MODEL INDIVIDUALIZED PROFESIONAL DEVELOPMENT (IPD) BAGI GURU PROFESIONAL. Besse Marhawati Dosen Manajemen Pendidikan FIP Universitas Negeri Gorontalo

dokumen-dokumen yang mirip
PROPOSAL. Oleh: BESSE MARHAWATI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PERAN GURU PPKn DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PPKN SISWA DI SMPN 1 TULAKAN KABUPATEN PACITAN

ANALISIS PERAN GURU PPKN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PPKN SISWA DI SMPN 1 TULAKAN KABUPATEN PACITAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PERAN PENDIDIK DALAM SISTEM PENDIDIKAN

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN INTRAPESONAL ANAK KELOMPOK B DI TK NEGERI PEMBINA KIHADJAR DEWANTORO KOTA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, maupun bangsa dan Negara. Maju-mundurnya suatu bangsa banyak

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati lansung oleh pihak luar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

Variasi : Majalah Ilmiah Universitas Almuslim, Volume 9, Nomor 3, September 2017 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. dasar supervisi pembelajaran dijelaskan beberapa dasar-dasar tentang konsep

PENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN PAIKEM UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA SEKOLAH MENEGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. masa sentralisasi segala sesuatu seperti: bangunan sekolah, kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KONTRIBUSI SUPERVISI KEPALA SEKOLAH DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU SMP DI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pendidikan

KOMITMEN GURU SERTIFIKASI DALAM MELAKSANAKAN TUGAS MENGAJAR DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI KECAMATAN PAUH PADANG

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan dan menyesuaikan kompetensinya agar mampu. mengembangkan dan menyajikan materi pelajaran yang aktual dengan

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

Kata Kunci : Supervisi Akademik, Kompetensi Guru Dalam Mengelola KBM, PAIKEM

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya. Hal ini perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh dalam rangka memacu

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Sudarwan Danim dan Yunan Danim, Administrasi Sekolah dan Manajemen Kelas, (Bandung : Pustaka Setia, 2010), hlm. 6.

SUPERVISI AKADEMIK DAPAT MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU MELAKSANAKAN PROSES PEMBELAJARAN. Oleh Zainuddin*

PERAN GURU PKN DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN DI KELAS. Ambiro Puji Asmaroini, M.Pd Universitas Muhammadiyah Ponorogo ABSTRAK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BELAJAR SISWA MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN. Terdahulu, (g) Kerangka Pemikiran, dan (h) Sistematika Pembahasan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

mengganggu situasi pembelajaran. Perekaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk

GURU BERDEDIKASI YANG BERMARTABAT SIAP MENYUKSESKAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 DALAM MEWUJUDKAN GENERASI EMAS Pamungkas Stiya Mulyani, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

PELAKSANAAN SUPERVISI AKEDEMIK OLEH KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU PADA SMP NEGERI 1 SIMEULUE TIMUR KABUPATEN SIMEULUE

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

RESPON GURU TERHADAP VISI SUPERVISI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja seorang guru merupakan komponen yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo Utara. Dengan deskripsi lokasi sebagai berikut:

Research and Development Journal of Education Vol. 3 No.1 Oktober 2016 ISSN

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : 1. Terdapat hubungan yang erat signifikan antara kinerja guru dengan

BAB I PENDAHULUAN. masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan,

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS STKIP PGRI PACITAN

BAB V PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Rekapitulasi Hasil Penelitian. Hasil Penelitian. Tidak ada pengaruh. Signifikasi. Signifikasi

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

Sosiodrama pada Pembelajaran IPS sebagai Upaya Peningkatan Kepercayaan Diri Siswa

ORIENTASI PENGAJARAN MIKRO

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

PENGELOLAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN DI SD NEGERI 2 MRANGGEN DEMAK TESIS

BAB I PENDAHULUAN. diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien. Rusman (2012:4) mengemukakan proses

Penggunaan Metode Inquiri Dalam Pembelajaran IPS Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Apal

BAB I PENDAHULUAN. Rineka Cipta, 2000), hlm Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru yang Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), hlm.

PENERAPAN PROGRAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SDN 94 PEKANBARU TAHUN PELAJARAN 2016/2017

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PEMUAIAN PANJANG MELALUI SFAE SISWA KELAS X TPTU SMK NEGERI 1 BIREUEN. Oleh Fatimah Abubakar*

1. Skripsi karyahanifah Lubis ( ) Jurusan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

ORIENTASI PENGAJARAN MIKRO 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja. Kinerja adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS. pengaruh antara variabel bebas (Lingkungan Kerja, Kompetensi, dan

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dimiliki oleh pejabat-pejabat publik dalam tugasnya

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. manusia yang lebih utama untuk dibina dan dikembangkan secara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dalam hal ini pada saat proses belajar mengajar guru memegang

PERAN GURU DALAM MENDIDIK SISWA BERDASARKAN PSIKOLOGI. Juwanda Jurdiksatrasia Unswagati Cirebon. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. resmi. 1 Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertangung jawab terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pelanggannya. Sebagai pemimpin pendidikan, Kepala sekolah mempunyai peran

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan upaya yang sangat strategis untuk mencerdaskan

Orientasi Pengajaran. Maryati dan Tim UPPL UNY. Mikro

MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DI SD YAYASAN MUTIARA GAMBUT

PERANAN GURU MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DALAM MEMBINA KELOMPOK BELAJAR SISWA PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI-1 PALANGKA RAYA.

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peran utama. Proses belajar mengajar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi. sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tidak dipahami kemudian dilihat, diamati hingga membuat seseorang

PENINGKATAN KETERAMPILAN GURU SD DABIN III UPTD DIKDAS DAN LS WONOSEGORO - BOYOLALI DALAM MENGELOLA KELAS MELALUI TEKNIK SUPERVISI INDIVIDUAL

Transkripsi:

MODEL INDIVIDUALIZED PROFESIONAL DEVELOPMENT (IPD) BAGI GURU PROFESIONAL Besse Marhawati Dosen Manajemen Pendidikan FIP Universitas Negeri Gorontalo Abstrak: Mendidik, mengajar, dan melatih peserta didik adalah tugas guru sebagai suatu tuntutan profesi. Pembentukan profesi guru dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan (pre-serviice education) dan pendidikan dalam jabatan (inservice education). Tidak semua guru yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan kualified (well taraining and well qualified) Jacobson (dalam Sahertian, 2008:1). Uraian tersebut mengisyaratkan bahwa guru harus meningkatkan kualitas mengajarnya dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat menjalankan tugasnya secara profesional. Guru hendaknya memiliki keinginan untuk bertumbuh dan berkembang dalam jabatannya melalui bantuan dan dorongan kepala sekolah/ supervisor. Salah satu model supervisi yang ideal bagi guru yang mempunyai keinginan untuk menjalankan tugas dan perannya secara profesional yaitu Model Individualized Profesional Development (IPD) dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Perangkat Target; (2) Meninjau kembali Perangkat Target; (3) Pertemuan Membicarakan Perangkat Target; (4) Proses Penilaian; (5) Ringkasan Penilaian. Model Individuazed Profesional Development (IPD) memungkinkan pelaksanaannya jika ditinjau dari segi waktu lebih efisien, lebih murah, dan tidak terikat oleh teman guru lainnya dibandingkan dengan kegiatan supervisi lainnya. Kata Kunci: individuazed profesional development, guru professional I. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha sadar yang sengaja dirancang untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia ialah melalui proses pembelajaran di sekolah. Guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus-menerus. Pembentukan profesi guru dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan (pre-serviice education) dan pendidikan dalam jabatan (inservice education). Tidak semua guru yang dididik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan kualified (well taraining and well qualified) Jacobson (dalam Sahertian, 2008:1). Uraian tersebut mengisyaratkan bahwa guru harus meningkatkan kualitas mengajarnya dan mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga dapat menjalankan tugasnya secara profesional. II. PEMBAHASAN Guru yang profesional harus memiliki kemampun untuk merancang berbagai model pembelajaran. Dalam hal ini guru bukan hanya merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus pembelajaran, tapi guru juga harus mampu merumuskan pengalaman belajar dan berbagai kegiatan belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Pengalaman belajar adalah segala hal yang diperoleh siswa sebagai hasil dari belajar (learning experience). Belajar ditandai dengan mengalami perubahan tingkah laku, karena memperoleh pengalaman baru. Melalui perolehan pengalaman belajar peserta didik memperoleh pengertian, sikap penghargaan, kebiasaan, kecakapan, dan keterampilan. Untuk Pengalaman belajar peserta didik harus melakukan sejumlah kegiatan belajar (learning activity), yaitu aktifitas jiwa yang diperoleh dalam proses belajar, seperti mengamati, mendengarkan, menanggapi, kegiatan berbicara, kegiatan menerima, kegiatan merasakan. Crombach (dalam Sahertian, 2008 : 30). Perlu juga ditingkatkan berbagai keterampilan mengajar seperti keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan menjelaskan, keterampilan memberi penguatan, keterampilan memberi variasi, keterampilan mengadakan dan memimpin diskusi, keterampilan bertanya, keterampilan mengelola kelas bernuansa PAKEM. Selain itu perlu dikembangkan kemampuan menilai hasil belajar dan proses belajar. Berbagai upaya untuk perbaikan dan peningkatan kualitas guru baik melalui lembaga pendidikan maupun melalui penataran pendidikan dan latihan adalah mengarah kepada pengadaan

tenaga guru yang profesional. Sahertian mengemukakan bahwa guru yang profesional memiliki ciriciri antara lain: 1. Memiliki kemampuan sebagai ahli dalam bidang mendidik dan mengajar. 2. Memiliki rasa tanggung jawab, yaitu mempunyai komitmen dan kepedulian terhadap tugasnya. 3. Memiliki rasa kesejawatan dan menghayati tugasnya sebagai suatu karier hidup serta menjunjung tinggi kode etik jabatan guru. Mendidik, mengajar, dan melatih peserta didik adalah tugas guru sebagai suatu tuntutan profesi. Tugas guru sebagai pendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup kepada peserta didik. Tugas guru sebagai pengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada peserta didik. Tugas guru sebagai pelatih berarti menngembangkan keterampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan peserta didik. Guru juga mengemban tugas-tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan. Tugas guru dibidang kemanusiaan adalah sebagai orang tua kedua di sekolah. Guru harus tampil sebagai idola yang dapat menarik simpati siswa dan dapat memotivasi siswanya untuk aktif belajar di sekolah maupun di rumah. Tugas guru dibidang kemasyarakatan adalah mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab dan menjunjung tinggi nilai moral, sosial maupun nilai keagamaan dan menjadikan anggota masyarakat sebagai insan pembangunan. Guru merupakan sosok yang hendaknya mampu memberikan teladan dilingkungannya. Selain itu guru juga harus menjalankan perannya dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Peranan guru dalam nuansa pendidikan yang ideal sebagaimana dikemukakan oleh Supardi dkk, sebagai berikut: 1. Guru sebagai Pendidik Peran sebagai pendidik guru merupakan teladan, panutan dan tokoh yang akan diidentifikasikan oleh peserta didik. Kedudukan sebagai pendidik menuntut guru menuntut guru untuk membekali diri dengan pribadi yang berkualitas berupa tanggung jawab, kewibawaann, kemandirian dan kedisiplinan. 2. Guru sebagai Pengajar Peran guru sebagai pengajar dalam kegiatan pembelajaran meliputi: membuat ilustrasi, membuat definisi, melakukan sintesis, melakukan analisis, mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, memberikan respon terhadap kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran, mendengarkan secara aktif apa yang disampaikan siswa, membangun kepercayaan diri siswa, memberikan berbagai macam pandangan secara bervariasi, menyediakan media yang sesuai dengan tuntutan kompetensi mata pelajaran, serta membuat pembelajaran aktif, kreatif, edukatif dan menyenagkan. 3. Guru sebagai Pembimbing Peran guru sebagai pembimbing adalah mendampingi dan memberikan arahan kepada siswa berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan pada diri peserta didik baik yang meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor serta pemberian kecakapan hidup kepada siswa baik akademik, vocasional, social, maupun spiritual. 4. Guru sebagai Pelatih Peran guru sebagai pelatih, berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat beberapa kompetensi dasar yang harus dicapai dan dikuasai siswa yang membutuhkan pemberian latihan secara berulang-ulang oleh guru. Dalam memberikan pelatihan guru harus memperhatikan kompetensi dasar yang hendak dicapai, materi pembelajaran, perbbedaan individual, latar belakang budaya dan lingkungan tempat siswa tinggal. Namun demikian dalam pemberian latihan kepada siswa tetap harus ditekankan bahwa siswa harus dapat melakukan dan menemukan, serta dapat menguasai secara mandiri keterampilan-keterampilan yang dilatihkan. 5. Guru sebaga Penasehat Peran guru sebagai penasehat tidak hanya terbatas terhadap siswa tetapi juga terhadap orang tua. Dalam menjalankan perannya sebaagai penasehat guru harus dapat memberikan konseling sesuai dengan apa yang dibutuhkan siswa baik intensitas maupun masalah-masalah yang dihadapi. 6. Guru sebagai Model dan Teladan Peran guru sebagai model dan teladan bagi peserta didik. Terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian agar dapat dijadikan sebagai teladan dalam menjalankan tugas mendidik dan mengajar sepert: (1) berbicara dan memiliki gaya bicara yang lugas dan efektif; (2) memiliki etos kerja yang tinggi selalu berpakaian rapih dan menarik; (3) dapa membina hubungan kemanusiaan dengan siswa, guru, kepala sekolah serta masyarakat di sekitar sekolah maupun di sekitar tempat tinggal; (4) berpikir logis, rasional, kreatif, dan inovatif; (5) cepat dan tegas dalam mengambil

keputusan, menjaga kesehatan baik fisik, mental, emosonal, social maupun spiritual. Dengan memperhatikan hal-hal tersebut guru dapat dijadikan teladan/ model bagi para siswa. 7. Guru sebagai Korektor Peran guru sebagai korektor dimana guru harus membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda ini harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah mempengaruhinya sebelum anak didik masuk sekolah. Latar belakang kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultural masyarakat dimana anak didik tinggal akan mewarnai kehidupannya. Semua nilai yang baik harus mampu dipertahankan oleh guru dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari diri anak didik. 8. Guru sebagai Organisator Peran guru sebagai organisator adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru melakukan pengelolaan dalam kegiatan akademik, membuat dan melaksanakan program pembelajaran, membuat dan menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya. Semua itu harus diorganisasikan, sehingga mencapai efektifitas dan efisiensi belajar peserta didik. 9. Guru sebagai Motivator Peran guru sebagai motivator hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dlam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat guru menjadi motivator, karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada diantara peserta didik yang malas belajar dan sebagainya. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak didik. 10. Guru sebagai Fasilitator Peran guru sebagai fasilitator berarti guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan memudahkan belajar anak didik. Lingkungan bbelajar yag tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang kurang tersedia menyababkan anak didik malas belajar. Oleh karena itu menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas sehingga tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan. Guru sebagai fasilitator tidak hanya terbatas menyediakan hal-hal yang sifatnya fisik, tetapi lebih penting lagi adalah bagaimana memfasilitasi peserta didik agar dapat melakukan kegiatan dan pengalaaman mengajar serta memperoleh keterampilan hidup. 11. Guru sebagai Pengelola Kelas Peran guru sebagai pengelola kelas hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka mentransfer bahan pelajaran dari guru. Sebaliknya kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran. 12. Guru sebagai Mediator Peran guru sebagai mediator hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media non material maupun material. Sebagai mediator guru dapat diartikan sebagai penengah dalam proses belajar anak didik. Dalam diskusi guru berperan sebagai penengah. Sebagai mediator guru juga berperan sebagai penghubung antara dirinya sendiri dengan siswa, siswa dengan bahan ajar, siswa dengan sumber belajar serta siswa dengan siswa lainnya dalam interaksi pembelajaran. 13. Guru sebagai Evaluator Peran guru sebagai evaluator dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik. Penilaian pada aspek intrinsik lebih menyentuh pada aspek kepribadian anak didik, yakni aspek nilai (values). Berdasarkan hal ini, guru harus memberikan penilaian dalam dimensi yang luas. Penilaian terhadap kepribadian anak didik tentu lebih diutamakan daripada penilaian jawaban anak didik ketika diberikan tes. Anak didik yang berprestasi baik belum tentu memiiliki kepribadian yang baik. Jadi penilaian itu pada hakikatnya diarahkan pada perubahan kepribadian anak didik agar menjadi manusia yang cakap dan terampil. Guru tidak hanya menilai produk (hasil pengajaran), tetpai juga menilai proses (jalannya pengajaran). Dari kedua kegiatan ini akan mendapatkan umpan balik (feedback) tentang pelaksanaan interaksi edukatif yang telah dilakukan Tugas dan peran guru yang telah dikemukakan menjadi keharusan bahwa pada setiap diri guru hendaknya melaksanakan tugas dan perannya secara profesional. Bukan berarti guru tidak mengalami hambatan dan kesulitan dalam menjalankan tugas dan perannya. Guru memiliki peranan yang unik dan sangat kompleks didalam proses belajar mengajar.

Guru hendaknya memililki keinginan untuk bertumbuh dan berkembang dalam jabatannya melalui bantuan dan dorongan kepala sekolah/ supervisor. Disinilah pentingnya dikembangkan model supervisi yang ideal bagi guru yang mempunyai keinginan untuk menjalankan tugas dan perannya secara profesional. Salah satu model supervisi yang dimaksud yaitu Model Individualized Profesional Development (IPD). Glatthorn (dalam Masaong, 2011 : 77) mengemukakan bahwa model Individuazed Profesional Development (IPD) merupakan model supervisi yang ditujukan kepada guru dalam hal ini guru bekerja sendiri memikul tanggung jawab pengembangan profesionalnya. Guru yang dipilih dalam supervisi adalah guru-guru yang mengembangkan rencana tahunan, target atau tujuan yang diperoleh dari kebutuhan-kebutuhan personal guru menurut penilaiannya sendiri. Rencana tersebut kemudian dibicarakan dengan kepala sekolah atau supervisor. Kepala sekolah harus mengikuti keinginan guru tersebut mengembangkan rencananya untuk menjamin agar rencana serta target yang dipilih realistis dan dapat dicapai. Pada akhir periode (biasanya setahun), kepala sekolah dan guru mengadakan pertemuan lagi untuk membicarakan kemajuan guru dalam mencapai target pengembangan profesional yang telah ditetapkannya. Secara umum guru diharapkan menyampaikan bukti berupa catatan waktu, catatan harian pencapaian kerja, jadual, foto, sampel peserta didik yang memunculkan target-target baru dalam melakukan siklus pengembangan profesional tahap selanjutnya. Langkah-langkah proses supervisi model IPD adalah sebagai berikut: 1. Perangkat Target Bertolak dari observasi, pertemuan, ringkasan laporan, episode supervisi klinis, atau caracara pertemuan pribadi lainnya dari tahun sebelumnya, para guru mengembangkan target atau tujuan yang ingin mereka capai dalam memperbaiki pembelajarannya. Semua target harus ditinjau, mungkin dibatasi menjadi dua atau tiga target saja. Perkiraan waktu harus diberikan pada setiap target dan dibicarakan dengan supervisor bersamaan dengan rencana informasi kegiatan yang diusulkan. Perangkat target dimaksudkan adalah untuk membantu dan memudahkan, bukan untuk menghalangi proses perbaikan itu sendiri. 2. Meninjau kembali Perangkat Target Setelah meninjau kembali setiap target dan perkiraan waktu supervisor menyampaikan tanggapan tertulis kepada guru. Selanjutnya pertemuan dijadualkan untuk membicarakan semua target dan rencana. 3. Pertemuan Membicarakan Perangkat Target Pertemuan ini untuk membicarakan target, perkiraan waktu, dan tanggapan yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah/ supervisor sebagai cek dan ricek semua target guna disepakati bersama. Mungkin merupakan gagasan yang baik, jika kepala sekolah/ supervisor menyampaikan ringkasan hasil pertemuan itu secara tertulis kepada guru. 4. Proses Penilaian Penilaian dimulai pada saat kesimpulan dari pertemuan membicarakan perangkat target dan dilanjutkan sesuai dengan perkiraan waktu. Kekhususan dari penilaian itu tergantung pada seriap target yang mencakup obserasi kelas, analisis kegiatan kelas, rekaman video, evaluasi peserta didik, analisis hubungan dan lain-lain. Guru bertanggung jawab dalam mengumpulkan penilaian, informasi dan menyusunnya dalam suatu daftar guna dibicarakan untuk memperoleh masukan dan atau koreksi dari kepala sekolah/ supervisor. 5. Ringkasan Penilaian Kepala sekolah/ supervisor dan guru meninjau catatan penilaian. Pada tahap ini, kepala sekolah/ supervisor mengomentari setiap target, kemudian guru dan kepala sekolah/ supervisor merencanakan siklus IPD berikutnya. PENUTUP Model Individuazed Profesional Development (IPD) supervisi ini sangat ideal bagi guru-guru mempunyai keinginan untuk bertumbuh dan berkembang dalam jabatannya, dalam hal ini guru yang menyadari tugas dan perannya, guru yang suka bekerja sendiri atau guru yang karena penjadualan atau karena kesukaran-kesukaran lain tidak mungkin bekerja dengan teman guru yang lain. Model Individuazed Profesional Development (IPD) memungkinkan pelaksanaannya jika ditinjau dari segi waktu lebih efisien, lebih murah, dan tidak terikat oleh teman guru lainnya dibandingkan dengan kegiatan supervisi lainnya. Jika dikaitkan dengan pendapat Glickman tentang tipe guru, maka yang cocok dengan model IPD ini adalah guru yang mampu mengarahkkan dirinya sendiri (self-directed) atau guru yang profesional dalam arti memiliki komitmen kerja yang tinggi dan tingkat abstraksi yang tinggi pula.

DAFTAR PUSTAKA Dharma Agus. 2004. Manajemen Supervisi. Jakarta : PT. Radja Grafindo Persada Masaong, Abd. Kadim. 2011. Supervisi Pendidikan. Gorontalo : Sentra Media Sahertian, Piet A. 2008. Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Suhardan, Dadang. 2010. Supervisi Profesional. Bandung : Alfabeta Supardi, Dkk. 2009. Profesi Keguruan. Jakarta : Diadit Media Usman, Moh. Uzer. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya