BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

dokumen-dokumen yang mirip
BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Maret 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan

Buletin ini dapat memantau tujuan khusus SIBI antara lain :

RAPAT DENGAR PENDAPAT KEMENKES DENGAN PANJA KESEHATAN HAJI KOMISI IX DPR - RI

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Pedoman Surveilans dan Respon Kesiapsiagaan Menghadapi Middle East Respiratory Syndrome Corona Virus (MERS-COV) untuk Puskesmas di Kabupaten Bogor

KESIAPSIAGAAN MENGAHADAPI MERS-CoV

BAB 1 PENDAHULUAN. kepercayaan, kita dihadapkan lagi dengan sebuah ancaman penyakit dan kesehatan,

Jika tidak terjadi komplikasi, penyembuhan memakan waktu 2 5 hari dimana pasien sembuh dalam 1 minggu.

AVIAN INFLUENZA. Dr. RINALDI P.SpAn Bagian Anestesi/ICU Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof.DR.Sulianti Saroso

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis tidak dikategorikan ke dalam

Swine influenza (flu babi / A H1N1) adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus Orthomyxoviridae.

BAB I PENDAHULUAN. Middle East Respiratory Syndrome-Corona Virus atau biasa disingkat MERS-

Frequent Ask & Questions (FAQ) MERS CoV untuk Masyarakat Umum

BAB I PENDAHULUAN UKDW. DBD (Nurjanah, 2013). DBD banyak ditemukan didaerah tropis dan subtropis karena

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG FLU BABI DENGAN SIKAP PETERNAK BABI DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT FLU BABI DI DESA BRONTOWIRYAN NGABEYAN KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. Waktu survival (survival time) merupakan salah satu penelitian yang digunakan

Perkembangan Flu Burung pada Manusia dan Langkah-Langkah Pengendaliannya

PENGAMBILAN, PENGEMASAN DAN PENGIRIMAN SPESIMEN MERS-CoV dan EBOLA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

PERINGATAN!!! Bismillaahirrahmaanirraahiim Assalamu alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh

BAB 1 PENDAHULUAN. Influenza adalah suatu penyakit infeksi saluran pernafasan. akut yang disebabkan oleh virus influenza. Penyakit ini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

Mengapa disebut sebagai flu babi?

PENANGANAN INFLUENZA DI MASYARAKAT (SARS, H5N1, H1N1, H7N9)

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

1. BAB I PENDAHULUAN

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 1. Incidence Rate dan Case Fatality Rate Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. Salmonella typhi, suatu bakteri gram-negative. Demam tifoid (typhoid fever atau

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. menular yang banyak menyebabkan kematian. Masalah tersebut menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

FLU BURUNG AVIAN FLU BIRD FLU. RUSDIDJAS, RAFITA RAMAYATI dan OKE RINA RAMAYANI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) selalu merupakan beban

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG ISPA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Penyakit demam berdarah adalah penyakit menular yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

PENDEKATAN DIAGNOSIS DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Asma adalah suatu inflamasi kronik dari saluran nafas yang menyebabkan. aktivitas respirasi terbatas dan serangan tiba- tiba

BUKU SAKU FLU BURUNG. Posko KLB Ditjen PP dan PL : SMS GATE WAY :

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

INFO TENTANG H7N9 1. Apa virus influenza A (H7N9)?

BAB 1 PENDAHULUAN. Virus family Orthomyxomiridae yang diklasifikasikan sebagai influenza A, B, dan C.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG PEMBEBASAN BIAYA PASIEN PENYAKIT INFEKSI EMERGING TERTENTU

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

KESIAPSIAGAAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DALAM CEGAH TANGKAL MERS-COV DI PINTU MASUK NEGARA

PEDOMAN UMUM KESIAPSIAGAAN MENGHADAPI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

BAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA. Skripsi

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PENDERITA SINUSITIS DI POLIKLINIK TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sebagian individu yang unik dan mempunyai. kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangannya. Kebutuhan tersebut

A. Formulir Pelacakan Kasus AFP

BAB 1 PENDAHULUAN. penanganan serius, dilihat dari tingginya prevalensi kasus dan komplikasi kronis

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui bahwa di negara yang sedang berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru

BAB 1 : PENDAHULUAN. ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam

PEDOMAN KEWASPADAAN UNIVERSAL BAGI PETUGAS KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Millenium

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Pemberantasan penyakit. berperanan penting dalam menurunkan angka kesakitan

13 CAKUPAN PENEMUAN DAN PENANGANAN PENDERITA PENYAKIT. a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per penduduk < 15 tahun

FORMULIR INFORMASI KESEHATAN PRIBADI SISWA SMA SAMPOERNA (SAMPOERNA ACADEMY BOARDING SCHOOL) Alamat. Tempat/ Tanggal Lahir: Jenis Kelamin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MODUL 2 DASAR DASAR FLU BURUNG, PANDEMI INFLUENZA DAN FASE FASE PANDEMI INFLUENZA MENURUT WHO

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. virus, bakteri, dan berbagai penyebab penyakit lainnya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Demam Typhoid (typhoid fever) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan, pada tahun 2020

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai "masa keemasan" (golden period),

PEMERINTAH KABUPATEN KARANGASEM DINAS KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. dan batuk baik kering ataupun berdahak. 2 Infeksi saluran pernapasan akut

Demam sekitar 39?C. Batuk. Lemas. Sakit tenggorokan. Sakit kepala. Tidak nafsu makan. Muntah. Nyeri perut. Nyeri sendi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih tinggi, walaupun dari

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

Transkripsi:

BULETIN SURVEILANS ISPA BERAT DI INDONESIA (SIBI) : Januari 2014 Data masih bersifat sementara dan dapat berubah seiring dengan penerimaan laporan Ringkasan Berdasarkan laporan sampai dengan tanggal 31 Desember 2013, ada 441 kasus ISPA Berat yang teridentifikasi oleh SIBI dengan proporsi positif influenza sebesar 11% (N = 46 kasus). I. Pendahuluan Kegiatan ini merupakan kegiatan surveilans epidemiologi dan virologi infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) Berat termasuk influenza musiman, kasus baru influenza seperti H5, H7, dan Middle- East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS CoV) yang dilaksanakan di enam rumah sakit di enam provinsi di Indonesia. Kegiatan SIBI bertujuan untuk mendapatkan informasi epidemiologi dan virologi ISPA Berat sebagai dasar pengambilan keputusan dalam pengendalian penyakit dalam kondisi rutin maupun pandemi. Rumah sakit sentinel SIBI tersebut adalah: 1. RSUD Wonosari, DI Yogyakarta 4. RSUD Deli Serdang, Sumatera Utara 2. RS Kanujoso, Kalimantan Timur 5. RSUD dr. M. Haulussy, Maluku 3. RSUD Bitung, Sulawesi Utara 6. RSU Provinsi NTB, Mataram, Nusa Tenggara Barat Definisi kasus ISPA Berat Demam 38 C atau riwayat demam; dan disertai dengan semua gejala atau kondisi dibawah ini: Batuk; Gejala timbul tidak lebih dari 7 hari; Memerlukan perawatan rumah sakit; Timbulnya gejala tidak lebih dari 48 jam sejak dirawat di rumah sakit. Laboratorium: Uji real time RT-PCR dilakukan terhadap semua spesimen yang dikirimkan ke Laboratorium Nasional Balitbangkes Jakarta. Spesimen diuji untuk influenza A dan influenza B. Spesimen dengan positif influenza A, akan dilakukan uji subtipe virus influenza A. Isolasi virus dilakukan untuk semua spesimen yang positif influenza. Buletin ini dapat memantau tujuan khusus SIBI antara lain : 1. Diketahuinya gambaran epidemiologi ISPA Berat dan influenza menurut waktu, tempat, dan orang Tabel 1. 2. Diketahuinya proporsi pneumonia dari kasus ISPA Berat Tabel 1. 3. Diketahuinya proporsi kasus influenza positif di antara kasus ISPA Berat Tabel 2 dan Grafik 1. 4. Diketahuinya karakteristik virus influenza yang beredar Tabel 2 dan Grafik 1. 5. Diketahuinya angka fatalitas kasus (CFR) ISPA Berat dan pneumonia Tabel 1. 6. Diketahuinya gambaran klinis ISPA Berat Tabel 1. Buletin ini juga memantau riwayat perjalanan kasus ISPA Berat (Table 3). Untuk kasus dengan riwayat perjalanan ke negara-negara yang terkena penyakit-penyakit baru seperti Cina dengan influenza A/H7 dan jazirah Arab dengan MERS CoV, maka kasus-kasus tersebut akan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk virus-virus tersebut. 1

Buletin ini juga bermanfaat untuk memantau kinerja surveilans per site, termasuk tingkat penemuan kasus dan proporsi kasus dengan spesimen (Tabel 4). II. Hasil Analisa Data Kegiatan SIBI (sampai tanggal 31 Desember 2013) Dari 441 kasus ISPA Berat, 55% adalah laki-laki dan 45% adalah perempuan. Penderita ISPA Berat mayoritas adalah anak usia 1-4 tahun (38%). Sedangkan dari 46 kasus yang ditemukan positif influenza, proporsi laki-laki sebesar 48% dan perempuan 52%. Kasus positif Influenza (N= 46 kasus) mayoritas ditemukan pada kelompok umur 1 4 tahun (44%).Sebagian besar proporsi kasus ISPA Berat (38%) dan kasus positif influenza (44%) terdapat pada kelompok umur 1 4 tahun (Tabel 1). Berdasarkan gejala saat masuk, sesuai dengan kriteria definisi kasus ISPA Berat, mayoritas penderita ISPA Berat memiliki riwayat panas (98%) dan batuk (99%). Pada bulan Mei 2013, ada dua kasus ISPA Berat yang tidak mempunyai gejala batuk. Namun setelah bulan Mei 2013, tidak ada lagi kasus ISPA Berat yang tidak mempunyai gejala batuk. Hal ini menandakan bahwa kriteria definisi kasus diterapkan dengan baik dalam pemilihan kasus. Gejala pada kasus ISPA Berat di bawah 5 tahun yang banyak ditemukan adalah tarikan dinding dada (14%), dan kejang (17%) pada kasus positif influenza. Cukup banyak kasus ISPA Berat yang memiliki kondisi/penyakit penyerta seperti asma (8%), perokok (8%), penyakit kardiovaskular (1%), dan kelainan neurologis (1%). Sedangkan untuk pasien positif influenza, perokok (9%) dan asma (7%) merupakan kondisi penyerta yang terdeteksi. Berdasarkan informasi dari WHO, kondisi penyerta seperti penyakit kronis dapat memperparah penyakit influenza yang diderita (referensi: Vaccines against influenza WHO position paper November 2012. Weekly Epidemiological Record, No. 47, 2012, 87, 461 476, www.who.int/wer). Proporsi pasien ISPA Berat yang meninggal hingga saat ini adalah 2%, tetapi tidak ada kasus meninggal yang positif influenza. Gejala Pneumonia ditemukan pada 18% kasus ISPA Berat dan 15% kasus positif influenza. 2

Tabel 1. Proporsi kasus ISPA Berat berdasarkan data demografi, gejala, riwayat medis, dan kondisi saat keluar ISPA Berat (N=441) n (%) Positif Influenza (N=46) n (%) Jenis Kelamin Laki-laki 242 (55) 22 (48) Perempuan 199 (45) 24 (52) KelompokUmur < 1 tahun 96 (22) 3 (7) 1 4 tahun 169 (38) 20 (44) 5 14 tahun 70 (16) 11 (24) 15 49 tahun 57 (13) 5 (11) 50 64 tahun 34 (8) 6 (13) >65 tahun 15 (3) 1 (2) Gejala saat masuk* Riwayat panas 432 (98) 46 (100) Panas 9 (2) 31 (67) Batuk 438 (99) 46 (100) Sakit tenggorokan 151 (34) 22 (48) Sesak napas 212 (48) 14 (30) Muntah 205 (47) 20 (44) Nyeri dada pleuritik 95 (22) 9 (20) Auskultasi 139 (32) 13 (28) Diare 95 (22) 6 (13) Gejala MTBS untuk anak di bawah 5 tahun* Tarikan dinding dada 61 (14) 1 (2) Tidak bisa minum 20 (5) 0 (0) Kejang 55 (13) 8 (17) Stridor 18 (4) 2 (4) Kesadaran menurun 5 (1) 0 (0) Riwayat medis* Perokok 36 (8) 4 (9) Asma 37 (8) 3 (7) Penyakit kardiovaskular 5 (1) 0 (0) Kelainan neurologis 3 (1) 0 (0) Kondisi saat keluar Meninggal 8 (2) 0 (0) Dilakukan rontgen X-Ray 136 (31) 13 (28) Pneumonia pada hasil rontgen X-Ray 77 (18) 7 (15) *Satu pasien bisa memiliki > 1 gejala/riwayat medis 3

Jumlah Kasus % Positif Influenza Tabel 2. Data Surveilans ISPA Berat (sampai dengan 31 Desember 2013) Surveilans SARI Des-13 Nov-13 Kumulatif Sampai Desember 2013 Total rawat inap 2,856 4,593 43,991 Total kasus SARI 34 (1) 54 (1) 450 (1) Total spesimen SARI diperiksa 33 46 409 Total spesimen SARI positif influenza 2 (6) 3 (7) 46 (11) Subtipe Influenza A(H3N2) 2 (100) 1 (33) 14 (30) A(H1N1)pdm09 0 (0) 0 (0) 13 (28) B 0 (0) 2 (67) 19 (41) A(H1N1) 0 0 0 A(H5N1) 0 0 0 Not Subtyped 0 0 0 Tabel 2 menunjukkan bahwa proporsi ISPA Berat dari total rawat inap adalah 1%. Sedangkan proporsi positif influenza pada bulan Desember 2013 dalah 6%, lebih rendah jika dibandingkan dengan bulan November 2013. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa aktivitas influenza tidak tinggi pada musim ini. Figure 1. Jumlah Kasus ISPA Berat dan Proporsi spesimen ISPA Berat positif influenza berdasarkan subtipe virus, Surveilans ISPA Berat (SIBI): Minggu ke 18 s.d. 52 (2013) 30 25 20 15 10 5 0 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 42 44 46 48 50 52 2013 100% 80% 60% 40% 20% 0% Minggu Epidemiologi Flu B A(H3N2) A (H1N1)pdm09 Negatif % Positif Influenza 4

Berdasarkan Grafik 1 terlihat bahwa proporsi kasus positif influenza tertinggi ditemukan pada minggu ke 33 tahun 2013 (33%). Influenza B, A(H3N2), dan A(H1N1)pdm09 merupakan virus influenza yang terdeteksi melaui sistem ini. Untuk bulan November 2013, influenza B yang banyak terdeteksi. Berdasarkan data dari WHO, untuk tahun 2013, influenza B, A(H3N2), dan A(H1N1)pdm09 merupakan virus influenza yang beredar di negara-negara Asia (referensi: WHO FluNet www.who.int/influenza/gisrs_laboratory/flunet/en/). Tabel 3. Riwayat Perjalanan Pasien SARI (Sampai 31 Desember 2013) Rumah Sakit Jumlah Ada Riwayat Negara Tidak Ada Riwayat Kosong Kasus SARI Perjalanan Perjalanan RSUD Wonosari 29 0 (0) - 29 (100) 0 (0) RS Kanujoso 75 3 (4) Arab Saudi (3) 69 (92) 3 (4) RSUD Bitung 46 1 (2) Taiwan (1) 41 (89) 4 (9) RSUD Deli Serdang 37 1 (3) Malaysia (1) 7 (19) 29 (78) RSU Prov NTB 85 5 (6) Arab Saudi (5) 80 (94) 0 (0) RSUD dr. M. Haulussy 31 0 (0) - 31 (100) 0 (0) Tabel 3 menunjukkan ada beberapa kasus ISPA Berat yang memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri, kasus-kasus tersebut ditemukan di RS Kanujoso (4%), RSUD Bitung (2%), RSUD Deli Serdang (3%), dan RSU Prov NTB (6%), tetapi tidak ada yang positif MERS CoV atau influenza A(H7N9). Setiap site harus memastikan bahwa semua formulir kasus mendokumentasikan riwayat perjalanan. Kolom Kosong di Tabel 3 menyediakan informasi proporsi kasus ISPA Berat yang tidak tercatat riwayat perjalanannya. RS Deli Serdang yang paling banyak tidak mencatat riwayat perjalanan kasus ISPA Berat (78%). Informasi Data Global Berdasarkan data WHO sampai dengan 7 Januari 2014: Hingga saat ini WHO mengumumkan adanya 177 kasus konfirmasi MERS-CoV dengan 74 di antaranya meninggal dunia. Sedangkan kasus influenza A(H7N9) hingga saat ini telah tercatat sebanyak 147 kasus dengan 46 kasus meninggal dunia. Kasus A(H5N1) di dunia sampai dengan saat ini adalah 648 kasus dengan 384 kematian. o Di Indonesia, ada sebanyak 195 kasus A(H5N1) dengan 163 kasus diantaranya meninggal dunia. 5

Tabel 4. Kinerja SIBI per rumah sakit sentinel (sampai dengan 31 Desember 2013) Rumah Sakit Rawat Inap A B C D E Kasus ISPA Positif A Positif Positif A Berat dengan Influenza (H1N1) Negatif Flu B Flu A (H3N2) Spesimen (%) (%) pdm09 Kasus ISPA Berat (%) RSUD Wonosari 4,684 54 (1) 51 (94) 8 2 2 1 1 40 7 RS Kanujoso 9,625 113 (1) 110 (97) 24 11 15 8 7 79 5 RSUD Bitung 3,678 67 (2) 56 (84) 5 2 1 0 1 51 2 RSUD Deli Serdang 5,598 64 (1) 50 (78) 10 4 1 1 0 43 2 RSU Prov NTB 9,386 97 (1) 96 (99) 7 0 7 2 5 85 4 RSUD dr. M. Haulussy 6,296 46 (1) 45 (98) 2 0 1 1 0 44 0 Total 39,267 441 408 11 19 27 13 14 342 20 Pending A. Sampai dengan 31 Desember 2013, kasus ISPA Berat paling banyak (113 kasus) ditemukan di RS Kanujoso. Sedangkan proporsi kasus ISPA Berat paling banyak dideteksi oleh RSUD Bitung (2%). Indikator yang penting untuk kinerja deteksi kasus adalah proporsi (%) kasus ISPA Berat dari jumlah rawat inap. Secara umum, hal ini seharusnya 1% dan dapat meningkat menjadi 5% saat puncak musim influenza atau penyakit pernapasan lainnya. B. Indikator kelengkapan data adalah proporsi kasus dengan spesimen, yang menandakan bahwa (a) kapasitas petugas dalam meyakinkan pasien supaya bersedia diambil spesimennya, dan (b) kapasitas untuk mengumpulkan, mengambil, dan menyimpan spesimen secara benar ke laboratorium. RSUD Deli Serdang mempunyai proporsi kasus dengan spesimen yang paling rendah (78%). C. Proporsi positif influenza dari kasus dengan spesimen memberikan informasi tentang kegiatan influenza di daerah tersebut di Indonesia. Hal ini juga dapat menjadi indikator kualitas spesimen dimana jika proporsi positif influenza tetap rendah dalam periode waktu yang lama, hal tersebut dapat menandakan bahwa kualitas spesimen dipengaruhi oleh teknik pengambilan spesimen, penyimpanan spesimen (lama dan suhu), pengiriman spesimen (lama dan suhu) dan juga teknik PCR dan reagent yang digunakan. D. Tipe virus yang terdeteksi di setiap site memberikan informasi tentang variasi kegiatan virus per wilayah. RS Kanujoso banyak mendeteksi influenza A sedangkan RSUD Bitung hanya mendeteksi influenza B. Jenis informasi ini bermanfaat untuk pengenalan vaksinasi di kemudian hari. E. Kolom hasil laboratorium tentang pending bermanfaat untuk memberitahukan ke site tentang jumlah kasus yang seharusnya sudah mempunyai hasil laboratorium. Setiap site harus mendokumentasikan hasil laboratorium untuk setiap kasus ISPA Berat di dalam log book. Kategori pending akan membantu site untuk memeriksa jumlah hasil laboratorium yang akan diterima. 6