1. TATA NAMA 2. BATASAN OBAT. Aktif secara fisiologis Zat kimia Racun

dokumen-dokumen yang mirip
1. TATA NAMA 4/16/2011. Oleh: Isnaini. Namalatin. Nama Indonesia. Nama lazim/generik. Acetosal Paracetamol. Acidum acetylsalicylicum Acetaminophenum

1. TATA NAMA. Oleh: Isnaini. Nama latin. Nama Indonesia. Nama lazim/generik. Acetosal Paracetamol. Acidum acetylsalicylicum Acetaminophenum

Tujuan Instruksional:

6/25/ Serbuk atau powder (Pulvis & pulveres ) 2. Granul (Granual atau Dry. granule) 3. Tablet (compressi) 4.

BENTUK SEDIAAN OBAT (BSO)

Setelah mengikuti kuliah topik ini, mahasiswa mampu memahami obat sebagai penunjang penatalaksanaan kesehatan, meliputi batasan obat, kategori obat,

Tujuan Instruksional:

Oleh: Joharman, M.Si, Apt

3/18/2013 PERIHAL OBAT. Oleh: Joharman BATASAN OBAT. Aktif secara fisiologis. Zat kimia. Racun

10/22/2012 PERIHAL OBAT. Oleh: Joharman BATASAN OBAT. Aktif secara fisiologis. Zat kimia. Racun

Sasaran Belajar : BENTUK SEDIAAN OBAT. Oleh: Isnaini. Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu: sediaan obat (BSO)

Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu: setengah padat yang banyak digunakan

Beberapa ketentuan mengenai obat daftar G: Oleh: Isnaini

1. TATA NAMA. Tujuan Instruksional:

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt

KATA PENGANTAR. Ilham Niawan

Bentuk Sediaan Obat (BSO)

Dept.Farmakologi dan Terapeutik, Universitas Sumatera Utara

DESAIN SEDIAAN FARMASI

2. Bentuk setengah Padat contohnya salep,krim,pasta,cerata,gel,salep mata. 3. Bentuk cair/larutan contohnya potio,sirop,eliksir,obat tetes,dan lotio.

BENTUK SEDIAAN OBAT DRA SRI SUHARMI, MS. APT BAGIAN FARMASI KEDOKTERAN FK-UGM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBERIAN OBAT RASIONAL (POR) dr. Nindya Aryanty, M. Med. Ed

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya

Rute Pemberian Obat. Indah Solihah

MAKALAH PERHITUNGAN DOSIS OBAT DISUSUN OLEH : VERTI AGSUTIN

Dalam bentuk tablet, kaplet, pil, sirup, kapsul, atau puyer. Kelemahannya : Aksinya lambat, tidak dapat digunakan pada keadaan gawat.

6/3/2011 DOKTER FARMASIS PERAWAT. 1. Independen 2. Interdependen 3. Dependen 4. Peneliti

IMPLIKASI FARMAKOLOGI KEPERAWATAN 1

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

Medikasi: pemberian zat/obat yang bertujuan untuk diagnosis, pengobatan, terapi, atau pereda gejala, atau untuk pencegahan penyakit Farmakologi: ilmu

LEBIH DEKAT DENGAN OBAT

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS :

Pembelajaran e-learning bab 3 dan 4 (kelas A)

Paradigma dalam pengembangan obat. Pertimbangan terapeutik Pertimbangan biofarmasetik Pendekatan fisikokimia 4/16/2013 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

TINJAUAN ASPEK FARMASETIK PADA RESEP RACIKAN DI TIGA APOTEK KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. racun yang jika tidak digunakan sebagaimana mestinya dapat membahayakan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN ASPEK FARMASETIK PADA RESEP RACIKAN DI LIMA APOTEK DI KOTAMADYA PEKALONGAN PERIODE JANUARI-JUNI 2009 SKRIPSI. Oleh : EBTARINI K

PULVIS, PULVERES, TABLET dan KAPSUL

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

PENGGOLONGAN OBAT. Hidayah Sunar Perdanastuti Program Studi Farmasi Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan pengisi (Ditjen POM, 1995). Tablet dapat dibuat dengan berbagai ukuran,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN ASPEK FARMASETIK PADA RESEP RACIKAN DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

Sub Pokok Bahasan. - Batasan sediaan steril -Macam2 sediaan steril -Persyaratan steril. membuat sediaan steril - Formula sediaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan terutama untuk pasien pediatri. Di Indonesia bentuk racikan

mempermudah dalam penggunaannya, orally disintegrating tablet juga menjamin keakuratan dosis, onset yang cepat, peningkatan bioavailabilitas dan

MATA KULIAH FARMAKOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEDIAAN INJEKSI (PARENTERAL)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Medication Errors - 2

SEDIAAN OBAT MATA PENDAHULUAN

Definisi: Suatu proses yang dilakukan tubuh terhadap obat, meliputi: absorpsi, distribusi, metabolisme dan eksresi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana praformulasi injeksi Difenhidramin HCl? Bagaimana formulasi injeksi Difenhidramin HCl?

OBAT Definisi dan Penggolongannya. Indah Solihah,S.Farm.,M.Sc.,Apt

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

DRA. HELNI, APT, M.KES

SERBUK F A R M A S E T I K D A S A R

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

FARMAKOPE INDONESIA YENI FARIDA S.FARM., M.SC., APT

Pulvis Adspersorius (Bedak Tabur) Prof. Dr. Henny Lucida, Apt

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Batasan Partikel partikulat Kelebihan pengisian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

bebas dari kerusakan fisik, serta stabil cukup lama selama penyimpanan (Lachman et al., 1986). Banyak pasien khususnya anak kecil dan orang tua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DRUG DELIVERY SYSTEM INTRANASAL FIFI ELVIRA JAMRI ( )

PENYIMPANAN OBAT Tujuan penyimpanan Agar obat tidak menguap Agar khasiat obat tidak berubah Agar obat tetap dalam keadaan baik dan bersih Agar obat ti

Penyimpanan Obat. Standar penyimpanan obat yang sering di gunakan adalah sebagai berikut :

TIK : Mahasiswa kan dapat menjelaskan pengertian, formula dan cara pembuatan bentuk sediaan larutan

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. SYARAT-SYARAT PEMBAWA/PELARUT HARUS INERT SECARA FARMAKOLOGI DAPAT DITERIMA DAN DISERAP DENGAN BAIK OLEH TUBUH TIDAK TOKSIS DALAM JUMLAH YANG DISUN

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini di Indonesia, pemanfaatan tanaman obat sebagai obat tradisional

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

DOSIS OBAT. Dra. Helni. MKes, Apt

Transkripsi:

1. TATA NAMA Oleh: Isnaini Nama latin Acidum acetylsalicylicum Acetaminophenum Nama Indonesia Asam asetisalisilat Asetaminofen Nama lazim/generik Acetosal Paracetamol 2. BATASAN OBAT Aktif secara fisiologis Zat kimia Racun Kep. MenKes RI No. 193/Kab/B.VII/71: Obat : bahan/paduan bahan untuk menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit/gejala penyakit, luka/kelainan badaniah & rohaniah pada manusia/hewan & memperelok/memperindah badan/bagian badan manusia.

Permenkes RI No. 242/1990 Obat jadi : Sediaan/paduan bahan untuk mempengaruhi/menyelidiki sistim fisiologi/keadaan patologi untuk penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan & kontrasepsi. 3. KATEGORI OBAT a. UU Farmasi: 1. Obat Daftar O (Narkotika) ciri: Harus dengan resep dokter, lengkap dengan tanda tangannya Tidak boleh diulang, kec resep baru Disimpan di lemari khusus terkunci rapat dari kayu Bila lemarinya kecil, maka dipaku ke dinding Mempunyai pintu dua 2. Obat Daftar G (Obat Keras) Definisi obat yang berkhasiat mengobati, menguatkan, mendesinfeksikan tubuh manusia, dan lain-lain, obat berada baik dalam bungkusan maupun tidak. Ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan berupa Daftar Obat Keras dengan pemberian nomor-nomor K 3. Obat Daftar W (Obat Bebas & Obat Bebas Terbatas) Hanya dijual dalam bungkusan asli Pada wadah tercantum tanda peringatan (tanda P) berwarna hitam tulisan putih, berukuran 5 x 2 cm & berisi:

