BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah paparannya berlebihan. Kerusakan kulit akibat paparan sinar matahari

BAB I PENDAHULUAN. Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yaitu radiasi UV-A ( nm), radiasi UV-B ( nm), dan radiasi UV-C

FORMULASI TABIR SURYA EKSTRAK AIR DAUN TEH HIJAU (CAMELLIA SINENSIS LINN.) DALAM BENTUK SEDIAAN KRIM NOVILIA SANTOSO

BAB I PENDAHULUAN. kekeringan, keriput sampai kanker kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KRIM TABIR SURYA DARI KOMBINASI EKSTRAK SARANG SEMUT (Myrmecodia pendens Merr & Perry) DENGAN EKSTRAK BUAH CARICA (Carica pubescens) SEBAGAI SPF

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara tropis dimana pengaruh sinar matahari sangat besar terhadap kehidupan.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN... PENYATAAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN. INTISARI.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Iklim tropis di Indonesia menjadikan negara kita ini memperoleh sinar. matahari sepanjang tahun. Pengaruh menguntungkan dari sinar matahari adalah

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR LAMPIRAN... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... viii PENDAHULUAN... 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cara menghindari paparan berlebihan sinar, yaitu tidak berada di luar rumah pada

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Ketika kulit mengalami penuaan, akan terjadi berbagai masalah seperti

I. PENDAHULUAN. pertahanan tubuh terhadap infeksi dan efek radikal bebas. Radikal bebas dapat. bebas dapat dicegah oleh antioksidan (Nova, 2012).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tabir surya. kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )

PENENTUAN POTENSI TABIR SURYA EKSTRAK KLIKA ANAK DARA (Croton oblongus Burm F.)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. organ tubuh (termasuk kulit) secara perlahan untuk memperbaiki atau mengganti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Sebagai pelindung utama tubuh dari kerusakan fisika, kimia dan

FORMULASI TABIR SURYA ZINK OKSIDA DALAM SEDIAAN KRIM DENGAN VARIASI KONSENTRASI EKSTRAK ANGGUR HITAM (Vitis vinivera L.)

FORMULASI SEDIAAN HAND BODY EKSTRAK AIR TEH HIJAU (CAMELLIA SINENSIS LINN.) DALAM BENTUK LOTION

PENENTUAN AKTIVITAS POTENSI TABIR SURYA EKSTRAK KULIT BUAH JERUK NIPIS (Citrus aurantifolia) SECARA IN VITRO

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Munculnya kerutan halus pada wajah, timbul spot-spot hitam, merupakan ciri-ciri

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. L.) yang diperoleh dari Pasar Sederhana, Kelurahan. Cipaganti, Kecamatan Coblong dan Pasar Ciroyom, Kelurahan Ciroyom,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. pelindung, maupun pembalut penyumbat (Lachman, dkk., 1994). Salah satu bahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. wajah yang dapat dibantu dengan bahan-bahan kosmetika. Peranan gizi dan

ABSTRAK. FORMULASI SEDIAAN TABIR SURYA EKSTRAK AIR BUAH TOMAT (Lycopersicum esculentum M.) DALAM BENTUK SEDIAAN KRIM

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Struktur khalkon dan asam sinamat

AKTIVITAS TABIR SURYA EKSTRAK DAUN CEMPEDAK (ARTOCARPUS CHAMPEDEN SPRENG)

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa. Hal tersebut menyebabkan wilayah Indonesia selalu terpapar sinar

DAFTAR LAMPIRAN. xvii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB I PENDAHULUAN I.1

PROSIDING SEMINAR NASIONAL TUMBUHAN OBAT INDONESIA (TOI) KE-50

Tabir surya. kulit terhadap sinar matahari sehingga sinar UV tdk dpt memasuki kulit (mencegah gangguan kulit karena radiasi sinar )

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FORMULASI SEDIAAN LOSIO DARI EKSTRAK KULIT BUAH NANAS (Ananas comosus L. (Merr)) SEBAGAI TABIR SURYA

BAB I. Pendahuluan. Matahari merupakan sumber energi terbesar bagi bumi. Berbagai

FORMULASI SEDIAAN TABIR SURYA EKSTRAK JAHE EMPRIT. (Zingiber officinale Roxb) DALAM BENTUK SEDIAAN KRIM

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Melalui konsep Anti Aging Medicine, masalah-masalah penuaan dapat diatasi. sehingga kualitas hidup tetap terjaga dengan baik.

AKTIVITAS TABIR SURYA EKSTRAK AKAR BANDOTAN (AGERATUM CONYZOIDES L.)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ultraviolet (UV) dengan cara penebalan stratum korneum dan pigmentasi. Namun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

BAB I PENDAHULUAN. terkena polusi dan zat zat yang terdapat di lingkungan kita. Kulit merupakan

Sumali W dan Enrico. Fakultas Farnasi UTA 45 Jakarta ABSTRAK. Kata Kunci: Tabir Surya, Efektifitas Eritema, Persen, Sun Protector Factor (SPF)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk Indonesia. Tanaman anggur merupakan tanaman tropis bertipe iklim

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

TABIR SURYA BAGI PELAKU WISATA SUNSCEEN FOR TRAVELLERS

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

1. PENDAHULUAN. Bogem (Sonneratia caseolaris (L.) Engler) merupakan salah satu spesies

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI AKTIFITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KULIT TERONG (SOLANUM MELONGENA L.) DAN UJI SIFAT FISIKA KIMIA DALAM SEDIAAN KRIM

ABSTRACT. Keyword: Soursop (Annona muricata L.) leaves, Flavonoid, SPF value, Sunscreen

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

PROFIL TABIR SURYA EKSTRAK DAN FRAKSI DAUN PIDADA MERAH (Sonneratia caseolaris L.)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang didapatkan dari 20 kg buah naga merah utuh adalah sebanyak 7 kg.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. Formula sediaan salep dengan golongan basis salep hidrokarbon atau berlemak

Determination Sun Protecting Factor (SPF) Of Krokot Herbs Extract (Portulacaoleracea L.)

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Ekstraksi Zat Warna Rhodamin B dalam Sampel

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang musim. Sinar matahari merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup, namun ternyata sinar matahari tidak selalu memberikan keuntungan karena sinar ultraviolet yang terkandung di dalam sinar matahari dapat berdampak buruk bagi kulit apabila terpapar secara berlebih. Dampak negatif akibat paparan sinar matahari yang berlebih dapat menyebabkan terjadinya eritema, tanning, pigmentasi, penuaan dini (skin aging), bahkan dapat menyebabkan kanker kulit (Kale et al., 2010 ; Yuliani, 2010 ; Zulkarnain, Ernawati, dan Sukardani, 2013). Secara alamiah kulit memiliki perlindungan diri, dengan terjadinya penebalan stratum korneum dan pigmentasi kulit merupakan salah satu bentuk perlindungan diri dari kulit, namun ternyata hal ini belum cukup untuk melindungi kulit dari dampak negatif sinar ultraviolet sehingga dibutuhkan perlindungan secara kimia atau dengan perlindungan fisik misalnya dengan menutupi tubuh menggunakan pakaian yang panjang, topi, dan payung (Gozali dkk., 2009 ; Soeratri, 2005). Salah satu cara perlindungan secara kimia terhadap kulit yaitu dengan memakai sediaan kosmetika tabir surya atau yang sering dikenal sebagai sunscreen. Tabir surya merupakan sediaan topikal yang mampu melindungi kulit dari radiasi sinar ultraviolet. Tabir surya berfungsi untuk mencegah atau meminimalkan efek radiasi dari sinar matahari yang terpapar berlebih pada kulit manusia tanpa efek samping (Sugihartini dkk., 2011). Tabir surya 1

sediaan topikal dibagi menjadi dua macam berdasarkan mekanisme aksinya yaitu tabir surya fisik dan tabir surya kimia. Tabir surya fisik yaitu sediaan yang mampu menghalangi atau memblok sinar ultraviolet menembus masuk ke dalam lapisan kulit dengan cara menghamburkan atau memantulkan sinar ultraviolet. Contoh tabir surya fisik adalah titanium dioksida dan zink oksida (Soeratri, 2005 ; Zulkarnain, Ernawati, dan Sukardani, 2013). Tabir surya kimia yaitu sediaan yang mengandung senyawa yang dapat menyerap radiasi sinar ultraviolet yang berbahaya untuk diubah menjadi bentuk lain yang memiliki energi lebih rendah atau menjadi inaktif. Contoh tabir surya kimia adalah turunan Para Amino Benzoic Acid (PABA), turunan benzofenon, turunan sinamat, dan turunan salisilat (Soeratri, 2005). Selain bahan sintetik, bahan alam juga dapat digunakan sebagai bahan aktif tabir surya. Salah satu bahan alam yang memiliki kemampuan untuk melindungi kulit terhadap bahaya radiasi sinar ultraviolet adalah ekstrak daun teh hijau (Camouse et al., 2008). Zat aktif yang terkandung di dalam daun teh yang memiliki khasiat sebagai senyawa fotoprotektor adalah katekin (Hukmah, 2007 ; Sugihartini dkk., 2011). Katekin termasuk dalam golongan polifenol. Polifenol bekerja sebagai antioksidan dengan menyerap sinar ultraviolet yang dapat memicu reaksi radikal bebas (Hapsari, 2009). Telah ada 150 penelitian baik secara in vitro maupun in vivo yang telah meneliti efek teh hijau pada kulit dan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa katekin terbukti berkhasiat sebagai senyawa kemopreventif terhadap senyawa karsinogen kimia maupun fotokarsinogen (Sugihartini dkk., 2011). Hsu (2005), melakukan uji dengan menggunakan tikus yang diberikan ekstrak teh hijau secara oral maupun topikal, menunjukkan proteksi terhadap sinar ultraviolet yang signifikan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mucha et al. (2013), ekstrak teh hijau yang mengandung flavonoid (kelompok katekin) telah terbukti dapat mengurangi tanda-tanda 2

