BAB I PENDAHULUAN. Sumber:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sehingga keuntungan yang dihasilkan bisa maksimal. sebagian besar didanai dengan internal equity maka akan mempengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengaruh aktivitas pasar modal yang menjadi peluang yang baik untuk masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan suatu perusahaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan atau

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menunjang kegiatan operasionalnya, salah satunya melalui sarana pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. Bursa Efek Indonesia atau I n d on e sia S tock E xc h an g e (IDX)

BAB I PENDAHULUAN. Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. laba tesebut di tahan untuk membiayai investasi di masa mendatang. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. pemegang saham (investor), yaitu capital gain dan dividend. Kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha semakin memicu persaingan antar. perusahaan untuk mencapai suatu keberhasilan. Indikator keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang salah satu kegiatan operasionalnya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan investasi jangka panjang suatu perusahaan yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak pilihan bagi seorang investor yang mempunyai kelebihan dana dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dividen merupakan salah satu bentuk peningkatan wealth pemegang saham. Investor

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan yang memerlukan dana dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. suatu Negara dapat dilihat dan diukur melalui berbagai cara, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam suatu perusahaan merupakan suatu hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan usaha untuk mencari tambahan dana (berupa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana dalam jumlah tertentu

BAB I PENDAHULUAN. surat berharga di pasar modal. Surat berharga yang baru dikeluarkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang membutuhkan dana. Transaksi yang dilakukan dapat dengan

Pengaruh Leverage dan Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Otomotif dan Komponen di Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. adanya sumber-sumber yang dapat menghasilkan keuntungan. Untuk mengetahui

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki banyak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia membangun pabrik pengolahan dan pemurnian hasil tambang (smelter)

BAB 1 PENDAHULUAN. Bagi perusahaan publik persaingan tidak hanya terjadi dalam satu sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. dengan harga saham. Bila harga saham suatu perusahaan tinggi maka nilai

BAB I PENDAHULUAN. sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal Indonesia memiliki peran besar

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya investor melakukan investasi adalah untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi. Dalam investasi, investor perlu terus menerus mempelajari berbagai

ANALIS PENGARUH VARIABEL-VARIABEL FUNDAMENTAL YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BEI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai jenis sekuritas yang menawarkan tingkat return dengan risiko

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keputusan keuangan yang saling berkaitan yaitu keputusan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas pada negara tersebut. Pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendirian sebuah perusahaan bukanlah tanpa tujuan. Tujuan didirikannya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. a. Teori burung di tangan (Bird in the Hand)

BAB I PENDAHULUAN. resiko dan ketidakpastian yang sulit diprediksi oleh para investor. Menurut Maya

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat walaupun keadaan ekonomi memburuk. Pekembangan industri

BAB I PENDAHULUAN. tertarik dengan Earning per Share (EPS). Selain melakukan pengukuran laba

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang gencar dalam. melakukan pembangunan disemua sektor, salah satunya pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkannya maupun kinerja industri secara keseluruhan. Semua perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan investor perorangan maupun badan usaha menanamkan dana ke dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, pasar modal memungkinkan pemilik dana memeproleh keuntungan

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadinya penurunan perekonomian di suatu negara. Menurut Tandelilin (2010:26) pasar modal (capital market) adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian di Indonesia semakin berkembang, hal ini dapat tercermin dari

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk penggalangan dana publik. Bagi investor, pasar modal

I. PENDAHULUAN. Hal ini mendukung berkembangnya pasar modal di Indonesia, pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) merupangkan pasar untuk berbagai. lainya dan sarana bagi kegiatan berinvestasi (Darmadji, 2001:1).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini semakin banyaknya perusahaan-perusahaan besar yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era ekonomi pasar bebas, pasar modal memiliki peran yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki potensi pertumbuhan

BAB 2. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur rmerupakanindustri yang mendominasi perusahaanperusahaan

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam akan dapat menumbuhkan terbukanya perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum BUMN

BAB I PENDAHULUAN. kas atau setara kas yang dimiliki oleh perusahaan yang diharapkan akan. kekayaan melalui distribusi hasil investasi.

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari investor. Investor dapat melakukan investasi dipasar

BAB I PENDAHULUAN. disebut go public. Menurut Darmaji dan Fakhrudin (2012:1) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. penjualan efek ini dilaksanakan berdasarkan satu lembaga resmi yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. dalam perusahaan. Oleh karena itu, keputusan pendanaan menjadi pertimbangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan dunia usaha bagi perusahaan yang sudah Go Public semakin


BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan penerimaan devisa. Di Negara yang sedang berkembang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, pertanyaan, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.6 Latar Belakang Masalah. Investasi merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. Banyak negara (termasuk Indonesia) menganggap sektor industri sebagai motor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini didukung oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan posisi keuangan mempunyai arti yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. selisih antara harga beli dan harga jual saham, sedangkan yield merupakan cash. biasanya dalam bentuk deviden (Jones, 2002:124).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, tidak terkecuali Indonesia. Menurut Mumtaz (2010), di

BAB I PENDAHULUAN. oleh suatu industri adalah di pasar modal yaitu dengan menjual saham

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal di era globalisasi ini memiliki pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan yang go public, nilai perusahaan dapat direfleksikan

BAB I PENDAHULUAN. yang didapat dari dividen ataupun capital gain. Sedangkan manajemen berusaha

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. . Kebijakan dividen menyangkut masalah pembagian laba yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ketat. Hal ini disebabkan semakin banyaknya perusahaan yang berdiri dan

BAB I PENDAHULUAN. menggemparkan dunia. Krisis keuangan ini telah berkembang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. return sebesar-besarnya dengan risiko tertentu. Return. (tingkat pengembalian) tersebut dapat berupa capital gain ataupun dividen,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tingkat perkembangan dunia pasar modal dan industri industri

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen

BAB I PENDAHULUAN. modal di Indonesia karena berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang memiliki

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar Modal menurut Darmadji dan Fakhruddin (2011:1) Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk utang ataupun modal sendiri. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi, sedangkan tempat di mana terjadinya jual-beli sekuritas disebut dengan bursa efek. Oleh karena itu, bursa efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik. Di Indonesia terdapat pusat dari pasar modal yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa Efek Indonesia sendiri merupakan gabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) yang resmi bergabung pada tanggal 1 Desember 2007. Proses merger ini mengakibatkan Indonesia sekarang memiliki satu pasar modal yang terpusat. Pada penelitian ini menggunakan objek penelitian perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014 adalah sebanyak empat puluh perusahaan, yang terdiri dari berbagai sektor pada tabel 1.1 sebagai berikut : Tabel 1.1 Daftar Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia No Daftar Sektor Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Jumlah Perusahaan 1 Sub sektor batu bara 22 2 Sub sektor minyak dan gas bumi 7 3 Sub sektor logam dan mineral lainnya 9 4 Sub sektor batu-batuan 2 Sumber: www.idx.co.id

1.2 Latar Belakang Penelitian Pasar modal atau capital market merupakan tempat diperjualbelikannya berbagai instrument keuangan jangka panjang, seperti utang, ekuitas (saham), instrument derivatif, dan instrument lainnya. Pasar modal berperan besar bagi perekonomian suatu negara karena menjalankan dua fungsi sekaligus, yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Dengan adanya pasar modal aktivitas perekonomian diharapkan meningkat karenaa pasar modal merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan, sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan skala yang lebih besar dan selanjutnya akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan kemakmuran masyarakat luas (Darmaji & Fakhruddin 2011:2). Di Indonesia satu-satunya pasar modal yang ada adalah Bursa Efek Indonesia (BEI). Efek yang diterbitkan dan diperdagangkan di pasar modal Indonesia salah satunya adalah saham, khususnya di BEI. Dengan membeli atau memiliki saham, investor dapat memperoleh keuntungan salah satunya adalah dividen, yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit saham tersebut atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan dapat berupa dividen tunai atau dividen saham (Darmadji & Fakhruddin, 2011:9). Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kebijakan dividen adalah rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio) dimana rasio ini berfungsi untuk mengukur presentasi dari laba yang akan dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham. Semakin besar dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham akan meningkatkan nilai perusahaan atau harga saham, namun hal tersebut juga memperkecil sisa dana yang dapat digunakan untuk mengembangkan perusahaan. Manajer keuangan harus mampu menentukan kebijakan dividen yang optimal guna menyeimbangkan dividen saat ini dan tingkat pertumbuhan dividen di masa yang akan datang agar nilai perusahaan dapat ditingkatkan (Sutrisno, 2012:266). Salah satu sektor dalam BEI yang membagikan devidennya adalah sektor pertambangan. Pertambangan menurut UU Minerba No. 4 Tahun 2009 adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan

mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang. Sektor pertambangan merupakan salah satu penopang pembangunan ekonomi karena perannya sebagai penyedia sumber daya energi yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat dari Produk Domestik Bruto sektor pertambangan dalam gambar 1.1 : PDB Sektor Pertambangan 2011-2014 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 4.29 3.02 1.74 0.55 2011 2012 2013 2014 Gambar 1.1 Pertumbuhan PDB Sektor Pertambangan Tahun 2010-2014 Sumber: bps.go.id 2015 Dalam gambar 1.1 menunjukkan bahwa dalam kurun waktu empat tahun terakhir PDB perusahaan pertambangan mengalami penurunan hingga tahun 2014. Penurunan ini diakibatkan oleh tiga hal yaitu : 1) Turunnya nilai mata uang rupiah kepada USD Melemahnya rupiah mengakibatkan beberapa sektor menjadi sulit untuk kompetitif khususnya yang tergantung pada produk-produk impor. Keuntungan yang harusnya diterima oleh para eksportir pun tidak dapat meningkatkan

neraca transaksi berjalan akibat industri manufaktur yang belum efisien dan berdaya saing. 2) Turunnya harga komoditas dunia Melemahnya harga-harga komoditas dunia sebagai akibat melemahnya permintaan di China dan Negara-negara utama Eropa mengakibatkan industri yang mengandalkan harga komoditas mengalami pelemahan permintaan. 3) Pemberlakuan UU Minerba Pada 11 Januari 2014, presiden Susilo Bambang Yudhoyono menandatangani Pemerintah Nomor 1 tahun 2014. Peraturan itu merupakan tindak lanjut dan peraturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batu Bara. Dimana undang-undang tersebut mewajibkan semua perusahaan tambang membangun smelter dan dilarang untuk mengekspor bahan mentah. Hal ini bertujuan untuk menaikkan nilai tambah berupa nilai ekonomi dan menciptakan lapangan pekerjaan. Akibat dari kebijakan tersebut, sehingga terjadi perlambatan pada sektor industri migas. Di perusahaan sektor pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 rata- rata mengalami peningkatan dari segi asset, ekuitas dan total hutang, namun dari segi profit mengalami penurunan. Misalnya dari segi total asset, PT Indo Tambangraya Megah Tbk tahun 2010 total asset berjumlah 1.089.706 rupiah dan meningkat pada tahun 2011 sebesar 1.578.474 rupiah. Dari segi ekuitas, masih pada perusahaan yang sama total ekuitas juga mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, tahun 2013 yaitu sebesar 1.121.217.431 rupiah dan pada tahun 2014 sebesar 1.174.157.429 rupiah. Dari segi total hutang, pada tahun 2013 PT Resources memiliki total utang sebesar 33.348.742 rupiah dan meningkat pada tahun 2014 sebesar 44.038.848 rupiah. Dari segi profit, PT ATPK Resources pada tahun 2010 adalah sebesar 25.694.366.584 rupiah dan mengalami penurunan turun pada tahun 2011 sebesar 24.850.134 rupiah. Saham perusahaan sektor pertambangan yang ada di BEI pada tahun 2010-2014 dapat dilihat dari Gambar 1.2 berikut ini :

48.59 Persentase Saham Perusahaan Sektor Pertambangan di BEI tahun 2010-2014 14.93-26.41-23.31-4.22 2010 2011 2012 2013 2014 Gambar 1.2 Persentase Saham Perusahaan Sektor Pertambangan BEI Sumber: Data diolah dari idx.co.id 2015 Pada gambar 1.2 tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 ke tahun 2011 saham sektor pertambangan menurun secara fluktuatif, namun terjadi kenaikan pada tahun 2012 ke tahun 2013 dan terus berlanjut naik hingga tahun 2014. Sektor saham paling turun pada tahun 2013 yaitu sektor saham pertambangan. Sektor saham pertambangan turun hingga tahun 2013 sebesar -23,31 persen.. Harga komoditas melemah dan permintaan batu bara berkurang, ditambah ekonomi negara maju melambat telah memberikan tekanan terhadap harga batu bara yang berimbas ke sektor pertambangan. (bisnisliputan6.com). Namun demikian, pada bulan Oktober tahun 2015 saham sektor pertambangan BEI menguat kembali bahkan menjadi sektoral ynag mengalami penguatan paling tajam yaitu sebesar 1,839 persen. Menguatnya saham-saham pertambangan rupanya terdongkrak dengan naiknya transaksi dari segi frekuensi pada emiten-emiten tambang. Di antaranya, emiten tambang PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) sebanyak 3.450 kali dan PT Vale Indonesia Tbk (INCO) sebanyak 1.382 kali. (republika.co.id)

Hal ini berarti masih menarik investor untuk berinvestasi menanamkan sahamnya pada sektor pertambangan, walaupun kondisi saham pertambangan baru pulih kembali. Investor masih mau menginvestasikan karena daya tarik dividen, dapat dilihat dari empat puluh perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI, sebelas perusahaan diantaranya pernah membagikan dividen, sisanya tidak. Dalam pembagian dividen, tentunya perlu suatu kebijakan dividen. Melalui kebijakan dividen akan ditentukan proporsi besarnya jumlah dividen yang akan dibayarkan pada pemegang saham dan besarnya laba ditahan untuk kepentingan perusahaan itu sendiri dengan tujuan untuk ekspansi di masa mendatang. Kebijakan dividen dalam industri pertambangan dinilai penting, karena menyangkut hak dan kewajiban dua pihak yaitu pemegang saham dan pihak manajemen yang masingmasing mempunyai kepentingan yang berbeda. Para pemegang saham atau investor lebih menyukai dividen yang sudah ada ditangan dibandingkan capital gain yang belum tentu aka nada di masa mendatang atau keduanya tidak diperoleh. Perusahaan akan membagikan dividen bila tidak ada pilihan investasi yang bias meningkatkan nilai perusahaan di masa mendatang. Hal ini seusai dengan salah satu teori kebijakan dividen yaitu hipotesis Bird-In-the Hand (Manurung 2012:108). Menurut James Horne dan John Wachowicz (2012:215), faktor - faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen (Dividend Payout Ratio) dalam suatu perusahaan, antara lain : Tingkat laba (Return On Asset) merupakan tingkat pengembalian atas aktiva yang telah diinvestasikan, sehingga diharapkan akan menentukan pilihan relatif untukmembagikan laba tersebut dalam bentuk dividen pada pemilik saham atau menggunakannya kembali di perusahaan tersebut. Tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan atas investasinya bisa menjadi pertimbangan positif maupun negatif untuk membagikan dividen atau menentukan labaditahan untuk keperluan perusahaan dalam jangka panjang. Jika terjadi tingkat keuntungan yang tinggi, tentu akan lebih mudah menyisihkansebagian keuntungan untuk dibagikan berupa dividen pada para

pemiliksaham. Sedangkan jika terjadi tingkat keuntungan perusahaan yang rendahakan memperkecil kemungkinan untuk dapat membagikan dividen pada para pemilik perusahaan. Faktor yang kedua adalah kebutuhan dana untuk membayar hutang (Debt to Equity Ratio). Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan hutangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, hal ini berarti bahwa hanya sebagian kecil saja dari pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividen, dengan kata lain perusahaan harus menetapkan dividend payout ratio yang rendah. Selanjutnya adalah tingkat pertumbuhan perusahaan (Asset Growth). Semakin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, maka makin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut. Semakin besar kebutuhan dana waktu mendatang untuk membiayai pertumbuhannya, perusahaan tersebut biasanya lebih senang untuk menahan pendapatannya daripada dibayarkan sebagai dividen kepada para pemegang saham dengan mengingat batasan-batasan biayanya. Hal ini berarti bahwa makin cepat tingkat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kesempatan untuk memperoleh keuntungan, makin besar bagian dari pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, yang ini berarti semakin rendah rasio pembayaran dividennya. Beberapa rasio telah dipakai oleh para peneliti untuk mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap kebijakan dividen, dimana kebijakan dividen itu sendiri diproksikan oleh para peneliti dengan Dividend Payout Ratio (DPR). Salah satu rasio yang dipakai untuk mengukur DPR adalah Return on Asset (ROA) merupakan suatu ukuran menyeluruh dari prestasi perusahaan, sebab rasio ini menunjukkan laba atas seluruh dana yang diinvestasikan (Fahmi, 2012:58). Dalam penelitian Cendekia (2011) yang meneliti pada perusahaan manufaktur tahun 2006-2008, serta dalam penelitian Tika Ayu (2015) yang meneliti pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2013, diperoleh hasil bahwa ROA berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio. Hal ini menunjukkan apabila ROA meningkat maka pembagian akan

meningkat. Namun dalam penelitian yang dilakukan John dan Muthusammy (2010) yang meneliti pada perusahaan industri kertas di India, diperoleh hasil bahwa variabel ROA berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio. Debt to Equity Ratio (DER) dalam beberapa penelitian juga dipakai untuk melihat pengaruhnya terhadap DPR. DER merupakan perbandingan antara hutang perusahaan dengan modal sendiri guna memenuhi kebutuhan dana perusahaan. (Sutrisno, 2012:218). Peneliti yang menggunakan DER diantaranya : Nuraeni (2013) yang meneliti pada perusahaan asuransi yang terdaftar di BEI, serta pada penelitian Alisinaei dan Habibi (2012) yang meneliti pada perusahaan yang terdaftar di Tehran Stock Exchange diperoleh hasil bahwa variabel DER berpengaruh positif terhadap DPR. Namun hasil yang berbeda ditemukan dalam penelitian Cendekia (2011) yang meneliti pada perusahaan manufaktur tahun 2006-2008 diperoleh hasil bahwa variabel DER berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio. Selain ROA dan DER, salah satu rasio lain yang dipakai adalah Asset Growth yaitu Total Asset yang menunjukkan pertumbuhan asset dimana asset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan. (Shitta, 2011). Suatu perusahaan yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan akan membutuhkan dana yang besar. Karena kebutuhan dana makin besar, maka perusahaan akan lebih cederung menahan sebagian besar pendapatannya. Semakin besar pendapatan yang ditahan dalam perusahaan, berarti semakin rendah deviden yang dibayarkan kepada pemegang saham. (Jogiyanto 2010:391). Dalam penelitian Ikhsan (2014) yang meneliti pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2009-2011 dan Diska (2011) yang meneliti perusahaan LQ45 di BEI diperoleh bahwa variabel Asset Growth berpengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio. Namun hasil yang berbeda dalam penelitian Cendekia (2011) yang meneliti pada perusahaan manufaktur di BEI tahun 2006-2008 diperoleh hasil bahwa variabel Asset Growth berpengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio. Oleh karena itu, sesuai dengan objek penelitian, latar belakang, dan didasarkan pada perbedaan hasil-hasil penelitian yang ada, dalam penelitian kali ini penulis

memberi judul PENGARUH RETURN ON ASSET, DEBT TO EQUITY RATIO DAN ASSET GROWTH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO. (Studi Pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di BEI Tahun 2010 2014). 1.3 Perumusan Masalah 1. Bagaimana perkembangan Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Asset Growth dan Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014? 2. Bagaimana pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010 2014 secara parsial? 3. Bagaimana pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 secara parsial? 4. Bagaimana pengaruh Asset Growth terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010 2014 secara parsial? 5. Bagaimana pengaruh Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Asset Growth terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010 2014 secara simultan? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perkembangan Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER), Asset Growth dan Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014. 2. Untuk mengetahui pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010 2014 secara parsial.

3. Untuk mengetahui pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010 2014 secara parsial. 4. Untuk mengetahui pengaruh Asset Growth terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010 2014 secara parsial. 5. Untuk mengetahui pengaruh Return on Asset (ROA), Debt to Equity Ratio (DER) dan Asset Growth terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 secara simultan. 1.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Aspek Teoritis Hasil penelitian mengenai pengaruh Return on Asset, Debt to Equity Ratio, dan Asset Growth terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI ini diharapkan dapat memperkaya informasi bagi para pembaca mengenai faktor apa saja yang berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio perusahaan serta dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.5.2 Aspek Praktis Hasil penelitian mengenai pengaruh Return on Asset, Debt to Equity Ratio, dan Asset Growth terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI ini diharapkan menjadi masukan bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi yang berhubungan dengan tingkat pengembalian dari perusahaan berupa dividen. 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Penulisan dalam skripsi ini akan dibagi dalam lima bab yang terdiri dari bebrapa sub-bab. Sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi penjelasan secara umum dan ringkas mengenai Gambaran Umum Objek Peneliian, Latar Belakang Penelitian, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian serta Sistematika Penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab ini berisi tinjauan pustaka mengenai teori yang berkaitan dengan topik dan variabel penelitian untuk dijadikan dasar bagi penyusunan kerangka pemikiran dan perumusan hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi metode dan teknik yang digunakan, variabel operasional, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi pembahasan berupa analisis pengolahan data sesuai dengan perumusan masalah serta tujuan penulisan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan berupa penyajian secara singkat dari hasil penelitian dan pembahasan serta saran yang ditujukan untuk perbaikan terhadap hasil penelitian dan anjuran kepada pihak yang berkepentingan terhadap penelitian.