T^bahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

KEMENTERIAN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENDAGRI. Gratifikasi. Unit Pengendalian.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 16

2016, No Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 Tahun 2014 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 044 TAHUN 2015 TENTANG

2016, No sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang P

2 Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 3502); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersi

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

2017, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 22. TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI

GUBERNUR SUMATERA BARAT

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

UPATI BIREUEN PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PADA PEMERINTAH KABUPATEN BIREUEN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 052 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 6 TAHUN2017 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 90 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIMEULUE

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 3874), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang

P e d o m a n. Pengendalian Gratifikasi

SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER -05/MBU/2014 TENTANG

2015, No.69 2 Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 33 TAHUN 2016 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIAK

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 58

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

-1- BUPATI MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURANBUPATI BULUKUMBA NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN. PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR Nomor : 58 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 27 Tahun 2016 Seri E Nomor 19 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 50 TAHUN 2015

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

2017, No Keluarga Berencana Nasional; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dar

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI PADA PEMERINTAH ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN STANDARDISASI NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang- U n d a n g N o m o r 2 8 T a h u n t e n t a n g Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Ko

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 19.a TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI

SURAT - EDARAN NOMOR : SE 30 TAHUU 2017 TENTANG PROGRAM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang P

BSN. Pengendalian Gratifikasi. Sistem.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

~ 1 ~ DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B BAB I PENDAHULUAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2016

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepot

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 55 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI

PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

2 Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 3. Undang-U

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 82 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PERMEN-KP/2013 TENTANG

Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 31 Tahun L999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK.10 TAHUN 2014 TENTANG PENGENDALIAN GRATIFIKASI BADAN SAR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Gratifikasi dilarang karena dapat mendorong Insan PTC

PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Nomor : 995/BAN-PT/AK/2017 Jakarta, 21 Februari 2017 Lampiran : 1(satu) berkas : Kode Etik Asesor

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENT ANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2015

-1- BUPATI LABUHANBATU UTARA PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI LABUHANBATU UTARA NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 385); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 t

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BUPATIGARUT PROVINSI JAWA BARAT. Pemerin^h ^bu^ten o.^f pedo^an peng^d^grad^

Daftar Isi. 2. Tujuan. 5. Bab III. BATASAN GRATIFIKASI Batasan Penerimaan Hadiah/Cinderamata dan/atau Hiburan 10

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

V ' BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang ; a. bahwa untuk mewujudkan penyelen^araan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme di lingkungan Pemerintah Kabupaten Ser^g, maka perlu upaya pencegahan dan pengendalian gratifikasi sebagai wujud integritas dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi pejabat/pegawai; b. b^wa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud humf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pencegahan dan Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Serang. Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140 T^bahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 4. Undang-Undang

-2-4. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4250); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038); 6. Undang-Undang Nomor 5 Tahim 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 7. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahim 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 8. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahim 2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5601); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahim 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 11. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2006 Nomor 736); 12. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2008 Nomor 772); 13. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Kecamatan dan Pembentukan Organisasi Kecamatan di Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2009 Nomor 783); 14. Peraturan

-3-14. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 18 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Ral^at Daerah Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2011 Nomor 820); 15. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2011 Nomor 821) sebagaimeina teiah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2014 Nomor 01); 16. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2011 Nomor 822) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2014 Nomor 02); 17. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Pembentukan Kecamatan Lebak Wangi di Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2012 Nomor 832); 18. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pembentukan Sekretariat Korps Pegawai Republik Indonesia (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2012 Nomor 837); 19. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Pembentukan Organisasi Akademi Keperawatan (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2012 Nomor 838); 20. Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah Kabupaten Serang (Lembaran Daerah Kabupaten Serang Tahun 2013 Nomor 09). MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI SERANG TENTANG PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SERANG BAB I.

- 4 - BAB I KETENTUAN UMUM Pas il 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Serang. 2. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 3. Pemerintah Daerah adalah Bupati beserta Perangkat Daerah sebagai Unsur Penyelenggara Pemerintahan Daerah. 4. Peraturan Bupati adalah Peraturan Bupati Serang. 5. Bupati adalah Bupati Serang. 6. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah imsur Pembantu Bupati dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terdiri dari Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Kecamatan dan Lembaga Lain. 7. Komisi Pemberantasan Korupsi selanjutnya disingkat KPK adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun. 8. Inspektorat adalah Inspektorat Kabupaten Serang. 9. Inspektur adalah Inspektur Kabupaten Serang. 10. Pejabat/Pegawai adalah Bupati, Wakil Bupati, Pegawai Aparatur Sipil Negara, Galon Pegawai Aparatur Sipil Negara, Komisaris BUMD, Direksi BUMD, Pegawai BUMD, Kepala Desa dan Perangkat Desa dan tenaga yang bekeija untuk dan atas nama Pemerintah Daerah. 11. Pegawai AparaUir Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah dengan Peijanjian Keija yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan. 12. Gratiflkasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meuputi pemberian uang, bar^g, rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket peijalanan[ fasilitas penginapan, peijalanan wisata, pengobatan cuma-cuma dan fasilitas yang berkaitan dengan kedinasan. 13. Unit Pencegahan dan Pengendalian Gratifikasi selanjutnya disingkat UPPG adalah suatu unit yang dibentuk untuk melakukan tugas dan fungsi pencegahan dan pengendalian gratifikasi di lingkungan Pemerintah Daerah. 14. Penerima gratifikasi adalah pejabat/pegawai di lingkungan Pemerintah Kabupaten Serang yang menerima gratifikasi dari pihak pemberi gratifikasi. 15. Pemberi gratifikasi adalah individu atau perorangan yang memberikan gratifikasi. 16. Pelapor gratifikasi adalah pejabat/pegawai yang melaporkan atas bentuk penerana^ dan penolakan yang berkaitan dengan implementasi pengendalian gratifikasi. 17. Pencegahan

- 5-17. Pencegahan gratifikasi adalah proses, cara, tindakan untuk mencegah atau tindakan menahan agar gratifikasi tidak terjadi. 18. Pengendalian gratifikasi adalah usaha untuk menjamin bahwa pejabat/pegawai bekeija secara profesional, efektif dan efisien 19. Kedinasan adalah seluruh aktivitas resmi pejabat/pegawai yang sah dalam pelaksanaan tugas dan fungsi jabatannya. 20. Kode Etik dan Perilaku Aparatur adalah pedoman sikap, tingkah laku, perbuatan, tuhsan dan ucapan pegawai dalam melaksanakan tugas fungsi dan kegiatan sehari-hari. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Peraturan Bupati ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman dalam pencegahan dan pengendalian gratifikasi di lingkungan Pemerintah Daerah. Peraturan Bupati ini bertujuan : Pasal 3 a. membangun integntas pejabat/pegawai yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme; b. menciptakan penyelenggaraan pemerintahan yang transparan dan akuntabel; c. Kieilingkatkan kepatuhan pejabat/pegawai terhadap ketentuan gratifikasi; dan d. menumbuhkan kesadaran pejabat/pegawai di lingkungan Pemerintah Daerah untuk melaporkan penerimaan gratifikasi. BAB III JENIS, PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI Jenis gratifikasi terdiri atas : a. gratifikasi yang dianggap suap; Pasal 4 b. gratifikasi yang tidak dianggap suap yang berkaitan dengan kedinasan; dan c. gratifikasi yang tidak dianggap suapyang tidak berkaitan dengan kedinasan. Pasal 5 (1) Gratifikasi yang dianggap suap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, merupakan penerimaan yang berkaitan dengan : a. pemberian layanan pada masyarakat; b. pelaksanaan tugas dalam pengelolaan anggaran; c. pelaksanaan tugas dalam proses pemeriksaan, audit, monitoring dan evaluasi; d. pelaksanaan peijalanan dinas; e. proses penerimaan/promosi/mutasi pegawai; f. proses

-6- f. proses komunikasi, negosiasi dan pelaksaan kegiatan dengan pihak lain berkaitan dengan tugas dan kewenangannya; g. akibat peijanjian keijasama/kontrak/kesepakatan dengan pihak lain yang bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; h. ungkapan terima kasih sebelum, selama atau setelah proses pengadaan barang dan jasa; dan i. pelaksanaan pekeijaan yang berkaitan dengan jabatan dan bertentangan dengan kewajiban/tugasnya. (2) Setiap pejabat/pegawai wajib menolak penerimaan gratifikasi yang dianggap suap sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kecuali: a. penerimaan tidak diketahui proses pemberiannya; dan/atau b. tidak diketahui identitas pemberi. (3) Setiap pejabat/pegawai wajib melaporkan penerimaan gratifikasi yang dianggap suap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) kepada KPK atau melalui UPPG. Pasal 6 (1) Gratifikasi yang tidak dianggap suap yang berkaitan dengan kedinasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b, terdiri dari: a. penerimaan sertifikat, plsikat, dan cinderamata pada kegiatan resmi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pejabat/pegawai; b. penerimaan hidangan/sajian/jamuan berupa makanan dan minuman yang berlaku umum; c. penerimaan honorarium, transportasi, akomodasi dan biaya lainnya berdasarkan penunjukkan atau penugasan resmi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi pejabat/pegawai sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai standar satuan harga, sepanjang tidak terdapat pembiayaan ganda atau melanggaf ketentuan yang berlaku; dan d. kegiatan kontes atau kompetisi terbuka yang diselenggarakan oleh instansi atau lembaga lain berdasarkan penunjukan atau penugasan resmi. (2) Gratifikasi yang tidak dianggap suap yang tidak berkaitan dengan kedinasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf c, terdiri dari: a. keluarga yaitu; kakek/nenek, bapak/ibu/mertua, suami/istri, anak/menantu, cucu, besan, paman/bibi, kakak/adik/ipar, sepupu dan keponakan sepanjang tidak mempimyai konflik kepentingan dengan penerima gratifikasi; b. tamu/undangan dalam rangka pesta pemikahan, kelahiran, aqiqah, baptis, khitanan dan/ atau upacara adat/agama dengan batasan nilai per pemberian perorang paling banyak Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah); c. hadiah langsung/ undian, diskon/ rabat, voucher, point rewards, cinderamata atau souvenir yang berlaku secara umum dan tidak berkaitan dengan kedinasan; d. prestasi.

- 7- d. prestasi akademis atau non akademis pada kejuaraan/perlombaan/ kompetisi dengan biaya sendiri dan tidak berl^tan dengan kedinasan; e. keuntungan/bunga dan penempatan dana, investasi atau kepemilikan saham pribadi yang berlaku secara umum; f. kompensasi atas profesi di luar kedinasan yang tidak berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi dari Pejabat/Pegawai, tidak melanggar konflik kepentingan serta kode etik pegawai dan mendapat ijin dari atasan langsung; g. penerimaan berkaitan dengan musibah atau bencana yang dialflmi oleh pejabat/pegawai atau bapak/ibu/ mertua/ suami/ istri/ anak/ cucu dari pejabat/pegawai di lingkungan Pemerintah Daerah dengan batasan nilai paling banyak Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah) per orang; h. pemberian sesama pejabat/pegawai dalam rangka pisah sambut, pensiun dan ulang tahim dengan nilai paling banyak Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) per orang; dan i. pemberian berupa barang dalam rangka pelaksanaan adat istiadat dari masyaralcat adat. (3) Penerimaan gratifikasi yang dianggap tidak suap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), tidak wajib dilaporkan. (4) Penerimaan gratifikasi yang melebihi angka yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, huruf gdan huruf h wajib dilaporkan. Pasal 7 Setiap pejabat/pegawai dilarang menerima dan memberi gratifikasi yang dianggap suap yang berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewaiiban atau tugasnya. BAB IV UNIT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI Pasal 8 (1). Bupati bert^ggungjawab atas pencegahan dan pengendahan gratifikasi di hngkungan Pemerintah Daerah. (2). Dalam inelaksanakan pencegahan dan pengendalian gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibentuk UPPG. Pasal 9 (1). UPPG sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2), ditetapkan dengan Keputusan Bupati dan merupakan unitnon struktural dan bersifat adhoc. (2). UPPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berkedudukan pada Inspektorat. (3). Keanggotaan UPPG sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas ; a. 1 (satu) orang ketua merangkap anggota; b. 1 (satu)

-8- b. 1 (satu) orang sekretaris merangkap anggota; dan c. 7 (tujuh) orang anggota. (4). Keanggotaan UPPG sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri dari unsur Inspektorat, unsur Badan Kepegawaian Daerah, unsur Bagian Hukum dan unsur Bagian Organisasi Setda Kabupaten Serang. (5). Dalam rangka kelancaran pelaksaaan tugas penatausahaan administrasi, dibentuk kesekretariatan yang ditetapkan dengan Keputusan Inspektur selaku Ketua UPPG. UPPG mempunyai uraian tugas : a. menyusun rencana keija UPPG; Pasal 10 b. memfasilitasi laporan penerimaan dan pemberian Gratifikasi dari pejabat/pegawai; c. melakukan pemrosesan pelaporan Gratifikasi yang diterima; d. meminta kelengkapan dokumen pendukung yang diperlukan berkaitan laporan gratifikasi; e. meminta data dan informasi kepada SKPD dan/atau pejabat/pegawai berkaitan laporan gratifikasi; f. melaksanakan koordinasi dan konsultasi ke KPK yang berkaitan dengan laporan gratifikasi; g. menenma dan menyimpan barang atau uang gratifikasi yang disampaikan oleh pelapor; h. melakukan pengkajian titik rawan potensi teijadinya gratifikasi di lingkungan Pemerintah Daerah; dan i. melakukan sosialisasi pencegahan dan pengendalian gratifikasi. BAB V TATA CARA PELAPORAN Pasal 11 (1)Setiap pejabavpegawai wajib melaporkan setiap penerimaan gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dengan melampirkan dokumen yang berkaitan dengan gratifikasi, kepada : a. KPK paling lambat 30 (tiga puluh) hari keija terhitung sejak tanggal gratifikasi diterima oleh penerima gratifikasi; atau b. mel^ui UPPG paling lambat 7 (tujuh) hari keija terhitung sejak tanggal gratifikasi diterima penerima gratifikasi. (2) Pelaporan penerimaan gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan dalam bentuk uang disertai dengan penjelasan taksiran harga yang dihitung berdasarkan harga pasar pada saat pemberian. (3). Penerimaan

-9- (3) Penerimaan gratifikasi dalam bentuk barang yang mudah nisak, busuk atau kadaluarsa seperti bingkisan makanan, buah dan sayuran, sebelum dilaporkan kepada UPPG dapat langsxing disalurkan ke panti asuhan, panti jompo dan pihak-pihak lain yang lebih membutuhkan. (4) Pemberian gratifikasi kepada pejabat/pegawai Pemerintah Daerah dapat dilaporkan kepada UPPG Pasal 12 (1) UPPG melakukan verifikasi dan identifikasi laporan penerimaan dan pemberian gratifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 imtuk menelaah: a. jenis gratifikasi; dan b. kelengkapan dokumen pelaporan gratifikasi. (2) Dalam melakukan verifikasi dan identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila terdapat kekurangan kelengkapan dokumen yang berkaitan dengan gratifikasi, UPPG dapat memanggil pelapor gratifikasi untuk melengkapi kekurangan dokumen. Pasal 13 (1). UPPG membuat Berita Acara Pelaporan Penerimaan dan Pemberian Gratifikasi berdasarkan basil verifikasi dan identifikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 yang tertuang dalam laporan paling kurang memuat: a. nama dan alamat lengkap penerima dein pemberi gratifikasi; b. jabatan pegawai negeri atau penyelenggara negara; c. tempat dan waktu penerimaan gratifikasi; d. uraianjenis gratifikasi yang diterima; dan e. nilai gratifikasi yang diterima. (2). Berita Acara Pelaporan Penerimaan Gratifikasi dalam bentuk barang yang mudah rusak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) selain memuat kelengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga dilengkapi dengan: a. Berita Acara Penyerahan Gratifikasi kepada pihak yang lebih memerlukan; b. Dokumentasi Penyerahan Gratifikasi kepada pihak yang lebih memerlukan. (3). Berita Acara Pelaporan Penerimaan dan Pemberian Gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) ditandatangani oleh Ketua UPPG dan pelapor gratifikasi. (4). Fomat Berita Acara Pelaporan Penerimaan dan Pemberian Gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. Pasal 14.

- 10- Pasal 14 (1). UPPG wajib melakukan penelaahan dan menyampaikan laporan hasil penelaahan atas laporan penerimaan dan pemberian gratifikasi kepada KPK paling lambat 23 (dua puluh tiga) hari keija sejak laporan gratifikasi diterima oleh UPPG. (2). UPPG dapat merekomendasikan kepada KPK bahwa gratifikasi dianggap suap, gratifikasi tidak dianggap suap, gratifikasi berkaitan dengan kedinasan dan gratifikasi tidak berkaitan dengan kedinasan. (3). UPPG dapat berkoordinasi dengan SKPD berkaitan dalaffi penelaahan gratifikasi. (4). Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penelaahan dituangkan lebih lanjut dalam petunjuk teknis yang ditetapkan Inspektur selaku Ketua UPPG. Pasal 15 (1). UPPG wajib menyampaikan laporan rekapitulasi penanganan dan tindak lanjut laporan penerimaan dan pemberian gratifikasi kepada Bupati dan KPK secara periodik setiap 3 (tiga) bulan. (2). UPPG wajib merahasiakan pelapor penerima dan/atau pelapor pemberi gratifikasi Pasal 16 (1). Setiap pejabat/pegawai wajib memenuhi undangan UPPG dan/atau KPK dalam hal diperlukan informasi imtuk penelaahan gratifikasi. (2). Pejabat/pegawai wajib mematuhi Keputusan KPK atas kepemilikan gratifikasi. BAB VI SOSIALISASI Pasal 17 Sosialisasi pencegahan dan pengendalian gratifikasi dilakukan dengan cara : a. membenkan informasi kepada seluruh pejabat/pegawai dan dilaksanakan oleh UPPG dan Satgas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah; b. mencantumkan ketentuan larangan penerimaan gratifikasi pada setiao SKPDdan ' c. SKPD/Umt Keija yang memiliki hubungan keija dengan pihak ketiga menginformasikan adanya Peraturan Bupati ini. BAB VII PENGAWASAN Pasal 18 Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Bupati ini dilakukan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah bersama UPPG. BAB VIII

-11 - BAB VIII PERLINDUNGAN, PENGHARGAAN, DAN SANKSI Pasal 19 (1). Setiap pelapor gratifikasi kepada KPK melalui UPPG wajib dilindungi hak dan kewajibannya. (2). Tata cara perlindungan pelapor gratifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 20 Pejabat/pegawai yang menerima gratifikasi dan melaporkan kepada KPK melalui UPPG dapat diberikan penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 21 Setiap pejabat/pegawai yang tidak melaporkan gratifikasi sebagaimdna dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Serang. Ditetapkan di Serang pada tanggal 25 November 2015 RANG, Diundangkan di Serang pada tanggal 25 November 2015 AERAH KABUPATEN SERANG, ijc V \LALU^WUSSALAM RAIS BERITA^A^:RAH kabupaten serang TAHUN 2015 NOMOR : 62

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 62 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN GRATIFIKASI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SERANG FormuUr 1 LAPORAN PENERIMAAN DAW PEMBERIAN GRATIFIKASI 1. DATA PELAPOR a. Nama Pelapor/penerima b. NIP c. Pangkat/Gol. Ruang d. Jabatan e. Unit Keija f. Nomor Telp/HP 2. DATA PEMBBRI a. Nama pemberi b. Jabatan/Pekeijaan c. Alamat d. Hubungan pemberi e. Nomor Telp/HP 3. URAIAN PENERIMAAN Tempat penerimaan Waktu penerimaan a. Hari/pukul b. Tgl/Bln/Thn Uraian kegiatan (Penerimaan dim rangka) Uraian gratifikasi a. Bentuk b. Jumlah/kuantitas c. Nilai : Rp Kelengkapan Dokumen ; 1 Pendukung 2. 3 4 5 Demikian laporan penerimaan gratifikasi disampaikan» / / (Tempat/tgl/bln/thn pelaporan) Ket:Pelapor uutuk penerima (Nama dan Tanda Tangan Pelapor)