BAB VII AKSI BERSAMA MENUJU MASANGAN BEBAS NARKOBA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI DINAMIKA PROSES PENGORGANISASIAN PEMECAHAN MASALAH DAN PERENCANAAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menjual atau memperkenalkan produk yang mereka jual.

BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

- 1 - BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan suatu proses perkembangan antara masa anakanak

BUPATI KULON PROGO Sambutan Pada Acara UPACARA BENDERA 17 JUNI 2013 TINGKAT KABUPATEN KULON PROGO Wates, 17 Juni 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

YSH. KOMANDAN BATALYON 614 RAJA PANDITA; YSH. KOMANDAN SATUAN TUGAS PERBATASAN/ YONIF 527; YSH. KETUA TIM PENGGERAK PKK KABUPATEN MALINAU BESERTA

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan atau pelayanan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan di

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BUPATI MALANG. Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Salam sejahtera bagi kita semua.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan bahwa tokoh masyarakat di Kelurahan Tanjung Gusta Kecamatan

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

SOSIALISASI LOMBA KAMPUNG BERSIH NARKOBA TAHUN 2011 TINGKAT KABUPATEN

BAB VII AKSI BERSAMA MENUJU PERUBAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

WALIKOTA PAYAKUMBUH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG LARANGAN PENYALAHGUNAAN FUNGSI LEM

BAB I PENDAHULUAN. kecakapan untuk menghindari penyalahgunaan narkoba. Informasi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan secara legal bagi ilmu pengetahuan dan pengobatan, narkotika. banyak pula dipakai secara illegal atau disalahgunakan.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih mudah dengan berbagai macam kepentingan. Kecepatan

KATA PENGANTAR. Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

BUPATI BULUNGAN PROPINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perintah ke setiap kementerian/lembaga berperang

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi pengobatan, tetapi jika dikonsumsi secara berlebihan atau tidak. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan narkoba menjadi salah satu faktor banyaknya terjadi kasus

BAB VI PROSES PENDAMPINGAN PEREMPUAN WONOREJO. selaku RW 01 Wonorejo. Pendamping memperkenalkan diri dan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan masyarakatnya. Kondisi masyarakat yang sehat dan cerdas akan. tantangan global di masa kini dan di masa yang akan datang.

MAKALAH. ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR (ISBD) Bahaya Narkoba Bagi Remaja. Teknik Komputer Golongan B Muh. An im Fatahna D

Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Bagi Generasi Muda Senin, 18 Juli :29 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 11 April :35

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan saat ini dimana moralitas masyarakat telah dihegomoni oleh perkembangan budaya negatif yang

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan perkembangan zaman yang terus berubah (Junaedi dkk, 2013).

BUPATI BENGKALIS PENGARAHAN BUPATI BENGKALIS PADA PENGUKUHAN PENGURUS KARANG TARUNA DESA PETANI KECAMATAN MANDAU DESA PETANI, 4 MEI 2017

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan

BAB VI DINAMIKA PROSES PEMECAHAN MASALAH DAN PERENCANAAN PROGRAM. program atau proyek kemasyarakatan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

BAB V HASIL PENDAMPINGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Remaja adalah generasi penerus, dimana sosok remaja diharapkan dapat

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB 1 PENDAHULUAN. kondisi ketertiban, keamanan, kejahatan dan kekerasan pelakunya menyadari

PELUNCURAN KAMPANYE PRIDE TAMAN WISATA PERAIRAN GILI MENO, GILI AYER DAN GILI TRAWANGAN. Gili Ayer, 8 Juni 2013

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

BAB I. mengatakan DKI Jakarta merupakan kota dengan kasus penyalahgunaan. narkoba terbesar di Indonesia. Tingkat prevalensi penyalahgunaan narkoba di

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadiannya. Sebagai bentuk pengembangan diri

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional identik dengan cita-cita dan tujuan nasional, sebagaimana

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi: Melindungi

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

BAB I PENDAHULUAN TA- 100

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

Ratna Indah Sari Dewi 1. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Syedza Saintika Padang 1 ABSTRAK

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dasar menimbang Undang-undang Nomor 5 Tahun 2009 tentang

BAB V PENUTUP. tekanan kelompok dan ketidakharmonisan keluarga.

Memberantas Narkoba Melalui Hypnotherapy Dan Nilai-nilai Spiritual Islam

Rencana Program Media Sosialisasi Perda No: 3 Tahun 2000

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BAB IX RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KARANG TARUNA MELALUI PROGRAM KUBE/ UEP DALAM UPAYA MEMBERDAYAKAN GENERASI MUDA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013

BAB VI CATATAN SEBUAH REFLEKSI

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin meningkatnya perkembangan kehidupan masyarakat dalam

BERITA DESA TANJUNGSARI PERATURAN DESA TANJUNGSARI TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik

Transkripsi:

103 BAB VII AKSI BERSAMA MENUJU MASANGAN BEBAS NARKOBA A. Pendidikan Tentang Bahaya Narkoba Dari hasil diskusi dan FGD yang dilakukan oleh sebagian warga membuat sebagian masyarakat desa memahami akan pentingnya lingkungan yang bersih dan sehat. Setelah ada perencanaan yang dilakukan sebagian pemuda karang taruna dan perangkat desa untuk menciptakan lingkungan social yang bersih dan sehat. Masyarakat melanjutkan kegiatan aksi dalam pendidikan lingkungan social bersih dan sehat untuk masyarakat desa Masangan Wetan. Pendidikan tentang bahaya narkoba ini dilakukan pada tanggal 29 Maret 2015. Sebelumnya pada tanggal 4 Maret peneliti melakukan monitoring dan analisa desa bersama beberapa anggota karang taruna untuk membangun desa yang bersih dan terjaga, di sini peneliti mengevaluasi keadaan kehidupan para pemuda di desa. Dari kondisi desa yang terlihat bahwa Desa Masangan Wetan masih memiliki masalah pada kebiasaan buruk pemuda yang tidak tepat. Dari keadaan tersebut peneliti bersama pemuda karang taruna mulai memahami persoalan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Akhirnya pada tanggal 19 Maret 2015 para pemuda karang taruna mengajukan permohonan kepada kepala Dinas Kesehatan untuk memberikan pengarahan atau pendidikan yang bertemakan Hidup Sehat Tanpa Narkoba. 103

104 Surat permohonan tersebut di buat dan telah disetujui oleh kepala Desa Masangan Wetan yaitu M. Su ud. Sebelum acara pengarahan dilaksanakan, pada tanggal 20 Maret hingga 22 Maret persiapan dilakukan oleh para pemuda karang taruna, perangkat desa, dan dibantu oleh peneliti mempersiapkan kebutuhan untuk acara dan akhirnya memutuskan bahwa sebagian besar peserta dalam pendidikan lingkungan ini ditujukan kepada para remaja Desa Masangan Wetan dengan mengundang beberapa tokoh masyarakat. Karena dalam hal ini sangat bermanfaat bagi warga terutama para pemuda Desa Masangan Wetan sebab peredaran dan penyalahgunaan obat terlarang tersebut berkenbang dikalangan pemuda. Selanjutnya pada tanggal 29 Maret yakni hari dimana pendidikan tentang bahaya narkoba yang bertemakan Hidup Sehat Tanpa Narkoba ini dilaksanakan. Pada jam 18.30 WIB semua panitia dalam pelaksanaan acara tersebut telah mempersiapkan acaranya. Sedikit demi sedikit para pemuda yang telah diundang berdatangan mengingat acara diselenggarakan ini dimulai jam 19.00 WIB. Pada saat detik-detik akan dilaksanakan acara, ketua karang taruna memanggil para pemuda untuk masuk ke dalam balai desa karena acara akan segera dimulai. 15 menit kemudian acara dimulai. Pada jam 19.15 WIB tepat acara dimulai yang dibuka oleh moderator Iwan. Setelah acara dibuka oleh moderator dilanjutkan dengan sambutan kepala desa yaitu M. Su ud, dalam sambutannya M. Su ud ini sangat senang dengan kegiatan karang taruna yang bekerjasama dengan beberapa perangkat desa untuk

