PEMBERIAN GANTI RUGI SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PASIEN DALAM TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIS

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN PEMBERIAN GANTI KERUGIAN KEPADA KORBAN MALPRAKTEK MEDIS SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM PIDANA

PENGATURAN TINGKAT KESALAHAN DOKTER SEBAGAI DASAR PENENTUAN GANTI RUGI PADA PASIEN KORBAN MALPRAKTEK

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP MALPRAKTEK UPAYA MEDIS TRANSPLANTASI ORGAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP DOKTER YANG MELAKUKAN TINDAKAN MALPRAKTEK DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP BALITA SEBAGAI KORBAN PERDAGANGAN ORANG DI TINJAU DARI ASPEK VIKTIMOLOGI

PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA MELARIKAN WANITA YANG BELUM CUKUP UMUR

ABSTRACT. Keywords : Compensation, Restitution, Rehabilitation, Terrorism.

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN APABILA TIDAK HANYA SATU KONSUMEN YANG MERASA TELAH DIRUGIKAN OLEH PRODUK YANG SAMA

BENTUK GANTI KERUGIAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERKOSAAN DITINJAU DARI PERSPEKTIF VIKTIMOLOGI

Keywords: Abortion, Victims, Rape, Criminal Code, Law No. 36 of 2009.

Oleh: R.Caesalino Wahyu Putra IGN.Parikesit Widiatedja Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana

PERLINDUNGAN KONSUMEN DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA

ANALISA PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI DOKTER TERHADAP KASUS EUTHANASIA DITINJAU DARI KUHP YANG BERTENTANGAN DENGAN HAK ASASI MANUSIA

UPAYA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI PELAPOR

TINJAUAN YURIDIS INFORMED CONCENT BAGI PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT

PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN MELALUI MEKANISME GUGATAN PERWAKILAN KELOMPOK ( CLASS ACTIONS

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU SODOMI TERHADAP KORBAN YANG TELAH CUKUP UMUR

TANGGUNG JAWAB PERDATA DOKTER KEPADA PASIEN DALAM TRANSAKSI TERAPEUTIK

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PEMALSUAN IJAZAH

SANTUNAN OLEH PELAKU TINDAK PIDANA TERHADAP KORBAN KEJAHATAN DIKAJI DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

TESIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI DOKTER ATAS DUGAAN MALPRAKTIK MEDIK ENY HERI MANIK NIM

BUKTI ELEKTRONIK CLOSED CIRCUIT TELEVISION (CCTV) DALAM SISTEM PEMBUKTIAN PIDANA DI INDONESIA

KAJIAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI JUAL-BELI ONLINE

PIDANA PENGAWASAN DALAM PERSPEKTIF PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA. Oleh : I Made Ardian Prima Putra Marwanto

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN

TINJAUAN YURIDIS PENERAPAN PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN DALAM PELAYANAN KESEHATAN DIHUBUNGKAN DENGAN MALPRAKTIK DALAM PRAKTIK KEDOKTERAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KONSUMEN KESEHATAN DALAM HAL TERJADI MALPRAKTEK. Oleh: Elyani Staf Pengajar Fakultas Hukum UNPAB Medan ABSTRAK

GANTI KERUGIAN DALAM PUTUSAN PRAPERADILAN BAGI TERDUGA TERORIS YANG TERTEMBAK MATI SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN TERHADAP HAK ASASI MANUSIA

KEKUATAN HUKUM PEMBUKTIAN PIDANA MELALUI MEDIA ELEKTRONIK BERDASARKAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA (KUHAP)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERAMPOKAN DIDALAM TAKSI DITINJAU DARI PERSEPEKTIF VIKTIMOLOGI

UNSUR KESALAHAN DALAM TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP SUATU KAJIAN TERHADAP UNDANG-UNDANG NO. 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Informed Consent dalam keadaan darurat, Perlindungan Hukum bagi Dokter

PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP MAKANAN KEMASAN TANPA TANGGAL KADALUARSA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM PERJANJIAN PENGIKATAN JUAL BELI APARTEMEN MELALUI PEMESANAN

PEMBERIAN KOMPENSASI SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KERUSUHAN

KEABSAHAN PERNYATAAN MAJELIS HAKIM SIDANG TERBUKA DAN TERBATAS UNTUK UMUM (STUDI KASUS PENISTAAN AGAMA Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA)

KEDUDUKAN REKAM MEDIS DALAM

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP PEMIDANAAN ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA MENGEKSPLOITASI EKONOMI ATAU SEKSUAL ANAK

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PELAKU TINDAK PIDANA EKSIBISIONISME DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA

PELAKSANAAN GANTI RUGI TERHADAP KONSUMEN ATAS KERUGIAN AKIBAT MENGGUNAKAN PRODUK DARI NATASHA SKIN CARE

DIVERSI TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS MEREK TERKENAL (WELL-KNOWN MARK) BERKAITAN DENGAN PELANGGARAN MEREK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DARI PELAKU USAHA YANG TUTUP TERKAIT DENGAN PEMBERIAN LAYANAN PURNA JUAL/GARANSI

TANGGUNG GUGAT PRODUCT LIABILITY DALAM HUKUM PERLINDUNGAN KONSUMEN DI INDONESIA

KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA

PERLINDUNGAN HUKUM PASIEN PADA PENGOBATAN ALTERNATIF

SANKSI PIDANA BAGI PELAKU PEMBIARAN TINDAK PIDANA NARKOTIKA DITINJAU DARI UU NO. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA. Oleh :

PELANGGARAN HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL DAN TUNTUTAN GANTI RUGI MENGENAI HAK CIPTA LOGO DARI PENCIPTA

SKRIPSI KEKUATAN PEMBUKTIAN KETERANGAN AHLI DOKTER OBGYN DALAM KASUS ABORSI

Oleh : Nik Mirah Mahardani Pembimbing: I Gede Artha Program Kekhususan Hukum Pidana, Fakultas Hukum Universitas Udayana

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WHISTLE BLOWER DALAM PERSIDANGAN PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI

Kata Kunci : Aborsi, Keterangan Penyidik, Implikasi Hukum

Kata kunci: iktikad baik, rumah susun, perlindungan konsumen. v Universitas Kristen Maranatha

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

Hak Pasien, Pemberian Insentif dan Perlindungan Hukum.

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PEMBATALAN STATUS TERSANGKA DALAM PUTUSAN PRAPERADILAN

ABSTRACT. DewiHapsariYaraRizkia ( )

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN KEKERASAN

TANGGUNG JAWAB RUMAH SAKIT TERHADAP DOKTER YANG MELAKUKAN KESALAHAN TINDAKAN KEDOKTERAN KEPADA PASIEN

PENERAPAN PIDANA BERSYARAT DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI (STUDI PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 2591K/PID.SUS./2011)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DOKTER DALAM MENJALANKAN PROFESI KEDOKTERAN

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PENGGUNA BAHAN BAKAR MINYAK ECERAN YANG TIDAK MEMILIKI IZIN PENJUALAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO.

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGATUR LALU LINTAS UDARA DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN PESAWAT UDARA

KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI PENGAKUAN YANG DIBERIKAN DI LUAR PERSIDANGAN

Keywords: Financial loss of countries, corruption, acquittal, policy, prosecutor

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ARTIS SEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA CYBERBULLYING PADA MEDIA SOSIAL INSTAGRAM DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

PENERAPAN SISTEM PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PENERAPAN KLAUSULA EKSONERASI DALAM PERJANJIAN BAKU

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENANAM MODAL DALAM PERUSAHAAN PERSEKUTUAN PERDATA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PENANAMAN MODAL.