penuaan dini dengan menginhibisi fotokarsinogenesis yaitu dengan cara menurunkan tekanan oksidatif dan memperbaiki kerusakan pada DNA yang diakibatkan oleh induksi radiasi sinar ultraviolet. Ekstrak teh hijau dengan konsentrasi sebesar 3 % dapat melindungi kulit dari photoaging dan photoimmunosuppression yang diakibatkan oleh radiasi sinar ultraviolet. Pada penelitian ini, akan dibuat sediaan tabir surya dari ekstrak air daun teh hijau dalam bentuk krim. Pemilihan krim sebagai bentuk sediaan tabir surya karena memiliki keuntungan diantaranya tingkat kenyamanan dalam penggunaan, termasuk sediaan yang mudah tercucikan air, bersifat tidak lengket, serta memiliki kemampuan penyebaran yang baik. Tipe emulsi yang dipilih dalam penelitian ini adalah tipe emulsi minyak dalam air (o/w) (Suwarmi, 2012). Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak air daun teh hijau yang didapat dari PT. Natura Laboratoria Prima. Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi panas (digesti) dengan suhu 40-50 C, dilakukan pengadukan dan penggantian pelarut air, selama 4-5 jam. Alasan digunakannya pelarut penyari air karena kelarutan katekin yang besar dalam pelarut air, selain itu pelarut air termasuk penyari yang ekonomis, ramah lingkungan, dan tidak toksik sehingga aman untuk digunakan (Departemen Kesehatan RI, 2000). Proses pengeringan ekstrak menggunakan spray-drying. Keuntungan dari spray drying yaitu dapat menghasilkan partikel serbuk yang homogen dengan udara panas dalam waktu singkat, spray drying sering digunakan untuk bahan tanaman yang sensitif terhadap panas (Budiman, 2008 ; Meterc et al., 2007). Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap nilai SPF (Sun Protection Factor) adalah konsentrasi ekstrak, maka dari itu pada penelitian ini akan dilakukan modifikasi terhadap konsentrasi ekstrak teh hijau dengan tujuan untuk mencari konsentrasi terbaik dari ekstrak air daun teh hijau yang dapat 3

memenuhi persyaratan sebagai tabir surya atau sunscreen. Dilakukan pengembangan ekstrak dari sediaan yang menggunakan ekstrak total menjadi ekstrak terstandar sehingga didapatkan bentuk bahan baku dan produk yang bermutu, bermanfaat, serta aman (Departemen Kesehatan RI, 2000). Sediaan krim tabir surya dalam penelitian ini dibuat dengan menggunakan tiga konsentrasi ekstrak air daun teh hijau yang berbeda, yaitu 4 %, 6 %, dan 8 %. Alasan pemilihan konsentrasi ekstrak ini berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2010) dan Faramayuda, Alatas, dan Desmiaty (2010). Menurut Setiawan (2010), ekstrak teh hijau dengan konsentrasi 1 %, 2 %, dan 4 % sudah dapat menghasilkan nilai SPF (Sun Protection Factor), yaitu 0,1003, 0,251, dan 0,4249. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Faramayuda, Alatas, dan Desmiaty (2010), dilakukan formulasi sediaan losion ekstrak air daun teh hijau dengan menggunakan konsentrasi 0,0002 %, 0,002 %, 0,02%, dan 8,6 %, yang selanjutnya sediaan diuji aktivitas antioksidannya dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis dan menghasilkan aktivitas antioksidan yang stabil selama penyimpanan. Perbandingan kestabilan aktivitas antioksidan ekstrak dalam sediaan dan dalam larutan, dimana sediaan dibuat konsentrasinya setara dengan nilai EC 50 ekstrak dalam larutan, ternyata formula yang mengandung ekstrak air daun teh hijau 0,02 % dan 8,6 % pada konsentrasi yang setara dengan nilai EC 50 memberikan persen peredaman sekitar 62-63 % selama 20 hari penyimpanan yang artinya ekstrak air daun teh hijau memiliki kestabilan aktivitas antioksidan yang baik, sehingga dalam penelitian ini digunakan konsentrasi ekstrak air daun teh hijau terendah adalah 4 % dan konsentrasi ekstrak air daun teh hijau tertinggi adalah 8 %. Ekstrak teh hijau dengan konsentrasi 4 %, 6 %, dan 8 % ini di uji efektivitasnya yaitu dengan melakukan penentuan nilai 4

SPF (Sun Protection Factor) menggunakan metode spektrofotometri, hal ini bertujuan untuk menentukan nilai SPF (Sun Protection Factor) yang dimiliki oleh ekstrak teh hijau dari penggunaan tiga konsentrasi yang berbeda. Setelah melakukan penentuan nilai SPF (Sun Protection Factor) dari ekstrak, selanjutnya memformulasi ekstrak ke dalam sediaan krim kemudian dilakukan evaluasi pada sediaan krim. Parameter evaluasi sediaan meliputi uji mutu fisik, uji efektifitas, uji aseptabilitas, dan uji keamanan. Uji mutu fisik sediaan meliputi pemeriksaan organoleptis (warna, aroma, dan bentuk), uji ph, viskositas, homogenitas, tipe emulsi, daya sebar, dan uji tercucikan air. Uji efektivitas yaitu penentuan nilai SPF (Sun Protection Factor) dari krim tabir surya ekstrak teh hijau dengan menggunakan metode spektrofotometri. Penentuan nilai SPF (Sun Protection Factor) menggunakan metode Petro (1981), pembacaan serapan dilakukan pada panjang gelombang 290 nm sampai 400 nm dengan interval 2,5 (Sugihartini dkk., 2011). Uji aseptabilitas dilakukan dengan uji kesukaan (Hedonic test). Uji keamanan meliputi uji iritasi (Kartika, 1991). Metode analisis data statistik yang digunakan untuk melihat perbedaan antar formula yang bersifat parametrik yang bermakna atau tidak bermakna dengan menggunakan One Way ANOVA ( = 0,05). Data yang bersifat non parametrik digunakan metode Kruskall Wallis. Analisa data statistik untuk mengetahui perbedaan yang bermakna pada tiap bets dilakukan dengan menggunakan SPSS statistic 17.0., yaitu dengan t-test (Jones, 2010). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. 5

1. Apakah nilai SPF (Sun Protection Factor) yang dimiliki oleh ekstrak air daun teh hijau (Camellia sinensis Linn.) dengan konsentrasi 4 %, 6 %, dan 8 % dapat memenuhi persyaratan suatu sediaan tabir surya? 2. Bagaimana pengaruh dari konsentrasi ekstrak air daun teh hijau (Camellia sinensis Linn.) terhadap mutu fisik, aseptabilitas, keamanan, dan efektivitas dari sediaan krim tabir surya? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui apakah nilai SPF (Sun Protection Factor) yang dimiliki oleh ekstrak air daun teh hijau (Camellia sinensis Linn.) dengan konsentrasi 4 %, 6 %, dan 8 % dapat memenuhi persyaratan suatu sediaan tabir surya. 2. Mengetahui pengaruh dari konsentrasi ekstrak air daun teh hijau terhadap mutu fisik, aseptabilitas, keamanan, dan efektivitas dari sediaan krim tabir surya. 1.4 Hipotesis Penelitian Ekstrak air daun teh hijau (Camellia sinensis Linn.) dengan konsentrasi 4 %, 6 %, dan 8 % memiliki nilai SPF (Sun Protection Factor) yang dapat memenuhi persyaratan suatu sediaan tabir surya, dan perbedaan konsentrasi dari ekstrak yang digunakan akan mempengaruhi sediaan krim tabir surya dari segi mutu fisik, aseptabilitas, keamanan, dan terutama efektivitas, yaitu dapat menghasilkan nilai SPF (Sun Protection Factor) sehingga dapat memberikan efek perlindungan pada kulit terhadap bahaya radiasi ultraviolet. 6

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi teh hijau sebagai tabir surya dengan menentukan konsentrasi terbaik dari ekstrak air daun teh hijau (Camellia sinensis Linn.) yang dapat menghasilkan nilai SPF (Sun Protection Factor) yang dimiliki oleh ekstrak air daun teh hijau (Camellia sinensis Linn.) dengan konsentrasi 4 %, 6 %, dan 8 % sudah dapat memenuhi persyaratan suatu sediaan tabir suryadan digunakan untuk proteksi kulit terhadap bahaya radiasi sinar ultraviolet. 7