PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan peradaban dan pengetahuan. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan, di jenjang SLTA (SMA dan MA) ilmu ekonomi dipelajari sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah masalah penting keberhasilan suatu bangsa. Pendidikan

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

I. PENDAHULUAN. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting bagi seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi menuntut setiap negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vika Aprianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran yang harus diberikan di Sekolah Dasar (SD). Mata pelajaran ini

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi maupun dalam masyarakat. Saat ini, dunia pendidikan kita masih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

I. PENDAHULUAN. pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas biasanya masih berfokus

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dalam mempersiapkan generasi muda, termasuk peserta didik dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. oleh setiap manusia. Tanpa adanya pendidikan, manusia tidak akan maju dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kelas. Proses ini akan berjalan efektif apabila individu-individu yang terlibat

I. PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk mengembangkan potensi dirinya. Selain itu, pendidikan. potensi diri yang dilakukan melalui proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Rata-rata UN SMP/Sederajat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses pelatihan untuk. webster s New Word Dictionary Sagala (2007: 1), sehingga mampu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran ekonomi selama ini berdasarkan hasil observasi di sekolahsekolah

1. PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan suatu bangsa karena sasaran dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN. yang tangguh, mandiri, berkarakter dan berdaya saing. Sebagai fondasi,

I. PENDAHULUAN. Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk

I. PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia, agar siswa memiliki pola pikir yang sistematis dan

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru merupakan salah satu unsur yang penting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

I. PENDAHULUAN. manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tri Sulistiani Yuliza, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional adalah. pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok manusia dan memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah (UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran. Pendidikan bertujuan agar siswa secara aktif

I. PENDAHULUAN. pelajaran geografi di SMA merupakan indikasi bahwa selama ini proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang- Undang tentang sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek pokok bagi kehidupan suatu bangsa. Kondisi bangsa di masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

I. PENDAHULUAN. dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

SKRIPSI. Oleh: DERIA EGA FITRIAWATI NPM:

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, dan sebagainya. Masing-masing faktor yang terlibat dalam. lain, akan tetapi saling berhubungan dan saling mendukung.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. Kata kunci: hasil belajar, model pembelajaran Think-Pair-Share

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan bangsa (UU RI No. 20 Tahun 2003). Berdasarkan fungsi tersebut,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa:

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1). Kemampuan berpikir kritis yang dimiliki oleh siswa dapat mencerminkan kecerdasan dan keterampilan. Menurut Schriven dalam Fisher (2009: 10) berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi. Dengan adanya kemampuan berpikir kritis, dapat mendorong siswa untuk merespon suatu masalah dan menemukan solusi terbaik untuk masalah tersebut. Kemampuan berpikir kritis harus dikembangkan sejak dini khususnya oleh sekolah yang merupakan institusi dalam proses belajar mengajar antara siswa sebagai peserta didik dan guru sebagai pendidik. Sekolah sebagai lembaga formal dalam pendidikan merupakan sarana yang paling tepat agar siswa dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis yang dimilikinya. Kemampuan berpikir kritis dapat dikembangkan dalam setiap mata pelajaran di sekolah, termasuk pada mata pelajaran ekonomi di Sekolah Menengah Atas (SMA) yang mempunyai tujuan sebagai berikut. (Depdiknas, 2006): 1. Memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi dilingkungan individu, rumah tangga, masyarakat dan negara. 2. Menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi. Nissa Putri Rahayu,2013 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

2 3. Membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat dan negara. 4. Membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional. Berdasarkan tujuan mata pelajaran ekonomi tersebut, maka siswa sebagai peserta didik diharapkan mampu memiliki kemampuan berpikir kritis. Namun menurut fakta di lapangan, kemampuan berpikir kritis siswa dalam mata pelajaran ekonomi masih rendah. Berikut adalah frekuensi dan persentase jumlah siswa pada satu kelas di kelas XI berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Sukabumi. No Tabel 1.1 Frekuensi dan Presentase Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Sukabumi Rentang Nilai Berpikir Kritis Siswa Kategori Frekuensi (orang) Presentase (%) 1 85-100 Sangat Tinggi 3 7,5 2 75-84 Tinggi 7 17.5 3 65-74 Sedang 8 20 4 55-64 Rendah 10 25 5 54 ke bawah Sangat Rendah 12 30 Jumlah 40 100 Sumber : Hasil Ulangan Akhir Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah berdasarkan hasil ulangan semester yang telah dilakukan sekolah kepada 40 orang siswa di kelas XI. Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilihat pada rentang 54 kebawah yaitu kategori sangat rendah dengan frekuensi 12 orang dan persentase 30%. Kemudian siswa yang mendapat rentang nilai 55 64 yaitu kategori rendah sebanyak 10 orang dengan persentase 25% kemudian rentang nilai 65 74 dengan kategori sedang, diperoleh sebanyak 8 orang siswa dengan persentase 20%. Rentang nilai 75 84 dengan kategori tinggi, diperoleh siswa sebanyak 7 orang dengan persentase 17,5%, sedangkan

3 rentang nilai yang paling tinggi diperoleh sebanyak 3 orang siswa dengan persentase 7,5%. Rendahnya kemampuan berpikir kritis di SMA Negeri 1 Sukabumi disebabkan oleh proses pembelajaran yang berjalan searah (teacher centered) serta siswa dituntut untuk menghapal pelajaran. Rendahnya kemampuan berpikir saat ini cenderung diakibatkan oleh rendahnya penanaman kebiasaan kemampuan berpikir kritis yang seharusnya dibentuk sejak dini. Sehingga siswa cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Sukabumi, bahwa kegiatan pembelajaran masih banyak guru yang tidak menggunakan metode-metode pembelajaran, sehingga proses pembelajaran yang tidak menarik bagi siswa sehingga hasilnya kurang maksimal dalam kemampuan berpikir kritis. Kenyataan di lapangan siswa juga hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut, jika menemui masalah dikehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki, siswa kurang mampu menyelesaikannya. Hal ini dikarenakan siwa kurang paham dalam materi pelajaran tersebut serta proses pembelajaran yang tidak dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengatasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka salah satu usaha yang dapat ditempuh adalah dengan penggunaan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran yaitu dengan menerapkan pembelajaran kooperatif. Hertz-Lazarowitz (Huda, 2012: 21) menjelaskan tentang penelitian mengenai interaksi, bahwa ketika ada tugas yang membutuhkan kerjasama tingkat tinggi, 78 persen interaksi yang muncul pada umumnya juga melibatkan cara berpikir tingkat tinggi, seperti menganalisis, menyintesis dan mengevalusi informasi. Singkatnya bahwa jenis tugas sangat menentukan intensitas dan cara berinteraksi dengan orang lain dalam hal ini antara satu siswa dengan siswa lainnya. Pembelajaran kooperatif melalui yang diambil yaitu dengan menggunakan teknik think pair share dan round table. Pembelajaran kooperatif dengan menggunakan teknik think pair share dan round table diharapkan siswa mampu

4 bekerjasama dengan siswa lain dan dapat mengerti dengan materi yang disampaikan. Menurut Trianto (2011: 132) model kooperatif teknik think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Sedangkan untuk pemilihan model round table ini menurut Budiwati dan Permana (2010: 89) karena aktivitas utama dalam teknik round table ini mencakup analisis, sintesis dan evaluasi, sedangkan kegiatan analisis, sintesis dan evaluasi termasuk tahapan berpikir kritis. Dari latar belakang masalah di atas maka penulis akan melakukan penelitian yang berjudul : PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK THINK PAIR SHARE DAN ROUND TABLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Standar Kompetensi Memahami Kondisi Ketenagakerjaan dan Dampaknya terhadap Pembangunan Ekonomi di Kelas XI SMA Negeri 1 Sukabumi) 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dengan kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table? 2) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan kelas kontrol XI IPS 3 yang menggunakan metode ceramah? 3) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dengan kelas kontrol XI IPS 3 yang menggunakan metode ceramah?

5 4) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan kelas kontrol XI IPS 2 yang menggunakan metode ceramah? 5) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol XI IPS 2 yang menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share? 6) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan kelas XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share? 7) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol XI IPS 1 menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share? 8) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dengan kelas XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table? 9) Apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol XI IPS 1 yang menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian 1) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dengan kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table. 2) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan kelas kontrol XI IPS 3 yang menggunakan metode ceramah.

6 3) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dengan kelas kontrol XI IPS 3 yang menggunakan metode ceramah. 4) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan kelas kontrol XI IPS 2 yang menggunakan metode ceramah. 5) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol XI IPS 2 yang menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share. 6) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPS 1 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table dengan kelas XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share. 7) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa kelas kontrol XI IPS 1 menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share. 8) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas XI IPS 2 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dengan kelas XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table. 9) Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas kontrol XI IPS 1 yang menggunakan metode ceramah dengan kelas XI IPS 3 yang menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik round table. 1.3.2 Manfaat Penelitian 1) Bagi siswa yaitu dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis serta dapat melatih kerjasama, kepemimpinan dan keberanian siswa dalam pembelajaran.

7 2) Bagi guru yaitu sebagai alternatif mengajar dikelas menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik think pair share dan round table sehingga kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran ekonomi dapat meningkat. 3) Bagi sekolah yaitu dapat memberikan manfaat bagi pengembangan kualitas pembelajaran ekonomi yang ditunjukan oleh keberhasilan prestasi siswa dalam peningkatan kemampuan berpikir kritisnya.