Oleh : A.A. Ngurah Jaya Wikrama A.A Gede Duwira Hadi Santosa Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN DALAM MENGGUNAKAN JASA TRANSPORTASI ONLINE UBER DAN GRAB DI INDONESIA

SUATU TINJAUAN HUKUM TERHADAP RETUR PENJUALAN DALAM ASPEK-ASPEK HUKUM PERJANJIAN JUAL BELI

JASA PELAYANAN KESEHATAN DAN EKSISTENSI YURIDISNYA TERHADAP PERLINDUNGAN KONSUMEN. Hasyim S. Lahilote 1. Abstrak

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN PRIVASI KONSUMEN DALAM BERTRANSAKSI ONLINE

JURNAL ILMIAH. Oleh : SITI KEMALA ROHIMA D1A

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI TUKANG GIGI KARENA KELALAIAN DALAM MELAKUKAN PEKERJAANNYA DITINJAU DARI KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PIDANA

KONSEKUENSI HUKUM PENGINGKARAN ISI BERITA ACARA PEMERIKSAAN OLEH TERDAKWA DI PERSIDANGAN Oleh :

TINJAUAN TENTANG HAKIM AD-HOC TERKAIT DENGAN ASPEK IMPARSIAL DALAM PRAKTEK PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

NILAI-NILAI POSITIF DAN AKIBAT HUKUM DISSENTING OPINION DALAM PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

Sumber: Dewi, A.I, 2008, Etika dan Hukum Kesehatan, Pustaka book Publisher : yogyakarta.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG TIDAK MENGETAHUI TELAH MEMBELI BAJU BEKAS

PENJATUHAN HUKUMAN UNTUK PELAKU TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN HEWAN

LEGALITAS SHORT MESSAGE SERVICE (SMS)

TESIS PUTUSAN REHABILITASI DALAM KONSEP PEMIDANAAN DI INDONESIA

KEBIJAKAN FORMULASI FUNGSI KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA MENURUT UNDANG UNDANG NO 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Justru yang utama dan mendasar ada di dalam Undang Undang Praktek. kelalaian dalam melaksanakan profesi dalam undang-undang praktek

PERLINDUNGAN HAK-HAK ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DENPASAR NOMOR 2/PID.SUS.ANAK/2015/PN DPS

BAB I PENDAHULUAN. continental dan sistem Anglo Saxon. Perkembangan hukum secara. campuran karena adanya kemajemukan masyarakat dalam menganut tingkat

Aspek Hukum Perjanjian Sewa Beli

KRIMINALISASI TERHADAP PERBUATAN SPAMMING MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TETANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

ABSTRAK. Rizka Purwanty ( )

KONSUMEN DAN PROMOSI KARTU DEBET:

FORMULASI HUKUM PENANGGULANGAN MALPRAKTIK KEDOKTERAN LEGAL FORMULA ON SUPPRESSING MEDICAL MALPRACTICE. Oleh: Priharto Adi *)

EFEKTIVITAS PENERAPAN CLASS ACTION DALAM PENYELESAIAN SENGKETA LINGKUNGAN DI INDONESIA

Oleh L.P Hadena Hoshita Adiwati Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENGGUNAAN KLAUSULA BAKU DALAM TRANSAKSI PENYEDIA JASA PENGIRIMAN YANG DILAKUKAN PT. CITRA VAN

FUNGSI NOTARIS DALAM PEMBUATAN AKTA YANG DIBUBUHI DENGAN CAP JEMPOL SEBAGAI PENGGANTI TANDA TANGAN

Transkripsi:

PEMBERIAN GANTI RUGI SEBAGAI BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PASIEN DALAM TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIS I Gede Andika Putra I Wayan Wiryawan Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrac One of the form of legal protection given to the patient is proposing compensation by the patient who feel aggrieved by the health personnel. The issue that is raised is the legal basic of proposing compensation, type and the mechanism of proposing compensation by the patient. The purpose of this paper is to acknowledge and understand the compensation which is given as a form of legal protection for victim of the crime in medical field. The method which is used is the normative research method due to the vagueness of norms towards the regulation of compensation in Act Number 23 of 1992 on Health. The legal basic used by the patient to demand compensation to the doctor or health facility is Act Number 23 of 1992 Article 55 paragraph (1) and paragraph (2). By not strictly regulated or even not refer in detail about the compensation provisions of the Health Law, the judge has the power to apply the compensation in accordance with the principles of propriety. While the submission of compensation under the provisions of Article 98 to Article 100 of Act Number 8 of 1981 on Criminal Proceedings in the form of compensation to victim of malpractice in criminal justice which can be done by the judge through the incorporation of criminal cases with civil tort cases. Keywords: Compensation, Legal Protection, Criminal Act, Medic Abstrak Salah satu bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada pasien adalah adanya ganti rugi yang dapat diajukan pasien yang merasa dirugikan oleh tenaga kesehatan. Adapun permasalahan yang diangkat yakni dasar pemberian ganti rugi dan jenis serta mekanisme pengajuan ganti rugi oleh pasien. tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui dan memahami ganti rugi yang dapat diberikan sebagai bentuk perlindungan hukum bagi korban tindak pidana dibidang medis. Metode penelitian yang digunakan yakni metode penelitian normatif, dikarenakan adanya kekaburan norma terhadap pengaturan ganti rugi dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Adapun dasar hukum yang dipakai oleh pasien untuk menuntut ganti rugi kepada dokter atau sarana kesehatan adalah Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Pasal 55 ayat (1) dan ayat (2). Dengan tidak diatur secara tegas atau bahkan tidak mengacu secara rinci tentang ganti rugi dalam ketentuan undang-undang kesehatan tersebut, maka hakim mempunyai kebebasan untuk menerapkan ganti rugi tersebut sesuai dengan asas kepatutan. Sedangkan cara pengajuan ganti rugi berdasarkan pada ketentuan Pasal 98 sampai Pasal 100 UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana yang berupa pemberian ganti kerugian terhadap korban malpraktek dalam peradilan pidana dilakukan dapat oleh Hakim melalui penggabungan perkara pidana dengan perkara gugatan ganti kerugian perdata. Kata kunci : ganti rugi, perlindungan hukum, tindak pidana, medis I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Adanya tindak pidana medis ini dapat menimbulkan dampak berupa kesakitan, cedera, cacat fisik, kerusakan tubuh, dan kematian pada pasien. Maka dari sisi hukum, kedudukan pasien sebagai korban yang rentan akan tindak pidana media harus mendapat perlindungan hukum. Salah satu bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada pasien yang merasa dirugikan adalah adanya pemberian ganti rugi kepada pasien melalui putusan Pengadilan. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan memberi kesempatan kepada pasien selaku konsumen jasa pelayanan kesehatan berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan. Meskipun dalam Undang-Undang Kesehatan memberikan peluang adanya ganti rugi sebagai bentuk perlindungan hukum, akan tetapi dalam undang-undang tersebut terdapat kekurangan mengenai pengaturan ganti rugi oleh pasien yang dirugikan. Pertama, ketentuan undang-undang tersebut tidak mengatur mengenai berapa besaran ganti rugi yang dapat diajukan pasien serta jenis ganti rugi yang dapat diajukan mengingat kerugian yang diderita oleh pasien bisa berupa kerugian immaterial maupun materiil; Kedua, apa yang menjadi dasar bagi seorang hakim dalam menentukan besarnya ganti rugi yang diajukan dan hal-hal yang mempengaruhi hakim dalam memberikan putusan ganti rugi yang diajukan oleh pasien. Sehingga berdasarkan pemaparan diatas perlu dilakukan suatu analisa sehingga terdapat keseragaman konsep ganti rugi. 1.2. Tujuan Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui dan memahami ganti rugi yang dapat diberikan sebagai bentuk perlindungan hukum bagi korban tindak pidana dibidang medis. BAB II 2.1. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis penelitian normatif karena penelitian ini mengkaji dan meneliti peraturan-peraturan tertulis. 1 Perlunya penelitian hukum normatif ini adalah beranjak dari adanya kekosongan norma hukum yang berkaitan dalam permasalahan penelitian, dimana belum ada pengaturan yang jelas atau norma kabur mengenai jenis dan dasar pemberian ganti rugi dalam ketentuan Undang-Undang No. 23 1 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, h. 15.

Tahun 1992 tentang Kesehatan sehingga masih menimbulkan multitafsir mengenai ganti rugi sebagai bentuk perlindungan hukum kepada pasien. 2.2. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1. Dasar pemberian Ganti Rugi sebagai Bentuk Perlindungan Hukum kepada Pasien Hubungan antara pasien dengan dokter merupakan hubungan antara penerima jasa dengan pemberi jasa. Hubungan antara dokter dan pasien pada umumnya berlangsung sebagai hubungan biomedis aktif-pasif. 2 Hubungan pasien dengan dokter adalah suatu Perikatan Berusaha (Inspannings-verbintenis) yaitu di mana dalam melaksanakan tugasnya dokter berusaha untuk menyembuhkan atau memulihkan kesehatan pasien. 3 Akan tetapi dalam kenyataannya dalam hubungan hukum antara pasien dengan dokter atau tenaga medis tersebut terdapat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh dokter yang dapat menimbulkan kerugian kepada pasien. Pasien sebagai pihak korban dalam tindak pidana medis harus mendapat perlindungan hukum, sesuai dengan doktrin yang berlaku dalam ilmu kesehatan yaitu doktrin Res Ipsa Loquitur (doktrin yang memihak kepada korban). Menurut doktrin ini, pasien dapat menuntut ganti kerugian materiil dan immaterial apabila terjadi halhal yang merugikan bagi pasien. 4 Adapun dasar hukum yang dipakai oleh pasien untuk menuntut ganti rugi kepada dokter atau sarana kesehatan adalah Pasal 55 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 yang mengatur mengenai ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan. Pasal 55 ayat (1) menentukan bahwa Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan, dan ayat (2) menentukan bahwa ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bila dilihat dari jenis konsekuensi dari perbuatan melawan hukum khususnya perbuatan melawan hukum terhadap tubuh orang, maka ganti rugi dapat diberikan jika terdapat salah satu unsur-unsur sebagai berikut. Pertama, kerugian ekonomis, misalnya pengeluaran biaya pengobatan dan rumah sakit; kedua, luka atau cacat terhadap tubuh korban; ketiga, adanya rasa sakit secara fisik; dan sakit secara 2 Danny Wiradharma,1996, Hukum Kedokteran, Mandar Maju, Bandung, h.42. 3 Safitri Hariyani, 2005, Sengketa Medik : Alternatif Penyelesaian antara Dokter dan Pasien, Diadit Media, Jakarta,h.10. 4 Alexandra Indriyanti Dewi, 2008, Etika Hukum Kesehatan, Pustaka Book Publisher, Yogyakarta, h.198-200.

mental, seperti stress, sangat sedih, rasa bermusuhan yang berlebihan, cemas, dan berbagai gangguan mental/jiwa lainnya. Dengan tidak diatur secara tegas atau bahkan tidak mengacu secara rinci tentang ganti rugi dalam ketentuan undang-undang kesehatan tersebut, maka hakim mempunyai kebebasan untuk menerapkan ganti rugi tersebut sesuai dengan asas kepatutan, sejauh hal tersebut memang dimintakan oleh pihak korban. Justifikasi terhadap kebebasan hakim ini adalah karena penafsiran kata rugi, biaya dan bunga tersebut sangat luas dan dapat mencakup hampir segala hal yang bersangkutan dengan ganti kerugian. Adapun dasar pertimbangan hakim meliputi beratnya beban mental yang dipikul oleh korban, status dan kedudukan dari korban, situasi dan kondisi dimana perbuatan melawan hukum malpraktik terjadi, dan situasi dan kondisi mental korban dan pelaku. 2.2.2. Jenis dan Mekanisme Pengajuan Ganti Rugi oleh Pasien Ketentuan Pasal 55 ayat (2) UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan ini memberikan pengertian bahwa ganti rugi sebagaimana yang diatur dalam undang-undang kesehatan masih mengacu kepada ketentuan umum (lex generali) dari perundang-undangan yang mengatur tentang ganti rugi. Kebijakan perlindungan hukum dalam KUHPidana terhadap korban tindak pidana dibidang medis pada dasarnya telah diatur dalam undang-undang dengan penggabungan perkara perdata dan pidana sebagaimana dalam ketentuan Pasal 98 sampai Pasal 100 UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. Kebijakan perlindungan hukum pidana terhadap korban tindak pidana dibidang medis dalam hal hukum acara adalah berupa pemberian ganti kerugian terhadap korban malpraktek dalam peradilan pidana dilakukan oleh Hakim melalui penggabungan perkara pidana dengan perkara gugatan ganti kerugian perdata. Dasar hukum penggabungan perkara gugatan ganti kerugian adalah Pasal 98 ayat 1 KUHAP yang berbunyi Jika suatu perbuatan yang menjadi dasar dakwaan di dalam suatu pemeriksaan perkara pidana oleh Pengadilan Negeri menimbulkan kerugian bagi orang lain, maka Hakim Ketua Sidang atas permintaan orang itu dapat menetapkan untuk menggabungkan perkara gugatan ganti kerugian kepada perkara pidana itu. Adapun yang dimaksud orang lain adalah pihak korban tindak pidana yang diakibatkan oleh pelaku tindak pidana. Ganti kerugian yang dapat diputus dalam hal penggabungan perkara gugatan ganti kerugian, menurut ketentuan Pasal 99 ayat (2) KUHAP hanya terbatas pada penggantian biaya yang telah dikeluarkan oleh pihak yang dirugikan, sehingga tuntutan lain daripada itu harus dinyatakan tidak dapat diterima, dan

