BAB I PENDAHULUAN. untuk dikembangkan oleh para pelaku bisnis. Berdasarkan kondisi tersebut tidak

dokumen-dokumen yang mirip
Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan prasyarat penting dalam negara. demokrasi. Dalam kajian ilmu politik, sistem Pemilihan Umum diartikan sebagai

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

HUKUM ACARA PERSAINGAN USAHA

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Persaingan Usaha. unggul dari orang lain dengan tujuan yang sama (Kamus Besar Bahasa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pasca krisis moneter 1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan

Penegakan Hukum atas Pelanggaran Terhadap Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya buku Dei delitti e delle pene/on crimes and Punishment (Pidana

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan sesuatu yang sangat menarik untuk dikaji secara

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, matipun manusia masih memerlukan tanah. berbagai persoalan dibidang pertanahan khususnya dalam hal kepemilikan

I. PENDAHULUAN. kemajuan pembangunan ekonomi. Kemajuan pembangunan ekonomi dibuktikan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan ketertiban dalam hidup bermasyarakat. Untuk. kepentingan-kepentingan yang ada di dalam masyarakat.

UU 5/1999, LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

III. METODE PENELITIAN. penulis akan melakukan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH : RANTI SUDERLY

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

11 Secara umum, diartikan bahwa kerangka teori merupakan garis besar dari suatu rancangan atas dasar pendapat yang dikemukakan sebagai keterangan meng

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

ESENSI HUKUMAN DISIPLIN BAGI PENEGAKAN DISIPLIN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KABUPATEN WONOGIRI T E S I S

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang terbukti melakukan korupsi. Segala cara dilakukan untuk

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PEMBAHASAN. A. Analisis Kewenangan Pemberian Hukuman Denda Administratif

III. METODE PENELITIAN. bertujuan untuk mempelejari suatu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan

III. METODE PENELITIAN. Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. adanya kehendak untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan cara yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini jumlah perkara tindak pidana korupsi yang melibatkan Badan Usaha Milik

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.

III. METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 24

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BPK DAN KPPU MENYEPAKATI KERJASAMA DALAM PENANGANAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menjadi langkah baru bagi

III. METODE PENELITIAN. dilakukan dengan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

I. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian dalam berbagai hal terhadap perkembangan kondisi dan aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum yuridis normatif ( normative legal reserch) yaitu

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG

III. METODE PENELITIAN. 1. Pendekatan Yuridis Normatif (library Research)

BAB I PENDAHULUAN. memadai untuk terciptanya sebuah struktur pasar persaingan. 1 Krisis ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya. Kecuali

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

III. METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisa (Soerjono Soekanto,

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

BAB I PENDAHULUAN. Hukum adalah sesuatu yang sangat sulit untuk didefinisikan. Terdapat

III. METODE PENELITIAN. Cara penulisan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan normatif dan empiris

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. modal yang sehat, transfaran dan efisien. Peningkatan peran di bidang pasar

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

METODE PENELITIAN. sistematika, dan pemikiran tertentu dengan jalan menganalisisnya. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pelanggaran prosedur perceraian bagi PNS di

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui proses pemeriksaan dan pemutusan perkaranya, akan merasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan bernegara yang dituangkan dalam alinea ke

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Membahas isu persaingan usaha rasanya tak lengkap tanpa merger,

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum merupakan penyeimbang masyarakat dalam berperilaku. Dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

2 Indonesia dalam hal melakukan penyelesaian permasalahan di bidang hukum persaingan usaha, yang diharapkan terciptanya efektivitas dan efisiensi dala

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan suatu negara sangat ditentukan oleh tingkat perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Dari putusan Mahkamah Agung Nomor 2365 K/Pdt/2006 yang penulis analisis dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Persaingan dalam dunia bisnis merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. bernegara diatur oleh hukum, termasuk juga didalamnya pengaturan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup

III. METODE PENELITIAN. menggunakan dua macam pendekatan yaitu : 1. Pendekatan secara yuridis normatif yaitu pendekatan yang dilakukan

HUKUM MONOPOLI & PERSAINGAN USAHA

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan Ketiga UUD 1945 mengamanahkan pembentukan lembaga yudikatif lain

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan dengan asas-asas dan norma-normanya dan juga oleh

BAB III METODE PENELITIAN. ilmiah adalah proses analisa yang meliputi metode-metode penelitian untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. konstitusional terhadap prinsip kedaulatan rakyat. Hal ini dinyatakan dalam Pasal

BAB I PENDAHULUAN. pemberantasan atau penindakan terjadinya pelanggaran hukum. pada hakekatnya telah diletakkan dalam Undang-Undang Nomor 48 tahun

III. METODE PENELITIAN. penelitian guna mendapatkan, mengolah, dan menyimpulkan data yang dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Soerjono Soekanto bahwa : 103. asas sesuatu (inquiry) secara sistematis dengan adanya penekanan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan era globalisasi yang semakin pesat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi hukum. Penegakan hukum pada hakikatnya merupakan interaksi antara

FUNGSI DAN KEDUDUKAN SAKSI A DE CHARGE DALAM PERADILAN PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yang disebut

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya,lebihlebih didukung oleh letak geografisnya yang strategis, sehingga akan sangat potensial untuk dikembangkan oleh para pelaku bisnis. Berdasarkan kondisi tersebut tidak heran apabila banyak bangsa-bangsa lain yang memiliki keinginan untuk mengeksploitasi dan memonopoli sumber daya ekonomi di Indonesia, sejak zaman penjajahan kolonial belanda, era kemerdekaan, bahkan sampai pada era globalisasi ini. Dalam sejarah bangsa Indonesia tentang praktek monopoli dimulai pada masa penjajahan Belanda, dimana adanya suatu organisasi perdagangan VOC yang melakukan monopoli perdagangan di wilayah Indonesia. Kemudian, selama kurun waktu dibawah kekuasaan penjajah Belanda, Inggris, dan Jepang, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagian maupun secara keseluruhan, praktik monopoli dalam perdagangan secara terus menerus dilakukan di Indonesia. 1 Hal ini juga didukung oleh belum tersedianya aturan hukum yang jelas yang mengatur tentang praktik monopoli tersebut. 1 Johnny Ibrahim, 2009, Hukum Persaingan Usaha, Malang, Bayumedia Publishing, hlm.11 v

Hukum pada hakikatnya merupakan suatu kaidah sosial yang ditujukan untuk mempertahankan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat. Untuk mempertahankan ketertiban itu, hukum harus secara seimbang melindungi kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat, baik itu kepentingan individu maupun kepentingan publik. Setiap individu dalam masyarakat menginginkan terpenuhinya kepentingan-kepentingan tersebut. Namun dilain pihak pemenuhan kepentingan itu tidak boleh merugikan kepentingan-kepentingan individu lainya. Dalam hal ini negara berperan untuk menetapkan peraturan-peraturan sebagai instrumen untuk menciptakan ketertiban dan keamanan dalam masyarakat. 2 Setelah Indonesia merdeka, dasar-dasar pengelolaan perekonomian negara diatur dalam Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945). Pasal 33 UUD 1945 menyebutkan bahwa Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan. Salah satu cerminan Pasal 33 UUD 1945 tersebut adalah bahwa negara harus menciptakan suatu peraturan persaingan usaha untuk mencapai tujuan dari perekonomian negara. Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat untuk selanjutnya disebut UU Persaingan Usaha, yaitu pada masa orde baru, pengaturan tentang persaingan diatur tersebar dalam berbagai peraturan hukum. Diantaranya yaitu diatur dalam Kitab hlm.4 2 Hermansyah, 2008,Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha Di Indonesia, Jakarta, Kencana, vi

Undang-Undang Hukum Pidana, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana,undangundang, dan beberapa peraturan pemerintah. Namun pada masa orde baru ini aturan mengenai persaingan usaha ini tidak berjalan secara maksimal, hal ini dikarenakan : 3 a) Lingkungan ekonomi politik yang tidak mendukung dan bernuansa pekat dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) antar pengsaha dan penguasa. b) Penegakan hukum yang tidak berjalan karena tidak ada aturan yang lebih detail tentang persaingan usaha dan larangan praktik monopoli. c) Tidak adanya badan atau institusi yang berwenang untuk menegakkan dan melaksanakanya. Berdasarkan kondisi sebagaimana yang dimaksud diatas, tidak heran jika sudah sejak lama masyarakat Indonesia, khususnya para pelaku bisnis menginginkan undang-undang yang secara komprehensif mengatur persaingan sehat. Keinginan itu didorong oleh munculnya praktik-praktik perdagangan yang tidak sehat dimaksud, terutama karena penguasa sering memberikan perlindungan berupa kemudahankemudahan atau perlakuan khusus kepada pelaku bisnis tertentu. Terjadinya krisis ekonomi semakin menyadarkan dan mendorong untuk segera diundangkannya undang-undang yang secara khusus mengatur larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Hal ini sejalan dengan prinsip demokrasi ekonomi yang menghendaki adanya kesempatan sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi di dalam proses produksi dan pemasaran barang dan atau 3 Johnny Ibrahim, op.,cit. hlm 18 vii

jasa, iklim usaha yang sehat, efektif, dan efisien sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan bekerjanya ekonomi pasar yang wajar. Akhirnya, jaminan terhadap terjadinya persaingan usaha yang sehat dan jauh dari tindak monopoli melalui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan hak inisiatifnya dengan membuat UU No. 5 Tahuun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. 4 Dengan lahirnya undang-undang ini diharapkan akan mampu mengatur dan menjaga iklim persaingan dalam dunia usaha supaya berjalan secara jujur dan transparan, sehingga akan mampu mewujudkan keadilan dan kesejahteraan yang merata bagi masyarakat. UU Persaingan Usaha mengatur tentang prilaku-prilaku pelaku usaha, yaitu yang berkaitan dengan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. Secara etimologi, kata monopoli berasal dari kata monos yang berarti sendiri dan polein yang berarti penjual. 5 Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 1 UU Persaingan Usaha mengenai pengertian monopoli ini dirumuskan bahwa monopoli adalah penguasaan atas produksi dan atau pemasaran barang dan atau atas penggunaan jasa tertentu oleh satu pelaku usaha atau satu kelompok pelaku usaha. Monopoli dianggap sebagai kondisi yang negatif, hal ini cukup logis, karena dalam kondisi monopoli terbuka kemungkinan cukup besar bagi penyalahgunaan oleh 4 Mustafa Kamal Rokan,2010,Hukum Persaingan Usaha (Teori dan Praktiknya di Indonesia),Medan,Rajawali Pers,hlm.14 5 Arie Siswanto,2004,Hukum Persaingan Usaha,Bogor,Ghalia Indonesia,hlm.18 viii

pemegang kekuasaan monopoli. Walaupun demikian, aspek positif pun bisa dibawa pula oleh monopoli disamping aspek negatif yang sering dikemukakan. 6 Monopoli terbentuk jika adanya satu atau sekelompok pelaku usaha mempunyai kontrol yang eksklusif terhadap pasokan barang dan atau jasa di suatu pasar tertentu, dan dengan demikian juga terhadap penentuan harganya.sehingga jika dilihat dari segi pemusatan kekuatan pasar, pelaku monopoli akan mempunyai kekuatan dalam pemusatan kekuatan pasar. 7 Jika dikaitkan antara monopoli dengan aspek-aspek positif maupun negatifnya, memang sangat wajar jika UU Persaingan Usaha sangat diperlukan dan mempunyai peranan yang penting dalam mengatur tentang monopoli. Sebagai lembaga yang akan mengawasi pelaksanaan undang-undang ini sekaligus melakukan penegakan hukum, maka berdasarkan perintah Pasal 30 ayat (1) UU Persaingan Usaha dibentuklah Komisi Pengawas Persaingan Usaha yang selanjutnya disebut dengan KPPU. KPPU ini dikatakan sebagai suatu lembaga independen yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan pemerintah serta pihak lain. 8 Dengan kewenangan yang dimiliki oleh KPPU, diharapkan lembaga pengawas 6 Ibid., hlm. 19 7 Suyud Margono,2009,Hukum Anti Monopoli,Jakarta,Sinar Grafika,hlm.5 8 Ibid.,hlm.136 ix

tersebut dapat menjalankan tugas dan fungsinya sebaik-baiknya serta mampu bertindak secara independen. 9 KPPU saat ini telah berhasil menangani perkara-perkara praktik monopoli dan persaingan tidak sehat, antara lain yang cukup terkenal adalah kasus dugaan praktek monopoli yang dilakukan oleh PT. Carrefour Indonesia selanjutnya disebut dengan Carrefour melalui akuisisi terhadap saham PT. Alfa Retailindo,Tbk. selanjutnya disebut dengan Alfa. Dimana pada tanggal 21 Januari 2008 Carrefour menandatangani perjanjian jual beli saham dengan PT. Sigmantara Alfindo dan Prime Horizon Pte.Ltd. Jumlah saham Alfa milik PT. Sigmantara Alfindo yang dibeli Carrefour sebesar 35% (tiga puluh lima persen) dan sahamalfa milik Prime Horizon yang dibeli Carrefour Indonesia adalah 45% (empat puluh lima persen). Sebagaimana pemeriksaan yang telah dilakukan oleh KPPU, dalam Putusan KPPU Nomor 09/KPPU-L/2009 Carrefour terbukti melakukan monopoli, dimana akuisisi terhadap Alfa yang dilakukan oleh Carrefour terbukti mengakibatkan dampak anti-persaingan dalam pasar ritel hypermart dan supermarket di Indonesia. Kemudian KPPU memutuskan bahwa Carrefour terbukti melanggar Pasal 17 ayat (1) dan Pasal 25 ayat (1) huruf a UU Persaingan Usaha. Pasal 17 ayat (1) UU Persaingan Usaha berisi ketentuan yang melarang penguasaan atas produksi dan atau jasa yang dapat mengakibatkan terjadinya praktik 9 Johnny Ibrahim, op.,cit. hlm.260 x

monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat, sedangkan Pasal 25 ayat (1) huruf a UU Persaingan Usaha melarang pelaku usaha untuk menggunakan posisi dominan untuk menetapkan syarat-syarat perdagangan. Konsekuensi dari pelanggaran tersebut, KPPU menjatuhkan denda Rp. 25.000.000.000,- (dua puluh lima miliar rupiah) dan memerintahkan perusahaan tersebut melepaskan kepemilikan saham Carrefour atas Alfa. Adanya putusan KPPU dimaksud menimbulkan pro dan kontra di kalangan pebisnis dan praktisi hukum serta Carrefour itu sendiri tentunya. Carrefour melakukan upaya hukum keberatan terhadap KPPU tersebut melalui Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Dalam putusannya, majelis hakim mengacu pada pasal 45 UU Persaingan dan ketentuan terkait lainnya dalam pasar ritel. Majelis hakim mengadili, menerima dan mengabulkan permohonan pemohon keberatan yaitu Carrefour, menyatakan bahwa pemohon keberatan tidak terbukti melanggar pasal 17 ayat (1) dan pasal 25 ayat (1) huruf a UU Persaingan Usaha, membatalkan Putusan KPPU Nomor 9/KPPU-L/2009 untuk seluruhnya pada tanggal tanggal 17 Februari 2010. Setelah menerima salinan perkara, KPPU menentukan sikap atas kekalahannya Carrefour di Pengadilan Negeri. Pada tanggal 1 Maret 2010 KPPU mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung terhadap putusan Pengadilan Negeri tersebut. Namun setelah dilakukan pemeriksaan di Mahkamah Agung, majelis hakim Mahkamah Agung mengadili menolak permohonan kasasi KPPU dan menghukum xi

KPPU untuk membayar perkara dalam tingkat kasasi melalui Putusan Mahkamah Agung Nomor 502 K/Pdt.Sus/2010. Berdasarkan hal-hal diatas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai penerapan UU Persaingan Usaha khususnya tentang pasal 17 UU Persaingan Usaha dalam kasus Carrefour tersebut. Terkait dengan Putusan KPPU No. 09/KPPU-L/2009 yang kemudian dibatalkan oleh Putusan Mahkamah Agung No. 502 K/Pdt.Susu/2010, dan penulis mengangkat judul skrisi tentang : ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 502 K/Pdt.Sus/2010 BERKAITAN DENGAN PENERAPAN PASAL 17 UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT B. Rumusan Masalah Untuk lebih terarahnya sasaran sesuai dengan judul yang telah penulis kemukakan, penulis memberikan batasan masalah atau identifikasi masalah agar tidak jauh menyimpang dari apa yang menjadi pokok bahasan. Mengacu kepada latar belakang yang diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaturan ketentuan tentang monopoli dalam Undang-Undang Persaingan Usaha? xii

2. Apa yang menjadi dasar pertimbangan KPPU dalam Putusan KPPU No. 09/KPPU-L/2009 terkait dengan penerapan Pasal 17 UU Persaingan Usaha? 3. Apa yang menjadi dasar pertimbangan Mahkamah Agung dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 502 K/Pdt. Sus/2010 terkait dengan penerapan Pasal 17 UU Persaingan Usaha? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui mengenai pengaturan ketentuan monopoli dalam UU Persaingan Usaha dan penerapanya dalam putusan KPPU. 2. Mengetahui dan menganalisa dasar pertimbangan KPPU dalam Putusan KPPU No. 09/KPPU-L/2009 terkait dengan penerapan Pasal 17 UU Persaingan Usaha. 3. Mengetahui dan menganalisa dasar pertimbangan Mahkamah Agung dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor 502 K/Pdt. Sus/2010 yang membatalkan Putusan KPPU No. 09/KPPU-L/2009 terkait dengan penerapan Pasal 17 UU Persaingan Usaha. D. Manfaat Penelitian berikut: Dari penelitian ini, penulis berharap akan memberikan manfaat sebagai xiii

1. Manfaat Teoritis a. Bagi penulis sendiri, menambah pengetahuan dan wawasan penulis dalam penulisan karya ilmiah, yang merupakan sarana untuk memaparkan dan memantapkan ilmu pengetahuan yang sebelumnya telah diperoleh dibangku perkuliahan. Terutama memantapkan cakrawala berpikir penulis dibidang hukum perdata bisnis. b. Bagi ilmu pengetahuan, khususnya hukum perdata bisnis, hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai penambah literatur dalam memperluas pengetahuan hukum masyarakat dan pelaku usaha serta memberikan sumbangan pemikiran bagi hukum perdata bisnis, khususnya dalam kajian mengenai praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat. 2. Manfaat Praktis a. Bagi masyarakat dan pelaku usaha, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran untuk berpartisipasi dalam dunia bisnis Indonesia. b. Bagi Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam melakukan pembaharuan di bidang hukum bisnis. E. Metode Penelitian Dalam melakukan suatu penelitian, kita tidak akan terlepas dari penggunaan metode. Karena metode merupakan cara atau jalan bagaimana seseorang harus xiv

bertindak, maka yang dimaksud metode penelitian adalah suatu kegiatan ilmu yang didasarkan pada sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala tertentu, dengan jalan menganalisanya. Agar penulisan hukum ini memenuhi syarat-syarat ilmiah yaitu sebagai tulisan yang mengandung bobot ilmiah, maka salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah metode penelitian sebagai jalan atau cara untuk memahami objek yang menjadi sasaran penelitian, sehingga hasil penelitian dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut : 1. Tipe Penelitian Dalam penulisan ini penulis menerapkan tipe penilitian hukum yuridis normatif. Penelitian hukum yuridis normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka. Dalam hal ini penulis tidak bertatap muka dengan informan atau responden melainkan dengan meneliti bahan pustaka dan bahan sekunder belaka. Penelitian hukum yuridis normatif yang dilakukan adalah penelitian terhadap asas-asas hukum atau perundang-undangan juga terhadap doktrin-doktrin yang terkait dengan masalah yang diteliti. 10 2. Pendekatan Masalah Dalam penelitian ini, pendekatan masalah yang akan digunakan adalah pendekatan perundang-undangan dan doktrinal dengan melakukan penelitian terhadap asas-asas hukum dan dikaitkan dengan doktrin-doktrin kemudian melihat bagaimana 10 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, UI Press. hlm.10 xv

dasar pertimbangan Mahkamah Agung dalam Putusan Mahkamah Agung No. 502 K/Pdt.Sus/2010 yang membatalkan Putusan KPPU No. 09/KPPU-L/2010 terkait dengan penerapan ketentuan Pasal 17 UU Persaingan Usaha. 11 3. Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif, dimana penelitian ini akan memaparkan dan menggambarkan mengenai fakta-fakta dan bahan hukum mengenai Putusan Mahkamah Agung No. 502 K/Pdt.Sus/2010 yang membatalkan Putusan KPPU No. 09/KPPU-L/2010 terkait dengan penerapan ketentuan Pasal 17 UU Persaingan Usaha. 4. Bahan Hukum Dalam penelitian ini menggunakan bahan hukum 12. Bahan hukum yang digunakan dibedakan menjadi tiga golongan, yakni bahan hukum primer, sekunder dan tersier. 13 Dimana dalam penelitian ini, digunakan ketiga bahan hukum tersebut. a. Bahan hukum primer. i. Undang-Undang Dasar 1945; ii. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Monopoli Persaingan Usaha Tidak Sehat; iii. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan Terbatas. 11 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2010, Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, Rajawali Pers,hlm. 62 12 Dalam penenelitian hukum normatif lebih sering digunakan istilah bahan hukum dari pada data, karena dalam penelitian hukum normatif yang diperlukan adalah analisis ilmiah terhadap bahan hukum. Disamping itu kata data memiliki makna empiris sehingga tidak diperlukan dalam penelitian hukum normatif. Lihat Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media Malang,2006, hlm 268-269. 13 Soerjono Soekanto,op.cit..hlm. 33 xvi

