LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 34 TAHUN 2000 SERI B NOMOR 13 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2000 T E N T A N G

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR : 3 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN MEMBUKA DAN MEMANFAATKAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Kotamadya daerah Tingkat II Yogyakarta)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 08 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 08 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 14 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT REKREASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN WALIKOTA TARAKAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 11 SERI B. 11 TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

L E M B A R A N D A E R A H

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 28 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH NOMOR : 16 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 09 TAHUN 2009 T E N T A N G RETRIBUSI PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2008 NOMOR 3

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI IJIN TRAYEK DAN PENGAWASAN

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR : 16 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN BIDANG INDUSTRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK PETA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR : 04 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI IJIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BONTANG,

TENTANG BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR : 17 TAHUN 2010 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN KAKUS

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2005

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 03 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PENITIPAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 25 TAHUN 2001 T E N T A N G RETRIBUSI TERMINAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DAN ANGKUTAN DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lemb

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 26 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN / KEBERSIHAN

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2003 NOMOR 06 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 06 TAHUN 2003

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PEMERIKSAAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHUWATA ALA WALIKOTA BANDA ACEH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 62 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI PENYEDIAAN DAN/ATAU PENYEDOTAN JAMBAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 09 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKAN PENGGUNAAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN PERUNTUKKAN PENGGUNAAN TANAH

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN TENTANG RETRIBUSI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH PROPINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 06 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI PEMANFAATAN LAHAN PADA HUTAN NEGARA

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERIJINAN DAN PEMAKAIAN FASILITAS PADA TAMAN REKREASI KOTA

LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR: 17 SERI C.17 TAHUN

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2004 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 18 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TARAKAN NOMOR 15 TAHUN 1998 TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2000 NOMOR 42 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 39 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI PENYEDOTAN KAKUS

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAN BERMOTOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

QANUN KABUPATEN PIDIE JAYA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP)

L E M B A R A N D A E R A H

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI KARTU KELUARGA, KARTU TANDA PENDUDUK DAN AKTA CATATAN SIPIL

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 34 TAHUN 2000 SERI B NOMOR 13 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan penataan dan penertiban bangunan-bangunan agar dapat mengikuti perkembangan perkotaan yang semakin pesat sekarang ini, maka peraturan izin bangunan perlu ditinjau kembali ; b. bahwa sehubungan hal tersebut diatas, maka retribusi izin bangunan perlu diatur dengan Peraturan Daerah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Daerah Kota Besar dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta; 2. Undang...

- 2-2. Undang - Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 tentang Panitia Urusan Piutang Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2104); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209); 4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) ; 5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839) ; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1975 tentang Pengurusan, Pertanggung jawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah (embaran Negara Republik Indonesia Tahun 1975 Nomor 5) ; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1988 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan, Kabupaten Daerah Tingkat II Pekalongan dan Kabupaten Daerah Tingkat II Batang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3381) ; 8. Peraturan...

- 3-8. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3692) ; 9. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah ; 10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Pedoman dan Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah ; 11. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang Pedoman dan Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah ; 12. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 119 Tahun 1998 tentang Ruang Lingkup dan Jenis-Jenis Retribusi Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II ; 13. Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan Nomor 9 Tahun 1988 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan (Lembaran Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan Nomor 11 Tahun 1989 Seri D Nomor 4) ; Dengan Persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Kota Pekalongan MEMUTUSKAN...

- 4 - MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TENTANG RETRIBUSI IZIN BANGUNAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Daerah adalah Kota Pekalongan; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Pekalongan ; c. Kepala Daerah adalah Walikota Pekalongan ; d. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Teknis yang ditunjuk oleh Kepala Daerah ; e. Kas Daerah adalah Kas Daerah Kota Pekalongan ; f. Pejabat adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas tertentu di bidang retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan daerah yang berlaku ; g. Badan...

- 5 - g. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha yang lain ; h. Izin Bangunan terdiri dari Izin Mendirikan Bangunan dan Izin Penggunaan Bangunan ; i. Izin Mendirikan Bangunan adalah izin mendirikan bangunan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan untuk mendirikan suatu bangunan yang dimaksud kan agar disain, pelaksanaan pembangunan dan bangunan sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku sesuai dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Luas Bangunan (KLB), Koefisien Ketinggian Bangunan (KKB) yang ditetapkan dan sesuai dengan syaratsyarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut ; j. Izin Penggunaan Bangunan (IPB) adalah izin penggunaan bangunan selain tempat tinggal; k. Retribusi Izin Mendirikan Bangunan dan Retribusi Izin Penggunaan Bangunan yang selanjutnya disebut retribusi adalah pembayaran atas pemberian izin mendirikan bangunan oleh Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau badan termasuk merubah dan merobohkan bangunan ; l. Pengawas...

- 6 - l. Pengawas Bangunan adalah petugas teknis pada Seksi Perizinan yang ditunjuk berdasarkan Keputusan Kepala Dinas untuk menjalankan tugas pengawasan terhadap keadaan/kondisi bangunan serta pengawasan terhadap pendirian, perubahan dan perubahan suatu bangunan ; m. Rencana Kota adalah Rencana Pengembangan Kota yang disiapkan secara teknis dan non teknis, baik yang ditetapkan Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang merupakan rumusan kebijaksanaan pemanfaatan muka bumi wilayah Kota termasuk ruang di atasnya, yang menjadi pedoman pengarahan dan pengendalian dalam pelaksanaan pembangunan kota ; n. Gambar Situasi adalah peta/gambar yang telah sesuai dengan Rencana Kota dan peruntukan tanahnya ; o. Persil adalah suatu perpetakan tanah yang terdapat dalam lingkup Rencana Kota, atau sebagian yang masih belum ditetapkan rencana perpetakannya dan menurut Pemerintah Daerah dapat dipergunakan untuk mendirikan suatu bangunan ; p. Bangunan-bangunan adalah setiap hasil pekerjaan manusia yang tersusun dan terlekat langsung atau tidak langsung diatas atau di bawah permukaan tanah atau bertumpu pada batu-batu landasan seluruhnya atau sebagian ; q. Mendirikan...

- 7 - q. Mendirikan bangunan adalah pekerjaan mengadakan bengunan seluruhnya atau sebagian termasuk pekerjaan menggali, menimbun atau meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan mengadakan bangunan ; r. Merubah bangunan adalah pekerjaan mengganti dan atau merubah bengunan yang ada, termasuk pekerjaan membongkar yang berhubungan dengan pekerjaan mengganti bagian bangunan tersebut ; s. Merobohkan bangunan adalah meniadakan sebagian atau seluruh bangunan dintinjau dari segi fungsi, konstruksi dan penampilan fisik secara arsitektonis ; t. Garis Sempadan adalah garis khayal yang ditarik pada jarak tertentu sejajar dengan sumbu (as) jalan dan atau sungai yang merupakan batas antara bagian permukaan tanah atau persil yang boleh dibangun dan tidak boleh dibangun ; u. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah bangunan pokok dalam persen yang merupakan perbandingan antara luas lantai dasar bangunan dengan luas persil ; v. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah bilangan pokok yang merupakan perbandingan antara jumlah luas lantai bangunan dengan luas persil ; w. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi ; x. Surat...

- 8 - x. Surat Pendaftaran Obyek Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SPdORD adalah surat yang digunakan oleh wajib retribusi untuk melaporkan data objek retribusi dan wajib retribusi sebagai dasar penghitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut peraturan perundangundangan retribusi daerah ; y. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat SKRD adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terutang ; z. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan, yang selanjutnya dapat disingkat SKRDKBT, adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah retribusi yang telah ditetapkan ; aa. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya dapat disingkat SKRDLB, adalah surat keputusan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang ; ab. Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda ; ac. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB yang diajukan wajib retribusi ; ad. Pemeriksaan...

- 9 - ad. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi berdasarkan peraturan perundang-undangan retribusi daerah ; ae. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya. BAB II NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI Pasal 2 Dengan nama Retribusi Izin Bangunan dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pemberian izin mendirikan/merubah/merobohkan dan menggunakan bangunan kepada orang pribadi atau badan. Pasal 3 Obyek retribusi adalah pemberian izin mendirikan / merubah / merobohkan dan menggunakan bangunan. Pasal 4 Subjek retribusi adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin mendirikan/merubah/merobohkan dan menggunakan bangunan. BAB III...

- 10 - BAB III GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5 Retribusi Izin Bangunan digolongkan sebagai Retribusi Perizinan Tertentu. BAB IV KETENTUAN PERIZINAN Pasal 6 (1) Setiap orang pribadi atau badan yang akan mendirikan / merubah / merobohkan dan menggunakan bangunan harus mendapatkan izin dari Kepala Daerah. (2) Untuk mendapatkan izin sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, wajib mengajukan permohonan kepada Kepala Daerah dengan mengisi formulir yang telah disediakan. (3) Ketentuan tata cara dan persyaratan pengajuan izin mendirikan / merubah / merobohkan dan menggunakan bangunan akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah. Pasal 7 ( 1) Untuk perubahan penggunaan bangunan, pemegang IMB harus mendapatkan izin dari Kepala Daerah. (2) Untuk...

- 11 - (2) Untuk mendapatkan izin sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini, wajib mengajukan permohonan kepada Kepala Daerah dengan mengisi formulir yang telah disediakan. (3) Tata cara dan persyaratan pengajuan izin sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah. BAB V CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 8 (1) Tingkat penggunaan jasa Izin Mendirikan dan atau perubahan /perbaikan Bangunan diukur berdasarkan atas hasil perkalian faktor-faktor kelas jalan, status, jumlah tingkat bangunan, penggunaan bangunan, kelas bangunan, luas lantai bangunan, dikalikan tarif, dikalikan 1 % (satu persen). (2) Faktor-faktor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, diberikan bobot (koefisien). (3) Besarnya koefisien sebagaimana dimakasud pada ayat (2) Pasal ini, ditetapkan sebagai berikut : a. Koefisien Kelas Jalan No. Kelas Jalan Koefisien 1. Bangunan di pinggir jalan protokol/jalan utama 2,00 2 Bangunan di pinggir jalan arteri 1,50 3 Bangunan di pinggir jalan kolektor 1,25 4 Bangunan di pinggir jalan antar lingkungan 1,00 5 Bangunan di pinggir jalan lokal 0,75 b. Koefisien...

- 12 - b. Koefisien Status Bangunan No. Status bangunan Koefisien 1. Bangunan Pemerintah 1,00 2 Bangunan Swasta 1,50 c. Koefisien Tingkat Bangunan No. Tingkat Bangunan dan Jumlah Lantai Koefisien 1. Bangunan 1 lantai 1,00 2 Bangunan 2 lantai 0,90 3 Bangunan 3 lantai 0,80 4 Bangunan 4 lantai 0,70 5 Bangunan 5 lantai 0,60 d. Koefisien Guna Bangunan No. Guna Bangunan Koefisien 1. Bangunan Perniagaan 1,40 2 Bangunan Perindustrian 1,30 3 Bangunan Tempat Tinggal 1,00 4 Bangunan Kelembagaan 0,825 5 Bangunan Pendidikan 0,60 6 Gudang/Garase 0,80 7 Bangunan lain-lain (pagar dan lain-lain) 0,40 8 Bangunan Instalasi (Kabel/pipa tanam dan lainlain) 0,60 e. Kelas Bangunan No. Kelas Bangunan Koefisien 1. Bangunan Permanen 1,00 2 Bangunan Semi Permanen 0,75 3 Bangunan Sementara 0,75 4. Tingkat...

- 13 - (4) Tingkat penggunaan jasa dihitung sebagai perkalian koefisien sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a sampai dengan e. BAB VI STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 9 (1) Besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut : mendirikan bangunan : Rp. 225.000,-/m2 perbaikan /perubahan bangunan : Rp. 135.000,-/m2 pendirian bangunan los tertutup : Rp. 150.000,-/m2 pendirian bangunan los terbuka : Rp. 115.000,-/m2 pagar pekarangan/pagar bumi dan tanggul/turap : Rp. 25.000/m2 bangsal kerja/turap : Rp. 40.000/m2 perkerasan jalan : Rp. 55.000/m2 kolam renang : Rp. 115.000/m2 jembatan jalan (komplek) : Rp. 625.000/m2 jembatan penyeberangan : Rp. 625.000/m2 jembatan lift (untuk service kendaraan) : Rp. 625.000/m2 menara telekomunikasi : Rp. 315.000/m2 menara bakar (cerobong asap) : Rp. 250.000/m2 menara air : Rp. 250.000/m2 papan reklame (dengan tiang) : Rp. 625.000/m2 monumen : Rp. 625.000/m2 gapuro/gardu jaga : Rp. 500.000/m2 gardu listrik : Rp. 1.500.000/m2 pondasi...

- 14 - pondasi mesin : Rp. 1.500.000/m2 instalasi pompa bahan bakar : Rp. 2.000.000/m2 cungkup (bangunan di atas makam) : Rp. 500.000/m2 saluran air bak terbuka/tertutup : Rp. 25.000/m2 (2) Kenaikan tarif sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini diatur dengan Keputusan Kepala Daerah dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pekalongan. BAB VII CARA PENGHITUNGAN RETRIBUSI Pasal 10 (1) Besarnya retribusi Izin Mendirikan Bangunan yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif retribusi sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (1) dengan tingkat penggunaan jasa sebagaimana dimaksud Pasal 8 ayat (4) Peraturan Daerah ini. (2) Perubahan penggunaan bangunan dikenakan biaya sebesar 30 % (tiga puluh persen) dari biaya IMB. (3) Besarnya retribusi Izin Merobohkan Bangunanan didasarkan atas faktor luas bangunan dikalikan tarif per meter persegi sebesar Rp. 500,- (lima ratus rupiah). BAB VIII WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 11...

- 15 - Pasal 11 Retribusi yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat izin membangun/merubah/merobohkan dan merobohkan diberikan. BAB IX MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 12 Masa retribusi adalah jangka waktu yang lamanya 12 (dua belas) bulan atau ditetapkan oleh Kepala Daerah. Pasal 13 Saat retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. BAB X SURAT PENDAFTARAN Pasal 14 (1) Wajib Retribusi harus mengisi SPdORD. (2) SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi atau kuasanya. (3) Bentuk, isi, serta tatacara pengisian dan penyampaian SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Daerah. BAB XI...

- 16 - BAB XI PENETAPAN RETRIBUSI Pasal 15 (1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) ditetapkan retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terutang, maka dikeluarkan SKRDKBT. (3) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan SKRDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Kepala Daerah. BAB XII TATACARA PEMUNGUTAN Pasal 16 (1) Pemungutan retrubusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dan SKRDKBT. BAB XIII...

- 17 - BAB XIII TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 17 (1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi sekaligus. (2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)hari sejak tanggal diterbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan STRD. (3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan Kepala Daerah. BAB XIV SANKSI ADMINISTRASI Pasal 18 Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang di bayar dan di tagih dengan menggunakan STRD. BAB XIV TATA CARA PENAGIHAN Pasal 19...

- 18 - Pasal 19 (1) Surat teguran/ peringatan/surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan segera 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat/peringatan /surat lain yang sejenis disampaikan Wajib Retribusi harus melunasi retribusi yang terutang. (3) Surat teguran / peringatan surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dikeluarkan oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk. BAB XV TATA CARA PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN Pasal 20 (1) Kepala Daerah berdasarkan permohonan Wajib Retribusi dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi. (2 ) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini antara lain diberikan kepada masyarakat yang ditimpa bencana alam dan atau kerusakan, tempat peribadatan dan panti-panti sosial. (3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan oleh Kepala Daerah. BAB XVI...

- 19 - BAB XVI KEBERATAN Pasal 21 (1) Wajib retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB. (2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan -alasan yang jelas. (3) Dalam hal Wajib Retibusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi tersebut. (4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak tanggal SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila wajib Retribusi tertentu dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya. (5) Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) tidakdianggap sebagai surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan. (6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi. Pasal 35...

- 20 - Pasal 22 (1) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan. (2) Keputusan Kepala Daerah atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah besarnya retribusi yang terutang. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. BAB XVII PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 23 (1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Kepala Daerah. (2) Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Kepala Daerah tidak memberikan suatu keputusan permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan. (4) Apabila...

- 21 - (4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut. (5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB. (6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Kepala Daerah memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi. Pasal 24 (1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Kepala Daerah dengan sekurangkurangnya menyebutkan : a. nama dan alamat Wajib Retribusi ; b. masa retribusi ; c. besarnya kelebihan pembayaran ; d. alasan yang singkat dan jelas. (2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat. (3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Kepala Daerah. Pasal 25...

- 22 - Pasal 25 (1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan Surat Perintah membayar Kelebihan Retribusi. (2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran. BAB XVIII KADALUWARSA PENAGIHAN Pasal 26 (1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali Wajib Retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi. (2) Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimmana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila : a. diterbitkan Surat Teguran, atau ; b. ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung. BAB XIX KETENTUAN PIDANA Pasal 27...

- 23 - Pasal 27 (1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 5.000.000,- (lima juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini adalah pelanggaran. BAB XX PENYIDIKAN Pasal 28 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. menerima, mencari mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah ; c. meminta...

- 24 - c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut ; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah ; g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah ; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; j. menghentikan penyidikan ; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan ; (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB XXI...

- 25 - BAB XXI KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Pekalongan Nomor 7 Tahun 1991 tentang Bangunan dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Pasal 30 Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut oleh Kepala Daerah. Pasal 31 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kota Pekalongan. Ditetapkan di Pekalongan pada tanggal 9 Desember 2000 WALIKOTA PEKALONGAN cap. ttd.- SAMSUDIAT Disetujui...

- 26 - Disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Pekalongan dengan Keputusan Nomor : 24/DPRD/XII/2000, tanggal 9 Desember 2000. Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kota Pekalongan Nomor 34 pada tanggal 16 Desember 2000 Seri B Nomor 13 SEKRETARIS DAERAH cap ttd.- Drs. WIDODO POEDJOSOEMARTONO Pembina Utama Madya NIP. 500 033 727

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI IZIN BANGUNAN I. PENJELASAN UMUM Bahwa dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, Pajak Daerah dan retribusi Daerah merupakan sumber pendapatan Daerah, agar Daerah dapat mengurus dan mengatur rumah tangganya sendiri. Sumber pendapatan Daerah tersebut diharapkan mampu menjadi sumber pembiayaan bagi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah serta dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan ketentuan/landasan hukum yang dapat memberikan pedoman dan arahan bagi Daerah khususnya Pemerintah Daerah Kota Pekalongan dalam hal pemungutan retribusi, maka untuk dapat memungut retribusi dimaksud perlu diatur dengan Peraturan Daerah. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 s/d Pasal 9 Pasal 10 ayat (1) : Cukup jelas. : Contoh : penghitungan retribusi yang terutang Penghitungan...

- 2 - Penghitungan biaya retribusi Izin Mendirikan Bangunan Permanen untuk tempat tinggal di jalan protokol adalah tingkat penggunaan jasa dikalikan dengan tarif, sebagai berikut : Koefisien - kelas jalan : 2,00 - bangunan swasta : 1,50 - tingkat bangunan : 1,00 - guna bangunan : 1,00 - kelas bangunan : 1,00 X tingkat penggunaan jasa 3,00 retribusi IMB adalah : 3,00 x Rp. 225.000 x 1 % = Rp. 6.750,-/m2 Pasal 10 ayat (2) adalah : : Contoh penghitungan retribusi Perubahan Penggunaan Bangunan 30 % x Rp. 6.750,-/m2 = Rp. 2.025,-/m2 Pasal 10 ayat (3) s/d Pasal 12 : Cukup jelas. Pasal 13 : yang dimaksud dengan dokumen lain yang dipersamakan antara lain berupa kuitansi, nota. Pasal 14 s/d Pasal 15 : Cukup jelas. Pasal 16...

- 3 - Pasal 16 ayat (1) Pasal 16 ayat (2) s/d Pasal 31 : yang dimaksud tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga. Namun dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerintah Daerah tidak dapat bekerja sama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam pemungutan retribusi, Pemerintah Daerah dapat bekerja sama dengan badanbadan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan jenis retribusi secara lebih efisien. Kegiatan pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan perhitungan besarnya retribusi terutama pengawasan penyetoran retribusi dan penagihan retribusi. : Cukup jelas.