GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA JASA PENUNJANG MINYAK DAN GAS BUMI

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUNJANG MINYAK DAN GAS BUMI

nl[eeiwri ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 028 TAHUN 2006 TENTANG

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI JAMBI TAHUN 2011

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 73 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG JUAL BELI TENAGA LISTRIK LINTAS NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENYELENGGARAAN KEWENANGAN PADA BIDANG MINYAK DAN GAS BUMI

GUBERNUR SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERIZINAN USAHA PERTAMBANGAN BATUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

bahwa untuk menjamin keselamatan, keamanan, dan

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 081 TAHUN 2014

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA NEGARA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

2012, No.73 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Izin usaha penyediaan tenaga listrik adalah izin un

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERi ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2017

G U B E R N U R JAMB I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG JUAL BELI TENAGA LISTRIK LINTAS NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2012 tentang Kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 31 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG USAHA JASA PENUNJANG TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG USAHA JASA PENUNJANG TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENGELOLAAN AIR TANAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

: 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0007 tahun 2005.

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

2012, No.28 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan te

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 15 TAHUN 2009 T E N T A N G ALOKASI BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TATA CARA PERIZINAN PEMANFAATAN JARINGAN TENAGA LISTRIK UNTUK KEPENTINGAN TELEMATIKA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 34 TAHUN 2009

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL) SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 TAHUN 2015 TENTANG PENGUSAHAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

FUNGSI, TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BPH MIGAS (SECARA UMUM)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

GUBERNUR JAWA TENGAH

BPH MIGAS. Bahan Bakar Minyak. Tertentu. Jenis. Penyalur. Pendaftaran.

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 74 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Permohonan Izin. Pemanfaatan Tenaga Listrik. Telekomunikasi. Tata Cara. Pencabutan.

PERATURAN GUBERNUR JAMBI

2014, No Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG JUAL BELI TENAGA LISTRIK LINTAS NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGOLAHAN HASIL OLAHAN

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usa

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.

Izin Usaha Niaga Terbatas LNG PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA TERBATAS LNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 11 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN KABUPATEN MUSI RAWAS DIBIDANG MINYAK DAN GAS BUMI

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambaha

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR...TAHUN... TENTANG USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAY A MINERAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA AKREDITASI DAN SERTIFIKASI KETENAGALISTRIKAN

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 37, Tambahan Lembaran

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH

BUPATI BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 2 TAHUN 2011

GUBERNUR JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA UTARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA UTARA,

QANUN KABUPATEN ACEH TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2008

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGANGKUTAN GAS BUMI MELALUI PIPA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA JASA KONTRUKSI

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkand

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGOLAHAN GAS BUMI

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

Izin Usaha Niaga LPG PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA UMUM LPG

Izin Usaha Niaga Terbatas Bahan Bakar Minyak PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA TERBATAS BBM

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGANGKUTAN GAS BUMI MELALUI PIPA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR NOMOR 19 TAHUN 2010 T E N T A N G

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud butir air di atas, perlu ditetapkan dalam Peraturan Daerah;

Transkripsi:

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA JASA PENUNJANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa Peraturan Daerah Provinsi Jambi Nomor 7 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Provinsi Jambi dalam lampiran menentukan urusan pemerintahan bidang energi dan sumber daya mineral perlu dilakukan pengawasan; b. bahwa pengawasan sebagaimana dimaksud huruf a meliputi kegiatan usaha perusahaan jasa penunjang minyak dan gas bumi untuk bidang usaha jasa penyediaan komoditi dan jasa boga dan bidang usaha jasa penyediaan material dan peralatan termasuk pelayanan purna jual yang berdomisili di Provinsi; c. bahwa untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Gubernur Jambi tentang Tanda Daftar Usaha Jasa Penunjang Minyak dan Gas Bumi. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Darurat Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1957 Nomor 75) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Nomor 19 Darurat Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1646); 2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4152); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Peraturan... 1

4. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435 ) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 81); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4436) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 59); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 7. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 27 Tahun 2008 tentang Kegiatan Usaha Penunjang Minyak dan Gas Bumi; 8. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi Kewenangan Provinsi Jambi (Lembaran Daerah Provinsi Jambi Tahun 2008 Nomor 7); 9. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tatakerja Dinas Daerah Provinsi Jambi (Lembaran Daerah Provinsi Jambi Tahun 2008 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jambi Nomor 14). MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG TANDA DAFTAR USAHA JASA PENUNJANG MINYAK DAN GAS BUMI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Provinsi Jambi. 2. Gubernur adalah Gubernur Jambi. 3. Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral adalah Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jambi selanjutnya disebut Dinas. 4. Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral selanjutnya disebut Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jambi. 5. Usaha Penunjang Minyak dan Gas Bumi selanjutnya disebut Usaha Penunjang Migas adalah kegiatan usaha yang menunjang kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi. 6. Usaha Jasa Penunjang Migas adalah kegiatan usaha jasa layanan dalam kegiatan usaha hulu yang meliputi eksplorasi dan eksploitasi/produksi dan kegiatan usaha hilir yang meliputi pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan niaga. 7. Usaha Industri Penunjang Migas adalah kegiatan usaha industri yang menghasilkan barang, material dan/atau peralatan yang digunakan terkait sebagai penunjang langsung dalam kegiatan usaha minyak dan gas bumi.

8. Usaha Jasa Konstruksi Migas adalah kegiatan usaha jasa layanan untuk penanganan pekerjaan bangunan atau konstruksi atau wujud fisik lainnya dalam menunjang kegiatan usaha minyak dan gas bumi. 9. Usaha Jasa Non-Konstruksi Migas adalah kegiatan usaha jasa layanan pekerjaan dalam menunjang kegiatan usaha minyak dan gas bumi selain usaha jasa konstruksi migas dan usaha industri penunjang migas. 10. Industri Material adalah kegiatan usaha industri penunjang migas yang menghasilkan benda dalam berbagai bentuk dan uraian, yang meliputi bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi. 11. Industri Peralatan adalah kegiatan usaha industri penunjang migas yang menghasilkan benda-benda dalam berbagai bentuk, yang dirakit menjadi satu kesatuan yang mempunyai fungsi untuk tujuan tertentu. 12. Industri Pemanfaat Migas adalah kegiatan usaha yang menghasilkan benda dalam berbagai bentuk dan uraian, yang meliputi bahan baku, barang setengah jadi dan/atau barang jadi dengan spesifikasi tertentu yang menggunakan hasil atau produk dari kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi. 13. Perusahaan adalah Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah, Koperasi dan Badan Usaha Swasta yang berbadan hukum Indonesia yang bergerak dalam bidang Usaha Penunjang Migas. 14. Tanda Daftar Jasa Usaha Penunjang Minyak dan Gas Bumi adalah surat yang diberikan kepada Perusahaan yang melaksanakan usaha penunjang migas berdasarkan klasifikasi usaha sesuai dengan kompetensi yang dimiliki, selanjutnya disebut Surat Keterangan Terdaftar. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Peraturan Gubernur ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman bagi perangkat daerah dalam memberikan Surat Keterangan Terdaftar Usaha Jasa Penunjang Migas. (2) Tujuan ditetapkannya peraturan Gubernur ini yaitu untuk menginventarisir sekaligus sebagai pengawasan terhadap perusahaan dalam melaksanakan kegiatan usaha jasa penunjang migas. BAB III KEGIATAN USAHA PENUNJANG MINYAK DAN GAS BUMI Pasal 3 (1) Usaha Penunjang Migas diklasifikasikan sebagai berikut: a. usaha industri penunjang migas; b. usaha jasa penunjang migas. (2) Usaha Industri Penunjang Migas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri dari : a. industri material; b industri peralatan (equipment); c. industri pemanfaat migas. (3) Usaha Jasa Penunjang Migas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b terdiri dari : a. bidang isaha jasa konstruksi migas; b. bidang usaha jasa non-konstruksi migas.

(4). Bidang Usaha Jasa Konstruksi Migas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a terdiri dari : a. usaha jasa perencanaan konstruksi termasuk rancang bangun dan rekayasa (desain engineering); b.usaha jasa pelaksanaan konstruksi termasuk engineering, procurement and construction (EPC), usaha instalasi dan komisioning; c. usaha jasa pengawasan konstruksi. (5) Bidang Usaha Jasa Non-Konstruksi Migas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b terdiri dari : a. survei seismic; b. survei non seismic; c. geologi dan geofisika; d. pemboran; e. operasi sumur pemboran; f. pekerjaan bawah air; g. pengelolaan bahan peledak, radio aktif, dan bahan berbahaya; h. pangkalan logistic (shore/offshore base); i. pengoperasian dan pemeliharaan; j. inspeksi teknis; k.pengujian teknis; l. pekerjaan paska operasi (komisioning); m.penelitian dan pengembangan; n.pendidikan dan pelatihan; o.pengelolaan limbah pemboran dan produksi; dan/atau p.jasa lainnya. (6) Jasa lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf p meliputi : a. bidang usaha jasa penyediaan komoditi; b. bidang usaha jasa penyediaan jasa boga; c. bidang usaha jasa penyediaan material; dan d.bidang usaha jasa penyediaan peralatan termasuk pelayanan purna jual yang berdomisili di provinsi; Pasal 4 (1) Perusahaan yang melaksanakan kegiatan usaha jasa penunjang migas pada kegiatan usaha hulu dan hilir minyak dan gas bumi perlu memiliki Surat Keterangan Terdaftar. (2) Surat Keterangan Terdaftar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2), ayat (4) dan ayat (5) huruf a sampai dengan huruf o ditetapkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. (3) Surat Keterangan Terdaftar Usaha Jasa Penunjang Migas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (6) ditetapkan oleh Gubernur. BAB IV SURAT KETERANGAN TERDAFTAR Pasal 5 (1) Untuk mendapatkan Surat Keterangan Terdaftar bidang usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1), perusahaan mengajukan permohonan secara tertulis bermaterai secukupnya kepada Gubernur melalui Kepala Dinas dengan melampirkan : a. fotocopi Akte Pendirian/Perubahan Perusahaan; b. fotocopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); c. fotocopi Tanda Daftar Sertifikasi Badan Usaha; d. fotocopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU); e. fotocopi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP); f. fotocopi Surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP); g. fotocopi Neraca Keuangan; h. fotocopi Daftar Peralatan; i. fotocopi Daftar Personalia; j. fotocopy

a. fotocopi Referensi Bank; dan b. fotocopi Surat Keterangan Terdaftar Kegiatan Usaha Jasa Penunjang Migas (bagi pemegang SKT yang habis masa berlakunya). (2).Dinas melaksanakan penelitian fisik dan administrasi permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 6 Hasil penelitian dan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) Kepala Dinas memberikan Surat Keterangan Terdaftar kepada Perusahaan Jasa Penunjang Migas yang melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (6). Pasal 7 Kepala Dinas dapat menolak permohonan untuk mendapatkan Surat Keterangan Terdaftar dikarenakaan kelengkapan dokumen, hasil penelitian fisik dan administrasi serta hasil evaluasi perusahaan jasa penunjang migas tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1). Pasal 8 (1) Perusahaan yang telah melengkapi persyaratan pendaftaran usaha jasa penunjang migas diberikan Surat Keterangan Terdaftar. (2) Surat Keterangan Terdaftar Usaha Jasa Penunjang Migas dibutuhkan oleh penyedia jasa penunjang migas. Pasal 9 Surat Keterangan Terdaftar yang merupakan kewenangan Gubernur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dan ayat (3) diberikan paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah persyaratan diterima secara lengkap. Pasal 10 (1).Surat Keterangan Terdaftar Usaha Jasa Penunjang Migas berlaku selama 3 (tiga) tahun. (2).Surat Keterangan Terdaftar berakhir karena : a. habis masa berlakunya; dan/atau b. dibatalkan. (1).Surat Keterangan Terdaftar yang berakhir karena dibatalkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, apabila perusahaan tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau tidak mentaati petunjuk yang diberikan oleh Gubernur/Kepala Dinas. (2).Sebelum pembatalan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Gubernur/Kepala Dinas memberi peringatan tertulis kepada perusahaan yang bersangkutan. Pasal 11 Dalam hal jangka waktu Surat Keterangan Terdaftar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) telah berakhir, perusahaan dapat mengajukan Surat Keterangan Terdaftar kembali. BAB V PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Bagian Kesatu Pembinaan Pasal 12 (1).Pembinaan Usaha Jasa Penunjang Migas dilakukan sesuai dengan peraturan perundangundangan.

(2).Pembinaan Usaha Jasa Penunjang Migas bertujuan mewujudkan perusahaan yang berkualifikasi dan kompeten. (3).Perusahaan jasa penunjang migas menyampaikan laporan mengenai pelaksanaan kegiatan usaha setiap 6 (enam) bulan sekali kepada Gubernur melalui Kepala Dinas. (4).Kepala Dinas melakukan evaluasi atas laporan yang disampaikan oleh Pemilik Surat Keterangan Terdaftar. Bagian Kedua Pengawasan Pasal 13 (1) Gubernur melakukan pengawasan terhadap perusahaan yang melaksanakan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (6). (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam rangka peningkatan bidang keahlian dan kemampuan perusahaan dibidang usaha jasa penunjang migas. BAB VI SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 14 (1). Gubernur dapat memberikan sanksi administratif berupa teguran tertulis kepada perusahaan usaha jasa penunjang migas, apabila melanggar ketentuan dalam Pasal 4 ayat (1) dan ayat (3). (2).Teguran tertulis sebagaimana dimaksud ayat (1) diberikan sebanyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu masing-masing selama 1 (satu) bulan. (3).Dalam hal pemilik Surat Keterangan Terdaftar tidak mentaati teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Gubernur dapat mencabut Surat Keterangan Terdaftar. (4). Gubernur dapat mencabut Surat Keterangan Terdaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) apabila dikemudian hari diketahui bahwa data yang disampaikan tidak benar. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 15 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Gubernur ini sepanjang mengenai teknis pelaksanaan dapat diatur oleh Kepala Dinas. Pasal 16 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Jambi. Ditetapkan di Jambi pada tanggal 6 Mei 2010 GUBERNUR JAMBI dto Diundangkan di Jambi pada tanggal 6 Mei 2010 H. ZULKIFLI NURDIN SEKRETARIS DAERAH PROVINSI JAMBI dto A. MAKDAMI FIRDAUS BERITA DAERAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2010 NOMOR 10