105 membantu dalam memberdayakan masyarakat khususnya para kalangan muda dengan diselenggarakannya acara tersebut. Ucapan terima kasih kepada pihak Dinas Kesehatan yang telah mau meluangkan waktunya untuk menghadiri ini dan semoga ilmu yang didapat dari Dinas ini bermanfaat bagi masyarakat Desa Masangan Wetan. Kemudian kepala desa berpesan untuk warga desa yang dicintainya untuk menjaga lingkungan yang sudah dianugerahi Allah untuk warga desa Masangan Wetan. Setelah sambutan dari kepala desa yakni dilanjutkan dengan acara inti, yaitu pendidikan tentang bahaya narkoba. Petugas dari dinas kesehatan menyampaikan bahwa mengkonsumsi obat-obatan terlarang itu membahayakan bagi para pemakainya, karena akan menyerang pada saraf otak dan mengakibatkan hilangnya akal sehat dalam tubuh si pemakainya. Beliau juga menghimbau kepada para pemuda yakni para generasi muda untuk menjauhi barang haram tersebut. Beliau mengatakan bahwa ada hukuman pidana bagi para pengguna, apalagi kepada para pengedar obat-obatan terlarang. Gambar 10. Pelaksanaan pendidikan hidup sehat tanpa narkoba

106 Kemudian setelah petugas selesai menyampaikan materi yang sudah disiapkan, moderator kembali memimpin jalannya alur acara. Moderator membuka waktu untuk tanya jawab antara narasumber dan para undangan yang hadir. Dalam selang waktu beberapa detik banyak tangan yang mengangkat guna ingin mempertanyakan tentang topic yang sudah dibahas sebelumnya, yaitu tentang bahaya narkoba dan hukuman narapidana bagi pengguna narkoba. Pertanyaan pertama diajukan oleh Anang (28 tahun). Dari penjelasan bapak sebelumnya, saya mengerti bahwa narkoba memang berbahay bagi kehidupan para penggunanya. Menurut bapak bagaimana cara kita agar jangan sampai terjerumus dalam kenakalan remaja yang menjadikan kita bisa gagal menjadi contoh yang baik generasi selanjutnya? Setelah itu narasumber menjelaskan cara mereka agar tidak terjerumus ke dalam kenakalan remaja, salah satunya tidak bergaul dengan teman yang salah. Tidak lama kemudian, pemuda yang lain mengangkat tangan menyambung pertanyaan yang sebelumnya. Bagaimana jika kita sudah menjadi salah satu dari remaja yang sudah mengkonsumsi narkoba, bagaimana cara kita untuk berhenti mengkonsumsinya..? Narasumber lagi-lagi menjelaskan dengan detail bagaimana cara agar pemuda tidak mudah terjerumus pada kenakalan remaja, selain itu beliau juga memberikan tips jitu untuk berhenti dari mengkonsumsi, tapi cara itu berhasil jika para pengguna masih dalam masa awal mengkonsumsi narkoba tersebut. Tetapi jika sudah terlalu lama dia mengkonsumsi barang terlarang tersebut maka bukan lagi lingkungan atau dirinya sendiri yang membantunya lepas dari

107 belenggu narkoba, melainkan tempat dimana memang khusus digunakan untuk para pengguna narkoba agar bisa lepas dari belenggu narkoba, yaitu rehabilitasi. Saat direhabilitasi, korban pengguna narkoba tidak mudah untuk melepaskan belenggunya dari narkoba, butuh waktu cukup lama untuk dia sembuh dari ketergantungan narkoba yang selama ini dia konsumsi. Gambar 11. Suasana saat proses pendidikan hidup sehat tanpa narkoba Setelah dirasa cukup oleh narasumber menjelaskan tentang pendidikan tentang bahaya dari narkoba, moderator mengakhiri acara ini. Sebelum mengakhiri moderator memberikan kesimpulan dari semua materi yang telah dijelaskan oleh narasumber. Akhirnya acara tersebut diakhiri oleh maderator dan ditutup dengan do a oleh mudin local. B. Pembentukan Organisasi Pemuda Masangan (Group Banjari) Saat melakukan evaluasi dalam aksi yang pertama, local leader memutuskan untuk membentuk organisasi pemuda. Organisasi yang dipilih oleh local leader in adalah pembentukan organisasi group banjari. Local leader

108 memilih banjari karena kebanyakan pemuda di Desa Masangan Wetan ini sering melakukan sholawatan bersama di mushollah. Dari kesukaan pemuda pada sholawat tersebut menjadikan local leader yaqin untuk membentuk group banjari. Selain sebagai wadah potensi dari mereka, organisasi ini juga memberikan pendidikan seni banjari juga memberikan kegiatan yang bermanfaat bagi para pemuda penerus generasi. Group banjari yang dibentuk oleh peneliti dan local leader ini mulai diusulkan pada kepala Desa Masangan Wetan, karena bapak kepala desa menginginkan penerus generasi muda yang baik, beliau juga menginginkan para pemuda di Desa Masangan Wetan juga bebas dari narkoba. Karena itu beliau langsung menyetujui akan usulan para local leader dan peneliti. Beliau juga mengutus para remaja masjid juga andil dan ikut membantu dalam pembentukan group banjari ini. Respon positif dari para remaja masjid dan kepala desa ini memberikan semangat bagi peneliti dan local leader dalam membentuk group banjari yang baik. Local leader, peneliti yang dibantu dengan anggota remaja masjid mulai mempersiapkan pembentukan group banjari. Mulai dari tenaga pengajar banjari, alat untuk banjari, selain itu mereka mulai menacari anggota dari para pemuda Masangan Wetan untuk mengikuti group banjari ini. Setelah dirasa cukup dalam persiapan pembentukan group banjari ini, local leader yang di bantu dengan

109 anggota remaja masjid ini meminta dari bapak kepala desa untuk meresmikan organisasi pemuda yang berupa group banjari ini. Gambar 12: Prosesi latihan banjari Anggota yang mengikuti pun tidak sedikit, karna sebelumnya local leader tau bahwa kebanyakan dari Pemuda Masangan Wetan menyukai dengan seni sholawat ini. Dari pengetahuan local leader tersebut akhirnya memberikan dampak yang baik pada keikut sertaan para pemuda Masangan Wetan. Pada tanggal 10 april akhirnya bapak kepala desa meresmikan organisasi pemuda group banjari di Desa Masangan Wetan. Selain dari bapak kepala desa yang memberikan respon yang positif, ternyata respon positif tersebut juga datang dari orang tua pemuda di Desa Masangan Wetan. Local leader dan bapak kepala desa mengharapakan organisasi pemuda yang baru diresmikan ini dapat menimbulkan kesadaran akan pentingnya tidak terjerumus pada kenakalan

110 remaja, selain itu beliau juga berharap dengan kegiatan yang dilakukan oleh organisasi pemuda ini dapat mengurangi pemakaian narkoba yang dilakukan oleh para pemuda Masangan Wetan. C. Monitoring Evaluasi Partisipatif Monitoring Partisipatif atau sering dikenal dengan MONEV. MONEV ini menjadi langkah terakhir sebuah pendampingan. Langkah ini dilakukan untuk melakukan evaluasi dengan masyarakat. Di dalam langkah ini mengevaluasi hasil setiap kegiatan atau aksi yang sudah dilakukan sebelumnya. Dalam menjalankan monev ini tidak hanya dikaji oleh peneliti saja, melainkan dikaji bersama masyarakat, local leader dan masyarakat yang bersangkutan lainnya. Kegiatan ini dilakukan di rumah Iwan yang menjadi tempat mengevaluasi seluruh kegiatan yang sudah dilaksanakan. Gambar 13. Evaluasi aksi pertama dan FGD dalam merencanakan pembentukan organisasi pemuda. Pada aksi pertama, yaitu pendidikan tentang masalah bahaya narkoba dan akibat dalam penggunaannya. Dalam aksi ini peneliti beserta local leader menilai

111 bahwasanya aksi yang telah dilakukan ini, cukup berpengaruh pada para pemuda yang hadir. Suatu hal positif, karena terbukti dari salah satu peserta yang hadir mulai sadar akan bahaya narkoba, dan ingin mengetahui cara untuk agar mereka tidak terjerumus dalam belenggu narkoba. Selanjutnya pertanyaan berbeda yang muncul dari peserta lain, pertanyaan tersebut menjadi bukti bahwasanya mereka sadar akan bahaya dalam mengunakan narkoba dan ada keinginan berhenti untuk tidak mengkonsumsi narkoba tersebut. Pada aksi pertama ini cukup memberikan kesadaran bagi para pemuda desa Masangan Wetan, meski sepertinya tidak seluruh dari peserta pendidikan tersebut sadar akan bahaya narkoba dan akibat mengkonsumsinya. Pada aksi yang kedua yaitu usulan para local leader tentang usulan untuk membentuk organisasi pemuda yang berupa group banjari. Aksi ini memberikan dampak yang sangat baik dan besar pada masyarakat Masangan Wetan, terutama pada para pemuda Masangan Wetan dan para orang tua. Karena dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kegiatan yang berguna, selain itu juga mereka berharap dapat mengurangi penggunaan narkoba yang dilakukan oleh para pemuda Masangan Wetan. D. Dampak Perubahan Sosial Yang Terjadi Setelah Proses Pendampingan Dalam setiap proses pasti ada dampak yang ditimbulkan, baik dampak yang bermanfaat maupun dampak yang kurang baik. Dalam proses pendampingan ini, tidak berbeda dengan pendampingan yang lain. Proses pendampingan ini juga melahirkan dampak yang baik bagi masyarakat dan juga

112 lingkungan social sekitar. Dampak yang ditimbulkan dari proses pendampingan ini cukup memuaskan bagi peneliti dan para local leader yang berusaha dari awal hingga akhir. Dampak baik tersebut berupa kesadaran yang dimunculkan oleh para peserta pendidikan. Meskipun sebenarnya perubahan tersebut tidak muncul dari keseluruhan peserta yang hadir dalam acara tersebut, tetapi mungkin dari perubahan kecil itu bisa berkembang perubahan yang besar. Tentunya tidak dibuktikan dalam waktu yang singkat. Dampak dari proses pendampingan ini memang tidak terlalu terlihat, dikarenakan dampak yang ditimbulkan sangat kecil. Peneliti beserta local leader pun menyadari bahwa menimbulkan kesadaran dalam diri seseorang tidaklah cukup dengan waktu yang singkat, tetapi mereka yakin dengan adanya dampak dari pendidikan yang sudah dilaksanakan sudah memberikan sedikit pengetahuan bagi para pemuda desa Masangan Wetan akan bahaya mengkonsumsi narkoba. Di harapkan pula dengan adanya pembentukan grup banjari bisa meningkatkan kesadaran para pemuda, selain itu juga agar para pemuda tidak membuang waktu dengan kegiatan yang sia-sia, dan juga dapat mengurangi kebiasaan buruk yang biasa dilakukan. Dengan dibentuknya grup banjari tersebut, para pemuda lebih dikontrol oleh para pemuka agama. Mereka lebih diarahkan Kearah yang lebih positif dalam menyongsong masa depan. Dan yang pastinya agar generasi penerus bisa dipersiapkan.