Materi Bahasan. n Pengertian HAM. n Generasi HAM. n Konsepsi Non-Barat. n Perdebatan Internasional tentang HAM.

dokumen-dokumen yang mirip
Lembaga Dalam Badan Yudikatif

Materi Bahasan. dalam Sistem Presidensial dan Parlementer. Pemerintahan. n Trias Politica. n Definisi Eksekutif. n Peran Utama Eksekutif.

Budaya dan Sosialisasi Politik

Komunikasi Politik dan Opini Publik

Materi Bahasan. n Pengertian Ideologi. n Fungsi Ideologi. n Komponen Ideologi. n Klasifikasi Ideologi.

Materi Bahasan. n Definisi Partai Politik. n Fungsi Partai Politik. n Sistem Kepartaian. n Aspek Penting dalam Sistem Kepartaian.

Materi Bahasan. n Konsep Demokrasi. n Cakupan Demokrasi. n Prasyarat Demokrasi.

Pendekatan-Pendekatan dalam Ilmu Politik

Materi Bahasan. n Relasi Trias Politica dan Legislatif. n Sejarah Parlemen. n Struktur Parlemen. n Fungsi Lembaga Legislatif.

Partisipasi Politik dan Pemilihan Umum

Konsep-Konsep Dasar dalam Ilmu Politik

UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA PASAL 1

PENGERTIAN HAM Hak adalah kekuasaan atau wewenang yang dimiliki seseorang atas sesuatu (Suria Kusuma, 1986). Istilah Hak asasi menunjukkan bahwa kekua

BAB I PENDAHULUAN. perang Dunia II dan pada waktu pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun

HAM dan Hukum Ekonomi Internasional

INSTRUMEN INTERNASIONAL HAK ASASI MANUSIA

Pengantar Memahami Hak Ekosob. M. Dian Nafi PATTIRO-NZAID

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON ECONOMIC, SOCIAL AND CULTURAL RIGHTS

HAK AZASI MANUSIA. Materi Perkuliahan Ilmu Politik FH Unsri. Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Hak asasi manusia ( selanjutnya disingkat dengan HAM ) adalah seperangkat hak yang

HAM KEWARGANEGARAAN. Hak Asasi Manusia FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Pendidikan Kewarganegaraan

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara demokrasi. 1 Demokrasi sebagai dasar hidup

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Modul ke: Hak Asasi Manusia. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

HAK ASASI MANUSIA.

DAFTAR ISI. Maksud, Tujuan dan Kerangka Penulisan Buku...3 BAGIAN I BAB I EVOLUSI PEMIKIRAN DAN SEJARAH PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA...

MODUL VII HAK AZAZI MANUSIA

AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017

INSTRUMEN HUKUM MENGENAI HAM

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dan pelaksanaan HAM lebih banyak dijadikan objek power game diantara blokblok

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2005 TENTANG (KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kehidupan umat manusia. Setiap manusia yang lahir sudah melekat hak asasinya.

BAHAN AJAR KEWARGANEGARAAN

HAM DAN DEMOKRASI DASAR DASAR POLITIK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 96 TAHUN 2015 TENTANG

HAM, PEREMPUAN DAN HAK KONSTITUSIONAL 1. Oleh Dian Kartikasari 2

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

MAKALAH. CEDAW: Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan. Oleh: Antarini Pratiwi Arna, S.H., LL.M

Wawasan Kebangsaan. Dewi Fortuna Anwar

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

MEKANISME PENGADUAN DAN PELAPORAN TERHADAP PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

BAB II PERKEMBANGAN HAK ASASI MANUSIA DI DUNIA DAN INDONESIA, SERTA KONTRIBUSI INDONESIA DALAM PEMBENTUKAN BADAN MEKANISME HAM DI ASEAN

HAK AZASI MANUSIA. Drs. H. M. Umar Djani Martasuta, M.Pd

HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL

Hak Asasi Manusia. Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Hak Beribadah di Indonesia Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 4 Agustus 2015; disetujui: 6 Agustus 2015

BAB III INSTRUMEN INTERNASIONAL PERLINDUNGAN HAM PEREMPUAN

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Dalam kegiatan saling

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Hak Asasi Manusia

MAKALAH. Negara Hukum, HAM, dan Peran Masyarakat Sipil

SEJARAH HAK AZASI MANUSIA

Dapat memahami materi tetang HAM. Dapat memahami materi HAK dan Kewajiban Warga Negara. Dapat memahai dan menjelaskan pelaksanaan HAM di Indonesia

Bab 3 Hak Asasi Manusia A. Pengertian HAM, HAM adalah hak dasar yang dimilki manusia sejak manusia dilahirkan. Ada dan melekat pada diri setiap

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GLOBALISASI HAK ASASI MANUSIA DARI BAWAH: TANTANGAN HAM DI KOTA PADA ABAD KE-21

NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Universitas Indo Global Mandiri Palembang

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) KEWARGANEGARAAN (PKN) HAM & IMPLIKASINYA

HAK ASASI MANUSIA dalam UUD Negara RI tahun Dr.Hj. Hesti

KEYNOTE ADRESS RAFENDI DJAMIN WAKIL INDONESIA UNTUK AICHR

PANCASILA HAK ASASI MANUSIA. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 06Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi S1 Manajemen

HAK ASASI MANUSIA. Pengertian HAM

Negara Hukum. Manusia

KONSEP DASAR HAM. Standar Kompetensi: 3. Menampilkan peran serta dalam upaya pemajuan, penghormatan dan perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM)

Kompetensi. Hukum Dan Hak Asasi Manusia Hak Turut Serta dalam Pemerintahan (HTSdP) Hak Turut Serta dalam Pemerintahan. hukum dengan HTSdP.

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-1

ANGGOTA KELOMPOK DANI YUNIARTA (O ) AGUSTINO ZULFA ( ) SURYA TRIYO ATMOJO ( ) PUJI RAHMAT PRATAMA ( )

Modul ke: HAK ASASI MANUSIA. 09Teknik. Fakultas. Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi MKCU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ATURAN PERILAKU BAGI APARAT PENEGAK HUKUM

Etika Sosial. Dosen : Rudy Wawolumaja Disiapkan: Ferly David, M.Si

perkebunan kelapa sawit di Indonesia

A. Pengertian Pancasila

Dikdik Baehaqi Arif

HAK MASYARAKAT ADAT. Materi Perkuliahan HUKUM & HAM (Tematik ke-5) Vegitya Ramadhani Putri, MA, LLM

HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA. : IRVAN AGUSTIAN PRATAMA NIM : Kelompok : C Program Studi : STRATA 1 : Teknik Informatika

Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

KEWARGANEGARAAN NEGARA HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika

MAKALAH HAK SIPOL & HAK EKOSOB. Oleh: Ifdhal Kasim Ketua Komnas HAM RI, Jakarta

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA INDONESIA TAHUN

MAKALAH. Kovenan Hak-hak Sipil dan Politik, Sebuah Pengantar. Oleh: Ifdhal Kasim (Ketua KOMNAS HAM RI)

Mengetahui hak manusia yang melekat sejak lahir RINA KURNIAWATI, SHI, MH

KOVENAN HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK, SEBUAH PENGANTAR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

Materi Kuliah HAK ASASI MANUSIA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Civil and Political Rights (Hak-Hak Sipil dan Politik) Herlambang P. Wiratraman 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN Y ANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Hak Asasi Manusia Cecep Hidayat cecep.hidayat@ui.ac.id - www.cecep.hidayat.com Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia

Materi Bahasan Pengertian HAM. Generasi HAM. Konsepsi Non-Barat. Perdebatan Internasional tentang HAM.

Pengertian HAM HAM adalah hak yang dimiliki setiap manusia, yang melekat dan inheren padanya karena dia seorang manusia. Hak ini sifatnya sangat mendasar atau asasi (fundamental) dalam arti bahwa pelaksanaannya mutlak diperlukan agar manusia dapat berkembang sesuai dengan bakat, cita-cita, serta martabatnya. Hak ini dianggap universal, artinya dimiliki manusia tanpa perbedaan berdasarkan bangsa, ras, agama, atau jenis kelamin.

Tiga Generasi HAM Generasi pertama adalah hak-hak sipil dan politik. Generasi kedua adalah hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya. Generasi ketiga adalah hak-hak atas perdamaian dan pembangunan.

Generasi Pertama: Hak-Hak Sipil dan Politik (1) Kebanyakan negara demokrasi Barat sudah mencapai tahap negara kesejahteraan (welfare state) dan kebutuhan manusia sebagian besar telah terpenuhi. Negara-negara itu telah memenuhi berbagai hak ekonomi seperti kehidupan yang layak, pensiun, pelayanan kesehatan, dan pendidikan. Proses terjadinya negara kesejahteraan di negaranegara Barat terjadi berjalan sebagai sesuatu yang sudah sewajarnya (taken for granted), tanpa mengacu pada perumusan hak-hak asasi manusia.

