BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kelompok 3. Edwin septian yusuf ( ) Iva marviana s ( ) Sindy ( ) Roxanne ( ) Reza

BAB 1 PENDAHULUAN. Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem kehidupan, sistem

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB II TINJAUN PUSTAKA. Asertivitas adalah kemampuan mengkomunikasikan keinginan, perasaan,

BAB II LANDASAN TEORITIS. perception berasal dari bahasa latin perceptio, dari percipere, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

SENSASI SENSAS dan PERSEPSI PERSE 4/2/

01FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai sikap, dan terakhir akan dibahas teori-teori mengenai lingkungan

BAB IX. Hubungan Antara Proses Penginderaan dan Persepsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. pemilihan, dan pengaturan informasi indrawi tentang orang lain. Apa yang. (Sarwono dan Meinarno, 2009: 24).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 06FIKOM PERSEPSI. Fakultas. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM

PERSEPSI BENTUK. Persepsi Modul 1. Udhi Marsudi, S.Sn. M.Sn. Modul ke: Fakultas Desain dan Seni Kreatif. Program Studi Desain Produk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS. Berdasarkan data yang telah disajikan berkenan dengan persepsi psikolog

BAB I PENDAHULUAN. (Hizbut Tahrir) menjadi sebuah fenomena di tengah-tengah masyarakat. Taqiyyudin An Nabhani, seorang ulama asal palestina.

BABI PENDAHULUAN. Sepanjang rentang kehidupan, setiap individu melewati beberapa fase

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata persepsi berasal dari kata perception yang berarti pengalaman,

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rakhmad, persepsi adalah Pengalaman tentang objek peristiwa atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Berprestasi Pada Atlet Sepak Bola. Menurut McClelland (dalam Sutrisno, 2009), motivasi berprestasi yaitu

PERTEMUAN KE 5 dan 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak adalah masa dimana potensi-potensi dipotret. Usia ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

PERSEPSI SISWA SMAN I LANGGUDU TERHADAP JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) SYUKURMAN, M.Pd

BAB II KAJIAN TEORI. persepsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 1167) kata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedudukan sosial. Teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam. dimasyarakat yang ditetapkan oleh budaya.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

KRANGKA PENDEKATAN TEORI. hukum yang mensinergikan kegiatan bisnis dengan pemberdayaan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of. objek dan kejadian yang ada di sekitar lingkungannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penggalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang

KELOMPOK SOSIAL DAN PERSEPSI SOSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. Banyak sekolah yang tidak memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dengan baik

PERSEPSI PETERNAK SAPI PERAH TERHADAP PEMANFAATAN TEKNOLOGI BIOGAS DI KABUPATEN ENREKANG SULAWESI SELATAN. Yusriadi ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PERSEPSI DAN METODE PENDEKATAN HADIS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. perumahan Kota Modern , tentunya tidak bisa lepas dari berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Komunikasi Intra Personal. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Public Relation

BAB I PENDAHULUAN. langsung untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pelayanan yang diberikan kepada

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP ATRIBUT KENYAMANAN PADA SETING TANGGA DALAM HALL FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA - PURWOKERTO

HUBUNGAN READINESS BELAJAR DAN PERSEPSI MATA PELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Rentang kehidupan manusia terbagi menjadi sepuluh tahapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. kondisi psikologis (Anoraga, 2001). Sementara menurut Mathis dan Jackson

memfokuskan perhatian terhadap suatu objek.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KONFLIK INTERPERSONAL DAN STRES KERJA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Seksual. laku individu yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan sebelum memasuki pendidikan selanjutnya.

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UU Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dikeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak. Masa ini disebut sebagai the golden age, yaitu saat

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa seperti sekarang ini pendidikan merupakan suatu kebutuhan

PERSEPSI SISWA TERHADAP USAHA GURU DALAM MEMOTIVASI BERWIRAUSAHA SISWA PADA MATA DIKLAT PENGELOLAAN USAHA BOGA (PUB) DI SMK NEGERI 3 WONOSARI SKRIPSI

BAB II LANDASAN TEORI. Motivasi berasal dari kata latin motivus yang artinya : sebab, alasan, dasar,

BAB II KAJIAN TEORI. penuh sehingga tidak memuat apapun.

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Perpustakaan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

persepsi Yoyoh hereyah Pik universitas mercubuana Desember 2011

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. 1. Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kelompok wanita selama masa reproduksinya. Indikator Anak Lahir Hidup

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. performance. Kata Performance berasal dari kata to perform yang berarti

02FDSK. Persepsi Bentuk. Denta Mandra Pradipta Budiastomo, S.Ds, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi 2.1.1. Definisi Persepsi Menurut Chaplin (2008) persepsi adalah proses atau hasil menjadi paham atas keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera, yang mampu membuat makhluk hidup bisa mengorganisir dan menginterpretasi stimulus yang diterima menjadi pengetahuan yang berarti. Persepsi menurut Leavit (dalam Sobur, 2003) persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas persepsi adalah pandangan atau pengertian yaitu bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. Arkkelin dan Veitch (dalam Handayani, 2010) berpendapat bahwa persepsi adalah proses psikologis yang paling mendasar dan fundamental dalam diri individu, persepsi menjadi dasar individu dalam membuat evaluasi, menentukan sikap dan perilaku sebagai respon atas stimulus lingkungan. Rahmat (2000) berpendapat bahwa persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi terjadi karena ada stimuli yang mengenai alat indra, kemudian di intrepetasikan sehingga mempunyai arti. Robbins (dalam Simbolon, 2008) menyatakan persepsi sebagai suatu proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan atau menginterpretasikan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka. Menurut Schermerhorn, Hunt dan Osborn (dalam Simbolon, 2008) persepsi adalah berkaitan dengan bagaimana seseorang dapat menginterpretasikan dan merespon informasi yang berasal dari luar. Menurut Sarwono (2002) berpendapat 8

9 bahwa persepsi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba dan sebagainya), sedangkan tambah Sarwono (2002) alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi. Menurut Kinicki dan Kreitner (dalam Simbolon, 2008) persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan, bahwa persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Walgito (2003) menyatakan bahwa persepsi seseorang merupakan proses aktif, yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan dalam menanggapi stimulus. Proses pengamatan memerlukan objek yang diamati alat indera yang cukup baik dan perhatian merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan. Dari semua definisi yang diberikan di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses pola pikir, stimuli dari alat indera, pengalaman tentang objek, dan bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu. 2.1.2. Terbentuknya Persepsi Menurut Sunaryo (2004) menyatakan bahwa proses terjadinya persepsi melalui tiga proses yaitu fisik, fisiologis, dan pskikologis. Proses fisik berupa objek menimbulkan stimulus, lalu stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses fisiologis berupa stimulus yang diterima oleh indera diteruskan oleh saraf sensoris ke

10 otak. Sedangkan proses psikologis berupa proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang diterima. Bimo Walgito (2002) mengemukakan prosesproses terjadinya persepsi adalah a) Suatu obyek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlangsung secara alami dan berkaitan dengan segi fisik. Proses tersebut dinamakan proses kealaman. b) Stimulus suatu obyek yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurkan ke otak melalui syaraf sensoris. Proses pentransferan stimulus ke otak disebut proses psikologis, yaitu berfungsinya alat indera secara normal. c) Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari obyek yang diterima oleh alat inderanya. Proses ini juga disebut proses psikologis. Dalam hal ini terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu proses di mana individu mengetahui dan menyadari suatu obyek berdasarkan stimulus yang mengenai alat inderanya. Gibson (1990) berpendapat bahwa mengenai proses terjadinya persepsi yaitu mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap. Brehm dan Kassin (1990) menyatakan bahwa terbentuknya persepsi berawal dari observasi baik terhadap keadaan lingkungan maupun perilaku. Pembentukan persepsi diawali dengan proses atribusi dan disposisi atau pengaturan dan pengintegrasian seluruh faktor yang berperan dalam persepsi secara terintegrasi sehingga membentuk suatu kesan terhadap objek persepsi.

11 Terbentuknya persepsi diawali dengan proses penginderaan, yaitu bagaimana individu dapat merasakan rangsangan yang berasal dari luar. Rangsangan-rangsangan tersebut direspon individu melalui panca indera. Jika seseorang mempersepsikan lingkungan diangkutan umum tidak mendukung rasa aman bagi dirinya. 2.1.3. Komponen-Komponen Dalam Persepsi Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama (Sobur, 2003) yaitu: 1. Seleksi, yaitu penyampaian oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. 2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. 3. Kesimpulan dan tanggapan terhadap informasi yang diterima. 2.1.4. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Persepsi Schemerhorn, Hunt, dan Osborn (dalam Simbolon, 2008) menguraikan faktor yang dapat mempengaruhi persepsi yaitu: 1. The Perceiver, berkaitan dengan pengalaman masa lalu, keinginan atau motivasi, kepribadian, dan nilai serta sikap yang dapat mempengaruhi proses persepsi. Karakteristik orang-orang yang menilai (perceiver) dapat dikemukakan sebagai berikut : a. Mengetahui diri sendiri itu akan memudahkan melihat orang lain secara tepat. b. Karakteristik diri sendiri sepertinya bisa memengaruhi ketika melihat karakteristik orang lain.

12 c. Aspek-aspek yang menyenangkan dari orang lain sepertinya mampu melihat orang-orang yang merasa dirinya berlebihan. 2. Setting, berkaitan dengan keseimbangan jasmani atau diri pribadi, sosial, dan organisasi. 3. The Perceived, berkaitan dengan karakteristik dari persepsi seseorang, tujuan maupun peristiwa yang mencakup perbedaan individu, intensitas seseorang, pemisahan latar belakang individu, ukuran, gerakan, dan sebagainya yang merupakan sesuatu yang penting dalam proses. a. Status orang yang dinilai akan mempunyai pengaruh yang besar bagi persepsi orang yang menilai. b. Orang yang dinilai biasanya ditempatkan dalam kategori-kategori tertentu. Hal ini untuk memudahkan pandangan-pandangan tertentu untuk orang yang menilai. Biasanya kategori tersebut terdiri dari kategori status dan peranan. c. Sifat orang-orang yang dinilai akan memberikan pengaruh yang besar terhadap persepsi orang lain pada dirinya. 2.2. Rasa Aman 2.2.1. Definisi Rasa Aman Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) aman mempunyai arti, yaitu bebas dari bahaya, bebas dari gangguan, terlindung atau tersembunyi, tidak dapat diambil orang, tidak mengandung resiko, tenteram, tidak merasa takut atau khawatir. Menurut Pei (dalam Darmawati, 2006) rasa aman memiliki pengertian sebagai kondisi yang aman terhindar dari bahaya atau luka-luka, suatu kondisi yang tidak berakibat pada timbulnya bahaya atau sarana yang dapat menjaga dari

13 terjadinya suatu peristiwa. Selain itu, Pei (dalam Darmawati, 2006) juga mengatakan rasa aman dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang terbebas dari hal-hal yang mengandung resiko, menyebabkan ketidaktenteraman, gangguan atau ancaman fisik dan kejahatan. Rasa aman akan tercipta jika seseorang terbebas dari hal-hal yang dapat membahayakan jiwanya dan tidak kehilangan harta benda. Jika hal tersebut dapat terpenuhi, rasa aman akan tercipta. 2.2.2. Aspek Rasa Aman Rasa aman itu memiliki 2 aspek, yaitu (1) aspek psikis yang terjadi pada dalam diri individu yang dapat memunculkan rasa tidak tenteram, takut, dan khawatir. (2) aspek fisik berupa terjadinya kehilangan harta benda dan terdapat luka pada fisik atau tubuh kita (Pei dalam Darmawati, 2006). 2.2.3 Faktor yang Memengaruhi Rasa Aman Kebutuhan akan rasa aman harus dilihat dalam arti yang luas, tidak sebatas dalam keamanan fisik, tetapi juga keamanan yang bersifat psikologis. Kretch dkk (dalam Krochin, 1976) mengemukakan pandangannya mengenai kebutuhan rasa aman, ia menyatakan bahwa timbulnya kebutuhan rasa aman dipengaruhi oleh faktor lingkungan, dan faktor hubungan individu dengan orang lain. a. Faktor Lingkungan. Faktor lingkungan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Semua individu hidup dalam lingkungan baik fisik maupun sosial.

14 b. Hubungan individu dengan orang lain. Manusia merupakan mahluk sosial. Eksistensi dirinya sebagai individu tentu tidak dapat lepas dari hubungannya dengan orang lain, Adler (dalam Hall & Lindzey, 1970). Hubungan individu dengan orang lain akan dapat memberikan dampak terhadap kebutuhan-kebutuhan psikologis, baik secara positif maupun secara negatif. Karena manusia pada dasarnya adalah mahkluk sosial, yang satu sama lain saling membutuhkan. 2.2.3. Rasa Aman sebagai sebuah Persepsi Ketika seseorang merasa tidak aman, seseorang akan berpikir dengan datangnya gangguan dan ancaman sehingga dapat menimbulkan ketidaknyaman dan pada akhirnya menimbulkan persepsi negatif (Fransisika dalam Agung, 2011). Jadi rasa aman atau tidaknya seseorang tergantung pemikiran individu tersebut yang menghasilkan persepsi masing-masing individu. Seseorang menyadari keadaan lingkungan yang ada disekitarnya dengan proses pengamatan yang dilakukan. Ancaman atau ketidaknyamanan tersebut terjadi dengan proses pengamatan lingkungan sekitarnya. Terdapat 3 dimensi dalam persepsi yaitu, perceiver, setting, dan perceived (Schermerhorn, Hunt, dan Osborn dalam Simbolon, 2008). Rasa aman memiliki 2 aspek yaitu aspek psikis dan aspek fisik( Pei dalam Darmawati, 2006). 2.3 Dewasa Muda Istilah adult atau dewasa awal berasal dari bentuk lampau kata adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa (Judita,2011).

15 Hurlock (1999) mengatakan bahwa masa dewasa awal dimulai pada umur 18 tahun sampai umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Santrock (2002) mengatakan masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja dan menjalin hubungan dengan lawan jenis, terkadang menyisakan sedikit waktu untuk hal lainnya. Kenniston (dalam Santrock, 2002) mengemukakan masa muda (youth) adalah periode kesementaraan ekonomi dan pribadi, dan perjuangan antara ketertarikan pada kemandirian dan menjadi terlibat secara sosial. Periode masa muda rata-rata terjadi 2 sampai 8 tahun, tetapi dapat juga lebih lama. Dua kriteria yang diajukan untuk menunjukkan akhir masa muda dan permulaan dari masa dewasa awal adalah kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan. Mungkin yang paling luas diakui sebagai tanda memasuki masa dewasa adalah ketika seseorang mendapatkan pekerjaan penuh waktu yang kurang lebih tetap (Santrock, 2002). 2.3.1 Karakteristik Dewasa Muda Hurlock (1993) mengemukakan bahwa karakteristik dewasa muda adalah suatu masa penyesuaian diri dengan cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang di perolehnya. Terkait dengan cara hidup baru pada dewasa muda, dalam tahapan ini individu telah mengalami perpisahan dengan orangtua. Selain itu pada tahapan ini individu di tuntut untuk mampu membina hubungan yang baik dan intim untuk mencapai sebuah komitmen dengan orang lain. ini merupakan sebuah tugas perkembangan yang harus di kembangkan pada tahapan dewasa muda. Hurlock (1980) membagi tugas perkembangan pada individu dewasa awal, antara lain: (a.) mulai bekerja (b.) memilih pasangan (c.) mulai membina keluarga (d.) mengasuh

16 anak (e.) mengelola rumah tangga (f.) mengambil tanggung jawab sebagai warga negara (g.) mencari kelompok sosial yang menyenangkan. 2.4 Kerangka Berpikir Persepsi merupakan proses berpikir, pengamatan pada objek, dan menentukan sikap dan perilaku sebagai respon atas stimulus lingkungan. Apabila seseorang mempersepsikan negatif terhadap lingkungannya, maka ia akan mengambil tindakan pengamanan untuk mengurangi efek negatif dari situasi tersebut. Sebaliknya, jika seseorang mempersepsikan positif ia akan merasa aman dan berperilaku kurang waspada serta siap menghadapi dengan situasi bahaya. Seseorang akan merasa aman, apabila dari aspek psikis tidak merasa takut, tidak khawatir dan dari aspek fisik tidak terluka dan tidak kehilangan harta benda.