BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari harinya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

BAB I PENDAHULUAN. dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia SD/ MI secara eksplisit dinyatakan. kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) sangat

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003.

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D)

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Kompetensi Dasar 15.1 yaitu Menjelaskan alur cerita, pelaku, dan

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa memiliki peranan yang penting dalam kehidupan manusia,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan. terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B)

Berbahasa dan Bersastr

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al Gensindo, 2005), hlm. 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SDLB, hlm.

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Bahasa Indonesia Pembelajaran Bahasa Indonesia Ruang Lingkup Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A)

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan informasi pengetahuan ke buku catatan yang telah didapat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Djamarah dan Zain (2006:76), menyatakan Sebagai salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

I. PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. (tingkah laku) individu dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. atau penghargaan ). Belajar yang dapat mencapai tahapan ini disebut dengan belajar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial,

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

Penerapan Metode Bermain Peran Pada Materi Drama Anak Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN Gio

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. situasi kelas yang termotivasi menurut Brown(1994) pengajar hendaknya

keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa, dan lain-lain.

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran kepada anak sejak dini. Selain itu pembelajaran Bahasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. konsep berkomonikasi, berintreraksi serta menerima informasi. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. didukung oleh keterampilan menyimak, membaca dan berbicara. membuat parafrasa lisan dalam kontek bekerja.

BAB I PENDAHULUAN. didik disekolah melalui proses pembelajaran. Namun, mengupayakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu aspek yang paling penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Desi Sukmawati, 2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC DALAM PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK NOVEL REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, terutama keterampilan kebahasaan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, baik untuk bertutur maupun untuk memahami atau mengapresiasi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. selalu diupayakan pemerintah dengan berbagai cara, seperti penataan guru-guru,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah, para guru berkewajiban untuk dapat menciptakan kegiatan belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pelajaran bahasa

METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik tingkat SMA adalah Menemukan Gagasan dari Beberapa Artikel

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat menetukan, bagi perkembangan individu maupun suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Widya Lestari Koswara, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa, akan tetapi guru

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kualitas pendidikan yang juga tidak terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Kualitas sumber daya manusia ini hanya dapat diperoleh dari proses belajar yaitu melalui pendidikan. Pendidikan dewasa ini bukan hanya untuk memenuhi target kurikulum semata, namun menuntut adanya pemahaman kepada peserta didik. Pemahaman yang dimaksudkan bukanlah pemahaman dalam arti sempit seperti menghafal materi pelajaran, namun pemahaman dalam arti luas yang lebih cenderung menekankan pada kegiatan proses pembelajaran yang meliputi menemukan konsep, mencari dan lain sebagainya serta peserta didik dituntut untuk dapat mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari harinya. Namun praktek pembelajaran yang demikian masih belum di terapkan secara keseluruhan, sehingga tujuan dan hasil pendidikan belum sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam pencapaian tujuan belajar yang telah diuraikan di atas, tentu tidak terlepas dari peranan cara pembelajaran yang digunakan oleh guru. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif 1

2 yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia indonesia. Dari kurikulum Bahasa Indonesia Nomor 22 tahun 2006, standart kompetensi mata pelajaran bahasa indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra indonesia. Standar kompetensi ini adalah dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional dan global. Dengan standart kompetensi bahasa indonesia ini diharapkan yang pertama, peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intelektual bangsa sendiri. Kedua, guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar. Ketiga, guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya. Keempat, orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dalam kesastraan di sekolah. Kelima. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia. Dan standart kompetensi keenam, daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar

3 kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepantingan nasional. Selain itu tujuan dari pembelajaran Bahasa Indonesia agar peserta didik memiliki kemampuan seperti, berkomunikasi secar efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis, peserta didik dapat menghargai dan bangga menggunakan bahasa indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara, selanjutnya mampu memahami bahasa indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan, dan mampu menggunakan bahasa indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial, lalu peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Terakhir, peserta didik mampu menghargai dan membanggakan sastra indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia indonesia. Dalam penelitian ini penulis meneliti siswa kelas VIII semester 2 dengan standar kompetensi Membaca, 15 memahami buku novel remaja (asli atau terjemahan) dan antalogi puisi. Kompetensi dasar, 15.1 menjelaskan alur cerita, pelaku dan latar novel (asli atau terjemahan). Peneliti melakukan observasi di SMP Kertanegara Malang, pada siswa kelas VIII, semester 2. Peneliti melakukan observasi dengan cara wawancara, peniliti mewawancarai langsung guru kelas VIII tentang bagaimana pembelajaran berlangsung dan apa masalah yang terjadi selama proses pembelajaran. Kesulitan apa yang terjadi dalam pembelajaran. Peneliti setelah melakukan observasi menyimpulkan bahwa keadaan siswa kelas VIII dalam pembelajaran bahasa indonesia mengalami beberapa kesulitan.

4 Kesulitan siswa dalam pembelajaran bahasa indonesia yaitu kesulitan dalam menjelaskan alur cerita, pelaku, dan latar novel (asli atau terjemahan). Siswa kesulitan dalam menentukan karakter tokoh dengan memberikan bukti yang aktual. Siswa kesulitan menentukan latar dan pelaku dalam novel dengan bukti yang meyakinkan. Masalah ini timbul dikarenakan banyak faktor yang berasal dari siswa dan guru. Tidak ada kerja sama antara siswa yang satu dan siswa lain, dalam pembelajaran ini guru menggunakan metode pembelajaran diskusi. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, dan setiap kelompoknya terdiri dari 4 hingga 5 siswa. Pembelajaran seperti ini dirasa kurang efektif, karena dalam diskusi siswa banyak yang tidak aktif, hanya satu,dua siswa aktif. Pembelajaran seperti ini membuat siswa banyak yang tidak mengerti tentang kompetensi apa yang didiskusikan dalam kelompok. Keadaan seperti ini membuat siswa tidak bisa mencapai kriteria kelulusan minimal (KKM).KKM untuk pembelajaran bahasa indonesia di SMP Kertanegara malang adalah 7,5 dan dengan masalah yang dihadapi siswa, membuat siswa tidak dapat mencapai KKM. Kesulitan di atas berasal dari metode pembelajaran yang tidak tepat. Metode memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar memerlukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan belajar mengajar. Metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar tidak dapat berdiri sendiri, tetapi berfungsi untuk membantu komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar. Pemilihan metode mengajar sangat penting untuk guru agar terciptanya proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

5 Dengan masalah yang telah dipaparkan di atas, peneliti memberikan solusi dengan metode alternatif yang bisa digunakan dalam pembelajaran bahasa indonesia yaitu metode cooperative script. Proses dalam mencapai tujuan pengajaran diperlukan penggunaan metode pembelajaran yang optimal. Hal ini berarti bahwa untuk mencapai kualitas pengajaran yang tinggi setiap mata pelajaran khususnya Bahasa Indonesia harus diorganisasikan dengan metode pembelajaran yang tepat dan selanjutnya disampaikan kepada siswa dengan metode yang tepat pula (Muhamad Ali, 1992:81). Metode pembelajaran yang membua siswa aktif bekerja sama dalam proses pembelajaran hendaknya terus dikembangkan dan diarahkan dengan sedemikian rupa sehingga siswa lebih aktif dan mampu mencapai hasil belajar yang optimal. Guru harus dapat melihat situasi kelas atau siswa dan kemudian memilih strategi, metode atau pendekatan seperti apa yang akan di gunakan dalam pembelajarannya. Materi yang sama belum tentu dapat diterapkan pada kelas yang berbeda. Namun,dalam pemilihan strategi, pendekatan, metode, ataupun model pembelajaran tetap harus mengacu pada tujuan utama dalam pencapaian belajar yaitu penekanan pada unsur pemahaman siswa,dan akan lebih baik lagi jika dilanjutkan pada praktek aplikasi dari materi yang telah di ajarkan. Dalam pencapaian tujuan pembelajaran itu perlu di terapkan pembelajaran yang aktif, dinamis, dan bersifat kerjasama atau kooperatif. Maka dari itu, penulis memilih menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara kooperatif (gotong royong).

6 Pembelajaran ini berbeda dengan cara belajar kerja kelompok bukan kooperatif. Pada kerja kelompok konvensional bisa saja hanya ada beberapa siswa yang aktif sedangkan siswa lain tidak aktif, tetapi dalam pembelajaran kooperatif diharapkan siswa dalam kelompok bisa aktif secara keseluruhan. Prinsip ketergantungan positif dan tanggung jawab individu adalah dua hal yang tidak dimiliki oleh konsep kerja kelompok biasa, susunan anggota dalam kelompok biasa tidak memperhatikan keheterogenan, tetapi dalam pembelajaran kooperatif sangat mementingkan keheterogenan anggotanya. Ketergantungan positif memberikan makna bahwa anggota kelompok dari kelompok itu mempunyai ketergantungan satu sama lain. Artinya pekerjaan itu tidak akan selesai tanpa dikerjakan oleh masing-masing individu atau anggota kelompok. Konsep ini memberikan makna bahwa dalam kehidupan kita, manusia tidak bisa hidup sendiri memenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka dapat dipastikan membutuhkan hadirnya orang lain. Metode kooperatif ini digunakan dengan alasan utama dapat mengaktifkan siswa, baik dalam bekerja sama dan menemukan konsep hingga mencapai pemahaman yang diinginkan. Model pembelajaran kooperatif yang dipilih penulis dalam peningkatan kemampuan mengidentifikasi unsur pada novel dengan model pembelajaran Cooperative script harus mengaju pada tujuan utama dalam pencapaian belajar yaitu penekanan pada unsur pemahaman siswa, bukan sekedar menghafal dan akan lebih baik lagi jika dilanjutkan pada praktek aplikasi dari materi yang telah di ajarkan. Dalam pencapaian tujuan pembelajaran itu perlu di terapkan pembelajaranyang aktif, dinamis, dan bersifat kerjasama atau

7 kooperatif. Maka dari itu, penulis memilih menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara kooperatif (gotong royong). Pembelajaran ini berbeda dengan cara belajar kerja kelompok bukan kooperatif. Pada kerja kelompok konvensional bisa saja hanya ada beberapa siswa yang aktif sedangkan siswa lain tidak aktif artinya hanya ikut-ikutan saja. Prinsip ketergantungan positif dan tanggung jawab individu adalah dua hal yang tidak dimiliki oleh konsep kerja kelompok biasa,susunan anggota dalam kelompok biasa tidak memperhatikan keheterogenan.ketergantungan positif memberikan makna bahwa anggota kelompok dari kelompok itu mempunyai ketergantungan satu sama lain. Artinya pekerjaan itu tidak akanselesai tanpa dikerjakan oleh masing-masing individu/anggota kelompok. Konsep ini memberikan makna bahwa dalam kehidupan kita, manusia tidak bisa hidup sendirimemenuhi kebutuhan hidupnya. Mereka dapat dipastikan membutuhkan hadirnya orang lain. Metode kooperatif ini digunakan dengan alasan utama dapat mengaktifkansiswa, baik dalam bekerja sama dan menemukan konsep hingga mencapai pemahaman yang diinginkan. Model pembelajaran kooperatif yang dipilih penulisdalam upaya peningkatan kemampuan menyimak yaitu dengan model pembelajarankooperatif Pembelajaran kooperatif kenyataannya masih belum banyak diterapkan dalam pembelajaran di SMP Kertanegara Malang. Padahal dengan penggunaan pembelajaran kooperatif akan banyak manfaat yang dapat di ambil yang salah satunya seperti dapat menghasilkan manusia yang bisa berdamai dan bekerja samadengan sesamanya. Seperti juga menurut Ludgren (Sugeng Listyo,

8 2010:103), menyatakan bahwa salah satu keuntungan pembelajaran kooperatif adalah mengurangi konflik antar individu. Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang memungkinkan terjadinya interaksi di antara para siswa dalam proses pembelajaran yang memenuhi kaidah-kaidah dalam pandangan konstuktivis. Pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan aktivitas siswa Pembelajaran dengan strategi kooperatif terbukti sangat efektif dalam meningkatkan hubungan antar siswa. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat banyak macam model pembelajaran seperti model pembelajaran jigsaw, Student Teaching Achievment Devition(STAD), Cooperative Script, Numbered Heads Together dan lain lainnya (Sugeng Listyo, 2010:151). Dan siswa kelas VIII SMP Kertanegara masih sangat rendah kemampuan dalam mengidentifikasi unsur Novel. Diantara model pembelajaran yang telah disebutkan di atas penulis memilih metode cooperative script dalam mengidentifikasi unsur novel. Proses pembelajaran Cooperative script diterapkan secara berpasangan yakni satu sebagai pendengar dan satu sebagai pembaca atau sebaliknya untuk melisankan ikhtisar, bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Pentingnya metode pembelajaran cooperative script karena model pembelajaran ini mempunyai peran strategis dalam upaya mendongkrak hasil belajar siswa. Dalam penerapannya guru menyesuaikan dengan kondisi kebutuhan siswa, sehingga guru diharapkan mampu menyampaikan materi dengan tepat tanpa mengakibatkan siswa mengalami kebosanan

9 Model pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam kerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompokyang terdiri dari dua orang atau lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pola hubungan kerja seperti itu, memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat mereka lakukan untuk keberhasilannya, berdasarkan kemampuan dirinya sebagai individu atau peran serta anggota lainnya selama mereka belajar secara bersama-sama dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru, melainkan juga dari pihak lain yang terlibatdalam pembelajaran yaitu teman sebaya. Dalam pembelajaran kooperatif, para siswa dilatih untuk dapat kerja sama dan mengakui perbedaan pendapat dengan orang lain, sedangkan cooperative scrip adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian bagian dari materi yang dipelajari. Pentingnya metode cooperative script ini dalam mengidentifikasi unsur novel adalah karena metode ini berpasangan tidak berkelompok dengan banyak siswa lain. Dengan bekerja sama berdua siswa akan lebih memahami tentang materi. Dalam pembelajaran nanti ada yang menjadi pembicara dan penyimak. Dengan metode seperti ini akan lebih memudahkan siswa dalam memahami materi. Dengan keadaan siswa d SMP Kertanegara Malang yang tidak mudah memahami materi dengan metode ceramah yang biasa dilakukan oleh Guru,

10 metode cooperative script ini sangat perlu untuk dilakukan agar memotivasi siswa, dan menjadikan siswa terlibat langsung dalam pembelajaran. Model Cooperative Script pernah diteliti sebelumnya. Di bawah ini ada penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai referensi oleh penulis. Siska Nur Kusumawati Mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang tahun akademis 2008/2009 melakukan penelitian berjudul Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script untuk meningkatkan aktivitas pembelajaran dan hasil belajar biologi Siswa kelas XI-IPA SMA Taman Madya Malang. Hal yang melatarbelakangi peneliti melakukan penelitian adalah guru SMA masih terbiasa dengan metode ceramah sehingga meskipun belajar kelompok guru masih mendominasi pembelajaran. Akibatnya siswa kurang aktif dalam pembelajaran serta pemahaman dan penguasaan, sehingga banyak siswa yang hasil belajarnya masih dibawah standart ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian berupa aktivitas dan belajar siswa serta data pendukung berupa catatan lapangan. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan aktivitas belajar siswa yakni dengan peningkatan rata-rata persentase aktivitas belajar siswa dan taraf keberhasilan tindakan dari 52,1% (kurang) pada siklus I menjadi 78,2% (baik) pada siklus II. Peningkatan ketuntasan hasil belajar yang diperoleh siswa meningkat dari ratarata nilai hasil belajar siklus I sebesar 63,3 meningkat menjadi 79,3 dengan ketuntasan belajar siswa 37,5% pada siklus I meningkat menjadi 93,8% pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan aktivitas hasil belajar biologi kelas XI-IPA

11 SMA Taman Madya Malang. Penelitian ini hampir sama dengan yang peneliti lakukan sama-sama menggunakan metode cooperative script, Peneliti juga melaksanakan penelitian ini karena metode yangdigunakan sebelumnya metode ceramah, yang banyak siswa belum aktif dalam pembelajaran, Perbedaan dari penelitian terdahulu dengan penelitian yang peneliti lakukan sekarang, peneliti terdahulu meneliti hasil belajar biologi, peneliti yang sekarang meneliti pembelajaran bahasa indonesia. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas berjudul Penerapan Metode Cooperative Script Untuk Meningkatkan Kemampuan Menjelaskan Unsur Intrinsik Novel Pada Siswa Kelas VIII SMP Kertanegara Malang 1.2 Batasan Masalah Pembahasan penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan maka : 1) Penelitian ini hanya membatasi pada metode pembelajaran Cooperative Script 2) Penelitian ini difokuskan pada kemampuan menjelaskan unsur intrinsik novel 1.3 Rumusan Masalah 1) Bagaimana penggunaan metode Cooperative Script dalam pembelajaran menjelaskan unsur intrinsik novel? 2) Bagaimana peningkatan kemampuan siswa dalam menjelaskan unsur intrinsik novel setelah diterapkan metode cooperative script?

12 1.4 Tujuan 1) Menjelaskan penggunaan metode Cooperative Script dalam menjelaskan unsur novel 2) Menjelaskan peningkatan kemampuan siswa setelah menerapkan metode cooperative script dalam menjelaskan unsur novel 1.5 Manfaat 1.5.1 Manfaat praktis a) Bagi masyarakat,penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu modal pembelajaran yang nantinya dapat diterapkan pada saat terjun langsung di masyarakat. b) Bagi guru, pembelajaran ini dapat dijadikan alternatif pembelajaran di sekolah guna meningkatkan prestasi belajar siswa. c) Bagi siswa, dapat memotivasi siswa dalam beraktifitas atau berpikir secara optimal dengan metode Cooperative Script agar siswa tidak jenuh dan bosan. 1.6 Penegasan Istilah 1) Metode cooperative script adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi dipelajari. 2) Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur yang berasal dari dalam sebuah novel atau unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita 3) Menjelaskan adalah mendeskripsikan tentang suatu keadaan, fakta dan data sesuai dengan waktu dan hukum yang berlaku

13 4) Novel adalah cerita fiksi berbentuk prosa dalam bentuk tulisan atau kata-kata dan mempunyai unsur intrinsik dan ekstrinsik 5) Kemampuan menjelaskan unsur intrinsik novel adalah kesanggupan untuk menjelaskan unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra seperti novel dengan bukti-bukti yang meyakinkan.