power atau detournament de puvoir), juga jika terasa ada pelanggaran kepatutan (equity) yaitu sekalipun menurut hukum dapat dibenarkan, akan tetapi nyata-nyata atau dapat dirasakan telah terjadi ketidakadilan. Perbuatan maladministrasi menyebabkan tidak efisiennya birokrasi dan meningkatnya biaya administrasi dalam birokrasi. Jika birokrasi telah dicemari oleh perbuatan maladministrasi, bahkan korupsi dengan berbagai bentuknya, maka prinsip dasar birokrasi yang rasional, efisien, dan kualifikasi 15 P a g e

tidak akan pernah terlaksana, dan akan menurunkan kualitas pemerintahan negara. Dengan demikian maka sangatlah tepat untuk menangani hal ini tidak sebatas pada hal-hal yang bersifat kelembagaan (legal structure), tetapi membangun juga halhal yang bersifat kultural (legal culture) sebagaimana yang dimaksud dengan revolusi mental. Revolusi mental ini menciptakan paradigma, budaya politik, dan pendekatan nation building baru yang lebih manusiawi, sesuai dengan budaya nusantara, bersahaja, dan berkesinambungan. 16 P a g e

Hadirin undangan yang berbahagia, Pajak merupakan bagian penting dalam kebijakan fiskal kita. Tidak hanya karena kontribusinya yang tinggi bagi penerimaan APBN, pajak juga bisa menjadi instrumen fiskal yang efektif dalam mengarahkan perekonomian. Selain sebagai kontributor terbesar bagi APBN, pajak juga menjadi instrumen penting dalam kebijakan fiskal. Namun demikian, optimalisasi pajak masih terbuka untuk ditingkatkan. Dengan peningkatan pajak maka diharapkan jumlah utang pemerintah dapat dikurangi sehingga APBN menjadi semakin sehat. Hal ini tentu bisa diwujudkan dengan fokus pada pembenahan internal aparat pajak dan pada peningkatan kepatuhan wajib 17 P a g e

pajak besar, sekalipun dengan tingkat tax coverage ratio saat ini, sesungguhnya tax ratio kita bisa lebih tinggi dari yang dicapai sekarang. Oleh karenanya, saya sangat berharap bahwa reformasi birokrasi dan perpajakan betul-betul diimplementasikan secara konsisten dengan law enforcement yang kuat agar peran pajak dalam kebijakan fiskal bisa lebih optimal. Hadirin undangan yang berbahagia, Akhir kata, Focus Group Discussion Kepatuhan Wajib Pajak dan Fiskus Sebagai Ujung Tombak Pemerataan Kesejahteraan Rakyat, secara resmi saya buka. 18 P a g e

Selamat berdiskusi, semoga kegiatan berlangsung lancar, sehingga menghasilkan rekomendasi yang bermanfaat serta mampu memberikan kontribusi positif kepada Bangsa dan negara. Terima kasih. Wallahul muwafiq ila aqwamith thoriq. Wassalamu alaikum warahmatullahi wabarokatuh. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Yasonna H. Laoly 19 P a g e