PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

dokumen-dokumen yang mirip
PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEDELAPAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO THE ASEAN CHARTER ON DISPUTE SETTLEMENT MECHANISM (PROTOKOL PIAGAM ASEAN MENGENAI MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROTOKOL UNTUK MENGUBAH BEBERAPA PERJANJIAN EKONOMI ASEAN TERKAIT DENGAN PERDAGANGAN BARANG


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON CUSTOMS (PERSETUJUAN ASEAN DI BIDANG KEPABEANAN)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga perdagangan antar negara menjadi berkembang pesat dan tidak hanya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/M-DAG/PER/8/2010

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN CHARTER OF THE ESTABLISHMENT OF THE COUNCIL OF PALM OIL PRODUCING COUNTRIES (CPOPC)

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEMPERHATIKAN bahwa Pasal 17 Persetujuan mengatur untuk setiap perubahan daripadanya yang akan disepakati bersama secara tertulis oleh para Pihak;

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4661); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL UNTUK PERUNDINGAN

TANTANGAN EKSTERNAL : Persiapan Negara Lain LAOS. Garment Factory. Automotive Parts

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2012 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No percepatan pengembangan pembangunan dan kegiatan usaha di Kawasan Ekonomi Khusus, perlu mengatur kembali ketentuan pendelegasian kewe

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

RESUME. Liberalisasi produk pertanian komoditas padi dan. biji-bijian nonpadi di Indonesia bermula dari

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPPRES 87/2003, TIM NASIONAL PENINGKATAN EKSPOR DAN PENINGKATAN INVESTASI

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA 19/M-IND/PER/5/2006 T E N T A N G

Analisis Pengembangan Ekspor Jasa Ritel Dalam ASEAN Framework Agreement in Services/AFAS (Suatu Upaya Pemanfaatan Peluang) Oleh Muhammad Fawaiq

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 31 / PRT / M /2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPPRES 62/1996, PEMBENTUKAN DELEGASI REPUBLIK INDONESIA UNTUK KONFERENSI TINGKAT MENTERI ORGANISASI PERDAGANGAN DUNIA

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA 17/M-DAG/PER/3/2010 TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Orga

PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN PAKET KOMITMEN KELIMA BIDANG JASA KEUANGAN DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA

INSTRUMEN INTERNASIONAL DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG

2017, No September 1991 di Kuala Lumpur, yang telah diubah dengan Protokol yang ditandatangani pada tanggal 12 Januari 2006 di Bukit Tinggi; b.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERDAGANGAN INTERNASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH INDONESIA TERHADAP PERSAINGAN PERDAGANGAN JASA DI BIDANG KONSTRUKSI DALAM RANGKA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

SALINAN. t,',?s r. *, J.Tnt NOMOR 17 TAHUN Menimbang : a. pembangunan nasional di bidang ekonomi dalam rangka memajukan kesejahteraan umum

BAB I PENDAHULUAN. membuat perubahan dalam segala hal, khususnya dalam hal perdagangan. Era

SAMBUTAN PRESIDEN RI PADA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN REP. KOREA. 6 MARET 2009 Jumat, 06 Maret 2009

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2018, No Penerbitan Perizinan di Bidang Perdagangan kepada Administrator Kawasan Ekonomi Khusus Arun Lhokseumawe; Mengingat : 1. Undang-Undang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang telah menjadi anggota World Trade

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

Pokok Bahasan : Tenaga Kerja Asing. Oleh : Dr. Agusmidah, SH.,M.Hum. 1. Latar belakang dan filosofi penggunaan TKA di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

PROTOKOL 5 MENGENAI KEBEBASAN HAK ANGKUT KETIGA DAN KEEMPAT YANG TIDAK TERBATAS ANTARA IBUKOTA NEGARA ASEAN

KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

2017, No Penerbitan Perizinan di Bidang Perdagangan kepada Administrator Kawasan Ekonomi Khusus Palu; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Ta

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 480 TAHUN 2012 TENTANG ROADMAP HUBUNGAN UDARA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : KEP-44/M.

Menimbang a. bahwa kerja sarna perdagangan bebas (Free Trade

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN NOMOR PROTOKOL INTERNET

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER-07/MEN/IV/2006 TENTANG

2016, No MIGAS/Kom/2016 tanggal 26 September 2016 menyepakati untuk mengganti Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor 12/P/BP

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

NASKAH PENJELASAN PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES (PROTOKOL UNTUK MELAKSANAKAN KOMITMEN PAKET KEENAM DALAM PERSETUJUAN KERANGKA KERJA ASEAN DI BIDANG JASA) 1

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kerangka hubungan ekonomi dan perdagangan internasional, keberhasilan Indonesia meningkatkan ekspor dan pembangunan nasional antara lain tergantung pada perkembangan tatanan ekonomi dunia serta kemantapan sistim perdagangan internasional, serta kemampuan menyesuaikan ekonomi nasional terhadap perkembangan internasional. Untuk itu, Indonesia ikut serta menandatangani suatu perjanjian perdagangan baik ditingkat internasional, regional, maupun bilateral. Keikutsertaan Indonesia dalam perjanjian perdagangan regional antara lain adalah dalam forum ASEAN dengan menandatangani Persetujuan Kerangka Kerja ASEAN di Bidang Jasa (ASEAN Framework Agreement on Services/AFAS), yang telah diratifikasi dengan Keputusan Presiden Nomor 88 Tahun 1995 tanggal 30 Desember 1995. Tujuan AFAS adalah untuk meliberalisasi perdagangan di bidang jasa dan meningkatkan kerja sama ekonomi dalam rangka meningkatkan efisiensi dan daya saing perdagangan bidang jasa di ASEAN. Setelah melakukan empat putaran perundingan, dan menghasilkan lima protokol yaitu: 1. Protocol to Implement the Initial Package of Commitment under the AFAS yang ditandatangani di Kuala Lumpur, Malaysia pada tanggal 15 Desember 1997; 2. Protocol to Implement the Second Package of Commitment under the AFAS yang ditandatangani di Hanoi, Vietnam, pada tanggal 16 Desember 1998; 3. Protocol to Implement the Third Package of Commitment under the AFAS yang ditandatangani secara sirkulasi pada tanggal 31 Desember 2001, 4. Protocol to Implement the Fourth Package of Commitment under the AFAS yang ditandatangani di Jakarta, Indonesia, pada tanggal 3 September 2004, dan 2

5. Protocol to Implement the Fifth Package of Commitment under the AFAS yang ditandatangani di Cebu, Filipina pada tanggal 8 Desember 2006. Selanjutnya, dalam pertemuan informal pada tanggal 11 Januari 2007 di Cebu, Filipina, para Menteri Ekonomi ASEAN sepakat untuk memberikan kepada Negara-negara Anggota tenggang waktu untuk mencapai target komitmen yang disepakati sejak awal dalam Komitmen Paket Kelima. Setelah tercapai kesepakatan perbaikan Komitmen Paket Kelima, disusun Protocol to Implement the Sixth Package of Commitments under the AFAS (Protokol untuk Melaksanakan Komitmen Paket Keenam dalam AFAS) yang ditandatangani di Singapura pada tanggal 19 November 2007. Komitmen Paket Keenam merupakan penggabungan dan penyempurnaan sektor-sektor dalam Komitmen Paket Kelima dengan penambahan sektor-sektor baru. Komitmen Paket Keenam merupakan salah satu sarana untuk memperdalam dan memperluas integrasi dan jaringan perekonomian dengan keikutsertaan sektor swasta menuju terwujudnya Masyarakat Ekonomi ASEAN. B. TUJUAN Pengesahan Komitmen Paket Keenam, bertujuan antara lain : 1. sebagai dasar hukum bagi Pemerintah Indonesia untuk melaksanakan komitmen-komitmen yang disepakati pada AFAS 6; 2. untuk meningkatkan akses pasar perdagangan dan investasi di bidang jasa; 3. untuk menciptakan iklim perdagangan dan investasi di bidang jasa yang kondusif, transparan, bebas, dan fasilitatif; 4. untuk meningkatkan peran Indonesia dalam mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN. C. POKOK-POKOK ISI PERSETUJUAN Protokol untuk Melaksanakan Komitmen Paket Keenam dalam Persetujuan Kerangka Kerja ASEAN di Bidang Jasa terdiri dari 8 butir kesepakatan yang tertuang dalam Jadwal Komitmen Spesifik dari 10 Negara Anggota ASEAN, sebagai berikut : 3

1. Negara-negara Anggota yang merupakan Anggota WTO wajib terus memperluas komitmen-komitmen spesifik mereka berdasarkan GATS kepada Negara-negara Anggota lainnya yang bukan merupakan anggota WTO (butir 1); 2. Lampiran-lampiran pada Protokol ini wajib terdiri dari Komitmen-komitmen Horizontal, Jadwal-jadwal Komitmen Spesifik dan Daftar-daftar Pengecualian Perlakuan yang Sama dari masing-masing Negara Anggota (butir 2); 3. Berdasarkan Komitmen-komitmen Horizontal, Jadwal Komitmen-Komitmen Spesifik dan Daftar Pengecualian Perlakuan yang Sama dari masingmasing Negara Anggota, Negara-negara Anggota wajib memberikan perlakuan preferensial satu sama lain berdasarkan prinsip-prinsip Perlakuan yang Sama (butir 3); 4. Protokol ini beserta Lampiran-lampirannya wajib merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Persetujuan Kerangka Kerja ASEAN di Bidang Jasa (butir 4); 5. Protokol ini wajib mulai berlaku 90 (sembilan puluh) hari setelah tanggal penandatanganannya (butir 5); 6. Negara-negara Anggota wajib menyelesaikan prosedur internalnya masingmasing untuk pemberlakuan Protokol ini (butir 6); 7. Masing-masing Negara Anggota, setelah penyelesaian prosedur internalnya, wajib memberitahukan kepada Sekretariat ASEAN secara tertulis (butir 7); 8. Protokol ini wajib disimpan oleh Sekretaris Jenderal ASEAN yang wajib dengan segera menerbitkan suatu salinan naskah resmi daripadanya kepada masing-masing Negara Anggota. Sekretaris Jenderal ASEAN juga wajib dengan segera menerbitkan pemberitahuan-pemberitahuan yang dibuat sesuai dengan ayat 7 kepada masing-masing Negara Anggota (butir 8); 9. Lampiran-lampiran berisi Jadwal Komitmen Spesifik Sektor Jasa. 4

BAB II KEUNTUNGAN DAN KONSEKUENSI A. KEUNTUNGAN Pengesahan Protokol dimaksud, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Indonesia, antara lain berupa: 1. membantu Pemerintah Indonesia dalam menyiapkan kebijakan dan infrastruktur nasional dalam rangka liberalisasi sektor jasa; 2. terciptanya peluang usaha di sektor jasa yang lebih luas bagi para pelaku usaha Indonesia di kawasan ASEAN; 3. meningkatnya daya saing pelaku usaha nasional di sektor jasa; 4. meningkatnya kerja sama perdagangan dan investasi di bidang jasa antara Indonesia dengan Negara-negara Anggota ASEAN lainnya; 5. adanya standardisasi profesi-profesi di kawasan ASEAN. B. KONSEKUENSI Pengesahan Protokol dimaksud akan memberikan konsekuensi antara lain: 1. adanya kewajiban untuk membuka pasar di sektor jasa yang tercantum dalam jadwal komitmen spesifik dan mengurangi hambatan perdagangan jasa agar dapat diakses para pemasok jasa asing; 2. memberikan perlakuan yang sama baik kepada para pemasok jasa dalam negeri maupun dari Negara Anggota ASEAN lainnya; 3. perlunya harmonisasi peraturan perundang-undangan nasional terkait dengan pelaksanaan Protokol; 4. meningkatnya pelaku usaha asing di bidang jasa yang masuk ke dalam pasar domestik memerlukan kesiapan para pelaku usaha domestik dalam menghadapi persaingan dengan pelaku usaha asing; 5. perlunya sosialisasi kepada para pemangku kepentingan baik di tingkat pusat maupun di daerah; 5

C. URGENSI PENGESAHAN 1. Landasan Filosofis Keikutsertaan Indonesia dalam kerja sama ekonomi dan perdagangan regional diarahkan untuk menunjang kepentingan nasional berdasarkan prinsip kepastian hukum, keadilan, dan kemanfaatan yang sebesarbesarnya untuk kemakmuran rakyat. Selanjutnya perkembangan kerja sama diantara Negara Anggota ASEAN dapat mempercepat pelaksanaan pembangunan nasional dengan adanya peluang investasi baru di sektor jasa. Kesiapan Indonesia dalam perdagangan dan investasi di bidang jasa yang tertuang dalam jadwal komitmen spesifik diharapkan dapat memberikan kepastian hukum dan rasa keadilan bagi para pelaku usaha di sektor jasa untuk lebih meningkatkan daya saing diantara Negara Anggota ASEAN. Dengan adanya kesiapan pelaku usaha sektor jasa dalam negeri diharapkan dapat menguasai pasar dalam negeri dan memperluas pasar ekspor di sektor jasa. 2. Landasan Sosiologis Tujuan diadakannya AFAS adalah untuk meliberalisasi perdagangan bidang jasa melalui peningkatan kerja sama perdagangan, peningkatan efisiensi dan daya saing industri jasa nasional, penghapusan hambatan perdagangan di bidang jasa serta meningkatkan kualitas, kualifikasi, lisensi, dan standar profesi. Pengesahan Protokol ini akan mendorong peningkatan kemampuan dan daya saing pelaku usaha di bidang jasa nasional khususnya di kawasan ASEAN yang akhirnya dapat mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. 3. Landasan Yuridis Pengesahan Protokol ini akan melengkapi atau merupakan pengaturan secara nasional pelaksanaan Persetujuan yang terkait dengan perdagangan jasa yang telah disahkan oleh Indonesia, antara lain: 6

a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia); b. Keputusan Presiden Nomor 88 Tahun 1995 tentang Pengesahan ASEAN Framework Agreement on Services/AFAS; c. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2007 tentang pengesahan ASEAN Tourism Agreement (Persetujuan Pariwisata ASEAN). 7

BAB III KAITAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN A. Peraturan Perundang-undangan Nasional yang terkait dengan Protokol Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pelaksanaan Protokol antara lain: 1. Sektor Perdagangan Jasa a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1984 tentang Pos; b. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Pariwisata; c. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian; d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan; e. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia; f. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi; g. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi; h. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi; i. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 tentang Advokat; j. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional; k. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi; l. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan; m. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994 tentang Pengawasan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian; n. Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1996 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan; o. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi; p. Peraturan Pemerintah Nomor 140 Tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi; 8

q. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2003 tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral; r. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk, dan Izin Keimigrasian; s. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; t. Peraturan Presiden Nomor 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional; 2. Sektor Investasi a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal; b. Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal. c. Peraturan Presiden RI Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal; B. Harmonisasi dengan Peraturan dan Perundang-undangan yang ada Untuk pelaksanaan Protokol yang efektif, memerlukan kesiapan Indonesia untuk menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan perdagangan dan investasi di bidang jasa khususnya peraturan yang dimaksudkan untuk: 1. mengurangi atau penghapus hambatan perdagangan di bidang jasa sektor-sektor bisnis, telekomunikasi, konstruksi, distribusi, pendidikan, kesehatan, pariwisata, angkutan laut, dan energi yang melibatkan berbagai instansi terkait sektor-sektor jasa dimaksud. 2. perijinan, mutu, standar, dan profesi. 9

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Protocol to Implement the Sixth Package of Commitment under the ASEAN Framework Agreement on Services (Protokol untuk Melaksanakan Komitmen Paket Keenam dalam Persetujuan Kerangka Kerja ASEAN di Bidang Jasa) yang ditandatangani oleh Para Menteri Ekonomi ASEAN di Singapura pada tanggal 19 November 2007 merupakan perjanjian pelaksanaan dari ASEAN Framework Agreement on Services/AFAS, yang telah diratifikasi dengan Keputusan Presiden Nomor 88 Tahun 1995 tanggal 30 Desember 1995. Pengesahan Protokol dimaksudkan sebagai dasar hukum bagi penyempurnaan jadwal-jadwal komitmen spesifik pada AFAS sebelumnya serta untuk meningkatkan akses pasar perdagangan jasa dan investasi. Pengesahan Protokol diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi Indonesia, antara lain untuk menunjukkan kesiapan Indonesia di sektor-sektor jasa tertentu yang tertuang dalam jadwal komitmen spesifik. Namun demikian, juga akan memberikan konsekuensi antara lain kesediaan Indonesia untuk membuka akses pasar di sektor jasa yang tercantum dalam jadwal komitmen spesifik dan memberikan perlakuan yang sama baik kepada para pemasok jasa dalam negeri maupun dari Negara Anggota ASEAN lainnya. Selain itu untuk mendukung pelaksanaan Protokol agar dapat berjalan efektif dan maksimal, Pemerintah perlu melakukan sosialisasi kepada para pemangku kepentingan baik di tingkat pusat maupun di daerah. B. REKOMENDASI Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dan merujuk pada Pasal 11 Undang- Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional serta Butir 5 Protokol, Pemerintah Indonesia perlu segera meratifikasi Protocol to Implement the Sixth Package of Commitment under the ASEAN Framework Agreement on Services (Protokol untuk Melaksanakan Komitmen Paket Keenam dalam Persetujuan Kerangka Kerja ASEAN di Bidang Jasa) dimaksud dengan Peraturan Presiden. 10