BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rosita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Elin Budiarti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iis Teguh Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang mempunyai objek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

belaka (Widja, 1989). Seorang pakar pendidikan, Suprijono secara rinci menjelaskan tentang masalah pembelajaran sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. seminar, dan kegiatan ilmiah lain yang di dalammnya terjadi proses tanya-jawab,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ulin Ni mah, 2014 Metode tanya jawab untuk meningkatkan keterampilan bertanya siswa dalam pembelajaran sejarah

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pencapaian suatu tujuan pendidikan. Oleh sebab itu,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu Sosial. Supardi (2011: 183)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kemajuan suatu bangsa adalah mengembangkan ilmu. Diperlukan strategi maupun model pembelajaran yang tepat agar proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses dalam mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Efa Rosfita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. para pejabat Kementerian Pendidikan Nasional, Kepala Dinas Pendidikan di daerah,

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Individu tidak akan berkarya jika karya itu tidak bermanfaat bagi dirinya ataupun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia serta kemajuan bangsa, sehingga maju dan mundurnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ai Nunung Muflihah,2013

BAB I PENDAHULUAN. yang di ikuti melalui syarat-syarat yang jelas dan ketat ( Hasbullah,2003

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini dunia pendidikan semakin terpuruk karena dianggap telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hayat. Berbagai desain model dan metode pembelajaran di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

I. PENDAHULUAN. Pengetahuan IPA yang sering disebut sebagai produk dari sains, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, sehingga diperlukan suatu pendidikan yang berkualitas. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran. Guru juga sebagai pengatur dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. membangun sebuah peradaban suatu bangsa. Menurut Kamus Besar Bahasa

2015 PENERAPAN METODE TIMED PAIR SHARE UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP DEMOKRATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH

BAB I PENDAHULUAN. sikap mental siswa (Wiyanarti, 2010: 2). Kesadaran sejarah berkaitan dengan upaya

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami dan menemukan sendiri apa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Savitri Purbaningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dasar dalam melakukan penelitian ini. Penulis menjelaskan kajian sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang dihadapkan kepada masalah-masalah yang menuntut adanya. pemecahan masalah itulah yang kita kenal dengan diskusi.

BAB I PENDAHULUAN. Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

I. PENDAHULUAN. Sejarah adalah salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki secara

seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah seperti bangunan sekolah yang baik, juga tersedia alat atau media pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ismail Nur, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting bagi. adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu pendidikan tentu tidak terlepas dengan pembelajaran di

mengenai pentingnya menghadirkan peristiwa masa lalu tersebut didukung oleh pendapat Ismaun (2005: 224) yang mengemukakan:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat ditingkatkan, baik di kalangan nasional maupun. agar mutu kehidupan masyarakat dapat meningkat. Melalui pendidikan

Adela Siahaan dan Siti Jubaedah Pendidikan Sejarah, FKIP-UNRIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

BAB I PENDAHULUAN. dan berdasarkan Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk. nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan sebuah upaya untuk terwujudnya efisiensi dan efektivitas belajar yang dilakukan oleh siswa. Pembelajaran yang efisien dan efektif ini dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, dimana pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu institusi pendidikan. Hal ini berlaku untuk setiap mata pelajaran di setiap tingkat satuan pendidikan termasuk mata pelajaran sejarah di Sekolah Menengah Atas (SMA). Pembelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Pembelajaran sejarah adalah perpaduan antara aktivitas belajar dan mengajar yang di dalamnya mempelajari tentang peristiwa masa lampau yang erat kaitannya dengan masa kini (Widja, 1989: 23). Melalui proses belajar sejarah bukan semata-mata siswa menghapal fakta, siswa dapat mengenal kehidupan bangsanya secara lebih baik dan mempersiapkan kehidupan pribadi dan bangsanya yang lebih siap untuk jangka selanjutnya ( Hamid Hasan, 1997:141). Selain itu, (Hamid Hasan, 2008: 3) dalam makalahnya mengemukakan bahwa mata pelajaran sejarah berpotensi untuk; Mengembangkan kemampuan berpikir; 2) Mengembangkan rasa ingin tahu; 3) Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif; 3) Sikap kepahlawanan dan kepemimpinan; 4) Membangun dan mengembangkan semangat kebangsaan; 5) Mengembangkan kepeduliaan sosial; 6) Mengembangkan kemampuan berkomunikasi; 7) Mengembangkan kemampuan mencari, mengolah dan mengkomunikasikan informasi. Mata pelajaran sejarah diadakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa guna membangun kesadaran tentang pentingnya peristiwa sejarah untuk

2 dijadikan pelajaran agar kehidupan di masa mendatang menjadi lebih baik. Namun, kenyataannya tidak seperti itu dimana sejarah dianggap sebagai mata pelajaran yang membosankan. Hasan pada (http://file.upi.edu/direktori/fpips/jur._pend._sejarah/194403101967101- SAID_HAMID_HASAN/Makalah/Pembelajaran_Sejarah_Yang_Mencerdasaka pdf, diunduh 8 September 2013) mengemukakan bahwa anggapan mengenai sejarah adalah bahwa pelajaran sejarah merupakan pelajaran yang bosan berkenaan dengan kehidupan manusia masa lampau. Selain itu, saat ini pembelajaran sejarah didominasi oleh kenyataan bahwa siswa diharuskan menghafal fakta sejarah, nama-nama konsep ataupun tanggal dari sebuah peristiwa sehingga kemampuan yang dikembangkan masih pada kemampuan mengingat (kognitif tingkat pertama). Anggapan-anggapan keliru tersebut tentu tidak akan ada ketika pembelajaran sejarah dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga siswa dapat mengambil makna dan memahami esensi dari sebuah peristiwa sejarah dimana pembelajaran sejarah berkenaan dengan upaya memperkenalkan siswa terhadap disiplin ilmu sejarah. Oleh karena itu kualitas seperti berpikir kronologis, pemahaman sejarah, kemampuan analisis, kemampuan penelitian sejarah, kemampuan analisis isu dan pengambilan keputusan (historical issues analysis and decision making) menjadi tujuan penting dalam pendidikan sejarah. Selain itu, menurut Alfian (2007: 1) pembelajaran sejarah mampu mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami dan menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat serta keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jatidiri bangsa ditengah-tengah kehidupan masyarakat dunia, sehingga sejarah merupakan sarana pendidikan, pengajaran yang termasuk ke dalam pengajaran normatif, karena tujuan dan sasarannya lebih dutujukan pada segi-segi normatif yaitu segi nilai dan makna yang sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri.

3 Adapun pendapat yang diungkapkan Kochhar (2008: 50) yang menjelaskan sasaran utama pembelajaran sejarah di sekolah menengah atas (SMA) adalah: Pertama meningkatkan pemahaman terhadap proses perubahan dan perkembangan yang dilalui umat manusia hingga mampu mencapai tahap perkembangan yang sekarang ini. Peradaban modern yang dicapai saat ini merupakan hasil proses perkembangan yang panjang dan sejarah merupakan satu-satunya mata pelajaran yang mampu menguraikan proses tersebut. Kedua, meningkatkan pemahaman terhadap akar peradaban manusia dan penghargaan terhadap kesatuan dasar manusia. Semua peradaban besar dunia memiliki akar yang sama, disamping berbagai karakteristik lokal kebanyakan adalah unsur-unsur yang menunjukkan kesatuan dasar manusia. Salah satu sasaran utama sejarah pada sisi ini adalah menekankan dasar tersebut. Ketiga, menghargai berbagai sumbangan yang diberikan oleh semua kebudayaan pada peradaban manusia secara keseluruhan. Kebudayaan setiap bangsa telah menyumbangkan denmgan berbagai cara terhadap peradaban secara keseluruhan. Mata pelajaran sejarah membawa pengetahuan ini kepada para siswa. Keempat, memperkokoh pemahaman bahwa interaksi saling menguntungkan antar berbagai kebudayaan merupakan faktor yang penting dalam kemajuan kehidupan manusia. Dan kelima, memberikan kemudahan kepada siswa yang berminat memepelajari sejarah suatu negara dalam kaitannya dengan sejarah umat manusia secara keseluruhan. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Kochhar, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pembelajaran sejarah dapat mengembangkan berbagai potensi dan pada dasanya pembelajaran sejarah bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh siswa dengan mengacu pada pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sejarah dapat melatih kemampuan siswa dalam memahami bagaimana peristiwa sejarah tersebut terjadi sehingga kemampuan berpikir siswa dapat meningkat. Adapun tujuan dari pelaksanaan pendidikan sejarah

4 yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: Membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini, dan masa depan, (2) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan, (3) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau, (4) Menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang, (5) Menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional. Adapun tujuan pembelajaran menurut (Ismaun, 2005: 224) yaitu: Mampu memahami sejarah, dalam arti: a) memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang peristiwa; b) memiliki kemampuan berpikir kritis yang dapat digunakan untuk menguji dan memanfaatkan pengetahuan sejarah; c) memiliki keterampilan sejarah yang dapat digunakan untuk mengkaji berbagai informasi kepadanya guna menentukan kesahihan informasi tersebut; d) memahami dan mengkaji setiap perubahan yang terjadi dalam masyarakat di lingkungan sekitarnya serta digunakan dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis. 2) Memiliki kesadaran sejarah, dalam arti: a) memiliki kesadaran akan penting dan berharganya waktu untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya; b) kesadaran akan terjadinya perubahan secara terus menerus sepanjang kehidupan umat manusia serta lingkungannya; c) memiliki kemampuan mengidentifikasi nilai-nilai yang terkandung dalam suatu peristiwa sejarah; d) memiliki kemampuan untuk memilah nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah dan memilih suatu mentransformasi nilai-nilai positif menjadi miliknya; e) memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengambil teladan yang baik dari para tokoh pelaku dalam berbagai peristiwa sejarah; serta f) memiliki kemampuan dan kesadaran untuk tidak akan mengulangi lagi atau menghindari dan meniadakan hal-hal yang bersifat negatif dalam peristiwa sejarah. Berdasarkan kedua kutipan diatas, disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran sejarah tidak hanya mengembangkan aspek kognitif siswa saja yang hanya mencakup memahami dan mengetahui. Namun, ada aspek lain yaitu melatih kemampuan siswa

5 untuk lebih berpikir siswa secara kritis sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran sejarah yang efektif dan efisien. Namun pada kenyataannya, pembelajaran sejarah yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan belum terlaksana dengan baik. Proses pembelajaran yang selama ini dilakukan di sekolah lebih kepada pembelajaran yang bersifat teacher center, dimana guru lebih mendominasi pembelajaran dibandingkan siswa sehingga siswa tidak dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini akan berakibat kepada kurang berkembangnya kemampuan berpikir siswa dan proses pembelajaran terasa membosankan sehingga pada akhirnya siswa tidak tertarik mengikuti proses pembelajaran sejarah, seperti apa yang diungkapkan oleh Widja (1989): Pembelajaran sejarah tidak menarik dan membosankan. Guru-guru sejarah hanya membeberkan fakta-fakta kering berupa urutan tahun dan peristiwa belaka, model serta teknik pembelajarannya juga dari itu ke itu saja. Sebagaimana yang dikemukakan Hasan (2008: 6) bahwa pertama, pendidikan Indonesia didominasi oleh pandangan filosofis esensialisme dan perenialisme. Dan kedua, pendidikan di Indonesia diwarnai oleh pandangan bahwa bangsa yang maju adalah bangsa yang menguasai sains dan teknologi. Di antara kedua pandangan tersebut, pandangan yang kedua menyebabkan para pelaksana pendidikan khususnya guru lebih menekankan tingkat pecapaian hasil belajar peserta didik pada aspek kognitif saja yang berupa hapalan dan ingatan sehingga peserta didik hanya dituntut untuk mengetahui sesuatu tanpa diajak untuk memahaminya. Dengan kata lain pembelajaran sejarah selama ini lebih ditekankan pada orientasi target penguasaan materi saja tanpa melatih peserta didik untuk memahami materi tersebut. Siswa hanya sekedar menghapal materi sehingga tingkat pemahamannya rendah dan biasanya siswa akan mudah lupa dengan materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Dengan kata lain, apabila mengacu pada tujuan pembelajaran yang diharapkan, dapat dikatakan bahwa kenyataannya dilapangan tujuan tersebut belum tercapai. Berdasarkan hasil observasi pra penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 1 Cianjur kelas XI Bahasa peneliti menemukan bahwa pelaksanaan proses

6 pembelajaran sejarah kurang efektif dimana guru terlalu mendominasi pembelajaran tanpa mengajak siswa untuk aktif dan berpikir. Padahal siswa kelas XI Bahasa mempunyai kemauan dan kemampuan yang cukup baik ketika presentasi, sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa kelas tersebut mampu untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis saat pembelajaran sejarah. Namun, kemauan dan kemampuan siswa tersebut belum digali secara optimal sehingga proses pembelajaran sejarah pun terkesan menjadi bosan dan menjenuhkan. Adapun respon yang baik saat proses pembelajaran sejarah terlihat ketika guru memberikan sebuah pertanyaan dimana siswa cukup antusias dan merespon pertanyaan tersebut dengan cukup baik meskipun terdapat beberapa siswa yang asal menjawab. Hal ini membuktikan bahwa siswa memang mempunyai kemauan dan kemampuan untuk mengemukakan pendapat. Apabila hal tersebut dibiarkan dan tidak ditanggapi secara serius, maka siswa tidak akan dapat mengembangkan kemampuannya. Hal ini akan berakibat pada tidak dapat tercapainya tujuan pembelajaran. Sedangkan sebagaimana diketahui bahwa tujuan pembelajaran sejarah sendiri mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Mata pelajaran sejarah diadakan untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa guna membangun kesadaran tentang pentingnya peristiwa sejarah untuk dijadikan pelajaran agar kehidupan di masa mendatang menjadi lebih baik. Berpikir kritis dapat diterapkan dalam pembelajaran sejarah dimana sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan masyarakat dimasa lampau berdasarkan teknik dan metodologi tertentu (Sapriya, 2009: 208-209). Tujuan pembelajaran sejarah mampu melatih kemampuan siswa untuk berpikir kritis jika proses pembelajaran dilaksanakan dengan baik, sehingga berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Kelas XI Bahasa dengan menerapkan teknik pembelajaran yaitu Point Counter Point. Teknik pembelajaran Point Counter Point sendiri dilakukan secara berkelompok, yaitu ada dua pihak yang masing-masing yang memegang peranan sebagai pihak untuk

7 memecahkan Bahasan yang diberikan oleh guru. Banyak sekali yang menyebabkan seseorang mengalami kegagalan belajar, salah satunya disebabkan oleh strategi kurang tepatnya pemilihan teknik pembelajaran serta teknik pembelajaran yang kurang tepat. Oleh karena itu peneliti memilih teknik pembelajaran tipe Point Counter Point untuk digunakan peneliti saat melakukan penelitian karena dianggap tepat untuk mengatasi permasalahan di kelas tersebut. Selain itu, alasan pemilihan teknik Point Counter Point sendiri karena menurut peneliti sangat sesuai dengan karakteristik siswa kelas XI Bahasa dimana siswa sudah mempunyai kemampuan berpikir dan mengemukakan pendapat yang baik namun belum digali secara optimal sehingga kemampuan mereka tidak tumbuh dan tidak berkembang secara baik. Oleh karena itu, peneliti menggunakan teknik ini sebagai upaya untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Selain itu teknik ini peneliti gunakan karena lebih sederhana dibandingkan dengan debate. Menurut Hisyam Zaini dalam buku Strategi Pembelajaran Aktif (2008 : 41) Point Counter Point adalah teknik yang melibatkan siswa dalam mendiskusikan isu-isu kompleks secara mendalam. Selain itu Point Counter Point merupakan suatu kegiatan yang dapat merangsang diskusi dan pemahaman lebih mendalam tentang berbagai isu kompleks. Pada dasarnya teknik ini hampir mirip dengan debate namun teknik Point Counter Point proses pelaksanaanya dapat berjalan dengan lebih cepat dimana kegiatannya dapat dilakukan meskipun tidak ada persiapan sebelumnya. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul Penerapan Teknik Point Counter Point untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata pelajaran Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, yang menjadi permasalahan utama dalam penelitian ini adalah Bagaimana Penerapan Teknik Point Conter Point

8 untuk Menumbuhkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah?. Agar permasalahan tersebut tidak meluas, maka peneliti membatasinya kedalam beberapa pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi awal sebelum diterapkan teknik Point Counter Point di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur? 2. Bagaimana merencanakan pembelajaran sejarah melalui penerapan teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur? 3. Bagaimana langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran sejarah melalui penerapan teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur? 4. Bagaimana evaluasi pembelajaran sejarah yang diperoleh melalui penerapan teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur? 5. Bagaimana kendala yang dihadapi saat diterapkannya teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang dikemukakan di atas. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran secara faktual dan aktual mengenai penggunaan teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan berpikir kritis siswa di SMA Negeri 1 Cianjur. Secara khusus penelitian ini bertujuan sebagai berikut: 1. Memperoleh gambaran awal mengenai situasi dan kondisi awal tentang pembelajaran sejarah di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur guna dijadikan sebagai bahan referensi untuk dipecahkan permasalahannya.

9 2. Mendeskripsikan perencanaan dari penggunaan teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur. 3. Mengkaji dan menganalisis penerapan dari teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur. 4. Melihat evaluasi yang diperoleh dari penggunaan teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur. 5. Menganalisis kendala dari diterapkannya teknik Point Counter Point untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa pada di Kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Cianjur. D. Manfaat Penelitian Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan akan memberikan manfaat, yaitu: 1. Bagi peneliti, dapat menambah wawasan untuk lebih memahami dunia pendidikan serta keterampilan dalam menerapkan teknik pembelajaran pada proses belajar mengajar berlangsung. 2. Bagi siswa, dapat menumbuhkan keberanian dalam beragumentasi khususnya meningkatnya kemampuan beragumentasi yang baik saat proses belajar mengajar berlangsung. 3. Bagi guru, dapat dijadikan sebagai sebuah solusi untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah serta menambah wawasan dan ketarampilan dalam hal penggunaan teknik pembelajaran. 4. Bagi sekolah, akan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam hal pembelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Cianjur.

10 E. Struktrur Organisasi Penelitian BAB I membahas mengenai pendahuluan. Dalam bab ini terdapat beberapa sub bab yang membahas mengenai latar belakang yang diungkapkan peneliti tentang permasalahan yang terjadi. Selain itu, dalam bab ini juga terdapat rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. BAB II membahas kajian pustaka. Dalam bab ini peneliti membahas membahas kajian pustaka yang mendasari penelitian ini, di mana dalam bab ini peneliti melakukan berbagai kajian dari berbagai sumber yang relevan dan sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti. Selain itu, dalam bab ini terdapat beberapa penjelasan mengenai teknik pembelajaran, teknik Point Counter Point, keunggulan teknik Point Counter Point, teknik Point Counter Point dalam pembelajaran sejarah, kemampuan berpikir kritis, pengertian berpikir kritis, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran sejarah serta hasil penelitian penelitian terdahulu. BAB III membahas mengenai metodologi penelitian. Dalam bab ini peneliti membahas mengenai metode penelitian, desain penelitian, sasaran penelitian, lokasi penelitian dan subjek penelitian, prosedur penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, pengolahan dan analisis data serta validasi data. BAB IV membahas mengenai pembahasan dan hasil penelitian. Dalam bab ini dijelaskan mengenai temuan penelitian dan pembahasan hasil penelitian sebagai jawaban atas rumusan masalah dan pertanyaan penelitian. BAB V membahas mengenai kesimpulan dan saran. Dalam bab ini dikemukakan mengenai bagaimana kesimpulan serta saran atas permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.