PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 08 TAHUN 2006 TENTANG PENGUJIAN KENDARAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR,

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 46 TAHUN 2000 (46/2000) TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAN BERMOTOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 82 TAHUN 2001 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 45 TAHUN 2001 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 7 TAHUN 2001 SERI B.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 3 PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI JASA DIBIDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 53

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PARKIR DI KABUPATEN SIDOARJO

PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 59 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 62 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 62 SERI B PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 18 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2011 S A L I N A N

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 20 TAHUN 2004 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 20 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DI BIDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 7 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2010 NOMOR

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 58 TAHUN 2000 T E N T A N G RETRIBUSI PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 09 TAHUN 2005 SERI C NOMOR 05 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 08 TAHUN 2005

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2002 SERI B PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 3 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 58 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA NOMOR 04 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR : 6 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMINDAHAN KENDARAAN DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH

TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 11 TAHUN 2010

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IJIN TRAYEK ANGKUTAN DARAT DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Mengingat : membutuhkan pembiayaan sehingga dapat dipungut retribusi

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 12 TAHUN 2002 T E N T A N G RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

QANUN KABUPATEN NAGAN RAYA NOMOR : 9 TAHUN 2009 T E N T A N G RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR : 5 TAHUN 2007 T E N T A N G PENGENDALIAN KELEBIHAN MUATAN ANGKUTAN BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2009 NOMOR

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 10 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 2 Tahun 2002 Seri: B

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa salah satu upaya mewujudkan jaminan keselamatan terhadap penggunaan kendaraan bermotor di jalan dan pelestarian lingkungan hidup adalah melalui mekanisme pengujian kendaraan bermotor; b. bahwa mekanisme pengujian kendaraan bermotor yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman Nomor 3 Tahun 1998 tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor sebagaimana telah diubah untuk pertama kali dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 18 Tahun 2001 sudah tidak sesuai dengan situasi dan kondisi saat ini sehingga perlu untuk diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengujian Kendaraan Bermotor. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta jo. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 (Berita Negara tanggal 8 Agustus 1950); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992, Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480); 3. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1997, Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000, Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004, Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1950 tentang Penetapan Mulai Berlakunya Undang-undang 1950 Nomor 12, 13, 14 dan 15 Dari Hal Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten di Jawa Timur/Tengah/Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta (Berita Negara tanggal 14 Agustus 1950); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan Bermotor dan Pengemudi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993, Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3530); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001, Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139); 8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM.71 Tahun 1993 tentang Pengujian Berkala Kendaraan Bermotor; 9. Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 1 Tahun 2005 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Kabupaten Sleman. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SLEMAN dan BUPATI SLEMAN, MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR. 2

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Sleman. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sleman. 3. Bupati adalah Bupati Sleman. 4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sleman. 5. Pengujian kendaraan bermotor adalah serangkaian kegiatan menguji dan/atau memeriksa bagian-bagian kendaraan bermotor wajib uji dalam rangka pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan. 6. Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada pada kendaraan itu. 7. Kendaraan bermotor wajib uji adalah kendaraan yang karena peruntukkannya, status, dan penggunaannya diwajibkan untuk diuji, meliputi mobil bus, mobil barang, kereta gandengan, kereta tempelan, kendaraan khusus, dan kendaraan umum yang dioperasikan di jalan. 8. Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi baik yang dilengkapi dengan perlengkapan bagasi maupun tidak. 9. Mobil barang adalah setiap kendaraan bermotor selain dari yang termasuk sepeda motor, mobil penumpang, dan mobil bus. 10. Kereta gandengan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengangkut barang yang seluruh bebannya ditumpu oleh alat itu sendiri dan dirancang untuk ditarik oleh kendaraan bermotor. 11. Kereta tempelan adalah suatu alat yang dipergunakan untuk mengangkut barang yang dirancang untuk ditarik oleh kendaraan bermotor dan sebagian bebannya ditumpu oleh kendaraan bermotor penariknya. 12. Kendaraan khusus adalah kendaraan bermotor di luar kendaraan bermotor untuk penumpang dan barang yang penggunaannya untuk keperluan khusus atau mengangkut barang-barang khusus. 13. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran. 14. Persyaratan teknis adalah persyaratan tentang susunan, peralatan, perlengkapan, ukuran, bentuk, karoseri, permuatan, rancang teknis kendaraan, penggunaan, penggandengan, dan penempelan kendaraan bermotor. 3

15. Laik jalan adalah persyaratan minimum kondisi suatu kendaraan yang harus dipenuhi agar terjaminnya keselamatan, mencegah terjadinya pencemaran udara, dan kebisingan lingkungan pada waktu dioperasikan di jalan. 16. Buku uji adalah tanda bukti lulus uji berbentuk buku yang berisi data dan legitimasi hasil pengujian kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan, atau kendaraan khusus. 17. Tanda uji adalah tanda bukti lulus uji berbentuk pelat berisi data mengenai kode wilayah pengujian, nomor uji kendaraan, dan masa berlaku yang dipasang secara permanen pada tempat tertentu di tanda nomor kendaraan bermotor. 18. Tanda samping adalah tanda bukti lulus uji berisi informasi singkat hasil uji berkala yang dicantumkan/dipasang dengan menggunakan cat/stiker pada bagian samping kanan dan kiri kendaraan bermotor wajib uji. 19. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi, yayasan atau organisasi yang sejenis, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan lainnya. 20. Retribusi pengujian kendaraan bermotor yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas pemberian pelayanan di bidang pengujian kendaran bermotor oleh Pemerintah Daerah. 21. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. BAB II KETENTUAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR Bagian Kesatu Pengujian Kendaraan Bermotor Pasal 2 (1) Setiap kendaraan bermotor wajib uji yang dimiliki orang pribadi atau badan yang dioperasikan di wilayah Kabupaten Sleman wajib memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. (2) Penetapan memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan penelitian berupa pengujian kendaraan bermotor secara berkala oleh tenaga penguji yang memiliki kualifikasi tertentu. 4

(3) Bagi kendaraan bermotor wajib uji yang dinyatakan lulus uji diberikan tanda bukti lulus uji berupa buku uji, tanda uji, dan tanda samping kendaraan. Pasal 3 Pengujian kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) dikecualikan bagi: a. kendaraan bermotor yang dimiliki Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Republik Indonesia; b. kendaraan bermotor dalam keadaan rusak berat dan atau dalam perbaikan di bengkel umum yang dibuktikan dengan surat keterangan kerusakan kendaraan bermotor dari instansi teknis terkait. Pasal 4 Pengujian kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) meliputi : a. uji berkala untuk pertama kali; b. uji berkala selanjutnya; c. uji berkala untuk kendaraan mutasi uji; d. uji berkala untuk kendaraan numpang uji; e. uji berkala untuk perubahan bentuk. Pasal 5 (1) Kendaraan bermotor wajib uji yang tipenya telah memperoleh sertifikat uji tipe, sertifikat registrasi uji tipe, dan tanda lulus uji tipe dibebaskan dari kewajiban uji berkala untuk pertama kali selama 6 (enam) bulan terhitung sejak diterbitkan surat tanda nomor kendaraan bermotor untuk pertama kali. (2) Kendaraan bermotor yang dibebaskan dari kewajiban uji berkala untuk pertama kali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didaftarkan untuk dilakukan uji berkala paling lambat 1 (satu) bulan sebelum masa pembebasan uji berkala untuk pertama kali berakhir. Pasal 6 Kendaraan bermotor wajib uji yang tipenya tidak memperoleh sertifikat uji tipe, sertifikat registrasi uji tipe, dan tanda lulus uji tipe wajib uji berkala untuk pertama kali sebelum memperoleh surat tanda nomor kendaraan bermotor dan buku kepemilikan kendaraan bermotor. 5

Bagian Kedua Masa Berlaku Pasal 7 (1) Masa berlaku uji kendaraan bermotor selama 6 (enam) bulan. (2) Tanda bukti lulus uji kendaraan bermotor dinyatakan tidak berlaku sebelum habis masa berlakunya dalam hal: a. terjadi perubahan bentuk, karoseri dan atau sumbu kendaraan bermotor yang bersangkutan; atau b. kondisi fisik dan teknis kendaraan yang bersangkutan tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Ketiga Sistem dan Prosedur Pasal 8 (1) Permohonan pengujian kendaran bermotor disampaikan secara tertulis kepada Bupati. (2) Ketentuan lebih lanjut tata cara permohonan pengujian kendaraan bermotor diatur oleh Bupati. Bagian Keempat Sanksi Administrasi Pengujian Pasal 9 Kendaraan habis masa uji tetapi tidak diuji berkala pada waktunya dikenakan biaya tambahan sebesar 20 % (dua puluh persen) per bulan dari biaya uji kendaraan yang bersangkutan. Pasal 10 Terhadap kendaraan yang kondisi fisik dan teknisnya tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) huruf b dilakukan penyitaan tanda bukti lulus uji, dan pemilik/pemegang kendaraan wajib melakukan pengujian ulang atas kendaraan yang bersangkutan. 6

BAB III PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENGENDALIAN Pasal 11 (1) Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian atas kegiatan pengujian kendaraan bermotor dilakukan oleh instansi teknis yang ditetapkan oleh Bupati. (2) Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pengaturan penyelenggaraan pelayanan pengujian kendaraan bermotor; b. peningkatan profesionalitas tenaga penguji dan kualitas pelayanan pengujian kendaraan bermotor; dan c. pemeriksaan secara berkala terhadap kendaraan bermotor yang beroperasi di jalan sehingga menjamin pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan. BAB IV KETENTUAN RETRIBUSI Bagian Kesatu Nama, Obyek, Subyek, dan Wajib Retribusi Pasal 12 Setiap pelayanan pengujian kendaraan bermotor dari pemerintah daerah dipungut retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor. Pasal 13 Obyek retribusi pengujian kendaraan bermotor adalah pelayanan pengujian yang disediakan oleh pemerintah daerah meliputi pengujian kendaraan bermotor, kereta gandengan, kereta tempelan, dan kendaraan khusus dalam rangka pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan. Pasal 14 Subyek retribusi adalah setiap orang pribadi atau badan yang memperoleh tanda bukti lulus uji. 7

Pasal 15 Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan yang mendapatkan pelayanan pengujian kendaraan bermotor. Bagian Kedua Golongan Retribusi Pasal 16 Retribusi pengujian kendaraan bermotor termasuk golongan retribusi jasa umum. Bagian Ketiga Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 17 Tingkat penggunaan jasa pengujian kendaraan bermotor diukur berdasarkan jenis kendaraan dan biaya pemeriksaan/pengujian kendaraan bermotor. Bagian Keempat Prinsip dan Komponen Biaya dalam Penetapan Struktur dan Besarnya Tarif Pasal 18 (1) Prinsip dalam penetapan tarif retribusi didasarkan pada kebijaksanaan daerah dengan memperhatikan biaya penyediaaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, aspek keadilan, dan disesuaikan dengan komponen biaya retribusi. (2) Komponen retribusi meliputi: a. biaya investasi antara lain yaitu: 1) alat uji suspensi roda (pit wheel suspension tester) dan pemeriksaan kondisi teknis bagian bawah kendaraan; 2) alat uji rem; 3) alat uji lampu utama; 4) alat uji speedometer; 5) alat uji emisi gas buang meliputi alat uji karbon monoksida (Co), hydro karbon (Hc), dan ketebalan asap gas buang; 6) alat pengukur berat; 7) alat uji kincup roda depan (side slip tester); 8) alat pengukur suara (sound level meter); 8

9) alat pengukur dimensi; 10) alat pengukur tekanan udara; 11) alat uji kaca; 12) alat kompresor udara; 13) generator set; 14) peralatan bantu; b. biaya pengetokan nomor uji; c. biaya tanda uji dan segel; d. biaya pembuatan dan pemasangan tanda samping; dan e. biaya operasional dan pemeliharaan prasarana dan sarana pengujian kendaraan bermotor. Bagian Kelima Struktur dan Besarnya Tarif Retribusi Pasal 19 (1) Tarif retribusi digolongkan berdasarkan jenis pelayanan pengujian kendaraan bermotor meliputi: a. penyediaan formulir dan tanda bukti lulus uji kendaraan bermotor; b. pelayanan pemeriksaan/pengujian kendaraan bermotor berdasarkan jenis kendaraan yang diuji terdiri atas mobil bus, mobil barang, kendaraan khusus, mobil penumpang umum, taksi, kereta gandengan, kereta tempelan, dan traktor. (2) Tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut: a. biaya penggantian formulir permohonan pengujian kendaraan bermotor sebesar Rp1.000 (seribu rupiah); b. biaya pengujian kendaraan bermotor untuk setiap kendaraan terdiri atas: 1) mobil bus untuk: a) jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) kurang dari 4.000 kg sebesar Rp20.000,00 (dua puluh ribu rupiah); b) jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) antara 4.000 kg sampai dengan 8.000 kg sebesar Rp25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah); c) jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) antara 8.000 kg sampai dengan 12.000 kg sebesar Rp30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah); d) jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) lebih dari 12.000 kg sebesar Rp35.000,00 (tiga puluh lima ribu rupiah); 2) mobil barang: a) jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) kurang dari 4.000 kg sebesar Rp20.000,00 (dua puluh ribu rupiah); 9

b) jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) antara 4.000 kg sampai dengan 8.000 kg sebesar Rp25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah); c) jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) antara 8.000 kg sampai dengan 12.000 kg sebesar Rp30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah); d) jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) lebih dari 12. 000 kg sebesar Rp35.000,00 (tiga puluh lima ribu rupiah); 3) kendaraan khusus: a) jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) kurang dari 4.000 kg sebesar Rp20.000,00 (dua puluh ribu rupiah); b) jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) antara 4.000 kg sampai dengan 8.000 kg sebesar Rp25.000,00 (dua puluh lima ribu rupiah); c) jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) antara 8.000 kg sampai dengan 12.000 kg sebesar Rp30.000,00 (tiga puluh ribu rupiah); d) jumlah berat yang diperbolehkan (JBB) lebih dari 12. 000 kg sebesar Rp35.000,00 (tiga puluh lima ribu rupiah); 4) mobil penumpang umum dan taksi sebesar Rp20.000,00 (dua puluh ribu rupiah); 5) kereta gandengan, kereta tempelan, traktor sebesar Rp20.000,00 (dua puluh ribu rupiah); c. biaya penggantian 1 (satu) pasang tanda uji berkala sebesar Rp3.000,00 (tiga ribu rupiah); d. biaya penggantian buku uji sebesar Rp7.500,00 (tujuh ribu lima ratus rupiah); e. biaya penggantian tanda samping sebesar Rp15.000,00 (lima belas ribu rupiah); f. biaya segel tanda uji sebesar Rp1.000,00 (seribu rupiah); g. biaya mutasi uji sebesar Rp20.000,00 (dua puluh ribu rupiah) ditambahkan dengan biaya uji berkala menurut jenis kendaraan yang akan dimutasi; h. biaya perubahan bentuk, karoseri, dan atau sumbu meliputi: 1) mobil bus, mobil barang, dan traktor sebesar Rp20.000,00 (dua puluh ribu rupiah); 2) mobil penumpang umum, kereta gandengan, dan kereta tempelan sebesar Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah); i. biaya pelayanan registrasi: 1) registrasi perubahan bentuk sebesar Rp20.000,00 (dua puluh ribu rupiah); 2) registrasi kendaraan uji pertama kali sebesar Rp20.000,00 (dua puluh ribu rupiah); 3) registrasi numpang uji sebesar Rp5.000,00 (lima ribu rupiah); j. biaya numpang uji kendaraan sebesar biaya uji berkala menurut jenis kendaraan yang numpang uji; 10

k. biaya penggantian buku uji karena rusak/hilang sebesar Rp15.000,00 (lima belas ribu rupiah); l. biaya penggantian tanda uji karena rusak/hilang sebesar Rp5.000,00 (lima ribu rupiah) per keping; m. biaya penggantian setiap segel tanda uji karena rusak/hilang sebesar Rp1.500,00 (seribu lima ratus rupiah). Pasal 20 Penyesuaian komponen dan tarif retribusi sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat (2) dan Pasal 19 ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Bupati dengan persetujuan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Bagian Keenam Sanksi Administrasi Retribusi Pasal 21 Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD. Bagian Ketujuh Tata Cara Pembayaran Retribusi Pasal 22 Sistem, prosedur, dan tata cara pembayaran retribusi diatur lebih lanjut oleh Bupati berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB V KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 23 (1) Pejabat pegawai negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan atas pelanggaran ketentuan dalam Peraturan Daerah ini sebagaimana dimaksud dalam Undangundang Hukum Acara Pidana yang berlaku. (2) Wewenang penyidik atas pelanggaran di bidang retribusi adalah: 11

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi; b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen-dokumen, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi; g. menyuruh berhenti melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud dalam huruf c; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. mengadakan penghentian penyidikan setelah penyidik mendapat petunjuk bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana dan selanjutnya melalui penyidik memberitahukan hal tersebut kepada penuntut umum, tersangka atau keluarganya; dan k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut umum melalui penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. BAB VI KETENTUAN PIDANA Pasal 24 (1) Setiap orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan wajib uji tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 diancam 12

dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. Pasal 25 (1) Setiap orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan wajib uji yang tidak memenuhi ketentuan retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali retribusi terutang. (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB VII PELAKSANAAN Pasal 26 Pelaksanaan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh instansi teknis yang ditetapkan oleh Bupati. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 27 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku terhadap tanda bukti lulus uji yang telah dimiliki tetap berlaku sampai habis masa berlakunya. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 Pada saat peraturan daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman Nomor 3 Tahun 1998 tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman Tahun 1998 Nomor 1 Seri B) sebagaimana telah diubah untuk pertama kali dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 18 Tahun 2001 (Lembaran Daerah Kabupaten Sleman Tahun 2001 Nomor 10 Seri B) beserta peraturan-peraturan pelaksanaannya dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 13

Pasal 29 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sleman. Ditetapkan di Sleman Pada tanggal 14 Januari 2005 BUPATI SLEMAN, Cap/ttd IBNU SUBIYANTO Diundangkan di Sleman. Pada tanggal 20 Januari 2005 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SLEMAN, Cap/ttd SUTRISNO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2005 NOMOR 1 SERI C 14

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR I. UMUM Dalam rangka mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, lancar, tertib, efisien, dan ramah lingkungan maka kondisi kendaraan sebagai salah satu pemakai jalan harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. Salah satu upaya Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya dalam mewujudkan terpenuhinya persyaratan teknis dan laik jalan tersebut adalah dengan penyelenggaraan pengujian kendaraan bermotor. Penyelenggaraan pelayanan pengujian kendaraan bermotor diharapkan mampu mendukung terjaminnya keselamatan, kelancaran, kenyamanan, dan ketertiban dalam berlalulintas di jalan sehingga diharapkan semakin berkurang angka kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Sleman. Untuk maksud tersebut diperlukan suatu pengaturan, pembinaan, dan pengawasan dalam memberikan pelayanan pengujian kendaraan bermotor kepada masyarakat agar penyelenggaraannya benar-benar memberi manfaat secara nyata bagi masyarakat. Ketentuan pengujian kendaraan bermotor sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman Nomor 3 Tahun 1998 tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor sebagaimana telah diubah untuk pertama kalinya dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 18 Tahun 2001 hanya mengatur kewajiban retribusinya, sedangkan kewajiban orang atau badan untuk menguji kendaraan belum diatur. Dengan tidak diaturnya kewajiban pengujian kendaraan bermotor, secara yuridis pelanggaran terhadap ketentuan tersebut tidak dapat dilakukan penindakan. Penindakan yang selama ini dilaksanakan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagai dasar hukumnya adalah Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sehingga tidak dapat melaksanakan tugasnya secara efektif. Terhadap permasalahan tersebut, perlu diatur ketentuan-ketentuan mengenai kewajiban uji kendaraan bermotor, penyidikan, dan sanksi pidana dalam suatu peraturan daerah yang dimaksudkan untuk mengganti Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Sleman Nomor 3 Tahun 1998 15

tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor sebagaimana telah diubah untuk pertama kalinya dengan Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 18 Tahun 2001. Peraturan daerah yang baru diharapkan juga agar pemberian pelayanan pengujian kendaraan bermotor kepada masyarakat dapat lebih baik disesuaikan dengan perkembangan situasi dan kondisi kegiatan lalu lintas sekarang. Atas dasar pertimbangan dimaksud perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengujian Kendaraan Bermotor. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Angka 1 Angka 2 Angka 3 Angka 4 Angka 5 Angka 6 Angka 7 Termasuk dalam pengertian kendaraan bermotor wajib uji adalah kendaraankendaraan yang dimiliki oleh instansi-instansi pemerintah. Angka 8 Termasuk dalam pengertian mobil bus adalah kendaraan bermotor yang memiliki jarak sumbu lebih besar atau sama dengan 3.000 milimeter walaupun jumlah tempat duduknya kurang dari 8 tempat duduk. Angka 9 Angka 10 Angka 11 Angka 12 Yang termasuk kendaraan khusus antara lain kendaraan bermotor derek, kendaran bermotor pemadam kebakaran, kendaraan bermotor untuk 16

angkutan barang berbahaya dan beracun, kendaran bermotor pencampur beton, dan lain sebagainya. Angka 13 Termasuk dalam pengertian kendaraan umum adalah kendaraan yang disewakan kepada orang lain selama jangka waktu tertentu dan atau melalui jalur perjalanan tertentu dan atau mempunyai trayek tetap, misalnya bus sekolah, bus antar jemput karyawan, kendaraan biro perjalanan/travel, dan lain-lain kendaraan yang sejenis. Angka 14 Angka 15 Angka 16 Angka 17 Angka 18 Angka 19 Angka 20 Angka 21 Pasal 2 Ayat (1) Ayat (2) Yang dimaksud dengan tenaga penguji yang memiliki kualifikasi tertentu adalah pegawai negeri sipil dengan golongan ruang minimal II/b dan telah memenuhi persyaratan minimum sebagai tenaga penguji yaitu: a. mempunyai ijasah sekolah teknik tingkat menengah jurusan mesin atau pendidikan lain yang sederajat atau lebih tinggi dalam bidang kendaraan bermotor atau yang disamakan; b. usia minimal 21 tahun; c. sehat jasmani dan rohani; d. berkelakuan baik; e. memiliki surat izin mengemudi golongan B; 17

f. lulus pendidikan dan pelatihan pengujian kendaraan bermotor atau yang disamakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku; g. disumpah sebagai penguji. Ayat (3) Bagi kendaraan yang tidak lulus uji diberikan kesempatan dilakukan uji ulang pada waktu yang telah ditentukan dan terhadap kendaraan yang bersangkutan telah dilakukan perbaikan-perbaikan sesuai yang diberitahukan oleh tenaga penguji, pelaksanaan uji ulang tersebut tidak dipungut biaya uji lagi. Pasal 3 Huruf a Ketentuan pengujian kendaraan bermotor milik Tentara Nasional Indonesia/Kepolisian Republik Indonesia akan diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri yang bertanggung jawab di bidang pertahanan dan keamanan. Huruf b Yang dimaksud instansi teknis terkait adalah organisasi perangkat daerah di lingkungan Pemerintah Kabupaten Sleman yang diserahi tugas urusan pemerintahan di bidang perhubungan. Pasal 4 Huruf a Yang dimaksud dengan uji berkala untuk pertama kali adalah pengujian berkala untuk pertama kalinya bagi kendaran bermotor wajib uji baik kendaraan yang diproduksi/dirakit secara massal maupun yang diproduksi/dirakit sebanyak-banyaknya 10 (sepuluh) unit untuk setiap tipe. Huruf b Yang dimaksud dengan uji berkala selanjutnya adalah pengujian yang dilakukan satu periode tertentu untuk menjamin kendaraan bermotor selalu dalam kondisi memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan. Huruf c Yang dimaksud dengan uji berkala untuk kendaraan mutasi uji adalah pengujian terhadap kendaraan yang akan dilakukan mutasi keluar dari atau mutasi masuk ke wilayah Kabupaten Sleman sehingga kendaraan yang bersangkutan dapat dipertanggungjawabkan terpenuhinya persyaratan teknis dan laik jalan. 18

Huruf d Yang dimaksud dengan uji berkala untuk kendaraan numpang uji adalah pengujian terhadap kendaraan yang akan dilakukan numpang uji keluar dari atau numpang uji masuk ke Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan lokasi pengujiannya di wilayah Kabupaten Sleman. Huruf e Yang dimaksud dengan uji berkala untuk perubahan bentuk adalah pengujian terhadap kendaraan yang mengalami perubahan bentuk, karoseri dan atau sumbu kendaraan bermotor. Pasal 5 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Yang dimaksud pengujian ulang adalah pengujian kendaraan bermotor diperlakukan sebagai permohonan uji baru. Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 19

Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 20

21