2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lemba

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 05/E/2009 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENELITI

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara

2 Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5121); 3. Peraturan Pemerint

Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pusat Statistik; MEMUTUSKAN:

2015, No Mengingat : c. bahwa penyesuaian substansi peraturan sebagaimana dimaksud pada huruf b ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Admi

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

2 Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (L

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS SEKOLAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege

2015, No Fungsional Pengantar Kerja didasarkan pada analisis beban kerja; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 5

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 38 TAHUN 2010 TENTANG PENYESUAIAN JABATAN FUNGSIONAL GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BERSAMA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 39 TAHUN 2014 NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI SEKRETARIS NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2007 NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 03/V/PB/2010 NOMOR : 14 TAHUN 2010

PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 2 - Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republ

PERATURAN BERSAMA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 1 TAHUN 2010 NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 66 /M.PAN/6/2005 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

BPKP. Auditor. Jabatan fungsional. Perpindahan Jabatan. Perlakukan Khusus. Pengangkatan.

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhenti

2015, No Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: 16/KEP/M.PAN/3/2001 tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka K

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22,

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 025 TAHUN 2014 TENTANG FORMASI JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEJABAT FUNGSIONAL SANDIMAN

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

- 2 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; MEMUTUSKAN:

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PAMONG BELAJAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

2016, No Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

2017, No KEP/58/M.PAN/6/2004 tentang Jabatan Fungsional Penggerak Swadaya Masyarakat dan Angka Kreditnya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2014, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lemb

- 1 - MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN NOMOR 01/III/PB/2011 NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

2 menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Pedoman Uji Kompetensi Pejabat Fungsional Medik Veteriner; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

-4- MEMUTUSKAN: Pasal 1

KABIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL (Persfektif UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN dan Peraturan

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 0100 TAHUN 2017

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Birokrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Fungsional Pranata Nuklir dan Angka Kreditnya; Mengingat : 1. Undang-

Peraturan...

BUPATI SUKOHARJO TENTANG PERPANJANGAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MEMANGKU JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No Nomor 1473) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 6 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Per

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Indonesia Tahun 1975 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 1980 tent

PERATURAN KEPALA LIPI NOMOR 05/E/2009 TENTANG PEDOMAN FORMASI PENELITI LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA 2010

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

2014, No

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

- 5 - k. memfasilitasi

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 132/Permentan/OT.140/12/2014 TENTANG PEDOMAN UJI KOMPETENSI PEJABAT FUNGSIONAL MEDIK VETERINER

PERATURAN BERSAMA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 02/V/PB/2010 NOMOR 13 TAHUN 2010

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 46 TAHUN 2013

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

Internalisasi Rancangan Peraturan Menteri PAN dan RB

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR KEPEGAWAIAN DAN ANGKA KREDITNYA

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA TENTANG

2017, No Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2013 tentang Lembaga Administrasi Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 12

2 Nomor 43 Tahun 1999 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Peraturan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 117 TAHUN 2014 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL JAKSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2018, No Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lemb

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAKAN

Transkripsi:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1330, 2014 LAN. Formasi. Jabatan Fungsional. Analis Kebijakan. Pedoman. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melakukan kegiatan Kajian dan Analisis Kebijakan dibutuhkan Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi dan profesionalitas yang tinggi di bidang analis kebijakan sesuai dengan beban kerja pada setiap instansi pusat dan daerah; b. bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 6 dan Pasal 35 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 45 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Analis Kebijakan dan Angka Kreditnya, dipandang perlu untuk menetapkan ketentuan yang mengatur mengenai Formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan b, dipandang perlu untuk menyusun pedoman formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan; d. bahwa pedoman sebagaimana dimaksud pada huruf c, ditetapkan dengan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara;

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5121); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 194,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4015) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2003 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4332); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 195, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4016) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4192); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 196, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4017) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2002 (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4193); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4019); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4263), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 164);

3 Menetapkan 8. Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2012 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 235); 9. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/75/M.PAN/7/2004 tentang Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil; 10. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 45 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Analis Kebijakan dan Angka Kreditnya (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1342); 11. Peraturan Bersama Kepala Lembaga Administrasi Negara dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 16 Tahun 16 Tahun 2014dan Nomor 16 Tahun 2014 tentang Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Analis Kebijakan dan Angka Kreditnya (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 796); MEMUTUSKAN: : PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAN. Pasal 1 Pedoman Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan yang selanjutnya dalam peraturan ini disebut Pedoman sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini. Pasal 2 Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 digunakan sebagai acuan dalam penyusunan formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan di seluruh instansi Pusat dan Daerah. Pasal 3 Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.

4 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 21 Agustus 2014 KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA, AGUS DWIYANTO Diundangkan di Jakarta Pada tanggal 18 September 2014 MENTERI HUKUM DAN H ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDIN

5 LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 32 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN.. A. Latar Belakang. B. Maksud dan Tujuan. C. Pengertian. BAB II : TATA CARA PENGHITUNGAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAN A. Umum.. B. Langkah-langkah Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan..... BAB III: TATA CARA PENETAPAN DAN PENGUSULAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAN... A. Formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan pada Instansi Pusat... B. Formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan pada Instansi Daerah.. BAB IV: PENUTUP... Contoh Formulir

6 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Instansi pemerintah memiliki tanggung jawab dalam mempersiapkan bahan perumusan kebijakan dan penyusunan kebijakan pelaksanaan. Untuk menghasilkan kebijakan yang berkualitas sesuai dengan prinsip-prinsip tata penyelenggaraan pemerintahan yang baik diperlukan analis kebijakan publik yang profesional. Setiap instansi membutuhkan jumlah dan tingkat kompetensi analis kebijakan yang sesuai dengan beban kerja kebijakan pada sektor atau bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Jumlah analis kebijakan yang tidak sesuai dengan beban kerja akan merugikan baik bagi kinerja organisasi maupun bagi pengembangan karir analis kebijakan itu sendiri. Undang-undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara pasal 56 menyebutkan bahwa setiap instansi pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis jabatan PNS berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja. Termasuk dalam ketentuan ini adalah kebutuhan atau formasi jabatan Fungsional Analis Kebijakan (JF). Untuk menjamin tersedianya jumlah dan kompetensi analis kebijakan yang sesuai dengan beban kerja, maka diperlukan cara penghitungan yang dapat diandalkan sesuai dengan karakteristik pekerjaan analis kebijakan dan beban kerja di instansi yang bersangkutan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 45 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Analis Kebijakan dan Angka Kreditnya, penetapan formasi Analis Kebijakan dilakukan berdasarkan pedoman yang disusun oleh Lembaga Administrasi Negara sebagai Instansi Pembina Jabatan Fungsional Analis kebijakan. B. Maksud dan Tujuan Pedoman Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan dimaksudkan untuk memberikan panduan secara teknis dalam menyusun Formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan pada instansi Pusat dan Daerah. Pedoman bertujuan untuk mendapatkan jumlah dan susunan Jabatan Fungsional Analis Kebijakan sesuai dengan beban kerja yang dapat dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu secara profesional, serta memungkinkan pencapaian jumlah angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat. C. Pengertian Dalam pedoman ini yang dimaksud dengan: 1. Formasi adalah jumlah dan susunan pangkat Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diperlukan oleh satuan organisasi negara agar mampu melaksanakan

7 tugas pokok untuk jangka waktu tertentu yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang. 2. Analis Kebijakan adalah PNS yang diberikan tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melaksanakan kajian dan analisis kebijakan di lingkungan instansi Pusat dan Daerah. 3. Jabatan Fungsional Analis Kebijakan adalah jabatan fungsional tertentu yang mempunyai ruang lingkup tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melaksanakan Kajian dan Analisis kebijakan dalam lingkungan instansi Pusat dan Daerah. 4. Formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan adalah jumlah dan susunan Jabatan Fungsional Analis Kebijakan PNS yang diperlukan oleh suatu Instansi Pemerintah untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya dalam jangka waktu tertentu. 5. Kajian dan Analisis Kebijakan adalah kegiatan mengkaji dan menganalisis kebijakan dengan menerapkan prinsip-prinsip profesionalisme, akuntabilitas, integritas, efisiensi, dan efektifitas untuk mencapai tujuan tertentu dan/atau menyelesaikan masalah-masalah publik. 6. Instansi Pusat adalah Kementerian, Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Kesekretariatan Lembaga Negara, dan Kesekretariatan Lembaga Non Struktural. 7. Instansi Daerah adalah perangkat daerah Provinsi dan perangkat daerah Kabupaten/Kota yang meliputi Sekretariat Daerah, Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah. 8. Analisis Kebutuhan adalah suatu kegiatan menghitung jumlah Jabatan Fungsional Analis Kebijakan yang dibutuhkan oleh suatu unit organisasi dengan menggunakan analisis beban kerja dan/atau metode lainnya. 9. Analisis Beban Kerja adalah suatu teknik untuk menentukan jumlah dan jenis pekerjaan suatu unit organisasi yang dilakukan secara sistematis menggunakan teknik analisis jabatan atau teknik manajemen lainnya 10. Beban Kerja adalah volume kegiatan dalam melaksanakan tugas jabatan yang harus diselesaikan oleh Analis Kebijakan dalam jangka waktu tertentu. 11. Kegiatan Analis Kebijakan adalah kegiatan-kegiatan yang berasal dari unsur pendidikan, unsur kajian dan analisis kebijakan, unsur pengembangan profesi dan unsur penunjang tugas Analis Kebijakan. 12. Angka kredit adalah nilai dari tiap butir kegiatan dan/atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh Analis Kebijakan dan digunakan sebagai salah satu syarat untuk pengangkatan dan kenaikan jabatan/pangkat. 13. Jam kerja efektif adalah jam kerja yang secara objektif digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan atau kegiatan unsur utama. 14. Rencana Strategis yang untuk selanjutnya disingkat menjadi Renstra adalah uatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai selama

8 kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau mungkin timbul yang mengandung visi, misi, tujuan/sasaran dan program yang realistis. 15. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN dan pembinaan Manajemen ASN di instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 16. Instansi Pembina Jabatan Fungsional Analis Kebijakan yang selanjutnya disebut Instansi Pembina adalah Lembaga Administrasi Negara. 17. Peta jabatan adalah susunan nama dan tingkat jabatan struktural dan fungsional yang tergambar dalam suatu struktur unit organisasi dari tingkat paling rendah sampai dengan yang tinggi.

9 BAB II TATA CARA PENGHITUNGAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAN A. Umum Formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan dapat menunjukkan jumlah dan kualifikasi pegawai dalam jabatannya sesuai dengan tugas pokok instansi Pusat dan Daerah. Setiap PNS yang menjadi bagian dari formasi memiliki kedudukan dalam jabatan yang jelas dengan kualifikasi yang memenuhi persyaratan yang ditentukan bagi PNS yang akan menduduki Jabatan Fungsional Analis Kebijakan. Kedudukan dalam jabatan yang jelas memerlukan adanya analisis kebutuhan terhadap Analis Kebijakan sebagai suatu proses yang logis, teratur dan berkesinambungan untuk mengetahui jumlah dan kualitas Analis Kebijakan yang diperlukan. Analisis Kebutuhan tersebut dilakukan berdasarkan: 1. Jenis pekerjaan yaitu, macam-macam pekerjaan dalam bentuk kegiatan yang harus dilakukan oleh satuan organisasi dalam melaksanakan tugas pokok terutama kegiatan Kajian dan Analisis serta Advokasi Kebijakan yang bersifat rutin setiap tahunnya dan jenis pekerjaan yang dapat diciptakan dalam setahun. 2. Sifat pekerjaan, yaitu sifat pekerjaan yang ditinjau dari sudut waktu untuk melaksanakan pekerjaan itu, dapat dibedakan antara tugas yang dilakukan dalam jam kerja dan diluar jam kerja. 3. Beban kerja dan perkiraan kapasitas seorang analis kebijakan yaitu volume kegiatan yang harus diselesaikan Analis Kebijakan terhadap masing-masing jenis pekerjaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perhitungan dan pengalaman. 4. Prinsip pelaksanaan pekerjaan adalah pekerjaan yang dilakukan sendiri oleh Analis Kebijakan yang bersangkutan dan bukan diserahkan kepada pihak ketiga. 5. Peralatan yang tersedia atau diperkirakan akan tersedia dalam melaksanakan pekerjaan seorang Analis kebijakan. Untuk menentukan kualitas Analis Kebijakan dalam analisis kebutuhan ini dilakukan dengan penentuan kualifikasi PNS berdasarkan latar belakang pendidikan dengan ijazah yang dimiliki serendah-rendahnya Sarjana, memperhatikan disiplin ilmu yang relevan dengan tugas pokok instansi yang bersangkutan. Kegiatan analisis kebutuhan menghasilkan peta jabatan. Peta jabatan merupakan bentangan seluruh jabatan baik struktural maupun fungsional

10 sebagai gambaran menyeluruh dari jabatan yang ada dalam organisasi. Peta jabatan ini harus tersedia sebelum dilakukan perhitungan formasi jabatan fungsional, agar diketahui secara jelas perencanaan kebutuhan pegawai untuk menduduki dalam suatu jabatan. B. Langkah-langkah Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan Berdasarkan peta jabatan tersebut maka pada unit yang bersangkutan perlu dihitung kebutuhan formasi untuk jabatan fungsional analis kebijakan Pertama, Muda, Madya dan Utama. Untuk melakukan penghitungan formasi jabatan fungsional analis kebijakan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Menghitung rata-rata angka kredit per jam untuk setiap jenjang jabatan dengan cara membagi selisih angka kredit untuk naik ke jenjang berikutnya dengan perkalian masa kerja jabatan secara normal analis kebijakan selama 5 (lima tahun) dan jumlah jam kerja efektif selama 5 (lima) tahun sebagaimana tercantum pada Contoh Formulir 1. 2. Menginventarisir seluruh jenis kegiatan kajian dan analisis kebijakan yang mendapatkan penilaian angka kredit sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur negara dan Reformasi Birokrasi No. 45 Tahun 2013 tentang JF dan Angka Kreditnya sebagaimana tercantum pada Contoh Formulir 2. 3. Menginventarisir nilai angka kredit untuk setiap butir kegiatan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur negara dan Reformasi Birokrasi No. 45 Tahun 2013 tentang JF dan Angka Kreditnya. Angka kredit dalam peraturan tersebut mencerminkan jumlah jam kerja efektif yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap output kegiatan sebagaimana tercantum pada Contoh Formulir 2. 4. Menghitung perkiraan volume output analis kebijakan sesuai dengan jenjang jabatan untuk 5 (lima) tahun sesuai dengan Rencana Strategik masing-masing unit organisasi sebagaimana tercantum pada Contoh Formulir 2. 5. Menghitung distribusi angka kredit per analis kebijakan untuk setiap butir kegiatan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur negara dan Reformasi Birokrasi No. 45 Tahun 2013 tentang JF dan Angka Kreditnya sebagaimana tercantum pada Contoh Formulir 3. 6. Menggunakan jam kerja efektif setahun sebesar 1.250 jam (berdasarkan jam kerja dinas 37 jam 30 menit dalam satu minggu dikurangi waktu tambah dan waktu boros). 7. Menghitung waktu efektif penyelesaian kegiatan dengan cara membagi besaran angka kredit untuk seluruh kegiatan dalam satu (1) tahun dengan rata-rata angka kredit per jam sesuai jenjang jabatan (dari hasil penghitungan butir 1) sebagaimana tercantum pada Contoh Formulir 4 bagian 1.

11 8. Menghitung jumlah waktu efektif penyelesaian kegiatan dari seluruh butir kegiatan dalam lima tahun, sesuai jenjang jabatan sebagaimana tercantum pada Contoh Formulir 4 bagian 1. 9. Menghitung total formasi analis kebijakan per jenjang jabatan analis kebijakan dengan rumus sebagai berikut (sebagaimana tercantum pada Contoh Formulir 4 bagian 2): TFP = orang Keterangan: - TFP adalah total formasi analis kebijakan dalam jenjang tertentu yang dibutuhkan untuk melaksanakan seluruh kegiatan kajian dan analisis kebijakan. - w adalah jumlah waktu efektif penyelesaian kegiatan (merupakan penjumlahan dari nomor 8 dan 9). - JKE adalah jam kerja efektif yang harus digunakan seorang analis kebijakan untuk melaksanakan kajian dan analisis kebijakan selama 5 (lima) tahun (hasil penghitungan nomor 3). 10. Menghitung Lowongan Formasi Analis Kebijakan (LF) dengan rumus sebagai berikut (sebagaimana tercantum pada Contoh Formulir 4 bagian 3): LF = TF (JF+JM-JN-JB) Keterangan : LF adalah Lowongan Formasi Analis Kebijakan dalam jenjang jabatan tertentu yang dapat diisi dalam tahun yang dihitung; TF adalah Total Formasi Analis Kebijakan dalam jenjang jabatan tertentu yang diperlukan pada tahun yang dihitung; JF adalah Jabatan Fungsional Analis Kebijakan yang ada saat ini; JM adalah Jumlah Analis Kebijakan yang Masuk dalam jenjang jabatan tertentu pada periode mulai saat ini sampai dengan tahun yang dihitung karena kenaikan dari jenjang jabatan yang lebih rendah ke jenjang jabatan tertentu; JN adalah perkiraan Jumlah Analis Kebijakan yang Naik pada periode mulai saat ini sampai tahun yang dihitung, dari jenjang jabatan tertentu ke jenjang jabatan yang lebih tinggi; JB adalah perkiraan Jumlah Analis Kebijakan yang Berhenti dari jabatan tertentu pada periode mulai saat ini sampai dengan tahun yang dihitung pejabat Analis Kebijakan tersebut keluar dari jabatan Analis Kebijakan karena berhenti atau pensiun.

12 BAB III TATACARA PENETAPAN DAN PENGUSULAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAN A. Formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan pada Instansi Pusat. a. Setiap instansi Pusat menyusun Formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan. b. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat mengajukan usulan formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan bagi PNS Pusat kepada Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi dengan tembusan kepada Kepala BKN. c. Sebelum mengajukan usulan formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan, masing-masing Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dapat melakukan konsultasi dengan Kepala LAN selaku Pimpinan Instansi Pembina Jabatan Fungsional Analis Kebijakan. d. Penetapan formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan didasarkan pada indikator, antara lain: 1) ruang lingkup kebijakan 2) jumlah kebijakan yang dihasilkan 3) karakteristik pekerjaan/tugas pokok, dan 4) Analisis Kebutuhan Analis kebijakan e. Berdasarkan tembusan usulan formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan, Kepala BKN membuat Surat Pertimbangan Penetapan Formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan bagi PNS Pusat kepada Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi, sebagai bahan untuk Penetapan Formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan pada instansi yang bersangkutan. f. Keputusan Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi atas Penetapan Formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan disampaikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat yang bersangkutan, dengan tembusan kepada: 1) Kepala BKN; 2) Kepala LAN; 3) Menteri Keuangan up. Direktorat Jenderal Anggaran; 4) Kepala KPKN yang bersangkutan.

13 B. Formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan pada Instansi Daerah a. Setiap instansi Daerah menyusun formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan. b. Pejabat Pembina Kepegawaian Provinsi mengajukan permohonan persetujuan formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan bagi PNS Daerah Provinsi kepada menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur Negara dan reformasi birokrasi dengan tembusan kepada Kepala BKN. c. Pejabat Pembina Kepegawaian Kabupaten/Kota mengajukan permohonan persetujuan formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan bagi PNS Daerah Kabupaten/Kota kepada menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi dengan tembusan kepada Kepala BKN yang dikoordinasikan dengan Gubernur. d. Sebelum mengajukan permohonan persetujuan formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan, masing-masing Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota dapat melakukan konsultasi dengan Kepala LAN selaku Pimpinan Instansi Pembina Jabatan Fungsional Analis Kebijakan. e. Berdasarkan tembusan permohonan persetujuan formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan bagi PNS Daerah, Kepala BKN membuat surat pertimbangan penetapan formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan bagi PNS Daerah kepada menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi reformasi birokrasi, sebagai bahan untuk Penetapan Formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan. f. Persetujuan Menteri atas Penetapan Formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan bagi PNS Daerah disampaikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah (unit pengawasan fungsional daerah) yang bersangkutan dengan tembusan kepada: 1) Kepala LAN; 2) Kepala BKN dan kepala Kantor Regional BKN yang bersangkutan. 3) Kepala BKD; 4) Kepala Kantor Pelayanan Perbendaharaan negara (KPPN) yang bersangkutan. 5) Kepala Biro/Bagian Keuangan Pemerintah daerah yang bersangkutan. g. Berdasarkan persetujuan menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi, Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah menetapkan formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan bagi PNS Daerah.

14 Contoh Formulir 1 Perhitungan rata-rata Angka Kredit Per Jam Dalam 5 Tahun Rencana Kerja (5=periode 5 tahun; 1.250=jumlah jam kerja selama 1 tahun @3737,5 jam kerja/minggu Jenjang Jabatan Pertama Pangkat Penata muda Penata Muda tk I Gol/Ruang Angka Kredit Perhitungan Rata2 angka kredit per jam III/a 100 50: (5x1250) 0,008 III/b 150 50: (5x1250) 0,008 Muda Penata III/c 200 100: (5x1250) 0,016 Madya Utama Penata tk III/d 300 100: (5x1250) 0,016 I Pembina IV/a 400 150: (5x1250) 0,016 Pembina tk. I Pembina Utama Muda Pembina Utama Madya Pembina Utama IV/b 550 150: (5x1250) 0,024 IV/c 700 150: (5x1250) 0,024 IV/d 850 200: (5x1250) 0,032 IV/e 1050 Keterangan: = Analis Kebijakan

15 Contoh Formulir 2 Penghitungan Beban Kerja Berdasarkan Renstra Unit Kerja/Organisasi Unit Kerja/Organisasi:...(a). A. Beban Kerja Tahun...(b) Target Output Sasaran 1. Program:...(c) 1.1 1.2 1 2 3 4 5 Jumlah 1 2 3 4 5 Jumlah 1 Kegiatan...(d) Rekapitulasi Angka Kredit Vol Kegiatan...(e)..dan seterusnya Jumlah Total Butir Kegiatan Yang dinilai dalam angka kredit Angka Kredit Jumlah Jumlah Distribusi Beban Kerja/Jenjang Analis kebijakan Utama Madya Muda Pertama IV/e IV/d IV/c IV/b IV/a III/d III/c III/b III/a Keterangan % nilai % nilai % nilai % nilai % nilai % nilai % nilai % nilai % nilai 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Petunjuk Pengisian: 1 Huruf a diisi dengan nama unit kerja/organisasi 2 Huruf b diisi dengan tahun yang dihitung 3 Huruf c diisi dengan judul program yang ada dalam dokumen renstra 4 Huruf d diisi dengan judul kegiatan yang merupakan penjabaran dari program 5 Huruf e diisi dengan judul kegiatan lain yang merupakan penjabaran dari program dan seterusnya disesuaikan dengan jumlah kegiatan dalam program 6 Kolom 1 diisi dengan target output dari program yang terdapat dalam Renstra. Pengisisan target output selama 5 tahun ini meliputi berbagai output yang diharapkan dari kegiatan 7 Kolom 2 (dua) diisi dengan butir kegiatan yang dinilai dalam angka kredit berdasarkan output yang dihasilkan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI No. 45 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Analis Kebijakan dan Angka Kreditnya 8 Kolom 3 (tiga) diisi dengan jumlah volume output yang dihasilkan berdasarkan kolom 1 (satu) 9 Kolom 4 (empat) diisi dengan nilai angka kredit berdasarkan butir kegiatan yang dinilai dalam angka kredit (sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI No. 45 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Analis Kebijakan dan Angka Kreditnya) 10 Kolom 5 (lima ) diisi dengan hasil pengalian kolom 3 (tiga) dengan kolom 4 (empat) 11 Kolom 6 (enam) menunjukkan jumlah analis kebijakan yang terlibat 12 Kolom 7 (tujuh) merupakan persentase distribusi beban kerja jenjang Analis Kebijakan utama - IV/e dalam mennghasilkan suatu output 13 Kolom 8 (delapan) merupakan nilai dari hasil persentase beban kerja Jenjang Analis Kebijakan Utama - IV/e dalam menghasilkan suatu output 14 Kolom 9 (sembilan) merupakan persentase distribusi beban kerja jenjang Analis Kebijakan utama- IV/d dalam menghasilkan suatu output 15 Kolom 10 (sepuluh) merupakan nilai dari hasil persentase beban kerja jenjang Analis Kebijakan utama - IV/d dalam menghasilkan suatu output 16 Kolom 11 (sebelas) merupakan persentase distribusi beban kerja janjang Analis Kebijakan Madya - IV/c dalam menghasilkan suatu output 17 Kolom 12 (dua belas) merupakan nilai dari hasil persentase beban kerja jenjang analis kebijakan madya - IV/c dalam menghasilkan suatu output 18 Kolom 13 (tiga belas) merupakan persentase distribusi beban kerja jenjang Analis Kebijakan madya - IV/b dalam menghasilkan suatu output 19 Kolom 14 (empat belas) merupakan nilai dari hasil persentase beban kerja jenjang Analis Kebijakan madya - IV/b dalam menghasilkan suatu output 20 Kolom 15 ( lima belas) merupakan persentase distribusi beban kerja jenjang Analis Kebijakan madya - IV/a dalam menghasilkan suatu output 21 Kolom 16 (enam belas) merupakan nilai dari hasil persentase beban kerja jenjang analis kebijakan madya - IV/a dalam menghasilkan suatu output 22 Kolom 17 (tujuh belas) merupakan persentase distribusi beban kerja jenjang Analis Kebijakan muda - III/d dalam menghasilkan suatu output 23 Kolom 18 (delapan belas) merupakan nilai dari hasil persentase beban kerja jenjang Analis Kebijakan - III/d dalam menghasilkan suatu output 24 Kolom 19 (sembilan belas) merupakan persentase distribusi beban kerja jenjang Analis Kebijakan muda - III/c dalam menghasilkan suatu output 25 Kolom 20 (dua puluh) merupakan nilai dari hasil persentase beban kerja jenjang Analis Kebijakan muda - III/c dalam menghasilkan suatu output 26 Kolom 21 (dua pupuh satu) merupakan persentase distribusi beban kerja jenjang Analis Kebijakan pertama - III/b dalam menghasilkan suatu output 27 Kolom 22 (dua puluh dua) merupakan nilai dari hasil persentase beban kerja jenjang Analis Kebijakan pertama - III/b dalam menghasilkan suatu output 28 Kolom 23 (dua puluh tiga) merupakan persentase distribusi beban kerja jenjang Analis Kebijakan pertama - III/a dalam menghasilkan suatu output 29 Kolom 24 (dua puluh empat) merupakan nilai dari hasil persentase beban kerja jenjang Analis Kebijakan pertama - III/a dalam menghasilkan suatu output 30 Kolom 25 (dua puluh lima) diisi dengan keterangan pendukung apabila perlu dijelaskan 31 Langkah terakhir adalah menjumlahkan hasil angka kredit yang diperoleh dari setiap jenjang Analis Kebijakan

16 Contoh Formulir 3 Pendistribusian Angka Kredit Per Analis kebijakan yang terlibat ke 1 ke 2 ke 3 Ak ke 4 ke 5 ke 5 orang % % % % % % 2 60 40 3 50 25 25 4 40 20 20 20 5 40 15 15 15 15 6 40 12 12 12 12 12 Ketentuan: Apabila Analis Kebijakan lebih dari 4 (empat) orang maka Analis Kebijakan ke-1 proporsinya 40% dan sisanya dibagi sama rata sesuai dengan jumlah Analis Kebijakan pembantu.

17 Contoh Formulir 4 Beban Kerja Analis Kebijakan yang ada pada Tahun Awal Perhitungan dst Target Output Butir Kegiatan Yang Dinilai Dalam Angka Kredit Jumlah Angka Kredit 1 2 3 4 1 2 3 Jumlah Jumlah 5 (k3xk4) Petunjuk Pengisian: 1 Kolom 1 (satu) diisi dengan jenjang pendidikan Analis Kebijakan yang ada (pada jenjang yang akan dihitung); 2 Kolom 2 (dua) diisi dengan butir kegiatan yang dinilai dalam Angka Kredit berdasarkan output yang dihasilkan (berdasarkan pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI No. 45 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Analis Kebijakan dan Angka Kreditnya) 3 Kolom 3 (tiga) diisi dengan jumlah Analis Kebijakan yang ada dalam jenjang yang dihitung 4 Kolom 4 (empat) diisi dengan nilai angka kredit berdasarkan butir kegiatan yang dinilai dalam Angka Kredit (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI No. 45 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Analis Kebijakan dan Angka Kreditnya) Kolom 5 (lima) diisi dengan jumlah perkalian kolom 3 5 (tiga) dengan kolom 4 (empat)

18 Contoh Formulir 5 REKAPITULASI BEBAN KERJA PER JENJANG ANALIS KEBIJAN JENJANG/GOLONGAN:.../...(a) Unit Kerja/Organisasi...(b) 1. Rekapitulasi Beban Kerja Tahun Angka Kredit Jenjang Rata-rata angka kredit/jam Waktu penyelsaian per output (jam) 1 2 3 4 (k2/k3) 5 Tahun... Ket Tahun... Tahun... Tahun... Jumlah 1 Petunjuk Pengisian: 1 Huruf a diisi dengan jenjang jabatan Analis Kebijakan; 2 Huruf b diisi dengan nama unit kerja/organisasi 3 Kolom 1 (satu) diisi dengan tahun dalam Renstra; 4 Kolom 2 (dua) diisi dengan jumlah angka kredit jenjang Analis Kebijakan yang dihitung (pertahun); 5 Kolom 3 (tiga diisi dengan rata-rata angka kredit per jam jenjang Analis Kebijakan yang dihitung; 6 Kolom 4 (empat) diisi dengan hasil pembagian kolom 2 (dua) dibagi kolom 3 (tiga); 7 Kolom 5 (lima) diisi dengan keterangan pendukung apabila diperlukan; 8 Kolom 2 (dua) dijumlahkan seluruhnya; 9 Kolom 4 (empat) dijumlahkan seluruhnya; 2. Rekapitulasi beban kerja Analis Kebijakan yang Ada Target Output Angka kredit jenjang Pertama Rata-rata angka kredit/jam Waktu penyelesaian per output (jam) 1 2 3 4 (k2/k3) 5 Tahun... Ket Jumlah 2 Petunjuk Pengisian: www.peraturan.go.id

19 1 Kolom 1 (satu) diisi dengan tahun dalam Renstra; 2 Kolom 2 (dua) diisi dengan jumlah angka kredit jenjang Analis Kebijakan yang dihitung (pertahun); 3 Kolom 3 (tiga ) diisi dengan rata-rata angka kredit per jam jenjang Analis Kebijakan yang dihitung; 4 Kolom 4 (empat) diisi dengan hasil pembagian kolom 2 (dua) dibagi kolom 3 (tiga); 5 Kolom 5 (lima) diisi dengan keterangan pendukung apabila diperlukan; 6 kemudian kolom 2 (dua) dan kolom 4 (empat) dijumlahkan seluruhnya 7 Kolom 2 (dua) dijumlahkan seluruhnya; 8 Kolom 4 (empat) dijumlahkan seluruhnya; 3. Waktu Efektif Penyelesaian Kegiatan Jumlah 1 Jumlah 2 Jumlah 1+2 1 2 3 Petunjuk Pengisian: 1 Kolom 1 (satu) diisi dari kolom jumlah pada tabel rekapitulasi beban kerja 2 Kolom 2 (dua) diisi dari kolom jumlah pada tabel rekapitulasi beban kerja analis kebijakan yang ada 3 Kolom 1 (satu) dijumlahkan seluruhnya; 4 Kolom 3 (tiga) dijumlahkan seluruhnya. 4. Rumus Perhitungan Formasi Analis Kebijakan TF = W JKE x orang Keterangan: w= waktu efektif penyelesaian kegiatan JKE= jam kerja efektif (6250jam) TP= Total Formasi www.peraturan.go.id

20 BAB IV P E N U T U P Pedoman ini diharapkan mampu memberikan panduan secara teknis dalam menyusun Formasi Jabatan Fungsional Analis Kebijakan di seluruh instansi Pusat dan Daerah. Dengan Pedoman ini akan diperoleh jumlah dan susunan Jabatan Fungsional Analis Kebijakan sesuai dengan kebutuhan dan beban kerja yang dapat dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu secara profesional oleh setiap Analis Kebijakan, serta memungkinkan pencapaian jumlah angka kredit yang ditentukan dalam kurun waktu tertentu untuk kenaikan pangkat. KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA, AGUS DWIYANTO