harus diajukan sebagai perkara perdata biasa. Sehingga berdasarkan pemaparan diatas menurut hemat penulis, ketentuan ganti rugi dalam KUHAP masih dalam kontruksi yang sempit yaitu pada pengajuan ganti rugi secara materiil. Akan tetapi berdasarkan doktrin Res Ipsa Loquitur (keberpihakan kepada korban), pengajuan ganti rugi secara immateriil tetap dimungkinkan dalam undang-undang kesehatan yang terletak pada kebijaksanaan hakim. Sehingga Ganti rugi dalam dalam undang-undang kesehatan dipandang lebih luas karena dapat berupa ganti rugi immateriil yang jumlahnya tidak dapat diperhitungkan secara matematis. III. KESIMPULAN Berdasarkan doktrin Res Ipsa Loquitur (doktrin yang memihak kepada korban) pasien sebagai pihak yang dirugikan dapat menuntut ganti kerugian materiil dan immaterial kepada tenaga medis. Adapun dasar hukum yang dipakai oleh pasien untuk menuntut ganti rugi kepada dokter atau sarana kesehatan adalah Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 Pasal 55 ayat (1) dan ayat (2). Dengan tidak diatur secara tegas atau bahkan tidak mengacu secara rinci tentang ganti rugi dalam ketentuan undang-undang kesehatan tersebut, maka hakim mempunyai kebebasan untuk menerapkan ganti rugi tersebut sesuai dengan asas kepatutan yang didasarkan pada beratnya beban mental yang dipikul oleh korban, status dan kedudukan dari korban, situasi dan kondisi dimana perbuatan melawan hukum malpraktik terjadi, dan situasi dan kondisi mental korban dan pelaku. Sedangkan cara pengajuan ganti rugi berdasarkan pada ketentuan Pasal 98 sampai Pasal 100 UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana yang berupa pemberian ganti kerugian terhadap korban malpraktek dalam peradilan pidana dilakukan dapat oleh Hakim melalui penggabungan perkara pidana dengan perkara gugatan ganti kerugian perdata. IV. DAFTAR PUSTAKA Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, h. 15. Wiradharma, Danny,1996, Hukum Kedokteran, Mandar Maju, Bandung, h.42. Hariyani, Safitri, 2005, Sengketa Medik : Alternatif Penyelesaian antara Dokter dan Pasien, Diadit Media, Jakarta,h.10. Alexandra Indriyanti Dewi, 2008, Etika Hukum Kesehatan, Pustaka Book Publisher, Yogyakarta, h.198-200. PERUNDANG-UNDANGAN Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan