BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah sesuatu yang sangat penting untuk dipelajari, karena

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (BSNP,

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Risna, 2011) yang menyatakan bahwa: Soejadi (2000) mengemukakan bahwa pendidikan matematika memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif.

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan Queen and Servant of Science, maksudnya

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan kultural dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan kenyataannya sampai saat ini mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. intelektual dalam bidang matematika. Menurut Abdurrahman (2012:204)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik, peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa akan terwujud.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi salah satu prioritas utama

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting. Manusia tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan Realistic Mathematics Education atau Pendekatan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Padahal metode ceramah memiliki banyak kekurangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2006:145),

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. Kualitas suatu

, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

BAB I PENDAHULUAN. intelektual. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang di

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan matematika sebagai pelajaran yang sulit bukanlah hal baru dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Matematika telah

BAB I PENDAHULUAN. Balitbang Depdiknas (2003) menyatakan bahwa Mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dan kreativitasnya melalui kegiatan belajar. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masalah merupakan suatu hal yang sangat melekat di. kehidupan manusia, mulai dari masalah yang dengan mudah dipecahkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan yang berperan sebagai ratu dan pelayan ilmu. James dan James

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wadah bagi masyarakat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan mereka yang tidak berpendidikan. Pendidikan adalah segala kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembaharuan di bidang pendidikan yang mengacu pada visi dan misi

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan. lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menghadapi persaingan khususnya dalam bidang IPTEK. Kemajuan IPTEK yang

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompentensi. sesuai bidang keahlian yang dipilih atau yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Depdiknas (2006) mengungkapkan bahwa dalam pendidikan, siswa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. sesuai nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Pendidikan merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang universal, berada di semua penjuru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nobonnizar, 2013

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas 2003:5).

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran matematika, selain dari faktor keaktifan, faktor

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat yang menuntut setiap manusia untuk bersaing dan berkompetisi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suci Primayu Megalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan yang memegang

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER

BAB I PENDAHULUAN. sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat komunikasi sangat dibutuhkan untuk beraktivitas. Seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam setiap kurikulum pendidikan nasional, mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

2 Namun pembelajaran matematika di sekolah memiliki banyak sekali permasalahan. Majid (2007:226) menyatakan bahwa masalah belajar adalah suatu kondisi

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, menjadi salah satu ilmu yang diperlukan pada saat

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan mampu mengkomunikasikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembelajaran, hal ini menuntut guru dalam perubahan cara dan strategi

I. PENDAHULUAN. membantu proses pembangunan di semua aspek kehidupan bangsa salah satunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kemampuan untuk memperoleh informasi, memilih informasi dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Matematika adalah sesuatu yang sangat penting untuk dipelajari, karena matematika merupakan dasar dari mata pelajaran lain yang saling berkesinambungan. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kualitas hasil belajar siswa SMP dalam mata pelajaran matematika masih rendah termasuk dalam kemampuan komunikasi, sehingga masih perlu ditingkatkan.(solihin:2011). Rendahnya kualitas proses pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah ketepatan pembelajaran yang digunakan. Pembelajaran dalam penyampaian materi yang digunakan oleh para guru di lapangan pada umumnya adalah pembelajaran konvensional yang menekankan penguasaaan dan manipulasi isi dengan latihan pengerjaan soal-soal atau drill and practice, prosedural, serta penggunaan rumus. Pada pembelajaran ini guru berfungsi sebagai pusat atau sumber materi, guru yang aktif dalam pembelajaran, sedangkan siswa hanya menerima materi. Para siswa menghafalkan fakta, angka, nama, tanggal, tempat dan kejadian; mempelajari mata pelajaran secara individu; dan berlatih dengan cara yang sama untuk memperoleh kemampuan dasar menulis dan berhitung. Pada kenyataanya proses pembelajaran harus memungkinkan siswa memahami arti pelajaran yang mereka pelajari. Alferd North Whitehead

2 (Johnson, 2009:37) mengatakan Si anak harus menjadikan (ide-ide tersebut) milik mereka, dan harus mengerti penerapannya dalam situasi kehidupan nyata mereka pada saat yang sama. Dengan alasan tersebut, pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika berusaha untuk mengajak para siswa melakukan hal tersebut, yaitu dengan membuat skenario pembelajaran yang saling berhubungan, dimulai dari konteks kehidupan nyata siswa (daily life) agar pembelajaran tersebut menjadi lebih bermakna. Model pembelajaran kontekstual juga memiliki potensi untuk membuat siswa mampu mengkomunikasikan ide dan gagasan. Seorang siswa pernah bertanya kepada gurunya Pak, untuk apa kita belajar matematika? Wajar jika selama ini siswa bertanya seperti itu, hal ini disebabkan siswa mencari makna, arti penting dan maksud, serta manfaat dari apa yang sedang siswa pelajari. Dengan model pembelajaran kontekstual dapat membantu siswa menemukan makna dan memahami konsep matematika yang tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari dan dengan harapan siswa dapat mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru pun dapat menghubungkan dan menjawab, dalam kehidupan sehari-hari matematika banyak digunakan, sebagai contohnya, bagaimana kamu memilih banyak pasang pakaian yang akan kamu gunakan apabila kamu memiliki 3 baju dan 2 celana? Dengan kombinasi seseorang dapat menentukan banyak pasangan pakaian yang dapat digunakan. Selanjutnya guru memfasilitasi siswa untuk mengangkat objek dalam kehidupan nyata itu ke dalam konsep matematika.

3 Disadari bahwa matematika adalah sesuatu yang sangat penting untuk dipelajari, namun apakah matematika itu sebenarnya? Matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan simbol yang padat, lebih berupa symbol mengenai ide dari pada bunyi. Johnson dan Rising (Solihin: 2011), dan Kline (Solihin: 2011) mengatakan bahwa matematika bukanlah pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya matematika itu terutama untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam. Oleh karena itu matematika tidak pernah terlepas dari pemikiran secara kritis, logis dan sistematis dan matematika juga tidak terlepas dari ilmu pengetahuan lainnya seperti fisika, social, ekonomi dan ilmu alam. Proses belajar-mengajar adalah proses dialog/komunikasi yang saling berkaitan dengan berpikir kritis. Proses bagaimana mengkomunikasikan apa yang ada dipikiran siswa, baik ke dalam sebuah bahasa matematika maupun mengkomunikasikan pemikirannya kepada guru dan teman lainnya. Sebagai proses komunikasi, praktik pembelajaran memerlukan prasyarat kesiapan fisik dan mental pelaku penyampai pesan dan penerima pesan pembelajaran. Pembelajaran berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT) mengakses paham konstruksi dengan menekankan dialog mendalam dan berpikir kritis. Dengan deep dialogue/critical thinking, seseorang diharapkan mampu disamping mengenali diri sendiri juga mengenal diri orang lain. Selain itu,

4 dengan dialog mendalam/berpikir kritis, orang akan belajar mengenal dunia lain di luar dirinya dan selanjutnya mampu menghargai perbedaan-perbedaan yang ada di dalam masyarakat. Hal ini membuka kemungkinan-kemungkinan untuk memahami makna yang fundamental dari kehidupan secara individual dan kelompok dengan berbagai dimensinya. Komunikasi secara implisit menurut Effendy (Rohayati:10) merupakan proses yang menyampaikan suatu pesan seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau mengubah sikap, pendapat, perilaku baik langsung secara lisan maupun tulisan (melalui media). Menyadari pentingnya matematika sebagai alat komunikasi, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional menetapkan bahwa salah satu fungsi mempelajari matematika dalam kurikulum sekolah adalah mengembangkan kemampuan komunikasi gagasan melalui model matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram, grafik atau tabel. Selain itu, Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan antara lain melalui pembicaraan lisan, grafik, peta, diagram dalam menjelaskan gagasan (Depdiknas: 2003). Selain itu, kemampuan komunikasi matematika merupakan salah satu kompetensi yang harus dilaporkan secara deskriptif dalam proses penilaian pembelajaran di manasiswa diharapkan memiliki kemampuan komunikasi matematika yaitu siswa mampu menyatakan dan menafsirkan gagasan matematika secara lisan, tertulis, atau mendemonstrasikan (Depdiknas, 2003:15).

5 Dengan komunikasi dapat bertukar ide dan memperbaiki hal yang belum sempurna menjadi lebih sempurna. Dengan komunikasi juga guru bisa mengetahui psikologi siswa agar dalam pencapaian model dan metode yang diterapkan dapat dilaksanakan dengan efektif. Baroody (Suzana, 2009:6) mengungkapkan bahwa paling tidak ada dua alasan penting yang menjadikan komunikasi dalam matematika perlu menjadi focus perhatian. Pertama, Mathematics as language; matematika tidak hanya sekedar alat bantu berpikir, alat untuk mengemukakan pola-pola atau menyelesaikan masalah, namun matematika juga merupakan alat yang tidak terhingga nilainya untuk dikomunikasikan berbagai ide dengan jelas, tepat, dan cermat dan kedua, mathematics learning as social activity; matematika sebagai aktivitas social dalam pembelajaran matematika, interaksi antar siswa seperti juga komunikasi antar guru dan siswa yang merupakan bagian penting untuk memelihara dan mengembangkan potensi matematika siswa. Namun, pentingnya kemampuan komunikasi matematika dalam kompetensi yang harus dimiliki tidak sejalan dengan hasil yang selama ini dicapai. Berdasarkan pengamatan, siswa sangat sulit dalam mengkomunikasikan gagasannya dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Hal ini dinyatakan oleh penelitian yang dilakukan Sunata (Solihin: 2011) yang menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa SMP masih rendah. Diperkuat oleh hasil penelitian Utari, Rukmana, dan Suhendra (Solihin: 2011) yang menyatakan bahwa pembelajaran metematika di

6 Indonesia saat ini dirasakan masih kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan gagasan matematika yang dimiliki siswa. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti tentang Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual Berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP melalui pembelajaran matematika. 2. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut : a. Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menerapkan model kontekstual berbasis deep dialogue/critical thinking lebih baik dibandingkan dengan kemampuan komunikasi matematika siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional? b. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran dengan model pembelajaran Kontekstual berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT)? 3. Pentingnya Masalah Jika hasil penelitian ini signifikan, maka dapat dijadikan pertimbangan sebagai alternatif penerapan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa SMP, sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

7 4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menerapkan model kontekstual berbasis deep dialogue/critical thinking lebih baik dibandingkan dengan kemampuan komunikasi matematika siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. b. Mengetahui bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran dengan model pembelajaran Kontekstual berbasis Deep Dialogue/Critical Thinking (DD/CT). 5. Manfaat Penelitian Jika hasilnya signifikan, maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung bagi: a. Siswa Deep dialogue/critical thinking dapat digunakan untuk melatih siswa dalam mengkomunikasikan pemikiran dan idenya baik secara lisan maupun tulisan kepada siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru, dan siswa dapat menerapkan pembelajaran matematika dalam kehidupan sehari-hari. b. Guru Untuk mengoptimalkan pembelajaran sebagai alternatif yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.

8 c. Sekolah Meningkatkan kualitas dan hasil belajar pembelajaran matematika. 6. Definisi Istilah Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dari pembaca, maka peneliti memberikan penjelasan dari beberapa istilah yang digunakan : a. Pembelajaran kontekstual Pembelajaran kontekstual adalah model pembelajaran yang mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari atau situasi nyata sebagai media pembelajaran. Guru memberikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari secara individu ataupun berkelompok dapat menyimpulkan konsep materi pembelajaran matematika tersebut, kemudian guru memberikan soal yang berbentuk aplikasi. b. Deep Dialogue/Critical Thinking (Dialog Mendalam/BerpikirKritis) Deep dialogue/critical thinking adalah pendekatan yang mengkonsentrasikan kegiatan pembelajarannya untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman, melalui dialog secara mendalam dan berpikir kritis, serta tidak saja menekankan keaktifan peserta didik pada aspek fisik, akan tetapi juga aspek intelektual, sosial, mental emosional dan spiritual. Tahapan deep dialogue/critical thinking, meliputi: kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.

9 c. Komunikasi matematika Komunikasi dapat diartikan sebagai suatu peristiwa saling hubungan/dialog yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan-pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari di kelas. Pihak yang terlibat komunikasi dikelas adalah guru dan siswa. Jadi, kemampuan komunikasi matematika dalam penelitian ini adalah a) Mengungkap ide secara lisan dan tulisan, b) Mengungkapkan dan menjelaskan pemikiran mereka tentang ide matematika dan hubungannya, c) Menggunakan situasi nyata dan menyatakan solusi masalah menggunakan gambar dan aljabar, d) Membuat situasi matematika dan menyediakan ide serta keterangan dalam bentuk tertulis, dan e) Menginterpretasikan ide matematika dalam bentuk gambar dan aljabar. 7. Hipotesis Berdasarkan latar belakang masalah di atas, hipotesis penelitian ini sebagai berikut Peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa yang memperoleh pembelajaran dengan menerapkan model kontekstual berbasis deep dialogue/critical thinking lebih baik dibandingkan dengan kemampuan komunikasi matematika siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional.