Analisa Sistem Informasi Perijinan Lalu Lintas pada Dinas Perhubungan Kabupaten Garut.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

I. PENDAHULUAN. mempengaruhi tumbuh dan kembangnya pembangunan suatu kota, disamping faktor-faktor lain. Jumlah penduduk yang cenderung hidup di

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan jumlah penduduk merupakan salah satu faktor yang ikut

BAB IV TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA

PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI KABUPATEN PANDEGLANG ( Suatu Tinjauan Teknis )

perbaikan hidup berkeadilan sosial.

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 66 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS BUPATI MALANG,

1) Sub Bagian umum Sub Bagian Umum mempunyai tugas : a) melaksanakan kegiatan ketatausahaan dan ketatalaksanaan. b) melaksanakan pengelolaan urusan su

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 53 TAHUN 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG

MATRIKS RENSTRA DISHUBKOMINFO KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL BONGKAR MUAT BARANG DI KABUPATEN JEMBRANA

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 60 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PERHUBUNGAN KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM DISHUBKOMINFO SURAKARTA. a. Sejarah Dishubkominfo Surakarta

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN TASIKMALAYA

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DI WILAYAH KABUPATEN SERANG BUPATI SERANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR2TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN BONGKAR MUAT BARANG

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 23 TAHUN 2006 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN BARANG DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 123

TUGAS & FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN SUMENEP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 58 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 8 TAHUN 1997 SERI C.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG

Bagian Kelima DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Paragraf 1 KEPALA DINAS Pasal 84

PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN

PEMERINTAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG IZIN TRAYEK DAN PENGENDALIAN LALU LINTAS

WALIKOTA TASIKMALAYA,

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

Profil SKPD Profil Kedudukan

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENSTRA VISI dan MISI DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan keamanan, serta pembangunan nasional, harus diselenggarakan dengan tujuan

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II BADUNG NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi merupakan proses pergerakan atau perpindahan orang atau

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG

IV.B.16. Urusan Wajib Perhubungan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 40 TAHUN 2005

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 05 TAHUN 2001 TENTANG PELAKSANAAN MANAJEMEN LALU LINTAS JALAN DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KERJA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 09 TAHUN 2006 TENTANG KELAS JALAN DAN PENGAMANAN PERLENGKAPAN JALAN DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis

RINGKASAN EKSEKUTIF. Sasaran Strategis 1. Tersedianya dan terpeliharanya prasarana LLAJ sehingga dapat menekan tingkat kecelakaan lalu-lintas di jalan

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG FORUM LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 24 TAHUN 2008 T E N T A N G

Transkripsi:

Analisa Sistem Informasi Perijinan Lalu Lintas pada Dinas Perhubungan Kabupaten Garut. Diky Firdaus, S.Kom.,M.M Drs. Yana Setiawan, M.M Akademi Manajemen Informatika dan Komputer Garut RINGKASAN Transportasi jalan tidak dapat dipisahkan dengan transportasi lain yang ditata dalam sistem transportasi nasional yang dinamis dan mampu mengadaptasikan kemajuan di masa depan. Seiring berjalannya perkembangan informasi maka transportasi jalan semakin mempunyai peranan yang penting, karena transportasi dapat memberikan kenyamanan dan ketertiban dalam berlalu lintas Penyediaan sarana dan prasarana yang ada di jalan kiranya mutlak dilakukan untuk menunjang lancarnya transportasi. Demikian pula dengan pelayanan pembuatan perijinannya, disamping tersedianya dukungan peraturan dan ketentuanketentuan yang mengatur bidang lalu lintas. Lalu lintas ini juga akan menjamin ketertiban, keamanan, keselamatan dan kenyamanan dalam berlalu lintas.sistem informasi pembuatan perijinan lalu lintas pada Dinas Perhubungan Kabupaten Garut tidak ada laporan tiap bulan dan terlalu banyak fisik arsip, sehingga akan menyulitkan pada proses pencarian data jika sewaktu- waktu diperlukan. sehingga perlu adanya design sistem informasi baru guna menunjang pada proses pencarian data kendaraan. Kata Kunci ; Lalu lintas, Perijinan, Sistem Informasi 1. PENDAHULUAN Sektor transportasi memiliki fungsi melayani mobilitas orang, barang dan jasa, baik lokal, regional, nasional maupun internasional. Sektor ini berperan sebagai pendukung pembangunan sektor lainnya. Sektor transportasi merupakan unsur yang penting dan dapat dikatakan sebagai urat nadi dalam kehidupan bangsa dalam menunjang pertumbuhan ekonomi, persatuan dan kesatuan bangsa serta upaya pemerataan dan penyebaran pembangunan. Pada saat sekarang ini kegiatan sosial masyarakat dengan berbagai aktivitasnya akan sangat tergantung kepada bidang komunikasi dan transportasi. Transportasi memberikan solusi percepatan terhadap akses kegiatan masyarakat. Dengan lancarnya transportasi maka segala bentuk kegiatan akan berjalan lancar pula. Penyelenggaraan lalu lintas perlu diselenggarakan secara berkesinambungan dan terus ditingkatkan agar lebih luas daya jangkau dan pelayanannya kepada masyarakat dengan memperhatikan sebesar-besarnya kepentingan umum dan kemampuan masyarakat, kelestarian perlengkapan jalan, koordinasi antar wewenang pusat dan daerah serta antar instansi, sektor dan antar unsur terkait serta terciptanya keamanan dan ketertiban masyarakat dalam penyelenggaraan lalu lintas.

Transportasi jalan tidak dapat dipisahkan dengan transportasi lain yang ditata dalam sistem transportasi nasional yang dinamis dan mampu mengadaptasikan kemajuan di masa depan. Seiring berjalannya perkembangan informasi maka transportasi jalan semakin mempunyai peranan yang penting, karena transportasi dapat memberikan kenyamanan dan ketertiban dalam berlalu lintas. Transportasi mempunyai karakteristik yang mampu menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan dan memadukan transportasi lainnya. Setiap pelosok dapat dijangkau karena adanya alat transportasi tersebut dan transportasi juga dapat membantu memenuhi harapan masyrakat untuk menjangkau daerahdaerah sampai yang terpencil sekalipun. Penyediaan sarana dan prasarana yang ada di jalan kiranya mutlak dilakukan untuk menunjang lancarnya transportasi. Demikian pula dengan pelayanan pembuatan perijinannya, disamping tersedianya dukungan peraturan dan ketentuan-ketentuan yang mengatur bidang lalu lintas. Lalu lintas ini juga akan menjamin ketertiban, keamanan, keselamatan dan kenyamanan dalam berlalu lintas. Jalan pada fungsinya diperuntukkan bagi kepentingan lalu lintas umum, dalam pelaksanaannya jalan dapat digunakan di luar kepentingan lalu lintas dan oleh karena itu harus dikendalikan guna menghindari gangguan kepentingan umum sebagai akibat terganggunya fungsi jalan. Apabila hal tersebut dikaitkan dengan tuntutan situasi dan kondisi saat ini, dimana cepatnya arus informasi yang menuntut para aparatur pemerintah untuk lebih banyak berbuat bagi masyarakat. Petugas Dinas Perhubungan juga harus dapat memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya pada masyarakat dan dituntut pula terbebas dari praktek-praktek yang menimbulkan biaya tinggi dengan tingkat kualitas kerja yang rendah. Oleh karena itu, untuk menciptakan suatu unjuk kerja yang diharapkan, maka efisiensi dan efektivitas kerja menjadi suatu tolak ukur dalam konteks pelayanan pembuatan perijinan terhadap masyarakat. Dari hasil observasi diperoleh informasi bahwa pelayanan pembuatan perijinan lalu lintas pada Dinas Perhubungan Kabupaten Garut perlu ditingkatkan. Karena adanya kendala pada sistem informasi pembuatan perijinan lalu lintas pada Dinas Perhubungan Kabupaten Garut yaitu tidak ada laporan tiap bulan dan terlalu banyak arsip, sehingga akan menyulitkan jika sewaktu-waktu diperlukan. Pelayanan perijinan pemasangan perlengkapan jalan membutuhkan waktu yang lama karena tidak setiap mengajukan langsung dilaksanakan tetapi menunggu sampai 3 bulan yang akan datang. Pengolahan data yang dilakukan pada Dinas Perhubungan Kabupaten Garut masih belum optimal bila diperhatikan, sumberdaya komputer yang tersedia belum digunakan secara efektif yaitu belum adanya system database untuk perhitungan kecepatan, kepadatan, VC ratio dan tingkat kecelakaan. Berdasarkan uraian tersebut, penulis merasa tertarik untuk merancang suatu sistem informasi untuk mengefektifkan data perijinan lalu lintas pada Dinas Perhubungan Kabupaten Garut. Sehingga kami menekankan Laporan penelitian ini pada : Perancangan Sistem Informasi Perijinan Lalu Lintas pada Dinas Perhubungan Kabupaten Garut. 2. Rumusan dan Batasan Masalah

Dalam perancangan sistem informasi ini, penulis merumuskan masalah sebagai berkut : 1. Bagaimana sistem informasi pengolahan data perijinan lalu lintas yang sedang berjalan pada Dinas Perhubungan Kabupaten Garut? 2. Bagaimana merancang system informasi perijinan lalu lintas pada Dinas Perhubungan Kabupaten Garut yang berbasis komputer? 4. Tinjauan Pustaka McLeod (2001:9) mengemukakan bahwa sistem adalah sekelompok elemen yang terintegrasi dengan maksud sama untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Johsons, Kast dan Rosen Zweig Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terorganisasi dengan baik, yang terdiri dari dua buah atau lebih bagian (unsur) yang interdependen untuk mencapai satu tujuan. Menurut Jogiyanto (1999:700) Sistem Informasi Manajemen dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari interaksi sistemsistem informasi yang bertanggung jawab mengumpulkan dan mengolah data untuk menyediakan informasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen di dalam kegiatan perencanaan dan pengendalian. 1. Pengertian Perijinan Lalu Lintas Menurut UU No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, mengemukakan bahwa Lalu Lintas adalah gerak kendaraan, orang dan hewan di jalan atau pergerakan dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan atau tanpa menggunakan alat. 2. Jenis Perijinan Lalu Lintas Menurut Perda No. 8 Tahun 2005 tentang penyelenggaraan perhubungan membagi Perijinan Lalu Lintas menjadi tiga bagian diantaranya ; a. Perijinan Pemasangan Perlengkapan jalan Perijinan pemasangan perlengkapan jalan yaitu ijin yang dilakukan oleh suatu pihak atau badan usaha terhadap dinas perhubungan untuk mendapatkan persetujuan memasang atau mengganti perlengkapan jalan yang kondisinya sudah rusak. b. Perijinan Penggunaan Jalan Bahwa setiap badan hukum atau perorangan dilarang menggunakan jalan selain untuk kepentingan lalu lintas Penggunaan jalan untuk keperluan tertentu di luar fungsi sebagai jalan dan penyelenggaraan kegiatan dengan menggunakan jalan yang patut diduga dapat menggangu keselamatan keamanan dan kelancaran lalu lintas hanya dapat dilakukan setelah memperoleh rekomendasi dari Kepala Dinas. Seluruh biaya untuk pengaturan dan pengendalian lalu lintas yang timbul sebagai akibat penggunaan jalan baik yang mengakibatkan penutupan jalan maupun tidak menjadi beban pemohon. c. ANDALL ANDALL adalah Analisa Dampak Lalu Lintas dimana setiap pembangunan yang potensial menciptakan bangkitan atau tarikan lalu lintas serta yang dapat mempengaruhi kelancaran lalu lintas,

5. Tujuan dan Manfaat wajib dilakukan analisis dampak lalu lintas. Analisis dampak lalu lintas dilakukan oleh konsultan tranportasi yang berkompeten di bidang dan akan dievaluasi oleh Tim yang dibentuk dengan keputusan Bupati dan menjadi syarat dikeluarkannya Izin Penggunaan PeruntukanTanah (IPPT) dan izin bangunan. Hasil penilaian analisis dampak lalu lintas berbentuk rekomendasi disampaikan kepada Bupati melalui Kepala Dinas. Penelitian ini sebagai penelitian terapan, yaitu : 1. Ingin mengetahui bagaimana sistem informasi pengolahan data perijinan lalu lintas yang sedang berlangsung. 2. Merancang sistem informasi pelayanan pembuatan ijin lalu lintas yang lebih efektif sesuai dengan harapan masyarakat. Dimana tujuan umum dari penelitian ini adalah memprediksi aktifitas sistem informasi perijnan lalu lintas untuk kendaraan umum yang dikembangkan menjadi sistem informasi model baru sehingga lebih efektif dan efisien. Sedangkan manfaat dari hasil pengamatan ini terbentuknya sebuah model sistem informasi dengan flowmaf sebagai blueprint yang dapat dijadikan sebagai rekomendasi untuk Dishub Kab. Garut sebagai acuan pembangunan sistem informasi manajemen. 6. Metode Penelitian Kami menggunakan jenis penelitian metode tindakan dan metode evaluasi. Hal ini dilakukan guna menghasilkan sistem yang lebih efektif dan sesuai dengan harapan sebagaiman menurut Soedibjo Bambang; Jenis penelitian tindakan merupakan penelitian yang bertujuan mengembangkan metode kerja yang paling efisien. Dan metode Evaluasi merupakan penelitian yang bertujuan untuk melihat sampai berapa jauh suatu sistem baru telah mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Penulis pada tahap membuat dan mengembangkan model sistem informasi perijinan lalulintas pada Dishub Garut, harapan dapat menciptakan model sistem informasi yang lebih efektif dan efisien. Serta bila ditindaklanjuti dengan berbagai sumberdaya teknologi informasi maka dapat mencapai sasaran organisasi dengan tepat dan efisien.

7. Hasil yang dicapai Gambar 1 Flowmap Prosedur Kerja Perijinan Yang Sedang Berlangsung Pada Dinas Perhubungan Kabupaten Garut. 8. Evaluasi Sistem Lama Berdasarkan gambaran dan uraian sebagaimana telah dikemukan pada bagian sebelumnya, maka penulis dapat menganalisis serta mengevaluasi terhadap sistem informasi pengolahan data perijinan lalu lintas Dinas Perhubungan Kabupaten Garut.

Adapun hasil evaluasi terhadap sistem lama tersebut adalah : 1. Adanya keterlambatan dalam proses pembuatan ijin ANDALL. Penyebab dari permasalahan ini adalah proses yang dilakukan di Dinas Perhubungan melalui banyak tahap manual. Dalam hal ini perlu dilakukan perubahan pembagian kerja dan prosedur pembuatannya pada bagian tertentu, untuk meningkatkan efisiensi kinerja sistem dengan pelayanan yang memenuhi harapan masyarakat. 2. Dari segi keamanan data perlu diperbaiki, karena data yang ada sifatnya masih dapat diakses oleh setiap orang sehingga kemungkinan untuk diubah oleh orang yang tidak berkepentingan besar sekali. 3. Pengendalian data yang tidak terkontrol sehingga tidak mampu menyediakan laporan yang berkualitas yang sifatnya mendadak. 4. Di Dinas Perhubungan Kabupaten Garut menyediakan fasilitas komputer tetapi hanya digunakan sebagai alat pengetikan saja. 5. Data pemohon yang telah mendapat surat rekomendasi tidak dapat diperoleh secara mendadak.

9. Design Sistem informasi baru Gambar 2 Flowmap Prosedur Kerja Yang Diusulkan Pada Dinas Perhubungan Kabupaten Garut

A. Prosedur Kerja Yang Baru Adapun prosedur kerja yang diusulkan dalam pengolahan data perijinan lalu lintas adalah sebagai berikut : 1. Pemohon mengajukan permohonan ke Dinas Perhubungan Kabupaten Garut, dengan mengisi formulir pendaftaran disertai dengan persyaratan yang ditujukan kepada Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas. 2. Setelah Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas menerima formulir pendaftaran yang diajukan pemohon, persyaratan akan diperiksa oleh Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas. Jika persyaratan lengkap maka akan dilakukan entry data pemohon, tetapi jika tidak lengkap akan dikembalikan kepada pemohon untuk dilengkapi. 3. Data pemohon akan diberikan kepada kepala dinas untuk diperiksa, apakah layak atau tidak mendapatkan surat rekomendasi dari Dinas Perhubungan Kabupaten Garut, apabila persyaratan lengkap maka kepala dinas akan memberikan konfirmasi kepada Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas bagian lapangan untuk melakukan survei lokasi, jika tidak lengkap maka data pemohon akan dikembalikan kepada Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas bagian kantor. 4. Setelah mendapat konfirmasi dari kepala dinas maka Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas yang ada di lapangan akan melakukan survey lokasi dan mencatat data lalu lintas yang diajukan pemohon. 5. Data lalu lintas yang telah dicatat oleh Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di lapangan kemudian diserahkan kepada Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas yang ada di kantor untuk dimasukkan ke dalam komputer atau dilakukan entry data lalu lintas. 6. Setelah melakukan entry data lalu lintas maka Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas akan membuat laporan tentang data-data pemohon dan data perijinan lalu lintas. 7. Laporan akan diserahkan kepada kepala dinas untuk ditandatangani, setelah laporan ditandatangani maka akan dikembalikan kepada seksi manajemen dan rekayasa lalu lintas. 8. Setelah membuat laporan maka Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas akan membuat surat rekomendasi kemudian diserahkan kepada kepala dinas untuk ditandatangani. 9. Setelah surat rekomendasi ditandatangani oleh kepala dinas, maka akan dikembalikan kepada Seksi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas untuk diarsipkan serta akan diberikan kepada pemohon sebagai tanda bukti pemohon telah mendapatkan ijin dari Dinas Perhubungan Kabupaten Garut. 10. Rencana tahapan berikutnya Pada tahapan berikutnya kami akan mencoba untuk menjelaskan dan menerangkan model baru ini harapan dapat ditindak lanjuti oleh pihak terkait sebagai acuan pengembangan system informasi Dinas Perhubungan Garut dan dibuatkannya jurnal ilmiah. Bab VII. Kesimpulan dan Saran

Keimpulan pada penelitian ini kami berusaha untuk menemukan hambatan pada aktifitas perijinan lalu lintas yang telah diketahui diantaranya; 1. System informasi yang terjadi belum efektif dikarenakan pemahaman penggunaan teknologi informasi yang masih relative terbatas, hal ini dapat dilihat dari gambar model 4.1. 2. Setelah kami kembangkan dan dibuatkan model system informasi yang baru, system informasi dapat dinilai efektif, hal ini diukur dari informasi yang akan dihasilkan melalui teknologi informasi yang dirancang. 11. Daftar Pustaka Jogiyanto, HM. (1999). Pengenalan Komputer. Edisi Ketiga. Andi Yogyakarta. Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat No. AJ.401/2/3/DPRD/92 tentang Persyaratan Teknis Rambu Lalu Lintas di Jalan. Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Darat No. AJ.401/2/3/DPRD/92 tentang Persyaratan Teknis Rambu Lalu Lintas di Jalan. McLeod, Raymond. (2004). Sistem Informasi Manajemen. Edisi Kedelapan. Jakarta: PT. Intermasa. Soedibjo Bambang, (edisi 2, 2005). Pengantar Metode Penelitian.