* P1 : Awas! Obat Keras, baca aturan pakainya. Contoh: - Benadryl tablet = Difenhidramin tablet, maximum 10 tablet @ 50mg * P2 : Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur. Jangan ditelan Contoh: Gargarisma Kan * P3 : Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar badan Contoh: - Obat luka: Jodium tinctuur, * P4 : Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar Contoh: Asma sigaret * P5 : Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan Contoh: Sulfanilamid puyer steril 5 g * P6 : Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Suppositoria antihemoroid Obat bebas terbatas Obat bebas 4. Obat Psikotropika Mempengaruhi SSP: Istilah-istilah lain yang digunakan adalah psikomimetik, psikotogenik Suatu bahan halusinogen dapat memberikan halusinasi Termasuk halusinogen: LSD atau LSD 25, DMT, DMNP, THC, STP, DOM, Mescaline, Psilocine, Psilocybin, Semua isomer dari 3-methyl-2- phenylmorpholine Perangsang SSP: Amfetamin, Deksamfetamin, Metamfetamin, Metilfenidat, Pipradrol Penekan SSP: * Barbiturat dan semua derivat serta garamnya: * Hipnotika : antara lain Metilprilon, Metakualon, Etinamat

B. Menurut Cara Pemberiannya: Obat Dalam Obat Luar C. Menurut Khasiat/efek obat Dibagi berdasarkan kelas terapi (tercantum di DOEN) Penggolongan Berdasarkan Efek Farmakologi: 1.Tempat Kerja Dalam Tubuh 2.Aktivitas Terapeutik atau penerapannya 3.Mekanisme Kerja Farmakologi 4.Sumber asal 5.Sifat obat D. Obat Berdasarkan Sifat Kimia Asam Basa Garam Garam/senyawa kompleks Ester Kristal mengandung air Isotop Radioaktif

5. DOSIS OBAT DOSIS LAZIM DOSIS TERAPETIK Sejumlah obat (berat/volume/unit) yang memberikan efek terapeutik Selain itu DIKENAL PULA: Dosis toksis Dosis letalis Dosis awal atau dosis permulaan (loading dose atau initial dose) Dosis pemeliharaan (dosis maintenance) Dosis regimen Dosis maksimum 6. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DOSIS Faktor obat Cara Pemberian Faktor penderita Indikasi & Patologi Penyakit 8. CARA PEMBERIAN OBAT A. Tujuan terapi: * Indikasi penyakit * Onset & durasi obat B. Kondisi pasien * Kenyamanan dari pasien * Keamanan * Dapat menelan atau tidak * Sadar/tidak C. Sifat fisika - kimia obat * Stabilitas * Iritatif

Macam pemberian obat: ORAL PARENTERAL SECARA INHALASI MELALUI MEMBRAN MUKOSA PENGGUNAAN PADA/DALAM KULIT PEMBERIAN OBAT MELALUI ORAL AMAN EKONOMIS MENYENANGKAN Permasalahan bila obat diberikan secara oral: FISIOLOGI GIT dan hepar SIFAT OBAT BIOAVAILABILITAS BENTUK SEDIAAN KOOPERATIFITAS PENDERITA PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL Macam pemberian obat secara parenteral, yaitu: I.C. (Intrakutan) I.V. (Intravena) INTRATHECAL S.C. (Subkutan) I.P. (Intraperitonial) INTRA ARTERIAL I.M. (Intramuskular) INTRAKARDIAK Berdasarkan masuknya jumlah obat: Bolus Infus

Obat diberikan secara parenteral bila: Tidak/sedikit diabsorpsi melalui membran mukosa Rusak/inaktif di lambung Menyebabkan muntah Respon/efek cepat atau teratur Kondisi pasien muntah, tidak sadar, gangguan mental/jiwa Efek pemberian parenteral bersifat: a. Sistemik b. Lokal MASALAH Asepsis/steril/pirogenitas Tidak ekonomis: 1. Mahal 2. Perlu bantuan 3. Storage life Keamanan PEMBERIAN OBAT SECARA INHALASI 1. Melalui endotel alveoli/pulmo dengan cara dihirup melalui: Mulut Hidung 2. Bentuk sediaannya: Padat/cair mudah menguap Gas 3. Efek yang dihasilkan cepat: Aksi lokal Aksi sistemik 4. Masalah: Perlu alat khusus Dosis sukar diatur Iritasi Faktor sifat obat: Koefisien partisi Ukuran partikel Faktor aliran darah paru

PEMBERIAN OBAT MELALUI MEMBRAN MUKOSA Diberikan selain melalui mukosa pada GIT dan paru. Efek/aksinya: Lokal Sistemik Absorpsi melalui membran mukosa di: Mulut: - Sublingual - bukal - Hisap Mata: - Konjungtiva - Kornea HIDUNG: >> UAP >> CAIRAN * TETES * SEMPROT TELINGA - TETES - CAIRAN PENCUCI VAGINA AKSINYA LOKAL.: - ANTIINFEKSI - SPERMISIDAL REKTUM: Aksi: >> lokal >> sistemik Efek cepat Cocok untuk penderita: >> tidak sadar, muntah >> tidak dapat menelan Masalah: >> Absorpsi obat tidak menentu: * tercampur dengan feses * absorpsi tidak sempurna * luas permukaan terbatas >> Kepatuhan penderita >> Tidak bisa untuk semua obat Beberapa obat yang dapat diberikan dengan cara suppositoria : Spasmolitik, hipnotik, antiinflamasi

PEMBERIAN OBAT MELALUI KULIT 1. Aksi: Lokal Sistemik 2. Masalah: Sifat obat Kondisi kulit Bentuk sediaan FREKUENSI PEMBERIAN OBAT OBAT CARA PEMBERIAN KONDISI PENDERITA BENTUK SEDIAAN WAKTU PEMBERIAN OBAT 1. Perlu ditulis dalam resep Absorpsi yang paling baik pada saat lambung kosong, kecuali: Obat yang mengiritasi lambung Obat yang bekerja untuk mencerna makan Obat yang perlu perhatian pemberiannya: Furosemid Diazepam 2. Remember!!!! Mencapai efek optimal Efek samping minimal 3. Contoh waktu pemberian a.c. d.c. p.c. m v a.n. h.s.

LAMA PEMBERIAN OBAT Penyakit: >> Indikasi >> Perjalanan Akut Kronis Tujuan terapi >>Kausatif >>Simptomatik Obat yang diberikan Macam BSO Padat: BENTUK SEDIAAN OBAT (BSO) 1.Serbuk atau powder (Pulvis dan pulveres ) 2.Granul (Granual atau Dry granule) 3.Tablet (compressi) 4.kapsul (capsulae)

PULVIS DAN PULVERES (SERBUK ATAU POWDER) Campuran kering bahan obat yang dihaluskan, untuk pemakaian oral/pemakaian luar. 1. Serbuk terbagi Macam Serbuk: 2. Serbuk tak terbagi a. Serbuk oral tidak terbagi b. Pulveres adspersorium (serbuk tabur) c. Powder for injection (serbuk injeksi) Cara Penggunaan: Dilarutkan/disuspensikan dalam aquadest sebelum diminum. Pulvis adspersorius (serbuk tabur), ditaburkan pada kulit Serbuk injeksi, dilarutkan atau disuspensikan dalam aqua pro injeksi pelarut yang sesuai/tersedia Granul: Sediaan bentuk padat, berupa partikel serbuk dengan diameter 2-4 µm dengan atau tanpa vehikulum.

Macam: Bulk granules Divided granules Cara Penggunaan: Sebelum diminum, dilarutkan/disuspensikan dulu dalam air /pelarut yang sesuai dengan volume tertentu, menurut petunjuk dalam brosur yang disediakan. Tablet (compressi( compressi): Sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Macam: I. Berdasar teknik pembuatan: a. Tablet cetak b. Tablet kempa

2. Berdasar penggunaannya: Bolus Tablet triturat Tablet hipodermik Tablet bukal Tablet sublingual Tablet efervesen (tablet buih) Tablet kunyah (chewable tablet) Tablet Hisap (Lozenges) 1. Lokal 2. Sistemik Tablet berdasarkan formulasi dibedakan menjadi: Tablet Salut Gula (Tsg) (Dragee, Sugar Coated Tablet) Tablet Salut Film (Tsf) (Film Coated Tablet, Fct) Tablet Salut Enterik (Enteric Coated Tablet) Sediaan Retard (Sustained Released, Form Prolonged Action, Form Timesapan, Spanful) Macam-macam sediaan retard, yaitu controlled release, delayed release, sustained release, sustained action, prolonged action, prolonged release, time release, extended release, slow release, extended action Berdasar bentuknya: Bulat pipih Silindris Cara Penggunaan : Secara umum ditelan utuh kec tablet dengan penggunaan khusus seperti tablet hisap

CAPSULAE (KAPSUL) Sediaan padat terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin; tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Macam: 1.Kapsul cangkang keras (Hard capsule) 2. Kapsul cangkang lunak (Soft capsule) Sediaan cair solutiones (larutan) suspensiones (suspensi) emulsa (emulsi). Keuntungan sediaan cair: 1. Cocok untuk penderita yang sukar menelan 2. Absorpsi > cepat dibandingkan sediaan oral lain. 3. Homogenitas lebih terjamin. 4. Dosis/takaran dapat disesuaikan 5. Dosis lebih seragam 6. Cocok untuk obat yg mengiritasi mukosa lambung atau dirusak cairan lambung

kerugiaan sediaan cair: Tidak untuk obat yang tidak stabil dalam air obat pahit/baunya tidak enak sukar ditutupi. Sediaan tidak praktis dibawa Takaran obat tidak dalam dosis terbagi kec sediaan dosis tunggal, dan harus menggunakan alat khusus. Air merupakan media pertumbuhan bakteri dan merupakan katalis reaksi. Pemberian obat menggunakan alat khusus/orang khusus (sediaan parenteral). Sediaan cair Oral Potiones (obat minum) Elixir Sirup Guttae (drop) Sediaan cair Topikal Collyrium (kolirium) Guttae ophthalmicae (tetes mata) Gargarisma (Gargle) Mouthwash Guttae nasales (tetes hidung) Guttae auricularis (tetes telinga) Irigationes (Irigasi) Inhalatoines Epithema Lotion Linimentum (Liniment) Keuntungan liniment dibandingkan dengan salep adalah: 1. Lebih mudah dicuci dari kulit 2. Penetrasi lebih baik dari sediaan salep. Sediaan Cair Rektal/Vaginal Lavament/Clysma/Enema Selain untuk membersihkan, enema juga berfungsi sebagai karminativa, emollient, diagnostik, sedatif, antelmintik, dan lain-lain. Douche

Sediaan Injeksi (Injectiones) Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau dilarutkan terlebih dahulu sebelum digunakan secara parenteral, disuntikkan dengan cara menembus atau merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir. SYARAT UTAMA : Obat harus steril dan disimpan dalam wadah yang menjamin sterilitas. Keuntungan injeksi: 1. Onset cepat. 2. Efek dapat diramalkan dengan pasti. 3. Bioavailabilitas sempurna atau hampir sempurna. 4. Kerusakan obat dalam GE dihindarkan. 5. Dapat diberikan pada penderita sakit keras atau koma. Kerugian sediaan bentuk injeksi 1. Nyeri saat pemberian, bila sering diberikan. 2. Efek psikologis bagi yang takut disuntik. 3. Kekeliruan obat atau dosis tidak dapat diperbaiki. 4. Obat hanya diberikan oleh tenaga ahli tertentu.

SEDIAAN SETENGAH PADAT Keuntungan sediaan setengah padat dibandingkan sediaan cair: 1. Dapat diatur daya penetrasi dengan memodifikasi basisnya. 2. Kontak sediaan dengan kulit lebih lama. 3. Lebih sedikit mengandung air sehingga sulit tumbuh bakteri. 4. Lebih mudah digunakan tanpa alat bantu. Kerusakan pada sediaan setengah padat: Terjadi ketengik terutama untuk sediaan-sediaan dengan basis lemak tak jenuh. Terbentuk kristal atau keluarnya fase padat dari basisnya. Terjadinya perubahan warna. CREMORES (KRIM) mengandung satu/ > bahan obat berbentuk emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air. mudah dibersihkan JELLY (GEL) Sediaan semi padat yang jernih & tembus cahaya yang mengandung zat-zat aktif dalam keadaan terlarut viskositas lebih encer dari salep, mengandung sedikit/tidak lilin, Digunakan pada membran mukosa dan untuk tujuan pelicin atau sebagai basis bahan obat, dan umumnya adalah campuran sederhana dari minyak dan lemak dengan titik leleh rendah. dapat dicuci karena mengandung mucilago, gum atau bahan pensuspensi sebagai basis.

PASTAE (PASTA) mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal. Konsistensi lebih kenyal dari unguentum. Tidak memberikan rasa berminyak seperti unguentum. Mengandung bahan serbuk (padat) antara 40 % - 50 % Beberapa keuntungan bentuk sediaan pasta: a. Mengikat cairan sekret lebih baik dari unguentum b. lebih melekat pada kulit UNGUENTA (SALEP) ountuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. obahan obat larut/terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok.