ABSTRAK. Oleh: DYAN RIRIHIRAWATI NIM. E Kata-kata kunci (key words): Panti Asuhan, Interaksi Sosial, Anak, Orang Tua

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Lanjut usia akan dikaji tentang pengertian lanjut usia dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok dari orang-orang yang disatukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penitipan orang tua ke panti jompo menjadi alternatif pilihan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan kelompok usia lain. Pergeseran distribusi usia seringkali

BAB I PENDAHULUAN. angka harapan hidup semakin tinggi, sehingga kebutuhan ini mendesak yang

para1). BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan menjadi 3 yakni young old (70-75 tahun), old ( laporan PBB, populasi lansia meningkat sebesar dua kali lipat hanya

BAB I PENDAHULUAN. diramalkan. Setiap masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soekanto (1982: 243) berpendapat bahwa peranan adalah. seseorang dalam suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

5 INTERAKSI SOSIAL LANSIA DI BADAN PERLINDUNGAN SOSIAL TRESNA WERDHA (BPSTW) CIPARAY DENGAN KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dan usia tujuh puluh sampai akhir kehidupan (usia lanjut). Pada masa lansia

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB III ALASAN PENITIPAN ORANG TUA DI PANTI JOMPO OLEH ANAK. A. Gambaran Umum Panti Tresna Werdha Hargodedali Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. membagi lansia ke dalam 3 tahapan yaitu young old, old-old, dan oldest old.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, yang. telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah masa penutup. Masa penutup merupakan masa dimana. penurunan jumlah aktivitas (Hurlock, 1999).

Bab I Pendahuluan. Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup bermasyarakat atau dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan dari masyarakat Indonesia. Sebelumnya istilah Disabilitas. disebagian masyarakat Indonesia berbeda dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, ada sebagian orang yang secara fisik mengalami kecacatan. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan dalam bidang pendidikan dan teknologi yang pesat

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. masa untuk menjadi sakit sakitan, sesuatu hal buruk, mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tidak setiap anak atau remaja beruntung dalam menjalani hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

PENDEKATAN TEORETIS Tinjauan Pustaka Pengertian Lanjut Usia Pelayanan Lansia

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

II. KAJIAN PUSTAKA. makhluk lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari pasti mengalami apa itu proses. dalam kehidupan sosial (Soekanto, 1996: 140).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

I. PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak semua manusia, baik kaya, msikin, tua, maupun muda.

BAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB 1 : PENDAHULUAN. berjumlah 142 juta orang dan diperkirakan akan terus meningkat hingga tiga kali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Papalia, 2008). Berkembangan manusia tidak hanya secara fisik tetapi juga secara

Usia yang Tinggal di Panti Werdha

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Saat ini bidang ekonomi, jasa dan perdagangan di Tangerang Selatan sedang mengalami perkembangan yang memberikan

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

KONSEP INTERAKSI KOMUNIKASI PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut organisasi kesehatan dunia (WH O), ada empat tahapan batasan-batasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sempurna, baik jasmani maupun rohani. Kondisi ini adalah kesempurnaan yang

Eni Yulianingsih F

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

BAB II LANDASAN TEORI. A. Interaksi Sosial. Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang harus dicapai, untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mengatasi

PERILAKU BERAGAMA USIA LANJUT Fauziah Nasution

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas maka

Interaksi Pustakawan Dan Pemustaka

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

Transkripsi:

ABSTRAK INTERAKSI SOSIAL ANTARA ANAK DAN ORANG TUA PADA UNIT PELAKSANA TEKNIS (UPT) PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MULIA DHARMA PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA Oleh: DYAN RIRIHIRAWATI NIM. E41108007 Penelitian ini berjudul Interaksi Sosial Antara anak dan Orang Tua Pada UPT Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma Pemerintah Kabupaten Kubu Raya. yang melatarbelakangi penelitian ini adalah rendahnya intensitas kunjungan anak kepada orang tua yang berada di panti sosial tersebut, dan adanya disharmoni hubungan orang tua dan anak. Masalah pada penelitian ini dirumuskan Bagaimanakah Interaksi Sosial Antara anak dan Orang Tua Pada UPT Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma Pemerintah Kabupaten Kubu Raya?. Adapun tujuan penelitian ini adalah: untuk mendiskripsikan pola interaksi sosial antara anak dan orang tua pada UPT Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma Pemerintah Kabupaten Kubu Raya, meliputi: kerjasama, simpati, pemberian motivasi, empati, dan pertentangan (konflik) yang terjadi antara anak dan orang tua. Penelitian ini tergolong jenis penelitian deskriptif, teknik pengumpulan data berupa observasi dan wawancara, subjek penelitian ini adalah para lansia penghuni panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma Pemerintah Kabupaten Kubu Raya dan pegawai UPT panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma Pemerintah Kabupaten Kubu Raya. Kata-kata kunci (key words): Panti Asuhan, Interaksi Sosial, Anak, Orang Tua 1

A. Pendahuluan Di zaman modern, hubungan orang muda dan orang tua semakin renggang. Kesibukan yang melanda kaum muda hampir menyita seluruh waktunya, sehingga mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk memikirkan orang tua. Kondisi seperti ini menyebabkan terjadinya disorientasi hubungan antara anak dan orang tua, karena disebabkan oleh kurangnya komunikasi antara anak dan orang tua, kurangnya perhatian dan pemberian perawatan terhadap orang tua. Kondisi perkotaan yang berpacu untuk memperoleh kekuasaan dan kekayaan banyak menimbulkan rasa kecemasan, ketegangan, ketakutan, bagi penduduknya. Kondisi perkotaan yang besifat dan orang tua lanjut usia menjadi longgar sehingga mereka merasa kesepian dan terabaikan. Penelitian yang telah dilakukan oleh Sari Hayati yang berjudul Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesepian Pada Lansia dalam skripsi, (2010:92), mengemukakan bahwa: terjadinya disharmoni interaksi sosial antara anak dengan orang tua lansia, disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain penghasilan yang tidak memadai, adanya anggota keluarga yang masih membutuhkan perhatian khusus, kesibukan anggota keluarga karena bekerja dan lain sebagainya. Kondisi ini menyebabkan kebutuhan lanjut usia tidak dapat terpenuhi bahkan kehidupannya cenderung menjadi terlantar, dan akan individualisme menyebabkan menimbulkan rasa kesepian bagi orang interaksi/kontak sosial antara anak tua lanjut usia. Mereka merasa tidak 2

senang dan bahagia dalam masa tuanya, karena berbagai kebutuhan hidup dasar tidak terpenuhi, merasa sangat sedih, dan sangat kawatir terhadap keadaan lingkungannya. Lebih lanjut dikemukakan oleh Sari Hayati, bahwa pada kondisi inilah peran anak diharapkan menjadi lingkungan pertama dan utama yang dapat memberikan rasa nyaman dan aman bagi orang tua lanjut usia. Namun demikian, tidak semua anak berkemampuan memberikan rasa nyaman dan aman bagi orang tua lanjut usia. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh faktor ekonomi, kesibukan karena pekerjaan semata, akan tetapi tidak terjalinnya interaksi sosial yang baik antara anak dengan orang tua juga disebabkan karena adanya perbedaan pendapat dan perselisihan paham antara anak dan orang tua, sehingga orang tua lansia lebih memilih panti sosial sebagai tempat yang nyaman dan aman untuk menghabiskan hari tuanya. Panti Sosial Tresna Mulia Dharma Kabupaten Kubu Raya selaku Unit Pelaksana Teknis dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kubu Raya, menyantuni 87 orang lanjut usia terlantar, dengan didukung oleh 8 orang petugas yang terdiri dari: 3 orang pegawai administrasi, 2 orang petugas Rendahnya intensitas kunjungan anak kepada orangtua yang berada di panti, menyebabkan kurangnya komunikasi dan dukungan sosial anak terhadap orang tua. Selain itu faktor ekonomi, kesibukan pekerjaan dan faktor domisili dijadikan pembenaran anak untuk menitipkan orang tua pada Panti Sosial Tresna Mulia Dharma Kabupaten Kubu Raya. Hal lain 3

adalah terjadinya disharmoni hubungan orang tua dan anak, sehingga menyebabkan orang tua mengambil inisiatif tinggal di panti untuk mencari ketenangan dan untuk menghindari perselisihan dengan anak. dengan kelompok lainnya, maupun antara kelompok dengan individu. Dalam interaksi juga terdapat simbol, di mana simbol diartikan sebagai sesuatu yang nilai atau maknanya diberikan kepadanya oleh mereka yang menggunakannya Berdasarkan permasalahan Young dan Mack (2000:89), tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Interaksi Sosial Antara anak dan Orang Tua Pada UPT Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma Pemerintah Kabupaten Kubu Raya. B. Kajian Pustaka 1. Definisi Interaksi Sosial Interaksi sosial dapat diartikan sebagai hubunganhubungan sosial yang dinamis. Hubungan sosial yang dimaksud dapat berupa hubungan antara individu yang satu dengan individu lainnya, antara kelompok yang satu mendefinisikan interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi sosial, tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Dengan kata lain bahwa interaksi sosial merupakan intisari kehidupan sosial. Artinya, kehidupan sosial dapat terwujud dalam berbagai bentuk pergaulan seseorang dengan orang lain. Selanjutnya Gillin dan Gillin ( dalam Ali, 2004: 86) mendefinisikan interaksi sosial sebagai hubunganhubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang 4

perorangan, antara kelompokkelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Bertemunya orang-perorangan secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup scmacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang atau kelompokkelompok manusia bekerjasama, saling berbicara, dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama. Homans ( dalam Ali, 2004: 87) mendefinisikan interaksi sebagai mengandung pengertian bahwa interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya. Sedangkan menurut Shaw (dalam Ihrom, 2004:109), interaksi sosial adalah suatu pertukaran antar pribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masingmasing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Hal senada juga dikemukan oleh Ali, (2004:21), suatu kejadian ketika suatu aktivitas bahwa interaksi sosial sebagai yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain atau berkomunikasi satu sama lain. Jadi dalam kasus interaksi, tindakan 5

setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain. bekerja sama, berbicara, berjabat tangan atau bahkan terjadi Berdasarkan beberapa persaingan dan pertikaian. pendapat ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, interaksi adalah hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing-masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak- pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi. Interaksi sosial merupakan proses komunikasi diantara orang-orang untuk saling mempengaruhi perasaan, pikiran dan tindakan. Interaksi sosial akan berlangsung apabila seorang individu melakukan tindakan dan dari tindakan tersebut menimbulkan reaksi individu yang lain. Interaksi sosial terjadi jika dua orang atau lebih saling berhadapan, 2. Konsep Lanjut Usia Lanjut usia merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (BKKBN, 1998). Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, 6

jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat. Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri. Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap pengambilan keputuan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun. Akan tetapi di Indonesia kelas sosial yang tinggi yang harus dihormati oleh warga muda (Suara Pembaharuan 14 Maret 1997). Menurut Neugarten (1968:28) dan Chalhoun (1995:101), masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Tetapi bagi orang lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini. Pandangan ini tidak memperhitungkan bahwa kelompok lanjut usia bukanlah kelompok orang yang homogen. Usia tua dialami dengan cara yang berbeda-beda. Ada orang berusia lanjut yang mampu melihat arti penting usia tua dalam konteks eksistensi manusia, yaitu sebagai masa hidup yang memberi penduduk lanjut usia menduduki mereka kesempatan-kesempatan 7

untuk tumbuh berkembang dan bertekad berbakti. Ada juga lanjut usia yang memandang usia tua dengan sikap - sikap yang berkisar antara kepasrahan yang pasif dan pemberontakan, penolakan, dan keputusasaan. Lansia ini menjadi terkunci dalam diri mereka sendiri dan dengan demikian semakin cepat proses kemerosotan jasmani dan mental mereka sendiri. Disamping itu untuk mendefinisikan lanjut usia dapat ditinjau dari pendekatan kronologis. Menurut Supardjo (1982:72), usia kronologis merupakan usia seseorang ditinjau dari hitungan umur dalam angka. Dari berbagai aspek pengelompokan lanjut usia yang paling mudah digunakan adalah usia kronologis, karena batasan usia ini mudah untuk diimplementasikan, karena informasi tentang usia hampir selalu tersedia pada berbagai sumber data kependudukan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun. Sedangkan menurut Prayitno dalam Aryo (2002:43), mengatakan bahwa setiap orang yang berhubungan dengan lanjut usia adalah orang yang berusia 56 tahun ke atas, tidak mempunyai penghasilan dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok bagi kehidupannya seharihari. Saparinah ( 1983:46), berpendapat bahwa pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok umur yang mencapai tahap praenisium pada tahap ini akan 8

mengalami berbagai penurunan daya tahan tubuh/kesehatan dan berbagai tekanan psikologis. Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya. Demikian juga batasan lanjut usia yang tercantum dalam Undang-Undang No.4 tahun 1965 tentang pemberian bantuan penghidupan orang jompo, bahwa yang berhak mendapatkan bantuan adalah mereka yang berusia 56 tahun ke atas. Dengan demikian dalam antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhankebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik. undang-undang tersebut menyatakan Kebutuhan tersebut bahwa lanjut usia adalah yang berumur 56 tahun ke atas. 2.2.1. Kebutuhan Hidup Orang Lanjut Usia Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri. Kebutuhan tersebut sejalan dengan pendapat Maslow dalam Koswara (1991:36),yang menyatakan bahwa kebutuhan manusia meliputi: (1) Kebutuhan fisik (physiological needs) adalah kebutuhan fisik atau biologis seperti pangan, sandang, papan, seks dan 9

sebagainya. (2) Kebutuhan ketentraman (safety needs) adalah kebutuhan akan rasa keamanan dan ketentraman, baik lahiriah maupun batiniah seperti kebutuhan akan jaminan hari tua, kebebasan, kemandirian dan sebagainya (3) Kebutuhan sosial (social needs) adalah kebutuhan untuk bermasyarakat atau berkomunikasi dengan manusia lain melalui paguyuban, organisasi profesi, kesenian, olah raga, kesamaan hobby dan sebagainya (4) Kebutuhan harga diri (esteem needs) adalah kebutuhan akan harga diri untuk diakui akan keberadaannya, dan (5) Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) adalah kebutuhan untuk mengungkapkan kemampuan fisik, rohani maupun daya pikir berdasar bersemangat untuk hidup, dan berperan dalam kehidupan. Sejak awal kehidupan sampai berusia lanjut setiap orang memiliki kebutuhan psikologis dasar (Setiati, 2000:97). Kebutuhan tersebut diantaranya orang lanjut usia membutuhkan rasa nyaman bagi dirinya sendiri, serta rasa nyaman terhadap lingkungan yang ada. Tingkat pemenuhan kebutuhan tersebut tergantung pada diri orang lanjut usia, keluarga dan lingkungannya. Selain itu terdapat beberapa faktor yang menjadi kebutuhan orang lanjut usia, diantaranya: 1. Faktor Hubungan Sosial Faktor hubungan sosial meliputi hubungan sosial antara orang lanjut usia dengan keluarga, pengalamannya masing-masing, teman sebaya/ usia lebih muda, dan masyarakat. Dalam 10

hubungan ini dikaji berbagai bentuk kegiatan yang diikuti lanjut usia dalam kehidupan sehari-hari. 2. Sosialisasi Pada Masa Lanjut Usia Sosialisasi lanjut usia mengalami kemunduran setelah terjadinya pemutusan hubungan kerja atau tibanya saat pensiun. Temanteman sekerja yang biasanya menjadi curahan segala masalah sudah tidak dapat dijumpai setiap hari. Lebih-lebih lagi ketika teman sebaya/sekampung sudah lebih dahulu meninggalkannya. Sosialisasi yang dapat dilakukan adalah dengan keluarga dan masyarakat yang relatif berusia muda. Pada umumnya hubungan sosial yang dilakukan para lanjut usia adalah karena mereka mengacu pada teori pertukaran sosial. Dalam teori pertukaran sosial sumber kebahagiaan manusia umumnya berasal dari hubungan sosial. Hubungan ini mendatangkan kepuasan yang timbul dari perilaku orang lain. Pekerjaan yang dilakukan seorang diripun dapat menimbulkan kebahagiaan seperti halnya membaca buku, membuat karya seni, dan sebagainya, karena pengalamanpengalaman tadi dapat dikomunikasikan dengan orang lain. Menurut Gulardi (1999:75), ada dua syarat yang harus dipenuhi bagi perilaku yang menjurus pada pertukaran sosial : (1) Perilaku tersebut berorientasi pada tujuantujuan yang hanya dapat dicapai melalui interaksi dengan orang lain (2) Perilaku harus bertujuan untuk memperoleh sarana bagi pencapaian tujuan. Tujuan yang hendak dicapai dapat berupa imbalan intrinsik, yaitu 11

imbalan dari hubungan itu sendiri, atau dapat berupa imbalan ekstrinsik, yang berfungsi sebagai alat bagi suatu imbalan lain dan tidak merupakan imbalan bagi hubungan itu sendiri. Jadi pada umumnya kebahagiaan dan penderitaan manusia ditentukan oleh perilaku orang lain. Sama halnya pada tindakan manusia yang mendatangkan kesenangan disatu pihak dan ketidaksenangan di pihak lain. Lebih lanjut dikatakan oleh Soekamto ( 1997:27) bahwa interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat, yaitu : (1) Adanya kontak sosial. Dengan perkembangan teknologi sekarang ini kontak sosial dapat dilakukan melalui, surat, telepon radio dan sebagainya. (2) Adanya komunikasi. Berkomunikasi adalah suatu proses yang setiap hari dilakukan. Akan tetapi komunikasi bukanlah suatu hal yang mudah. Sebagai contoh salah paham merupakan hasil dari komunikasi yang tidak efektif dan sering terjadi. Berkomunikasi dengan orang lanjut usia merupakan hal lebih sulit lagi. Hal ini disebabkan lanjut usia memiliki ciri yang khusus dalam perkembangan usianya. Ada dua sumber utama yang menyebabkan kesulitan berkomunikasi dengan lanjut usia, yaitu penyebab fisik dan penyebab psikis. Penyebab fisik, pendengaran lanjut usia menjadi berkurang sehingga orang lanjut usia sering tidak mendengarkan apa yang dibicarakan. Secara psikis, orang lanjut usia merasa mulai kehilangan kekuasaan sehingga ia menjadi seorang yang lebih sensitif, mudah tersinggung sehingga sering 12

menimbulkan kesalah pahaman. Simulasi yang bersifat simultif/merangsang lanjut usia untuk berpikir, dan kemampuan berpikir lanjut usia akan tetap aktif dan terarah. usia tidak dapat terpenuhi bahkan kehidupannya cenderung menjadi terlantar, dan akan menimbulkan rasa kesepian bagi orang tua lanjut usia. Mereka merasa tidak senang dan bahagia dalam masa tuanya, karena berbagai kebutuhan hidup dasar tidak 3. Hasil Penelitian Yang Relevan Hasil penelitian yang relevan berjudul Pengaruh Interaksi Sosial Terhadap Kesepian Pada Lansia dalam skripsi, (tahun 2010) oleh Sari Hayati, hasil penelitian menunjukkan bahwa: terjadinya disharmoni interaksi sosial antara anak dengan orang tua lansia, disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain penghasilan yang tidak memadai, adanya anggota keluarga yang masih membutuhkan perhatian khusus, kesibukan anggota keluarga karena bekerja dan lain sebagainya. Kondisi ini menyebabkan kebutuhan lanjut terpenuhi, merasa sangat sedih, dan sangat kawatir terhadap keadaan lingkungannya. Hal lain yang mempengaruhi interaksi sosial terhadap kesepian pada lansia adalah tidak terjalinnya interaksi sosial yang baik antara anak dengan orang tua yang disebabkan karena adanya perbedaan pendapat dan perselisihan paham antara anak dan orang tua, sehingga orang tua lansia lebih memilih panti sosial sebagai tempat yang nyaman dan aman untuk menghabiskan hari tuanya. Terdapat perbedaan antara penelitian Sari Hayati dengan penelitian penulis, yaitu; pada 13

penelitian ini penulis memfokuskan penelitian ini pada pola interaksi panti sangat berarti bagi lansia. Diharapkan anak untuk sosial yang meliputi; pola asosiatif meningkatkan intensitas dan pola dissosiatif, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Sari Hayati memfokuskan penelitiannya pada proses terjadinya interaksi social. C. Saran-Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas, maka sebagai solusinya dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Untuk menghindari salah paham kunjungannya kepada orangtua, untuk menghindarkan perasaan keterasingan dan kesepian lansia yang berada di panti. 3. Faktor ketidakmampuan secara ekonomi, domisili, dan kesibukan pekerjaan anak membiayai keluarganya hendaknya tidak dijadikan alasan untuk melakukan interaksi sosial kepada orangtua yang tinggal dan ketersinggungan orangtua dipanti. dalam berkerjasama, hendaknya anak berkomunikasi dengan orang kata-kata sopan dan dengan rasa cinta kepada orangtua. 2. Motivasi, empati dan simpati dalam bentuk perhatian anak kepada orangtua yang tinggal di 14

D. DAFTAR PUSTAKA Ali, Abdullah. 2004. Interaksi Sosial Berbasis Kekerabatan. Jakarta : Rineka Cipta Boedhi dan Darmojo. 1999. Lansia Sebagai Modal Pembangunan: Peluang Dan Tantangan Jakarta: Yayasan Bina Psikologi. Departemen Sosial RI. 2003. Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Sosial Lanjut Usia Berbasis Keluarga. Ditjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Ditjen Bina Pelayanan Sosial Lanjut Usia. Jakarta: Depsos RI. Faisal, Sanafiah. 1995. Metode Kualitatif Naturalistik. Malang: YA3. Ihrom, yudistira. 1992. Teori-teori Perubahan Sosial. Bandung:Pasca Sarjana UNPAD. Knapp, Mark L. 1988. The Family, Function, Conflicts And Symbols. Addison: Wesley Publising Company. Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta:Rineka Cipta. Kuntjoro, Garna. 2002. Proses Interaksi Sosial Individu Dan Kelompok. Bandung: Alphabeta. Miles Matthew B.dan A Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif. Tjetjep Rohendi Rohidi (Penterjemah). Jakarta: Universitas Indonesia Press Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito. Nasir, Moch. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alphabeta. Setiabudhi, Tony. 1995. Menuju Lanjut Usia Sejahtera. Jakarta; FKLU. Suharna, Edi. 2007. Pekerjaan Sosial Di Dunia Industry: Memperkuat Tanggungjawab Sosial Perubahan (Coorporatesosial Responsibility). Bandung: Refika Aditama. Rujukan Elektronik: http://belajarpsikologi.com/pengertia n-interaksisosial/#ixzz1gs238cuv, tanggal 23 Maret, 2012 15