I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

suami yang sah dan melahirkan anak-anak serta mendidik untuk menjadi generasi yang berguna.

I. PENDAHULUAN. kompleksnya persoalan penegakan hukum. Dalam era reformasi telah melahirkan paradigma

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

I. PENDAHULUAN. demokratis berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, menjunjung tinggi atas hak

I. PENDAHULUAN. Saat ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

I. PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. penahanan, penuntutan dan pemeriksaan disidang pengadilan, serta pelaksanaan putusan

I. PENDAHULUAN. usahanya ia tidak mampu, maka orang cenderung melakukanya dengan jalan

I. PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Pasal 28B ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai Negara berkembang sangatlah membutuhkan pembangunan yang merata di

I. PENDAHULUAN. terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Prostitusi atau pelacuran merupakan salah satu bentuk penyakit masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini tindak pidana perkosaan merupakan kejahatan yang cukup mendapat

I. PENDAHULUAN. dari masyarakat yang masih berbudaya primitif sampai dengan masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia dikarunia dengan daerah daratan, lautan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHUULUAN. terjadi tindak pidana perkosaan. Jika mempelajari sejarah, sebenarnya jenis tindak

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

EFEKTIVITAS UU RI NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DI WILAYAH SURAKARTA

I.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang

I. PENDAHULUAN. dan undang-undang yang berlaku. Meskipun menganut sistem hukum positif,

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi dan perkembangan teknologi dan komunikasi, telah menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

BAB I PERANAN POLISI DALAM PELAKSANAAN PENERTIBAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI KOTA SURAKARTA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan penegakan hukum tidak selalu sesuai dengan apa yang tertulis dalam

hukum terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan Hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide kepastian

I. PENDAHULUAN. melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan potensi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. keluarga di Indonesia, hal ini yang mendasari berlakunya Undang-Undang No. 23

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang buruk terhadap manusia jika semuanya itu tidak ditempatkan tepat

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

I. PENDAHULUAN. dalam rumah tangga saat ini kerap terjadi baik merupakan kekerasan secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan hubungan-hubungan, nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. Perhatian terhadap diri dan hakikat anak sudah dimulai pada akhir abad ke- 19, dimana anak

EKSPLOITASI SEKSUAL KOMERSIAL ANAK

I. PENDAHULUAN. dengan daerah daratan, lautan dan udara yang dimana musim penghujan dan

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human traficking) terutama terhadap perempuan dan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS INDONESIA. Fungsi bidang pembinaan..., Veronica Ari Herawati, Program Pascasarjana, 2008

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2010 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. commit to user 1

selalu berulang seperti halnya dengan musim yang berganti-ganti dari tahun ke

I. PENDAHULUAN. kemakmuran bagi rakyatnya. Namun apabila pengetahuan tidak diimbangi dengan rasa

I. PENDAHULUAN. Konsep good governance adalah konsep yang diperkenalkan oleh Bank Dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

I. PENDAHULUAN. kesehatan penting untuk menunjang program kesehatan lainnya. Pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. antara anggota masyarakat terkadang menimbulkan gesekan-gesekan yang

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

I.PENDAHULUAN. Kejahatan merupakan salah satu masalah kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tindak pidana kriminal di samping ada pelaku juga akan

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

I. PENDAHULUAN. meminta. Hal ini sesuai dengan ketentuan Konvensi Hak Anak (Convention on the

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. perbuatan melanggar hukum.penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah

IMAM MUCHTAROM C

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

I. PENDAHULUAN. masyarakat menimbulkan dampak lain, yaitu dengan semakin tinggi kepemilikan

I. PENDAHULUAN. perkembangan yang signifikan terhadap dunia teknologi informasi.

Kajian yuridis terhadap tindak pidana pembunuhan disertai pemerkosaan yang dilakukan oleh anak ( studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta )

1.PENDAHULUAN. di zaman era reformasi ini sangat berpengaruh bagi. masyarakat, khususnya terpengaruh oleh budaya-budaya yang modernisasi.

I. PENDAHULUAN. mempunyai ciri dan sifat khusus, karena anak merupakan titipan dari Tuhan yang

I. PENDAHULUAN. dalam kandungan. Anak sebagai sumber daya manusia dan bagian dari generasi muda, sudah

I. PENDAHULUAN. dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

informasi, tetapi setiap pembangunan memiliki dampak negatif dari pembangunan antara lain

I. PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus bangsa, memiliki potensi tumbuh kembang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana

I. PENDAHULUAN. didasarkan pada Pasal 1 Ayat (1), Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002

I. PENDAHULUAN. sangat strategis sebagai penerus suatu bangsa. Dalam konteks Indonesia, anak

I. PENDAHULUAN. Pada saat ini banyak sekali ditemukan berbagai macam event-event hiburan yang

I. PENDAHULUAN. dilindungi oleh Undang-Undang. Hal ini terdapat pada Pasal 28 UUD 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya, sehingga pembangunan tersebut harus. generasi muda. Generasi muda merupakan bagian dari pembangunan

I. PENDAHULUAN. Anak adalah amanat sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa

BAB II TINJAUAN UMUM PENEGAKKAN HUKUM DAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. ada juga kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak. Anak yaitu seorang yang belum berumur 18 tahun dan sejak masih dalam

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

I. PENDAHULUAN. karna hukum sudah ada dalam urusan manusia sebelum lahir dan masih ada

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

I. PENDAHULUAN. kebebasan, baik yang bersifat fisik maupun pikiran. Oleh karena itu, Undang-Undang Dasar

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, sehingga pembangunan tersebut harus mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia termasuk membangun generasi muda. Generasi muda merupakan bagian dari pembangunan nasional yang tidak terpisahkan dan menempati posisi sebagai subjek dan objek dari pembangunan itu sendiri. Generasi muda sebagai subjek merupakan pelaku dan pelaksanaan pembangunan yang harus dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama membangun bangsanya. Generasi muda sebagai objek adalah merupakan generasi penerus sejarah dan sebagai penerus bangsa. Anak merupakan generasi penerus bangsa yang akan melanjutkan tongkat estapet kepemimpinan bangsa ini. Tentu untuk pemimpin bangsa ini dibutuhkan sumber daya manusia yang dapat dihandalkan dan kompetitif. Undang-Undang Perlindungan Anak menjelaskan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Anak juga berhak mendapatkan perlindungan dari orang tua, keluarga dan pemerintah. Di zaman yang penuh kesulitan ekonomi yang modern ini, anak-

2 anak banyak yang melanggar norma-norma dan hak-hak yang berlaku. Anak-anak juga banyak terjerumus di dalam dunia Prostitusi. Tingkat pelanggaran hak anak dari tahun ke tahun cenderung meningkat tahun 2007 terjadi 256 kasus dan pada tahun 2009 telah mencapai angka 350 kasus. ( Sumber : LSM LAda Bandar Lampung ). Keadaan ekonomi yang sulit menyebabkan anak-anak berani melakukan apapun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, beberapa diantaranya ingin menghasilkan uang banyak melalui jalan pintas, menghalalkan segala cara dengan dalih untuk mencari sesuap nasi pun dilakukan. Hal ini mengakibatkan menurunnya moral dan etika masyarakat Indonesia yang masih kental dengan budaya timur. Sementara iming-iming berupa tawaran gaya hidup mewah pun makin gencar membuai, bahkan mengelabui sebagian masyarakat kita yang memanfaatkan tubuhnya untuk mendapatkan uang sebagai Pekerja Seks Komersial selanjutnya tentu tidak perlu dihitung lagi jumlahnya. Pekerja seks komersial anak-anak di bawah umur/pelacur anak-anak di bawah umur merupakan kejahatan Pelacuran tersebut merupakan kejahatan, karena pelacuran sebagai tingkah laku manusia yang menyimpang dan selalu ada dalam kehidupan manusia, baik yang dilakukan oleh wanita dewasa maupun laki-laki. Adapun arti dari masalah sosial adalah analisis tentang gejala-gejala kehidupan masyarakat. Pada dasarnya masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral. Masalah tersebut merupakan persoalan karena menyangkut tata kelakuan yang immoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak. Sebab itu masalah-masalah sosial tak akan mungkin ditelaah tanpa mempertimbangkan

3 ukuran-ukuran masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk, apalagi belakangan ini di zaman yang serba penuh kesulitan ekonomi. Kerawanan terhadap eksploitasi anak sebagaimana yang dialami Indah yang baru berusia 15 tahun berdomisili di kota Bandar Lampung mengaku menjadi seorang pelacur untuk membiayai kehidupan sehari-hari. (www.tempointerkati.com). Berdasarkan pengakuan Rani berumur 16 tahun perempuan yang berasal dari salah satu Kabupaten di luar Bandar Lampung mengaku sekolah di Bandar Lampung sembari menjadi pelacur untuk membiayai biaya sekolah. Fenomena yang dialami oleh Rani dan Indah adalah sekelumit peristiwa pelacuran di bawah umur yang tentunya sangat meresahkan dan membahayakan masa depan generasi bangsa. Payung hukum yang demikian terbatas tentu belum dapat memberikan perlindungan maksimal terhadap pelacuran di bawah umur. Razia terhadap penyakit masyarakat yang dilakukan oleh Polisi Pamong Praja maupun secara gabungan ditemukan banyak para wanita tuna susila yang masih dikategorikan anak-anak, mereka berumur antara 14 tahun hingga 18 tahun (Surat Kabar Harian Radarlampung tertanggal 15 Oktober 2009). Razia yang dilakukan secara rutin juga belum menunjukkan penurunan angka prostitusi, pelaku yang diamankan oleh petugas merupakan para pemain lama yang sudah sering terjaring oleh petugas. Apabila dilihat dari razia yang dilakukan secara rutin namun penegakan hukum terlihat lamban tentu menimbulkan pertanyaan apa yang terjadi terhadap penegakan hukum pidana terhadap pelacuran anak di bawah umur.

4 Setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak belum dapat mengakomodir perlindungan terhadap hak-hak anak secara utuh, banyaknya celah hukum yang dapat meloloskan para pelaku tindak kekerasan terhadap anak merupakan salah satu pemanfaatan untuk mengeksploitasi hak-hak anak. Undang-undang sebagai payung hukum yang tidak memadai ditambah dengan permasalahan penegakan hukum oleh aparat hukum yang dirasakan masih jalan di tempat. Di lain pihak Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai salah satu penegak hukum dan sebagai pintu pertama dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia. Dalam hal ini Kepolisian dalam menangani pelacuran yang dilakukan oleh anak di bawah umur seperti mendapat kesulitan, hal ini terjadi disebabkan berbagai faktor yang kurang mendukung dalam penegakan hukum di lapangan. Meskipun begitu sesuai dengan fungsi hukum yaitu untuk menjaga ketertiban, maka segala bentuk pelanggaran terhadap moral dan kesusilaan harus ditindak sesuai dengan tingkat pelanggarannya. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian mengenai penerapan hukum pidana terhadap pelacuran anak di bawah umur yang dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul Penegakan Hukum Pidana Terhadap Pelacuran Anak Dibawah Umur (Studi Pada Poltabes Bandar Lampung)

5 B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut : a. Bagaimanakah pelaksanaan penegakkan hukum pidana terhadap pelacuran anak dibawah umur? b. Apa sajakah faktor-faktor penghambat penegakkan hukum pidana terhadap pelacuran anak dibawah umur? 2. Ruang Lingkup Ruang lingkup penulisan ini hanya terbatas pada masalah pelacuran anak dibawah umur dalam penegakkan hukum di wilayah Kepolisian Kota Besar Bandar Lampung. C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan ini adalah : a. Mengetahui Pelaksanaan Penegakan Hukum Pidana terhadap Pelacuran anak di bawah umur. b. Mengetahui Faktor-Faktor Penghambat Penegakkan Hukum Pidana terhadap Pelacuran Anak di bawah umur.

6 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis Secara teoritis diharapkan penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan kajian bagi kalangan hukum dalam mengembangkan dan memperluas ilmu pengetahuan dan dalam bidang hukum pada umumnya, dan khususnya hukum pidana. b. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan kepada Praktisi Hukum khususnya, serta kepada masyarakat umumnya untuk mengetahui dan turut serta berpartisipasi dalam penanggulangan pelacuran yang dilakukan oleh anak dibawah umur. D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis Menurut Soerjono Soekanto pengertian kerangka teori adalah konsep-konsep yang sebenarnya merupakan abstarksi dari hal pemikiran atau kerangka acuan yang pada dasarnya untuk mengadakan identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti (1999 : 125) Menurut Satjipto Raharjo pengertian penegakkan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan. Proses perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakikat dari penegakkan hukum (1987: 15). Penegakkan hukum bukan semata-mata berarti pelaksanaan perundangundangan, walaupun dalam kenyataan di Indonesia kecenderungannya adalah demikian, sehingga pengertian Law Enforcement begitu populer. Bahkan

7 ada kecendrungan untuk mengartikan penegakan hukum sebagai pelaksanaan keputusan-keputusan pengadilan. Pengertian yang sempit ini jelas mengandung kelemahan, sebab pelaksanaan perundang-undangan atau putusan pengadilan, bisa terjadi malahan justru menggangu kedamaian dalam pergaulan hidup (Soerjono Soekanto, 1986: 5). Adapun teori yang digunakan oleh penulis adalah : a. Teori Tentang Penegakan Hukum Menurut Sudarto, Penegakkan Hukum dapat dibagi 3 (tiga) kerangka konsep, yakni : 1. Konsep penegakan hukum masalah Prevensi (Pencegahan) Penegakan hukum bidangnya luas sekali, tidak hanya bersangkut-paut dengan tindakan-tindakan apabila sudah ada atau ada persangkaan telah terjadi kejahatan, akan tetapi juga menjaga kemungkinan akan terjadinya kejahatan; 2. Konsep penegakan hukum masalah Tindakan Represif. Tindakan Represif ialah segala tindakan yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum sesudah terjadi kejahatan atau tindak pidana; 3. Konsep penegakan hukum Tindakan Kuratif. Tindakan kuratif pada hakekatnya juga merupakan usaha preventif dalam arti yang seluasluasnya, ialah dalam usaha penanggulangan kejahatan. (1981: 181). b. Teori Tentang Faktor Penghambat Menurut Soerjono Soekanto (1983 :17) menjelaskan ada 5 (lima) Faktor-faktor penghambat penegakan hukum agar suatu kaedah hukum benar-benar berfungsi, yaitu : 1. Kaedah Hukum itu sendiri Berlakunya kaedah hukum dalam masyarakat ditinjau dari kaedah hukum itu sendiri, menurut teori-teori hukum harus memenuhi tiga macam hal berlakunya kaedah hukum, yaitu :

8 a. Berlakunya secara yuridis, artinya kaedah hukum itu harus dibuat sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang telah ditetapkan sebagai syarat berlakunya suatu kaedah hukum. b. Berlakunya secara sosiologis, artinya kaedah hukum itu dapat berlaku secara efektif, baik karena dipaksakan oleh penguasa walau tidak diterima masyarakat ataupun berlaku dan diterima masyarakat. c. Berlaku secara filosofis, artinya sesuai dengan cita-cita hukum sebagai nilai positif yang tertinggi. Jika hanya berlaku secara filosofis maka kaedah hukum tersebut hanya merupakan hukum yang dicita-citakan (ius constituendum). 2. Penegak Hukum Komponen yang bersifat struktural ini menunjukkan adanya kelembagaan yang diciptakan oleh sistem hukum.. Lembaga-lembaga tersebut memiliki undang-undang tersendiri hukum pidana. Secara singkat dapat dikatakan, bahwa komponen yang bersifat struktural ini memungkinkan kita untuk mengharapkan bagaimana suatu sistem hukum ini harusnya bekerja. 3. Fasilitas Fasilitas dapat dirumuskan sebagai sarana yang bersifat fisik, yang berfungsi sebagai faktor pendukung untuk mencapai tujuan. 4. Masyarakat Dapat dikatakan bahwa derajat kepatuhan masyarakat terhadap hukum merupakan salah satu indikator berfungsinya hukum yang bersangkutan.

9 Artinya, jika derajat kepatuhan warga masyarakat terhadap suatu peraturan tinggi maka peraturan tersebut memang berfungsi. 5. Kebudayaan Sebagai hasil karya, cipta, rasa didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. 2. Konseptual Menurut Soerjono Soekanto pengertian kerangka konsep adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan arti-arti yang berkaitan dengan istilah-istilah yang ingin diketahui (Soerjono Soekanto,1986:232). a. Penegakkan Hukum, adalah suatu tindakan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta mendapat perlindungan dari kekerasaan dan diskriminasi, (Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak). b. Pidana, adalah penderitaan yang sengaja dibebankan kepada orang yang melakukan perbuatan yang memenuhi syarat-syarat tertentu. (Tri andrisman, 2007). c. Pelacuran adalah gejala sosial, dimana wanita menyediakan dirinya untuk perbuatan seksual sebagai mata pencahariannya. (W.A. Bonger). d. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun. Termasuk anak yang masih dalam kandungan, (Pasal 1 ayat (1) Undang Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak)

10 E. Sistematika Penulisan Guna memudahkan dalam membaca dan memahami isi skripsi ini, maka penulis menyusun kedalam 5 (lima) bab yang isinya mencerminkan susunan dari materi yang perinciannya sebagai berikut : I. PENDAHULUAN Bab ini berisikan latar belakang penulisan, permasalahan dan ruang lingkup, tujuan dan kegunaan penulisan, kerangka teoritis dan konseptual serta sistematika penulisan. II. TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan tentang pemahaman kepada pengertian-pengertian umum tentang pokok-pokok bahasan, yaitu tentang pengertian pelacuran atau prostitusi, pengertian anak, pengertian penegakan hukum, faktor penghambat penegakan hukum pidana. III. METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan metode penulisan, yaitu pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penentuan populasi dan sampel dan metode pengumpulan data, serta analisis data. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisikan jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan yang memuat tentang penegakkan hukum pidana terhadap anak dibawah umur, faktor-faktor penghambat untuk menanggulangi terjadinya pelacuran anak di bawah umur.

11 V. PENUTUP Bab ini berisikan kesimpulan yang dapat diambil penulis dan saran-saran yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.