iv. Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. v. Peraturan Mentri Perdagangan Nomor 53 Tahun 2008 Tentang Pedoman Penataan Dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern. vi. vii. viii. Peraturan KPPU Putusan KPPU Nomor 09/KPPU-L/2009 Putusan Mahkamah Agung No. 502 K/Pdt.Sus/2010 b. Bahan Hukum Sekunder: Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer, terdiri dari doktrin, yurisprudensi, dan azas-azas hukum yang berkaitan dengan judul skripsi tersebut di atas, maka bahan hukum sekundernya adalah : i. Buku literatur ii. iii. iv. Jurnal Hasil penelitian Majalah, koran, media cetak dan elektronik. c. Bahan Hukum Tersier Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, terdiri dari: xvii

i. Kamus Umum Bahasa Indonesia; ii. Kamus Hukum. 5. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian hukum, data mana yang akan digunakan senantiasa tergantung pada ruang lingkup dan tujuan penelitian yang akan dilakukan, berkaitan dengan penelitian yang dilakukan penulis berupa penelitian hukum normatif maka pengumpulan datanya yaitu melalui studi dokumentasi atau bahan pustaka saja. 14 Yang dimaksud dengan teknik pengumpulan data melalui studi dokumen yaitu dengan cara mencari dan menghimpun data, mengklasifikasikan data yang relevan dengan penerapan Pasal 17 UU Persaingan Usaha yang terdapat dalam undang- undang dan literatur-literatur kepustakaan. 15 6. Pengolahan dan Analisis Data Di dalam metode ini pengolahan data yang dilakukan adalah dengan mempelajari bahan hukum yang dikumpulkan, dengan maksud untuk membandingkan apa yang ditemukan dalam peraturan perundang-undangan, Putusan KPPU No. 09/KPPU-L/2009 maupun Putusan Mahkamah Agung No. 502 K/Pdt.Sus/2010 dengan apa yang dikatakan dalam kepustakaan, juga dari doktrin dan paradigma orang lain untuk membandingkan hasil penemuan dari data. Kemudian apa 14 Soerjono Soekanto,op.,cit. hlm. 66 15 Moh. Nasir, 1985. Metodologi Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm. 53 xviii

yang dipelajari dan dibaca dari kepustakaan akan dilihat dalam perspektif penulis sendiri. 16 Penganalisaan dilakukan secara kualitatif. Penganalisisan kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data yang bersifat deskriptif melalui apa yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan, doktrin-dokrin, buku-buku literatur, putusan-putusan dan lain lain,dengan tujuan untuk mengerti dan memahami gejala yang diteliti. 17 Penganalisisan kualitatif yang dilakukan bertolak dengan menginventarisasi peraturan perundang-undangan, doktrin dan yurisprudensi yang kemudian akan dianalisis dengan data yang telah diperoleh dari objek yang diteliti sebagai satu kesatuan yang utuh,. Kemudian sebagai langkah lebih lanjut untuk menarik kesimpulan dan disajikan dalam bentuk skripsi. F. Sistematika Penulisan Untuk dapat memudahkan pemahaman dalam pembahasan dan untuk memberi gambaran yang jelas mengenai keseluruhan penulisan karya ilmiah maka penulis menyiapkan suatu sistematika dalam penyusunan penulisan skripsi. Adapun sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 4 (empat) bab, masing-masing bab tersebut berhubungan satu dengan yang lainnya.. Adapun sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut: 16 Burhan Ashshofa, 2004, Metode Penelitian Hukum, Jakarta, Rineka Cipta,hlm.67 17 Soerjono Soekanto,op.,cit., hlm.32 xix

BAB I : PENDAHULUAN Memaparkan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sitematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Penulis uraikan tentang tinjuan umum mengenai hukum persaingan usaha, hukum persaingan usaha Indonesia (UU No. 5 Tahun 1999), monopoli serta pendekatan yang digunakan dalam penegakan UU No. 5 tahun 1999. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pembahasan berisi mengenai pengaturan tentang monopoli dalam UU Persaingan Usaha, dasar pertimbangan KPPU dalam Putusan KPPU No. 09/KPPU-L/2009 terkait dengan penerapan Pasal 17 UU Persaingan Usaha, serta dasar pertimbangan Mahkamah Agung yang membatalkan Putusan KPPU Nomor 09/KPPU-L/2009 terkait dengan penerapan ketentuan Pasal 17 UU Persaingan Usaha. BAB IV: PENUTUP xx

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang merupakan jawaban dari rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. xxi