ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KUALITAS FISIS AIR SUNGAI KRUENG ACEH DENGAN INTENSITAS HUJAN


ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dengan luas ,30 ha. Tujuan penetapan kawasan ini untuk melindungi dan melestarikan

Analisis Konsentrasi dan Laju Angkutan Sedimen Melayang pada Sungai Sebalo di Kecamatan Bengkayang Yenni Pratiwi a, Muliadi a*, Muh.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu-satunya tanaman pangan yang dapat tumbuh pada tanah yang

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

ANALISIS DAN KARAKTERISASI BADAN AIR SUNGAI, DALAM RANGKA MENUNJANG PEMASANGAN SISTIM PEMANTAUAN SUNGAI SECARA TELEMETRI

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah atau disebut sebagai underground river, misalnya sungai bawah tanah di

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

Pemodelan Penyebaran Polutan di DPS Waduk Sutami Dan Penyusunan Sistem Informasi Monitoring Kualitas Air (SIMKUA) Pendahuluan

TEKNIK PENGUKURAN NILAI TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) DAN KEKERUHAN PADA PERAIRAN SEKITAR LOKASI UNIT PENGOLAHAN IKAN DI KABUPATEN INDRAMAYU JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu,

STUDI PERENCANAAN BANGUNAN UTAMA EMBUNG GUWOREJO DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR BAKU DI KABUPATEN KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

ABSTRAK Faris Afif.O,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran

3 BAB III METODOLOGI

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

3.1 Metode Identifikasi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan, mengingat hampir semua kota di Indonesia mengalami banjir.

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB III METODOLOGI. 2. Mengumpulkan data, yaitu data primer dan data sekunder

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di negara kita semakin hari semakin pesat. Pesatnya laju

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN - 1 -

PERENCANAAN BENDUNGAN PAMUTIH KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

ANALISIS ALIRAN PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI CIMANUK HULU (STUDI KASUS CIMANUK-BOJONGLOA GARUT)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di Kabupaten Banjarnegara dengan rata-rata turun sebesar 4,12 % per

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BIOFISIK DAS. LIMPASAN PERMUKAAN dan SUNGAI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRISMA FISIKA, Vol. V, No. 1 (2017), Hal ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

ANALISIS PENCEMARAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT BERDASARKAN KANDUNGAN LOGAM, KONDUKTIVITAS, TDS DAN TSS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan secara tepat tergantung peruntukkannya. perkembangan yang sangat pesat. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sumberdaya air bersifat dinamis dalam kualitas dan kuantitas, serta dalam

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

KONDISI UMUM BANJARMASIN

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

PENDAHULUAN. Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memacu. terjadinya pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah dan udara.

KEADAAN UMUM KOTA BANDA ACEH. Tabel 4. Luas dan Persentase Wilayah Kecamatan di Kota Banda Aceh NO KECAMATAN LUAS (Km 2 )

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)

SEBARAN TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) PADA PROFIL VERTIKAL DI PERAIRAN SELAT MADURA KABUPATEN BANGKALAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Nilai Koefisien Limpasan di DAS Krueng Meureudu Provinsi Aceh

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

BAB I PENDAHULUAN. Kota Palembang adalah 102,47 Km² dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari

BAB I PENDAHULUAN. Mojokerto, Gresik dan Kodya Surabaya, Propinsi Jawa Timur. DAS Lamong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

Tahun Penelitian 2005

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Wilayah BPSDA Pemali Comal

BAB I PENDAHULUAN I - 1

MODEL MATEMATIS PERUBAHAN KUALITAS AIR SUNGAI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CISADANE. Oleh NURLEYLA HATALA F

Transkripsi:

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH Nurmalita, Maulidia, dan Muhammad Syukri Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh Email: nurmalitapatra@ymail.com ABSTRAK Telah dilakukan penelitian untuk menganalisa kekeruhan dan kandungan sedimen dan kaitannya dengan kondisi DAS sungai Krueng Aceh. Penelitian dilakukan sepanjang DAS Krueng Aceh di 7 (tujuh) sub DAS dalam kawasan Aceh Besar. Hal ini sangat signifikan dalam kaitannya dengan pengaruh DAS sungai Krueng Aceh. Parameter penting yang diukur adalah kekeruhan (turbidity), kandungan sedimen (total suspended solids/tss dan total disolved solids/tds). Metode yang dilakukan adalah dengan pengukuran insitu, dengan menggunakan turbidity meter, TSS meter dan TDS meter. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa nilai kekeruhan tertinggi sebesar 63,8 NTU di kawasan sub DAS Krueng Indrapuri, lalu di sub DAS Krueng Inong sebesar 35,6 NTU, dan yang terendah sebesar 4,66 NTU di bagian hulu di kawasan sub DAS Krueng Teureubeh. Pola yang sama didapatkan untuk parameter TDS (102.9 mg/l) dan TSS (93 mg/l). Sedangkan pada sub DAS Krueng Teureubeh, nilai TSS sebesar 55.9 mg/l dan TDS hanya 2 mg/l. Hal ini menunjukkan bahwa kawasan sub DAS Indrapuri sudah di pengaruhi oleh aktivitas manusia yang mempengaruhi input material ke dalam sungai serta adanya pengikisan (erosi) pada badan sungai. Hasil ini sangat penting menunjukkan perbedaan signifikan kondisi air di bagian hulu dan hilir sungai Krueng Aceh, dan harus tetap dijaga kualitasnya dalam batas baku mutu yang ditetapkan. Kata kunci: kekeruhan, sedimen, DAS, erosi, sungai Krueng Aceh. I. Pendahuluan Air sungai mempunyai peranan yang sangat strategis dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, serta berperan penting dalam menjaga kelangsungan kehidupan. Sungai memiliki sifat dinamis, maka dalam pemanfaatannya dapat berpotensi mengurangi nilai manfaat dari sungai itu sendiri dan dampak lainnya dapat membahayakan lingkungan secara luas. Salah satu sungai besar dan penting di Aceh adalah Sungai Krueng Aceh. Sungai tersebut memiliki fungsi penting dalam berbagai aspek kehidupan yaitu sebagai sumber bahan baku air minum, mandi, pengairan baik di Kabupaten Aceh Besar maupun di Kota Banda Aceh. Daerah aliran sungai Krueng Aceh terdiri dari beberapa sub DAS, yaitu sub Das Sungai Krueng Teureubeh, Krueng Inong, Bendungan Sungai Krueng Aceh, Krueng Capeung, Krueng Keumireu, Krueng Ie Alang dan Krueng Indrapuri merupakan sebagian dari sungai-sungai utama yang berada di DAS Sungai Krueng Aceh. Dimana

DAS Krueng Aceh merupakan salah satu dari 15 DAS di Propinsi Aceh, sehigga merupakan DAS yang sangat penting bagi sebagian besar masyarakat dan Ibukota Provinsi Aceh. Untuk mengantisipasi banjir di Kota Banda Aceh maka aliran air Sungai Krueng Aceh juga dialirkan melalui flood way ke Alue Naga Kota Banda Aceh. Dengan demikian aliran air sungai Krueng Aceh di hilir DASnya terbagi dua wilayah tersebut (Alemina, et.al, 2011). DAS ini memiliki luas 207.496 ha, dan berada pada dua wilayah administratif, yaitu Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar. DAS Krueng Aceh didominasi oleh dataran rendah berupa daerah cekungan dan dataran, serta bukit bergelombang, pegunungan, dan perbukitan. Topografi wilayah bervariasi dari datar sampai curam dan terletak pada ketinggian 0-1.710 m dpl. Dataran dengan lereng 0-8% mendominasi daerah tengah memanjang ke hilir, sedangkan perbukitan dan pegunungan mengapitnya di bagian hulu. Bukit bergelombang dengan luas 17% dari luas wilayah terdapat di pinggir bagian hilir (Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2006). Kondisi alam lingkungan sekitar daerah aliran sungai dengan berbagai aktifitas dapat menimbulkan permasalahan yang mempengaruhi kualitas air sungai. Rendahnya kualitas air dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain meningkatnya beban pencemaran akibat limbah industri, domestik dan pertanian (Fardiaz, 1992). Berbagai aktivitas penggunaan lahan di wilayah DAS Sungai Krueng Aceh seperti permukiman, pertanian dan industri rumah tangga, diperkirakan telah mempengaruhi kualitas air Sungai Krueng Aceh. Aktivitas permukiman dan pertanian menyebar meliputi bagian tengah hingga hilir DAS. Kegiatan pertanian terutama akibat menggunakan pupuk dan pestisida akan mempengaruhi kualitas air sungai melalui buangan dari lahan pertanian yang masuk ke badan air. Selain juga, aktivitas rumah tangga yang juga sebagaian besar pembuangannya dialirkan ke sungai ini. Hal ini tidak dapat dihindari, dengan alasan bagi melaksanakan aktivitas pembangun. Dimana kegiatan pembangunan yang dilaksanakan bersama bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia dengan menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi dan memanfaatkan sumber daya alam tanpa memperhatikan aspek lingkungan dapat menimbulkan tekanan terhadap lingkungan. Pertambahan jumlah penduduk yang semakin meningkat dari tahun ke tahun dengan luas lahan yang tetap juga akan mengakibatkan tekanan terhadap lingkungan semakin berat. Berbagai aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang berasal dari kegiatan industri, rumah tangga,

dan pertanian akan menghasilkan limbah yang memberi sumbangan pada penurunan kualitas air sungai (Suriawiria, 2003). Priyambada et al (2008) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa perubahan tata guna lahan yang ditandai dengan meningkatnya aktivitas domestik, pertanian dan industri akan mempengaruhi dan memberikan dampak terhadap kondisi kualitas air sungai terutama aktivitas domestik yang memberikan masukan konsentrasi BOD terbesar ke badan sungai. Dengan penjelasan tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan analisis kualitas air, terutama kekeruhan dan kandungan sedimen di sungai Krueng Aceh dalam kaitannya dengan perkembangan pertumbuhan penduduk di kawasan DAS yang akan memberi beban pencemaran dari aktivitas masyarakat. Kegiatan sosial-ekonomi dan budaya masyarakat akan sangat mempengaruhi pada sistem alami DAS, seperti pengembangan lahan kawasan budidaya. Hal ini tidak lepas dari semakin meningkatnya tuntutan atas sumberdaya alam (air, tanah, dan hutan) yang disebabkan meningkatnya pertumbuhan penduduk yang membawa akibat pada perubahan kondisi tata air DAS. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kualitas air sungai Krueng Aceh serta menganalisis hubungannya dengan kondisi sub-das dan DAS yang berasal dari aktivitas permukiman, pertanian dan industri kecil yang memberikan masukan pencemaran ke sungai Krueng Aceh. II. Metode Penelitian 2.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang aliran sungai Krueng Aceh mulai dari hulu hingga bagian hilir dalam kawasan Aceh Besar. Sungai Krueng Aceh yang merupakan sungai utama di DAS sungai ini, juga di bagian sub Das yaitu di Sungai Krueng Teureubeh, Krueng Inong, Bendungan Sungai Krueng Aceh, Krueng Capeung, Krueng Keumireu, Krue Ie Alang dan Krueng Indrapuri (Gambar 1). Kabupaten Aceh Besar terletak pada garis 5 0 25 8 LU dan 95 0 95 8 BT. Dengan luas wilayah sebesar 2.974,12 km 2 atau sebesar 5.09 % dari total luas seluruh Provinsi Aceh. Sebagian besar wilayahnya berada di daratan dan sebagian kecil berada di kepulauan, memiliki panjang pantai yang terbentang sepanjang 295 km dan 64 desa atau sebesar 10% desa di Aceh Besar berada di daerah pesisir pantai tersebut (Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2006).

7 6 5 4 3 2 \1 Gambar 1. Peta lokasi penelitian, 2.2. Metode Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data sekunder yang meliputi data curah hujan yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi pada Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Indrapuri selama 2 (dua) tahun (2008-2009), dan data kualitas air berupa kekeruhan (turbidity), total suspended solids (TSS) dan total disolved solids (TDS) untuk 2 (dua) tahu pengukuran (2008-2009) diperoleh dari Badan Lingkungan Hidup, Pertamanan, dan Kebersihan (BLHPK) Jantho Aceh Besar. Penelitian dilakukan melalui tahapan pengamatan awal ke lapangan, pengukuran parameter fisis kualitas air sungai, pengolahan dan analisa data. Pengukuran kekeruhan dilakukan dengan turbidity meter, Total Suspended Solids dengn TSS meter dan Total Dissolved Solids TDS meter. III. Hasil dan Pembahasan

3.1. Kekeruhan (Turbidity) Hasil pemantauan dan pengukuran kekeruhan yang dilakukan 2 (dua) kali dalam setahun didapatkan hasil seperti pada Tabel 1. Pemantauan bulan November untuk kedua tahun didapat kekeruhan tertinggi terjadi pada sub-das yang sama yaitu sub DAS Indrapuri sebesar 20.6 dan 40,8 NTU untuk pemantauan bulan Juni. Kekeruhan terendah terjadi pada sub DAS yang sama yaitu pada Krueng Teureubeh sebesar 2,45 NTU (Juni) dan 3,95 NTU (November). Kekeruhan ini disebabkan oleh adanya material yang masuk dari sungai-sungai yang bermuara di sungai Krueng Aceh. Materialmaterial tersebut dapat berupa bahan organik dan anorganik baik tersuspensi maupun terlarut seperti lumpur, pasir halus, atau bahan organik seperti plankton dan mikroorganisme lainnya yang semuanya bermuara ke DAS sungai Krueng Aceh. Tabel 1. Hasil pengukuran kekeruhan/turbidity pada 7 (tujuh) sub DAS Kekeruhan/turbidity (NTU) No Sub-DAS November Juni 2008 2009 2008 2009 1 Krueng Teureubeh 3,95 4,66 2,45 2,46 2 Krueng Inong 7,7 35,6 8,61 5,88 3 Bendungan Krueng Aceh 17,34 9,6 12,6 7,76 4 Krueng Capeung 8,23 11,28 11,21 6,37 5 Krueng Keumireu 12,97 14,36 20,4 7,15 6 Krueng Ie Alang 25,1 30,3 15,5 9,3 7 Krueng Indrapuri 40,3 63,8 20,6 26 3.2. Total Suspended Solids (TSS) Hasil pengukuran TSS (mg/l) untuk waktu pemantauan yang sama dapat dilihat pada Tabel 2. Dari hasil pengukuruan ini terlihat adanya fluktuasi nilai TSS antara daerah hulu, bagian tengah dan bagian hilir. Untuk pemantauan 2008 TSS tertinggi terjadi pada sub DAS Krueng Indrapuri sebesar 74 mg/l, dan terendah terjadi pada sub DAS Krueng Ie Alang sebesar 0.002 mg/l. Sedangkan untuk tahun 2009 konsentrasi tertinggi sebesar 93 mg/l, sedangkan konsentrasi TSS terendah terdapat pada sub DAS Krueng Teureubeh sebesar 6 mg/l. Adanya fluktuasi nilai TSS pada setiap pengukuran disebabkan perbedaan masukan material dari daratan dan yang mengalir dari Sungai Krueng Indrapuri. Terlihat bahwa di bagian hilir nilai TSS relatif tinggi disebabkan aktivitas manusia yang meningkat di sekitar daerah tersebut. Selain itu, tinggi rendahnya konsentrasi TSS di sungai juga diakibatkan oleh adanya erosi tanah, pasir dan material

sungai lainnya. Air sungai yang mempunyai konsentrasi TSS yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan dan menghambat jangkauan sinar matahari ke dalam dasar sungai sehingga proses fotosisentis tumbuhan air terhambat. Tabel 2. Hasil pengukuran TSS pada 7 (tujuh) sub DAS TSS (mg/l) No Sub-DAS November Juni 2008 2009 2008 2009 1 Krueng Teureubeh 2 6 1,02 6 2 Krueng Inong 50.4 32 20,4 9 3 Bendungan Krueng Aceh 40 14 26,4 10 4 Krueng Capeung 8 49 12 8 5 Krueng Keumireu 26 13 25,6 4 6 Krueng Ie Alang 0.0002 16 1,07 14 7 Krueng Indrapuri 74 93 79,6 6 3.3. Total Dissolved Solids (TDS) Hasil pengukuran TDS (mg/l) untuk waktu pemanatan yang sama dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil pengukuran menunjukkan perbedaan TDS untuk tahun 2008 dan 2009. Pada tahun 2008 TDS tertinggi terdapat pada sub DAS sungai Krueng Capeung sebesar 104,3 mg/l dan terendah pada sub DAS Bendungan Krueng Aceh sebesar 26,6 mg/l pada kedua waktu pengukuran TDS terendah terdapat pada sub DAS Krueng Teureubeh sebesar 55.9 mg/l. Penyebab utama terjadinya TDS adalah bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di perairan. Sebagai contoh air buangan sering mengandung molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air, misalnya pada air buangan rumah tangga dan pencucian. Dari data yang menunjukkan bahwa konsentrasi TDS mempunyai nilai yang rendah pada musim kemarau dan akan bernilai lebih tinggi pada musim penghujan. Tabel 3. Hasil pengukuran TDS pada 7 (tujuh) sub DAS TDS (mg/l) No Sub-DAS November Juni 2008 2009 2008 2009 1 Krueng Teureubeh 55.9 22.70 7,49 6,30 2 Krueng Inong 95.6 40.50 8,01 6,70 3 Bendungan Krueng Aceh 94.5 52.20 7,8 7,12 4 Krueng Capeung 104.3 54.90 8,01 7,01 5 Krueng Keumireu 63.2 23.40 7,8 6,40 6 Krueng Ie Alang 59.7 55.20 8,01 6,58

7 Krueng Indrapuri 102.9 49.30 8 6,68 IV. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kekeruhan yang terjadi sangat ditentukan oleh besarnya kandungan sedimen yaitu dari total suspended solids (TSS) dan total disolved solids (TDS). Dimana semakin tinggi TDS dan TDS di setiap stasiun pengukuran akan menghasilkan kekeruhan yang lebih tinggi. Selain itu juga, besarnya kandungan sedimen tersebut (total suspended solids (TSS) dan total disolved solids (TDS)) sangat dipengaruhi oleh sub keberadaan DAS pada DAS Krueng Aceh. Adanya aktivitas yang tinggi pada suatu sub DAS akan mempengaruhi sangat relevan pada kekeruhan, TSS dan TDS sungai Krueng Aceh. Daftar Pusataka Alemina E, Hairul B, Muzailin A, Agus H, Alvisyahhrin T, 2011. Penyimpangan Penggunaan Lahan di DAS Krueng Aceh Berdasarkan Zona Agroekologi, TDMRC-Unsyiah Banda Aceh. Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2006, Alih Fungsi Lahan dan Perubahan Karakteristik Debit DAS Krueng Aceh, Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, vol. 28, no.1. Fardiaz, S.1992. Polusi air dan udara, Kanisius, Yogyakarta. Priyambada, I, B, Oktiawan, W, Suprapto,R,P,E, 2008, Analisa Pengaruh Perbedaan Fungsi Tata Guna Lahan terhadap Beban Cemaran BOD Sungai (Studi Kasus Sungai Serayu Jawa Tengah), Jurnal Presipitasi, Vol. 5, No. 2, pp 55-62, diakses 17 Desember 2012, http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/52085562.pdf Suriawiria, Unus. 2003. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Penerbit Alumni. Bandung.