Generasi Pertama: Hak-Hak Sipil dan Politik (2) Oleh karena itu banyak negara Barat, terutama Amerika Serikat, berkeberatan jika hak-hak manusia di bidang ekonomi terlalu ditonjolkan. Sebaliknya hak-hak yang bersifat politik di negaranegara Barat merupakan hasil perjuangan panjang melawan tirani, dan telah berhasil mewujudkan demokrasi dan gaya hidup yang cukup tangguh. Hak politik lebih berakar dalam tradisi masyarakat Barat ketimbang hak ekonomi.

Generasi Kedua: Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (1) Diperjuangkan oleh negara-negara Komunis di PBB dan didukung oleh negara-negara Dunia Ketiga. Revolusi Tsar 1917 berhasil mendirikan negara berdasarkan ideologi Marxisme-Leninisme. Dalam upaya mengubah Uni Sovyet dari negara agraris yang petaninya sangat miskin menjadi negara industri, lambat laun taraf hidup rakyat berhasil ditingkatkan, sekalipun pada tahap pertama, waktu pembangunan industri besar terlalu diprioritaskan, rakyat cukup menderita.

Generasi Kedua: Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya (2) Mengatasi masalah ekonomi melalui penyediaan kesempatan kerja, perumahan, serta pendidikan dianggap lebih substantif daripada pemenuhan hak-hak politik yang dianggap borjuis dan hanya prosedural. Bahkan hak politik dianggap dapat mengganggu usaha mengkonsolidasi komunisme sebagai ideologi tunggal.

Milestones HAM (1) Pada tahun 1946, PBB membentuk Komisi Hak Asasi (Commission on Human Rights) dalam upaya untuk merumuskan hak-hak asasi yang diakui di seluruh dunia sebagai standar prilaku manusia secara universal. Pada tahun 1948, komisi tersebut menghasilkan Universal Declaration of Human Rights sebagai kompromi negara-negara Barat dan negara-negara Timur meskipun hak-hak politik masih lebih dominan.

Milestones HAM (2) Pada tahun 1966, Sidang Umum PBB menyetujui International Covenant on Economic, Social, and Cultural Rights (Perjanjian Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya) dan International Covenant on Civil and Political Rights (Perjanjian Internasional tentang Hak Sipil dan Politik) serta Optional Protocol to the International Covenant on Civil and Political Rights. Ketiganya beserta Deklarasi Universal disebut sebagai International Bill of Human Rights (Undang-undang Internasional mengenai Hak Asasi). Pada tahun 1976, kedua covenant tersebut diberlakukan. Pada Februari 1993, 118 negara telah meratifikasi perjanjian ekonomi dan 115 negara meratifikasi perjanjian politik.

Generasi Ketiga: Hak-Hak atas Perdamaian dan Pembangunan (1) Dipengaruhi oleh kepentingan negara-negara Dunia Ketiga. Hak-hak tersebut dituangkan dalam beberapa deklarasi: Declaration on the Right of People to Peace (Deklarasi mengenai Hak Bangsa-Bangsa atas Perdamaian) tahun 1984. Declaration on the Right to Development (Deklarasi mengenai Hak atas Pembangunan) tahun 1986.

Generasi Ketiga: Hak-Hak atas Perdamaian dan Pembangunan (2) Pihak negara-negara Barat kurang toleransi terhadap keinginan negara-negara Dunia Ketiga untuk mempertahankan nilai warisan nenek moyangnya. Cultural Relativism (relativisme kultural) yaitu pemikiran bahwa HAM harus dilihat dalam konteks kebudayaan negara masing-masing, karena hal ini dapat menyebabkan perbedaan dalam pelaksanaan HAM tersebut.

Konsepsi Non-Barat (1) Bangkok Declaration merupakan hasil dari UN Regional Meeting for Asia (April 1993) yang diadakan menjelang UN World Conference on Human Rights di Wina. Deklarasi Bangkok ini berhasil merumuskan konsepsi-konsepsi non-barat: Universality; Hak asasi bersifat universal, berlaku untuk semua manusia dari semua ras, agama, kelompok etnis, kedudukan sosial, dan sebagainya. Indivisibility dan Interdependence; Hak asasi tidak boleh dibagibagi atau dipilah-pilah dalam keseluruhannya. Semua hak asasi berhubungan (interrelated) dan bergantung satu sama lain. Non-Selectivity dan Objectivity; Tidak boleh memilih diantara beberapa kategori hak asasi dan menganggap bahwa satu kategori lebih penting daripada yang lain. Dalam menilai situasi dalam beberapa negara, jangan memakai standar ganda (double standard).

Konsepsi Non-Barat (2) Right to Development; Hak atas pembangunan adalah suatu hak asasi. Non-Conditionality; Pelaksanaan hak asasi tidak boleh menjadi syarat (conditionality) untuk bantuan pembangunan (development assistance). National and Regional Particularities; Kekhasan nasional, regional, sejarah, budaya, dan agama merupakan hal yang perlu dipertimbangkan. Right to Self-Determination (hak untuk menentukan nasib sendiri); Hak tersebut selama ini dipakai untuk melawan kolonialisme sehingga muncul banyak negara baru yang merdeka. Hak itu tidak boleh dipakai untuk merusak integritas teritorial, kedaulatan nasional dan kemerdekaan politik negara.

Perdebatan Internasional tentang HAM (1) Universalisme versus Relativisme Kultural q Paham: Universalisme q Rincian: HAM harus diterapkan secara sama di manapun q Penganut: umumnya Barat atau Utara q Paham yang diperdebatkan: Relativisme Kultural q Rincian: HAM hrus diterapkan secara berbeda sesuai perbedaan ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya q Penganut: umumnya Timur dan Selatan atau negara berkembang

Perdebatan Internasional tentang HAM (2) Individualisme versus Kolektivisme q Paham: Indivualisme q Rincian: hak individu lebih penting dan mengatasi hak kolektivitas q Penganut: : umumnya Barat atau Utara q Paham: Kolektivisme q Rincian: hak kolektivitas lebih penting dan mengatasi hak individu q Penganut: umumnya Timur dan Selatan atau negara berkembang

Perdebatan Internasional tentang HAM (3) Memprioritaskan hak sipil dan politik versus memprioritaskan hak ekonomi, sosial, dan budaya q Paham: Memprioritaskan hak sipil dan politik q Rincian: hak sipil dan politik lebih penting dan menjadi dasar dari hak ekonomi, sosial, dan budaya q Penganut: : umumnya Barat atau Utara q Paham: memprioritaskan hak ekonomi, sosial, dan budaya q Rincian: hak ekonomi, sosial, dan budaya lebih penting dan menjadi dasar dari hak sipil dan politik q Penganut: umumnya Timur dan Selatan atau negara berkembang. Catatan: setiap paham dalam perdebatan internasional itu seringkali hanya menjadi kedok dari perbedaan ekonomi dan politik pragmatis negara-negara penganutnya

Profil Cecep Hidayat Lahir pada 25 April 1978, merupakan pengajar tetap pada Departemen Ilmu Poli>k FISIP UI (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poli>k Universitas Indonesia). Sebelum bergabung dengan UI, Cecep telah melakukan berbagai riset terkait poli>k di Indonesia, dan juga poli>k di negara- negara Asia Tenggara. Hal ini dilakukannya sampai dengan sekarang. Selain mengajar dan melakukan riset, Cecep juga pernah menjadi Sekretaris Departemen dan Ketua Program Studi Ilmu Poli>k Jenjang Sarjana Reguler Departemen Ilmu Poli>k FISIP UI. Sekarang Cecep menjadi Dosen dan juga Periset UI. Selain itu Cecep juga ak>f sebagai pembicara dalam berbagai seminar berskala nasional dan internasional. Cecep Hidayat menamatkan jenjang Sarjana Ilmu Poli>k dari FISIP UI, dan gelar dual magister dalam Integrasi Regional (IMRI/Interna>onal Masters in Regional Integra>on) dari the Asia- Europe Ins1tute, Universi1 Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia dan Centro Internacional Carlos V, Universidad Autonoma de Madrid, Spanyol.

Bibliografi Anwar, M. Syafi i (ed.) (1998). Menggapai Kedaulatan Untuk Rakyat: 75 Tahun Prof. Miriam Budiardjo. Bandung, Mizan. Budiardjo, Miriam (1987). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta, Gramedia. Bab 7. Budiardjo, Miriam. Demokrasi di Indonesia, Bab 7. Budiardjo, Miriam. Jurnal Ilmu Politik 10.