BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 2005), hlm.14. akhlak siswa kelas VII MTs MDI Jatirejo kecamatan Ampelgading Pemalang (Semarang: IAIN Walisongo), hlm.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. cukup, yakni pada rata-rata interval 31,13%. Hal tersebut disebabkan. untuk mengikuti dan melaksanakan kegiatan kegiatan keagamaan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itulah manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, Terj. Rahmani Astuti, dkk, (Bandung: Mizan, 2002), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2007), hlm. 55. Pemikiran dan Kepribadian Muslim, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 150.

BAB I PENDAHULUAN. tugas untuk memberikan pengenalan dan pengetahuan dasar keagamaan kepada anak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Yogyakarta, 1998, hlm UU. RI. No. 20 Tahun 2003, Tentang sistem Pendidikan Nasional, CV, Mini Jaya

Bab I. Pendahuluan. semua manusia, sebuah kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi bagi

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi ajaran agama dalam bentuk hubungan sosial kemasyarakatan

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

BAB I PENDAHULUAN. yang serius. Banyak kritikan dari praktisi pendidikan, akademisi dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral,

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

( ). BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Grafindo Persada, 2005), hlm Jalaluddin, Psikologi Agama, edisi revisi 2005, (Jakarta: Raja

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. memberikan peran yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya manusia

BAB V PEMBAHASAN. acuan dalam penyelenggaraan sistem pendidikan, yaitu Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT mengisi dunia ini dengan berbagai macam ciptaannya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB V PEMBAHASAN. berikutnya adalah mengkaji hakikat dan makna temuan penelitian. Masing- masing

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi pada diri seseorang yang meliputi tiga aspek

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan(Dengan Pendekatan Baru), PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

JURNAL KREATIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI ALJABAR DENGAN MEDIA UBIN ALJABAR

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

BAB IV ANALISIS TENTANG PROSES PENANAMAN NILAI NILAI AGAMA ISLAM PADA SISWA TAMAN KANAK KANAK DI R.A TARBIYATUL ISLAM

BAB IV ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT 6

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA TENTANG MATERI MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu, ia tidak dibatasi tebalnya

BAB I PENDAHULUAN. bermutu, suatu bangsa menyongsong masa depan yang lebih baik. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan. Untuk itu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2008, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yakni Al-Qur`an dan Hadits yang di dalamnya. Akhlak dalam Islam merupakan salah satu aspek yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. karena kemakmuran suatu bangsa tidak lagi ditentukan oleh sumber daya alamnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas menurut (soekanto, 1990) berasal dari kata effectivennes yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Praktik, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm Fathul Mu in, Pendidikan Karakter: Konstruksi Teoretik dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadian dan kemampuan belajar baik dari segi kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi dan disiplin. dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Islam yang akan menjadikan pendidikan berkualitas, individu-individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Bintang, hlm Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, cet-17; Jakarta, PT Bulan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2009), hlm Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi),

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. motivasi pokok implemenatasi pendidikan karakter negara ini. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MORAL SISWA. DI MTs HASBULLAH KECAMATAN KARANGANYAR KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang terdapat dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI POKOK GERAK LURUS DI KELAS X SMA SWASTA UISU MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan. pendidikan itu merupakan suatu tuntutan dan keharusan.

BAB I PENDAHULUAN. Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm 36.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. 2015, hlm Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2001, hlm

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhlak sangatlah urgen bagi manusia, urgensi akhlak ini tidak saja dirasakan oleh manusia dalam kehidupan perseorangan, tetapi juga dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat, bahkan juga dirasakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 1 Kemajuan ilmu pengetahuan tanpa akhlak tidak bisa mempertahankan kehidupan manusia dari kepunahan. Semakin tinggi ilmu pengetahuan semakin tinggi pula peralatan dan teknik untuk membinasakan manusia. Dapat disaksikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa orang-orang yang melakukan kejahatan terutama di bidang ekonomi seperti korupsi, penipuan dan lainlain, tidak saja dilakukan oleh orang-orang yang bodoh tetapi juga dilakukan oleh orang-orang yang pintar berpendidikan dan berpangkat tinggi. 2 Dalam kehidupan tingkah laku atau kepribadian merupakan hal yang sangat penting sekali sebab aspek ini menentukan sikap identitas diri seseorang. Baik dan buruknya 1 Mansyur Ali Rajab, Ta ammult Filsafati Akhlak, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm.14 2 Fatimah Pengaruh prestasi pendidikan agama islam terhadap akhlak siswa kelas VII MTs MDI Jatirejo kecamatan Ampelgading Pemalang (Semarang: IAIN Walisongo), hlm.17 1

seseorang akan terlihat dari tingkah laku atau kepribadian yang dimilikinya. Oleh karena itu, perkembangan dari tingkah laku atau kepribadian ini sangat tergantung kepada baik atau tidaknya proses pendidikan yang ditempuh. Di dalam proses belajar-mengajar, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek belajar, dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi, agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. 3 Selanjutnya ada, yang mendefinisikan: belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar, perubahan tidak hanya dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa belajar suatu rangkaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. 4 Dengan begitu dalam proses belajar itu perlu niat dan harus menuju ke arah perubahan yang positif, yaitu akhlak karimah. Maka apabila proses belajar 3 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hlm.19-20 4 Sardiman, Interaksi dan... hlm.21 2

tersebut menjadikan peserta didik berubah ke arah negatif, maka proses belajar tersebut dinyatakan gagal. 5 Peranan dan efektivitas pendidikan agama sebagai landasan bagi pengembangan spiritual terhadap kesejahteraan masyarakat mutlak harus ditingkatkan, karena asumsinya adalah jika pendidikan agama (aqidah akhlak) yang dijadikan landasan pengembangan nilai spiritual dilakukan dengan baik, maka kehidupan masyarakat akan lebih baik. Pada kenyataannya di lapangan, usaha-usaha pembinaan akhlak melalui berbagai lembaga pendidikan dan melalui berbagai macam metode terus dikembangkan. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina, dan pembinaan ini ternyata membawa hasil berupa terbentuknya pribadi-pribadi muslim yang berakhlak mulia, taat kepada Allah dan Rasul-Nya, hormat kepada ibu-bapak, sayang kepada makhluk Tuhan dan seterusnya. Sebaliknya juga menunjukkan bahwa anak-anak yang tidak dibina akhlaknya, atau dibiarkan tanpa bimbingan, arahan dan pendidikan, ternyata menjadi anak-anak yang nakal, mengganggu masyarakat, melakukan berbagai perbuatan tercela dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa akhlak memang perlu dibina. Keadaan pembinaan ini semakin terasa diperlukan terutama pada saat dimana semakin banyak tantangan dan godaan sebagai dampak dari kemajuan iptek. Saat ini misalnya orang akan 5 Muhammad Faturrohman dan Sulistyorini Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Teras 2012), hlm.277 3

dengan mudah berkomunikasi dengan apapun yang ada di dunia ini, yang baik atau yang buruk, karena ada alat telekomunikasi. Peristiwa yang baik atau buruk dengan mudah dapat dilihat melalui pesawat televise, internet, faksimile dan seterusnya. Film, buku-buku, tempat-tempat hiburan yang menyuguhkan adegan maksiat juga banyak. Demikian pula produk obat-obat terlarang, minuman keras dan pola hidup materialistic dan hedonistic semakin menggejala. Semua ini jelas membutuhkan pembinaan akhlak. Dengan uraian tersebut di atas kita dapat mengatakan bahwa akhlak merupakan hasil usaha dalam mendidik dan melatih dengan sungguh-sungguh terhadap berbagai potensi rohaniah yang terdapat dalam diri manusia. Jika terprogram pendidikan dan pembinaan akhlak itu dirancang dengan baik, sistematik dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, maka akan menghasilkan anak-anak atau orang-orang yang baik akhlaknya. Disinilah letak peran dan fungsi lembaga pendidikan. Dengan demikian pembentukan akhlak dapat diartikan sebagai usaha sungguh-sungguh dalam rangka membentuk anak, dengan menggunakan sarana pendidikan dan pembinaan yang terprogram dengan baik dan dilaksanakan dengan sungguhsungguh dan konsisten. Pembentukan akhlak ini berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Potensi rohaniah yang ada dalam diri manusia, 4

termasuk didalamnya akal, nafsu amarah, nafsu syahwat, fitrah, kata hati, hati nurani dan intuisi dibina secara optimal. 6 Pada hakikatnya Pendidikan akhlak berfungsi sebagai panduan bagi manusia agar mampu memilih dan menentukan suatu perbuatan dan selanjutnya menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk. Maka mengingat pentingnya pendidikan akhlak bagi terciptanya kondisi lingkungan yang harmonis, diperlukan upaya serius untuk menanamkan nilai-nilai tersebut secara intensif, salah satunya adalah dengan kegiatan pembelajaran di madrasah. Mata pelajaran aqidah akhlak memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi pada peserta didik dalam memberikan motivasi pada siswa untuk mempraktikkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (Aqidah) dan akhlakul karimah (akhlak) dalam kehidupan sehari-hari. Agar peserta didik mempunyai perilaku yang baik, peserta didik diharapkan dapat memperhatikan pelajaran aqidah akhlak sebagai kontrol dalam kehidupan seharihari. Peneliti juga ingin mengetahui adakah pengaruh aktivitas pembelajaran mapel akidah akhlak terhadap akhlak siswa kelas V di MI Ibrohimiyyah, karena sekolah tersebut sangat memperhatikan serta menekankan aspek akhlak pada seluruh siswa di MI Ibrohimiyyah. Berdasarkan pemikiran diatas, penulis tertarik untuk mengetahui lebih dekat dan membuktikan secara empiric dalam 6 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), 2009, hlm. 157-158 5

skripsi ini tentang permasalahan pendidikan akhlak dengan mengambil judul: Pengaruh Aktivitas Pembelajaran MAPEL Aqidah Akhlak Terhadap Akhlak Siswa Kelas V di MI Ibrohimiyyah Mranggen Kabupaten Demak Tahun Ajaran 2014/2015 B. Rumusan Masalah Berdasarkan atas latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah penelitian ini adalah: 1. Bagaimana Aktivitas pembelajaran aqidah akhlak di MI Ibrohimiyyah Mranggen? 2. Bagaimana Akhlak siswa di MI Ibrohimiyyah? 3. Adakah pengaruh Aktivitas pembelajaran Aqidah Akhlak terhadap Akhlak Siswa di MI Ibrohimiyyah? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang hendak dicapai peneliti adalah: 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aktivitas pembelajaran aqidah akhlak di MI Ibrohimiyyah. 2. Untuk mengetahui Akhlak peserta didik di MI Ibrohimiyyah kabupaten Demak. 3. Untuk mengetahui adakah pengaruh pembelajaran Akidah Akhlak terhadap Akhlak peserta didik di MI Ibrohimiyyah kabupaten Demak. 6

Dengan adanya penelitian, akan bermanfaat untuk: 1. Manfaat bagi peserta didik a. Peserta didik lebih aktif dalam mengikuti proses kegiatan pembelajaran b. Memberikan motivasi pada peserta didik untuk mempraktikkan nilai-nilai keyakinan keagamaan (Aqidah) dan akhlakul karimah (akhlak) dalam kehidupan seharihari. c. Supaya peserta didik berperilaku baik. 2. Manfaat bagi guru a. Lebih bersemangat dalam mengajar kepada peserta didik. b. Guru lebih mengetahui karakter-karakter yang dimiliki oleh peserta didik sehingga dapat mengoptimalkan proses kegiatan belajar mengajar. c. Guru dapat memperbaiki, meningkatkan kinerja dan profesionalnya sebagai guru. 3. Manfaat bagi madrasah Memberikan kontribusi bagi madrasah dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran Aqidah akhlak sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. 4. Manfaat bagi peneliti Untuk mengetahui pengaruh aktivitas pembelajaran akidah akhlak terhadap akhlak siswa di MI Ibrohimiyyah kabupaten Demak. 7