HARMONISASI PRODUK HUKUM DAERAH DALAM PENYUSUNAN KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL (STUDI KASUS DI KABUPATEN BATANG) Mustamsikin 1, Yusriyadi 2.

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI JEPARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN JEPARA

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN WONOGIRI

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 6 SERI E

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI GARUT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

(The Decentralization of Investment: a Legal Study based on the Law Number 25 of 2007 regarding the Investment)

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PENANAMAN MODAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

RANCANGAN (disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO KUALA PROVINSI KALIANTAN SELATAN

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI BUTON PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 21 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA BANJARBARU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU,

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

HUBUNGAN DESENTRALISASI PEMBERIAN PERSETUJUAN DAN PERIZINAN PENANAMAN MODAL DENGAN OTONOMI DAERAH

WALIKOTA BUKITTINGGI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BOMBANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik guna

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 103 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 3 TAHUN 2015 T E N T A N G

BUPATI SOLOK SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL

BUPATI BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR,

BUPATI MUARA ENIM PROVINSI SUMATERA SELATAN

KEWENANGAN DAERAH DI BIDANG PENANAMAN MODAL

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN ACEH TIMUR

KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

NCA N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENANAMAN MODAL

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

BUPATI ENDE PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENDE NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 1 TAHUN 2014 PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

7. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republi

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015

URAIAN RUPMD BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan seoptimal mungkin, efisien, transparan, berkelanjutan dan. bagi kemakmuran rakyat secara berkelanjutan.

PELAKSANAAN DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BERDASARKAN U.U. NO. 32 TAHUN SANTOSO BUDI N, SH.MH. Dosen Fakultas Hukum UNISRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Prins (1976) Izin( vegunning) adalah keputusan administrasi Negara berupa peraturan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

Keywords: Position, Authority, Governor, Local Government Administration

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENANAMAN MODAL

PERAN KEPALA DAERAH DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

Pelayanan Penanaman Daerah Secara Terpadu. Teuku Ahmad Yani Lektor Kepala Pada Fakultas Hukum UNSYIAH, 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENGEMBANGAN KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

BUPATI MERANGIN PROVINSI JAMBI PERATURANDAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BATANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG,

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KABUPATEN TOLITOLI

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN/ATAU KEMUDAHAN KEPADA MASYARAKAT DAN/ATAU PENANAM MODAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 12 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DAERAH

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG,

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Jurnal Panorama Hukum

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI SUMBA TENGAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENANAMAN MODAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KAJIAN POLITIK HUKUM TENTANG PERUBAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

BAB I PENDAHULUAN. yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat) dalam arti negara pengurus. 1 Selain itu,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN BANJAR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

HARMONISASI PRODUK HUKUM DAERAH DALAM PENYUSUNAN KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL (STUDI KASUS DI KABUPATEN BATANG) Mustamsikin 1, Yusriyadi 2 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis kebijakan penanaman modal di Kabupaten Batang berdasarkan Peraturan Daerah tentang Penanaman Modal di Kabupaten Batang, serta menganalisis pentingnya harmonisasi produk hukum daerah penyusunan kebijakan penanaman modal di Kabupaten Batang berdasarkan Peraturan Daerah tentang Penanaman Modal dikaitkan dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah dan Peraturan Daerah tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang berlaku di Kabupaten Batang. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan yuridis normatif, yaitu dengan melihat permasalahan dari sudut hukum dalam arti peraturan perundang-undangan dan norma hukum yang berlaku. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kelembagaan Pemerintah Daerah dalam menghasilkan Peraturan Daerah merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan penanaman modal atau iklim investasi di daerah. Demikian juga harmonisasi atau sinkronisasi Peraturan Daerah tentang Penanaman Modal dengan produk hukum daerah yang berlaku lainnya mutlak diperlukan agar dalam penerapan kebijakan penanaman modal di daerah bisa terlaksana secara beriringan, efektif serta tidak terjadi ketumpang tindihan aturan. Kata Kunci: Harmonisasi, Produk Hukum Daerah, Penanaman Modal Abstract The study aims to examine and analyze the investment policy in Batang, as well as to asses and analyze the importance of harmonization of local regulations in investment policy in Batang based on regional regulations on spatial planning and local regulations on environmental protection and management of the apply in Batang. Method of approach used in this study is normative juridical approach. Result of this study indicate that the role of local government institutions in generating local regulations is one important factor in improving the investment or the investment climate in Batang such harmonization of local regulations on the investment product other applicable law is absolutely necessary for the implementation of investment policies in the area can be done in parallel, effectively and avoid overlap rules. Keyword: Harmonization, Local Regulations, Investment 1 Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum UNDIP 2 Dosen Program Studi Magister Ilmu Hukum UNDIP

A. Latar Belakang Seiring dengan terutama dengan mengabaikan kelestarian lingkungan hidup. bergulirnya era reformasi, Mencermati berbagai berbagai peraturan perundangundangan lahir. Salah satunya adalah diterbitkannya Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 kendala dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka tentang Pemerintahan Daerah. undang-undang tersebut Keluarnya undang-undang dicabut dan diganti dengan diharapkan dapat memberikan kewenangan yang otonom kepada Pemerintah Daerah untuk mengurus daerahnya. Namun, di lain pihak ada juga Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Adanya undang-undang ini, diharapkan daerah mampu menata dan yang mempertanyakan tentang mengelola potensi-potensi kesiapan dan kemampuan daerah untuk melaksanakan otonomi daerah secara mandiri, yang dimilikinya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan masalah, yaitu khususnya dalam hal penanganan penanaman modal ke daerah. Munculnya pertama, penyusunan penanaman bagaimanakah kebijakan modal berbagai Peraturan Daerah mengenai penanaman modal yang menimbulkan masalah, berdasarkan Peraturan Daerah tentang Penanaman Modal di Kabupaten Batang? Kedua,

bagaimanakah mewujudkan adalah data sekunder, yaitu harmonisasi produk hukum mencakup dokumen-dokumen daerah dalam penyusunan kebijakan penanaman modal berdasarkan Peraturan Daerah resmi, buku-buku hasil penelitian yang berwujud laporan, buku harian dan tentang Penanaman Modal di seterusnya. 3 Ditunjang dengan Kabupaten Batang dikaitkan dengan Peraturan Daerah data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari tentang Rencana Tata Ruang masyarakat 4, melalui wawancara Wilayah dan Peraturan Daerah tentang Perlindungan dan dengan subyek penelitian. C. Kerangka Teori Pengelolaan Lingkungan 1. Teori Perundang-undangan Hidup yang berlaku di Maria Farida Indrati Kabupaten Batang?. Soeprapto, menyatakan B. Metode Penelitian Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif. bahwa istilah perundangundangan wetgeving gezetzgebung) (Legislation, atau mempunyai Pendekatan ini dilakukan untuk melihat permasalahan dari sudut dua pengertian berbeda, yaitu: 5 hukum dalam arti peraturan perundang-undangan dan norma-norma hukum yang berlaku. Data yang digunakan 3 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta, Penerbit UI, hlm.12 4 Ibid 5 Maria Farida Soeprapto, 2007, Ilmu Perundangundangan (Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan) Jilid 1, Yogyakarta, Kanisius, hlm 3

a. Perundang-undangan dan penjelasannya dalam merupakan proses Undang-Undang Nomor 12 pembentukan/proses Tahun 2011, seperti asas membentuk kejelasan tujuan, asas peraturanperaturan negara, baik ditingkat pusat, maupun di tingkat daerah; kelembagaan atau organ pembentuk yang tepat; asas kesesuaian atara jenis dan b. Perundang-undangan materi muatan; dan masih adalah segala peraturan banyak lagi. Selain itu, negara, yang merupakan pembentukan peraturan hasil pembentukan perundang-undangan juga peraturan-peraturan, baik di tingkat Pusat maupun harus memperhatikan materi muatan yang sesuai. di tingkat Daerah. peraturan Materi muatan Peraturan perundangundangan yang baik harus undangan perundangundangan hanya dapat memperhatikan pembentukan asas-asas peraturan dikonsepkan secara umum. Semakin tinggi kedudukan perundang-undangan dan materi muatan yang tepat. suatu peraturan perundangundangan, semakin abstrak Asas-asas peraturan perundang- pembentukan telah dan mendasar materi muatannya, begitu pun sebaliknya. Kesemuanya itu dinormatifkan pada Pasal 5 mencerminkan adanya

tingkatan-tingkatan tentang materi muatan peraturan proses Dengan pengharmonisasian. demikian, perundang-undangan, pengharmonisasian dimana Undang-undang merupakan salah satu dari merupakan salah satu bentuk rangkaian proses peraturan perundang- pembentukan peraturan undangan yang paling luas jangkauannya. 8 Pembentukan peraturan perundangundangan adalah proses pembuatan peraturan perundang-undangan yang pada dasarnya dimulai dari perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan, dan penyebarluasan. Di antara rangkaian proses di atas ada proses yang tidak disebutkan secara tegas tetapi mempunyai peran yang sangat penting, yaitu perundang-undangan. Proses pengharmonisasian dimaksudkan agar tidak terjadi atau mengurangi tumpang tindih peraturan perundang-undangan. 2. Pemerintahan Daerah. Negara Indonesia adalah merupakan suatu bangsa yang merdeka dan berdaulat, dimana pemerintah di daerah merupakan bagian integralnya. Dalam Negara yang berbentuk kesatuan hanya disebutkan pemerintahan daerah yang bisa juga disebut dengan

pemerintah setempat atau Indonesia sebagaimana pemerintah lokal (local government). Dasar hukum dari adanya Pemerintah Daerah diatur pada Pasal 18 ayat (1) UUD NRI Tahun 1945. Pengertian Pemerintah Daerah diatur dimaksud dalam Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembagian urusan pemerintahan di Indonesia diatur dalam Pasal 10-Pasal 18 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pada Pasal 1 angka 2 Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan: Pemerintahan Secara singkat, pembagian urusan pemerintahan di Indonesia terbagi dalam 3 (tiga) asas, yaitu Daerah penyelenggaraan pemerintahan adalah urusan oleh desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Sebagai konsekuensi Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip dari hak mengatur dan mengurus rumah tangga atas inisiatif sendiri, maka kepada pemerintah lokal otonomi seluas-luasnya yang berhak mengatur dan dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik mengurus rumah tangga sendiri perlu dilengkapi

dengan alat perlengkapan hari ini untuk mendapatkan daerah yang dapat keuntungan di masa depan. 7 mengeluarkan peraturanperaturannya, yakni Investasi bukanlah produk melainkan proses, yang Peraturan Daerah (Perda). berarti menunjukkan adanya Keberadaan merupakan quanon Perda conditio sine (syarat upaya mengubah sesuatu menjadi sesuatu yang lain, yang mempunyai nilai guna absolut/syarat mutlak) dalam rangka kewenangan melaksanakan otonomi lebih tinggi. Di negaranegara maju, pertumbuhan ekonomi lebih banyak tersebut. Perda harus dijadikan pedoman bagi digerakkan oleh pelaku bisnis, sehingga investasi Pemerintah Daerah dalam seringkali bermakna melaksanakan urusan-urusan di daerah. Di samping itu, perda juga harus dapat investasi usaha. Investasi usaha merupakan suatu proses atau kegiatan dimana memberikan perlindungan seorang atau istitusi hukum bagi rakyat di daerah. 6 3. Tinjauan tentang Investasi membelanjakan anggarannya untuk mengembangkan suatu suatu kegiatan usaha yang Usaha. mendatangkan laba 6 Ibid, hlm. 85 Investasi adalah pendayagunaan sumberdaya 7 Ahmad Syamsuddin dan Marsuki, 2007, Iklim Investasi Daerah (Buku Panduan untuk Membangun Iklim Investasi di Daerah), Cetakan Pertama, Konras-Adenuer-Stiftung e.v, hlm 3

finansial. 8 Namun demikian, terdapat investasi yang bukan merupakan investasi usaha. Investasi seperti ini menghasilkan laba nonfinansial dalam bentuk semangat pelayanan publik yang lebih baik lagi. Selain itu, juga sebagai upaya untuk memberikan jaminan hukum yang lebih pasti bagi para investor. Dengan kata kemanfaatan pelaksananya, bagi yang lain, Pembuatan Peraturan Daerah tentang Penanaman kemudian berdampak secara Modal tersebut dengan berbagai sistem yang ekonomi. Investasi nonbisnis sebenarnya bersifat menyertainya, seperti mempersiapkan bisnis. investasi pelayanan administrasi satu pintu dan pemberian kemudahan maupun insentif D. Hasil dan Pembahasan 1. Kebijakan Penanaman Modal di Kabupaten Batang Ditetapkannya Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2013 tentang lainnya akan membawa perubahan terhadap iklim investasi di Kabupaten Batang, sehingga diharapkan Batang akan semakin menggeliat dan ramai dalam kegiatan penanaman modal. Penanaman Modal di Perda Penanaman 8 Ibid, hlm 4 Kabupaten diharapkan Batang membawa Modal di Kabupaten Batang dimaksudkan sebagai salah

satu faktor penggerak 2013, penanaman modal di perekonomian Kabupaten Batang pembangunan daerah dan diselenggarakan berdasar penciptaan lapangan kerja, asas: (1) kepastian hukum; sekaligus pelaksanaan sebagai ketentuan (2) keterbukaan; (3) akuntabilitas; (4) perlakuan Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang yang sama, tidak membedakan asal daerah maupun asal Negara; (5) kebersamaan; (6) efisiensi berkeadilan; (7) Pembagian Pemerintahan Pemerintah, Urusan Antara Pemerintah berkelanjutan; (8) berwawasan lingkungan; (9) kemandirian; (10) Daerah Provinsi, dan keseimbangan kemajuan dan Pemerintah Kabupatan/Kota, Daerah dalam kesatuan ekonomi daerah; (11) ketepatan waktu, rangka memberikan kemudahan dan kepastian hukum terkait penanaman Modal di Kabupaten Batang. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten keterjangkauan; Tujuan diselenggarakannya penanaman modal di Kabupaten Batang, adalah: Batang Nomor 2 Tahun

a. meningkatkan mengembangkan serta pertumbuhan ekonomi daerah; b. menciptakan lapangan kerja; memperkuat industi dan perdagangan daerah; e. Meningkatkan pendapatan daerah untuk c. meningkatkan memberikan kontribusi pembangunan ekonomi yang sebesar-besarnya berkelanjutan dan bagi perekonomian berwawasan lingkungan daerah dan yang berkelanjutan mengembangkan serta dengan mengoptimalkan kontribusi sektor swasta melalui CSR; d. Mendukung dan menumbuhkembangkan memperkuat industri dan perdagangan daerah; f. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha daerah; kemampuan daerah g. Meningkatkan kapasitas untuk lebih mampu dan kemampuan bersaing ditingkat teknologi daerah; regional, nasional dan internasional berdasarkan keunggulan h. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan; kompetitif terutama daerah kontribusi i. Meningkatkan dan mengembangkan daerah dan ekonomi potensial

menjadi kekuatan pemangku kepentingan, ekonomi riil dengan menggunakan dana yang termasuk memastikan dalam adanya berasal, baik dari dalam negeri maupun luar negeri; j. Meningkatkan ekonomi lokal dan kesejahteraan masyarakat. Penyelenggaraan penanaman modal di Kabupaten Batang memiliki informasi, transparan dan tepat waktu tentang peluang-peluang ekonomi (bisnis) dan proses seleksi yang kompetitif dan adil; c. meningkatnya kontribusi sektor swasta dalam pelaksanaan sasaran, antara lain: pembangunan daerah a. terwujudnya optimalisasi manfaat ekonomi daerah, regional, nasional dan atau mempercepat tujuan pembangunan berwawasan lingkungan internasional pemberdayaan masyarakat, melalui pengusaha yang berkelanjutan yang mengoptimalkan kontribusi sektor swasta lokal, BUMD, UMKM dan Koperasi; b. terwujudnya melalui CSR; d. terciptanya iklim investasi yang kondusif; pemanfaatan kerjasama dan koordinasi diantara

e. meningkatnya sarana Penyusunan Kebijakan prasarana pendukung Penanaman Modal dengan penanaman modal; f. meningkatnya Peraturan Kabupaten Daerah Batang sumberdaya manusia; g. meningkatnya jumlah penanam modal dan Nomor 7 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah realisasi penanaman Kabupaten Batang modal; Perda Kabupaten h. meningkatnya kreativitas dan sistim inovasi daerah. 2. Harmonisasi Produk Hukum Daerah dalam Penyusunan Kebijakan Penanaman Modal dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah dan Peraturan Daerah tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang berlaku di Kabupaten Batang a. Harmonisasi Produk Hukum Daerah dalam Batang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang dan Tata Wilayah Kabupaten Batang Tahun 2011-2031 diantaranya memuat tentang tujuan Penataan Ruang dan Wilayah, yaitu untuk meningkatkan investasi daerah yang bertumpu pada sektor pertanian. Ketentuan terkait arahan investasi yang bertumpu pada sektor pertanian juga sebaiknya diatur secara rinci dalam

penyusunan kebijakan Pengelolaan Lingkungan investasi. Di samping itu, Hidup terkait penentuan zona dan lokasi investasi juga tidak boleh bertentangan dengan arahan tata ruang dan Dalam Pasal 23 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 2 Tahun 2013 tentang wilayahnya. Permasalahan Penanaman Modal yang muncul kemudian disebutkan bahwa salah satu adalah banyaknya investasi tanggungjawab Penanam yang masuk ke daerah, namun banyak yang usahanya tidak bertumpu pada sektor pertanian, tetapi terkadang Modal adalah menjaga kelestarian lingkungan. Pasal tersebut tidak merujukkan secara spesifik terkait lahan pertanian diubah pengaturan bidang menjadi lahan industri/pabrik. b. Harmonisasi Produk lingkungan hidup yang sudah rinci, termasuk Hukum Daerah dalam menyangkut kewajiban Penyusunan Kebijakan ataupun tanggungjawab Penanaman Modal dengan dunia usaha terhadap Peraturan Daerah lingkungan, sebagaimana Kabupaten Batang Nomor 16 Tahun 2010 tentang termaktub dalam pasal-pasal di Perda Kabupaten Batang Perlindungan dan Nomor 16 Tahun 2010 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Hidup. Lingkungan waktu yang lama. Di samping itu, pelayanan satu atap tersebut Jika ditelaah lebih bisa meminimalisir risiko cermat pada Peraturan Daerah pelanggaran administrasi Penanaman Modal, dalam penyusunan pasal per pasal, banyak aturan-aturan teknis di luar bidang penanaman modal (investasi) yang belum diformulasikan secara jelas, tegas dan komprehensif sebagai satu kesatuan aturan yang saling terkait. Oleh karena itu, perlu pengaturan yang lebih maupun ketidaktertiban proses pengadministrasian yang bisa berimplikasi hukum. E. Simpulan Penanaman modal di Kabupaten Batang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Penanaman Modal. Perda ini sebagai pelaksanaan jelas, tegas dan komprehensif ketentuan Undang-Undang untuk penyusunan petunjuk teknis pelaksanaan dari Perda Penanaman modal tersebut ke depannya. Bisa juga terkait Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang aspek-aspek teknis dalam Pembagian Urusan penanganannya sebaiknya Pemerintahan Antara dilakukan dalam satu atap, Pemerintah, Pemerintah Daerah sehingga pelayanan lebih cepat, hemat dan tidak memakan Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupatan/Kota, dalam

rangka memberikan kepastian hukum terkait penanaman Modal di Kabupaten Batang. Perda penanaman modal ini seharusnya sejalan dengan Modal adalah menjaga kelestarian lingkungan. Pasal tersebut tidak mengatur secara spesifik terkait pengaturan bidang lingkungan hidup, peraturan perundang-undangan yang terkait dengan lingkungan termasuk kewajiban menyangkut ataupun hidup. tanggungjawab dunia usaha Dalam Perda terhadap lingkungan, Kabupaten Batang tentang Rencana Tata Ruang Wilayah sebagaimana termaktub pada pasal-pasal dalam Perda disebutkan bahwa penentuan tentang Perlindungan dan zonasi dan lokasi investasi ataupun industri tidak boleh bertentangan dengan arahan tata ruang dan wilayahnya dan harus bertumpu pada sektor pertanian. Namun, kenyataannya banyak usaha yang tidak bertumpu pada sektor pertanian. Dalam Perda tentang Penanaman Modal disebutkan bahwa salah satu tanggungjawab Penanam Pengelolaan Lingkungan Hidup di Kabupaten Batang. Daftar Pustaka Farida Soeprapto, Maria, 2007, Ilmu Perundang-undangan (Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan), Jilid 1, Yogyakarta: Kanisius Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Penerbit UI Syamsuddin, Ahmad dan Marsuki, 2007, Iklim Investasi Daerah (Buku Panduan untuk Membangun Iklim Investasi di Daerah), Cetakan Pertama, Konras-Adenuer- Stiftung e.v

Peraturan Perundang-undangan: Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Batang Tahun 2011-2013 Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 16 Tahun 2010 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 2 Tahun 2013 tentang Penanaman Modal di Kabupaten Batang Peraturan Bupati Batang Nomor 59 Tahun 2012 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu Kabupaten Batang Peraturan Bupati Batang Nomor 82 Tahun 2012 tentang Pendelegasian Wewenang Pemberian Perizinan dan Non Perizinan di Bidang Penanaman Modal kepada Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Batang. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2009 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Daerah