BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor perbankan sebagai lembaga intermediate antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sektor perbankan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang memerlukan. manajemen bank perlu memperhatikan kinerja bank.

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal


BAB I PENDAHULUAN. investasi, seperti pemberian kredit, pembelian surat-surat berhaga dan penanaman

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pembangunan nasional yang berfungsi sebagai financial. pihak-pihak yang memerlukan dana (Mahardian, 2008).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

BAB I PENDAHULUAN. Berkembanya perbankan Indonesia dapat dilihat dari jumlah bank yang

BAB I PENDAHULUAN. usahanya. Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaaan lembaga perantara keuangan (financial intermediatery institution)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 5 PENUTUP. normal. Berdasarkan uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas,

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan deposito) dan menyalurkannya dalam bentuk kredit oleh bank-bank

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi di Indonesia. Dalam Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 bank

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk membantu perkembangan perekonomian bangsa agar

Bab I. Pendahuluan. Bank merupakan sebuah lembaga keuangan (financial institution) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi.dasar utama kegiatan perbankan adalah kepercayaan (trust), baik dalam hal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan syariah merupakan institusi yang memberikan pelayanan jasa

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit), kemudian menempatkanya

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan rakyat Indonesia yang lebih sejahtera. Pembangunan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang berfungsi sebagai perantara keuangan (financial intermediary)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Peran Bank

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. keuangan di Indonesia. Keberadaan sektor perbankan memiliki peranan cukup penting,

BAB I PENDAHULUAN. ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Kepercayaan masyarakat terhadap bank

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi tahun 1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis perbankan di Indonesia era tahun 60-an dan 70-an merupakan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dan pihak yang kekurangan dana. Kelebihan dana tersebut dapat disalurkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia sejak

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. dasarkan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, bahwa Sistem

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian melalui fungsinya sebagai intermediary service, stabilitas ekonomi di lain pihak.

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan, badan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keuangan perusahaan merupakan pilar yang sangat penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perbankan memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara. Kinerja perbankan yang kuat akan menopang berbagai sektor ekonomi termasuk didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate) antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana memiliki peran strategis dalam pembangunan berbagai sektor. Dalam usahanya perusahaan perbankan mengumpulkan dana dan menyalurkan dana pada masyarakat melalui kredit. Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Perbankan sebagai salah satu sektor yang bergerak dibidang jasa keuangan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai bank di Indonesia baik bank miliki negara, bank asing, maupun bankbank daerah yang terus berupaya untuk tetap eksis dalam menjalankan usahanya dengan menawarkan berbagai jasa perbankan seperti tabungan, deposito, giro, fasilitas kredit, serta munculnya unit-unit usaha syariah pada bank-bank konvensional. Melalui pasar modal perusahaan perbankan berupaya menarik investor untuk berinvestasi melalui penjualan sekuritas. Bursa Efek Indonesia merupakan

pasar modal Indonesia yang memegang peranan penting dalam memobilisasi dana dari investor yang ingin berinvestasi di pasar modal. Aktivitas investasi merupakan aktivitas yang dihadapkan pada berbagai macam risiko dan ketidakpastian oleh para investor. Tandelilin (2010 : 26) menyatakan bahwa pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Sedangkan tempat di mana terjadinya jual-beli sekuritas disebut dengan bursa efek. Melihat peran penting perbankan dalam aktivitas ekonomi secara umum, perusahaan-perusahaan perbankan senantiasa berupaya mencapai kinerja yang optimal. Salah satu indikator perusahaan-perusahaan perbankan yang memiliki kinerja yang bagus tercermin dari tingkat Return on Assets (ROA) perusahaan. Return on Assets yang tinggi mencerminkan tingkat efektivitas dan efisiensi perbankan dalam mengelola aset sehingga memperoleh laba. Dalam upaya meningkatkan kinerja perbankan, perusahaan sektor perbankan berupaya meningkatkan penyaluran kredit sebagai sumber utama pendapatan bank melalui bunga kredit. Statistik Perbankan Indonesia dan Sistem Informasi Perbankan OJK, dalam salinan Laporan Tahunan Perbankan bahwa pada tahun 2014 Triwulan III tercatat penyaluran kredit bank umum konvensional

mencapi Rp. 3.561,295 Triliun kemudian pada Triwulan IV meningkat menjadi Rp. 3.674, 308 Triliun meningkat sebesar 3,17%. Meningkatnya jumlah kredit yang disalurkan bank umum konvensional secara umum ternyata tidak seiring dengan meningkatnya nilai Return on Assets perbankan justru nilai Return on Assets Bank Umum Konvensional secara keseluruhan mengalami penurunan seperti terlihat pada Gambar 1.1 berikut: 3,20% 3,15% 3,10% 3,05% 3,00% 2,95% 2,90% 2,85% 2,80% 2,75% 2,70% 3,13% 3,08% 2,91% 2,85% ROA Bank Umum Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2014 Sumber: Laporan TW IV Tahunan TW Perbankan IV Tahun TW III2014 (Statistik TW IV Perbankan Indonesia dan Sistem Informasi Perbankan OJK, Desember 2014) (data diolah) Gambar 1.1 Return on Assets Bank Umum Konvensional Tahun 2012-2014 Pada Gambar 1.1 terlihat bahwa pada tahun 2012 Triwulan IV ROA bank umum sebesar 3,13%, di tahun 2013 Triwulan IV menurun menjadi 3,08%, selanjutnya di tahun 2014 Triwulan III ROA bank umum sebesar 2,91%, dan penurunan tersebut berlanjut hingga Triwulan IV tahun 2014 menjadi sebesar 2,85%. Dengan demikian, dalam kurun waktu tersebut terjadi kecenderungan penurunan ROA pada bank umum terutama di tahun 2014 merupakan kinerja bank merupakan yang terendah. Melihat kondisi tersebut, perusahaan perbankan dituntut agar terus berupaya meningkatkan kinerjanya ditengah berbagai hambatan seperti

perlambatan ekonomi, nilai kurs maupun iklim investasi dan bisnis yang bergerak dinamis. Dalam upaya tersebut, kinerja perbankan pada penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio Return on Assets. Return on Assets dipilih sebagai parameter kinerja bank karena melalui Return on Assets dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan secara keseluruhan karena ROA membandingkan laba dengan total aset dimana total aset dinilai lebih stabil dibanding ekuitas serta lebih menggambarkan tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola kekayaannya secara keseluruhan dalam menghasilkan laba. Brigham dan Houston (2010 : 148) menyatakan bahwa Return on Assets adalah rasio laba bersih terhadap total aset mengukur pengembalian atas total aset. Dendawijaya (2009 : 118) menyatakan bahwa Return on Assets digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Tinggi rendahnya Return on Assets tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun eksternal perusahaan perbankan. Beberapa faktor internal yang bisa berdampak pada kinerja perbankan diantaranya adalah tingkat risiko kredit, dan efisiensi operasional. Dalam penelitian ini risiko kredit ditinjau dari tingkat kecukupan modal dengan alat ukur Capital Adequacy Ratio (CAR), tingkat likuiditas dengan alat ukur Loan to Deposit Ratio (LDR) dan kualitas aktiva produktif dengan alat ukur Non Performing Loan (NPL) sedangkan efisiensi operasional diukur dengan menggunakan rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).

Suhardjono dan Kuncoro (2002 : 562), menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kecukupan modal yang menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap kinerja suatu bank dalam menghasilkan keuntungan, dan menjaga besarnya modal yang dimiliki Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 menetapkan rasio kecukupan modal bank minimum sebesar 8%. Rivai et al. (2013 : 469) menyatakan bahwa permodalan merupakan penilaian terhadap kecukupan modal bank untuk mengcover eksposur saat ini dan mengantisivasi eksposur risiko dimasa datang. Selanjutnya, Rivai et.al. (2013 : 469) menyatakan bahwa capital, untuk memastikan kecukupan modal dan cadangan untuk memikul risiko yang mungkin timbul, modal merupakan benteng pertahanan bagi bank. Dengan demikian, jika rasio kecukupan modal (CAR) bank tinggi maka perusahaan memiliki tingkat kecukupan modal untuk menjalankan usahanya sehingga terhindar dari risiko kebangkrutan. Semakin tinggi nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) akan meningkatkan kinerja perbankan karena memiliki sejumlah modal yang cukup untuk mengcover berbagai risiko yang dalam menjalankan usahanya. Selanjutnya, besarnya kredit yang disalurkan ke masyarakat (nasabah) tercermin dari besarnya Loan to Deposit Ratio (LDR). Jika LDR melampaui batas yang ditetapkan regulasi sebesar 100%, maka ini berarti risiko kredit meningkat.

Jika Loan to Deposit Ratio terlalu tinggi melebihi aturan yang ditetapkan regulasi maka tingkat likuiditas perbankan dinilai tidak sehat karena dikhawatirkan bank tidak mampu membayar kembali penarikan yang dilakukan oleh deposan setiap saat terutama jika sejumlah kredit yang disalurkan mengalami gagal bayar tentunya hal ini menyebabkan meningkatnya risiko kredit. Menurut Rivai et.al. (2013 : 484) menyatakan bahwa Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, yang menggambarkan kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana oleh deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Oleh karena itu, semakin tinggi rasionya memberikan indikasi rendahnya kemampuan likuiditas bank tersebut, hal ini sebagai akibat jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Dengan demikian, tingkat LDR yang tidak mampu dijaga oleh bank pada level tertentu dapat menurunkan Return on Assets sebaliknya jika LDR berada pada level yang aman maka dapat meningkatkan Return on Assets. Selanjutnya risiko kredit yang diukur dengan rasio Non Performing Loan (NPL) akan mencerminkat tingkat kredit bermasalah yang diberikan bank. Ismail (2009: 226), menyatakan bahwa NPL (Non Performing Loan) adalah kredit yang menunggak melebihi 90 hari. Dimana NPL terbagi menjadi Kredit Kurang Lancar, Diragukan, dan Macet. Semakin kecil NPL maka semakin kecil pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Dengan demikian, maka Non Performing Loan dapat memberikan dampak negatif pada bank karena tidak risiko

tidak tertagihnya kredit yang diberikan pada nasabah sehingga menyebabkan kinerja mengalami penurunan dari sisi pendapatan. Faktor lainnya yang dapat mempengaruhi Return on Assets adalah tingkat efisiensi operasional perbankan. Semakin efisien operasional perbankan dalam menjalankan usahanya tentunya dapat menghemat sejumlah biaya dan memaksimalkan pendapatan. Sebaliknya bank yang tidak efisien dalam operasionalnya tentunya akan mengalami sulit untuk memaksimalkan laba atau mengalami kerugian. Rasio efisiensi operasional yang diukur dengan rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan perbandingan antara biaya yang dikeluarkan dengan pendapatan operasional. Riyadi (2006 : 159), menyatakan bahwa BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan Melalui Surat Edaran BI No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001, BI membuat ketentuan bahwa BOPO maksimum sebesar 90%. Semakin tinggi rasio BOPO berarti semakin tidak efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan bank untuk memperoleh laba semakin kecil. Ketidakefisiensian bank tersebut dikarenakan karena Biaya Operasional yang sangat tinggi dan Pendapatan Operasional yang tidak cukup tinggi. Maka bank tersebut harus memperbaiki kinerja operasional bank agar menjadi efisien.

Pada Tabel 1.1 berikut dapat dilihat data keuangan terkait dengan risiko kredit, efisiensi operasional, dan laba pada beberapa perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. Tabel 1.1 Data Keuangan Beberapa Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015 (Dalam Jutaan Rupiah) Emiten Tahun Modal Kredit Kredit Bermasalah Beban Operasional Laba 2011 11.419.858 68.204.434 382.476 3.966.675 1.558.818 2012 16.797.965 122.830.812 509.140 4.495.536 1.888.081 BNLI 2013 18.487.427 150.169.207 500.187 6.791.044 2.301.503 2014 19.832.236 157.876.854 1.007.259 10.117.024 2.047.287 2015 21.715.039 157.713.808 2.258.666 9.933.923 293.535 2011 41.815.988 269.454.726 1.455.572 13.737.272 18.755.880 2012 55.133.677 336.081.042 6.313.649 13.126.655 23.859.572 BBRI 2013 69.472.036 419.144.730 6.731.905 15.354.813 27.910.066 2014 85.706.557 479.211.143 8.367.144 23.679.803 30.804.112 2015 110.580.617 547.318.355 11.402.507 27.154.270 32.494.018 2011 545.709 4.944.114 171.031 460.867 (125.002) 2012 608.389 5.043.065 205.448 331.117 6.010 BABP 2013 761.724 5.378.179 130.183 384.026 (66.542) 2014 119.567 6.128.833 241.529 524.417 (70.040) 2015 1.495.512 7.047.265 172.171 663.414 11.188 Sumber: www.idx.co.id Pada Tabel 1.1 terlihat bahwa pada Bank Permata, Tbk (BNLI) nilai jumlah kecukupan modal minimum, jumlah kredit, kredit bermasalah, dan beban operasional cenderung mengalami peningkatan selama periode 2011-2015 namun laba mengalami peningkatan dari tahun 2011-2013 dan mengalami mengalami penurunan pada dua tahun terakhir di tahun 2014 dan 2015 bahkan penurunan yang signifikan terjadi di tahun 2015. Dengan demikian, terlihat bahwa meskipun modal minimum bank dan jumlah kredit yang disalurkan terus meningkat, namun ternyata tidak selalu

diiringi dengan peningkatan laba setiap tahunnya terutama di tahun 2014 dan 2015. Kredit bermasalah yang terus meningkat selama periode 2011-2015 juga tidak selalu menyebabkan penurunan pada laba terutama dari tahun 2011-2013 saat kredit bermasalah meningkat laba juga mengalami peningkatan, namun peningkatan kredit bermasalah di tahun 2014 dan 2015 menyebabkan penurunan laba di tahun yang sama. Selanjutnya, beban operasional yang terus meningkat dari tahun 2011-2013 tidak menyebabkan menurunnya laba pada tahun tersebut, namun peningkatan beban operasional di tahun 2014 dan 2015 menyebabkan terjadinya penurunan laba namun meskipun beban operasional tertinggi terjadi di tahun 2014 namun laba terendah justru terjadi pada tahun 2015. Pada PT. Bank Rakyat Indonesia, (Persero), Tbk (BBRI) peningkatan yang terjadi pada jumlah modal minimum, kredit, kredit bermasalah, dan beban operasional selalu diiringi dengan meningkatnya laba. Semakin besar jumlah modal minimum yang dimiliki BRI semakin besar laba yang dicapai, demikian halnya dengan meningkatnya kredit yang disalurkan searah dengan meningkatnya laba. Namun peningkatan yang terjadi pada kredit bermasalah dan beban operasional justru tidak menyebabkan terjadinya penurunan laba selama periode 2011-2015. Selanjutnya pada PT. Bank MNC International, Tbk. (BABP) jumlah modal minimum yang dimiliki bank dan jumlah kredit yang disalurkan terus mengalami peningkatan, sedangkan kredit bermasalah, beban operasional dan laba mengalami fluktuasi selama periode 2011-2015. Dengan demikian, terlihat bahwa meningkatnya modal minimum dan jumlah kredit yang disalurkan tidak searah

dengan meningkatnya laba bank justru pada tahun 2011, 2013 dan 2014 bank mengalami kerugian dengan laba yang bernilai negatif. Demikian halnya dengan fluktuasi yang terjadi pada kredit bermasalah dan beban operasional tidak sesuai dengan fluktuasi yang terjadi pada laba. Saat jumlah kredit bermasalah dan beban operasional meningkat, bank justru mampu mencapai laba yang positif, namun saat jumlah kredit bermasalah dan beban operasional mengalami penurunan, justru bank mengalami kerugian. Dengan demikian, secara umum terlihat bahwa dari beberapa data keuangan tersebut yang terkait dengan risiko kredit dan efisiensi operasional terlihat adanya kesenjangan atau ketidaksesuaian antara risiko kredit, dan beban operasional terhadap laba pada beberapa perusahaan perbankan tersebut. Saat risiko kredit dan beban operasional meningkat, ternyata tidak selalu menyebabkan penurunan pada laba justru peningkatan tersebut searah dengan meningkatnya laba sebaliknya menurunnya risiko kredit dan beban operasional tidak serta merta menyebabkan meningkatnya laba terkadang justru saat risiko kredit dan beban operasional rendah laba yang dicapai malah menurun bahkan ada yang bermilai negatif. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh bagaimana pengaruh CAR, LDR, NPL, dan BOPO terhadap ROA dengan memilih judul penelitian Pengaruh Risiko Kredit dan Efisiensi Operasional Terhadap Kinerja Perusahan Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan (Return on Assets) pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015? 2. Apakah Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan (Return on Assets) pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015? 3. Apakah Non Performing Loan (NPL) berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan (Return on Assets) pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015 4. Apakah Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan (Return on Assets) pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), terhadap Return on Assets (ROA) pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Non Performing Loan (NPL), terhadap Return on Assets (ROA) pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR), terhadap Return on Assets (ROA) pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), terhadap Return on Assets (ROA) pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Perusahaan Perbankan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi yang berkaitan dengan pengaruh Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio, Non Performing Loan dan Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Return on Assets (ROA). 2. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (LDR), Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan Return on Assets (ROA). 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk peneliti selanjutnya.