BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian yang baru

dokumen-dokumen yang mirip
SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam berbagai kegiatan, berbagai macam kebutuhan selalu

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. jasa lalu lintas pembayaran dan sebagai sarana dalam kebijakan moneter.

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan, baik yang baru berdiri maupun yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkan pihak-pihak yang memiliki dana dengan pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. saat ini dimana pasar modal dapat menjadi cerminan aktivitas perekonomian. Pasar

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa juga

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat dan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari manusia melakukan berbagai transaksi ekonomi, baik transaksi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi dalam suatu negara selalu diiringi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan investasi di suatu negara akan dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ke sektor-sektor yang produktif. Pembiayaan pembangunan yang

BAB IV PENGARUH FEE BASED INCOME TERHADAP EARNING PER SHARE (EPS) DI BRI SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHUUAN. Indonesia, sebagai negara dengan bank sebagai basis financial intermediary,

BAB I PENDAHULUAN. Investasi umumnya dilakukan oleh masyarakat untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

BAB I PENDAHULUAN. utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini selain disebabkan oleh

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

PENGARUH KURS DOLLAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM DI BEI. (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Go Public Di BEI) Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kemerosotannya. Hal ini terlihat dari nilai tukar yang semakin melemah, inflasi

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Dalam mencapai keinginan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap perusahaan bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau laba yang

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari kondisi masyarakat saat ini, jarang sekali orang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum keberhasilan perusahaan untuk mempertahankan. kelangsungan usahanya tergantung pada kemampuan perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Layanan perbankan terhadap para pensiunan merupakan bisnis jasa. segmen pensiun yang mengalami perkembangan pada saat ini, untuk

BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai penyimpanan benda berharga, membiayai perusahaan, dll

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini bangsa Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan

ABSTRAK. Henry Ocky Parsaoran,Diena Noviarini Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia bisnis, sebuah perusahaan menjalankan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. yang baik meskipun perekonomian global mengalami ketidakpastian dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan teknologi, khususnya bank. hidup rakyat banyak (Undang-undanjg Nomor 10 Tahun 1998 Perubahan

BAB I Lembaga Keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, hal ini dikarenakan adanya fungsi utama dari perbankan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang melanda beberapa Negara di Asia pada tahun menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih mengalami gejolak-gejolak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup didalamnya adalah. peran serta lembaga keuangan untuk membiayai pembangunan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia perbankan yang sangat pesat disertai dengan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia lainnya. Pasar modal memiliki peran besar dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan UMKM dan Usaha Besar. Mikro, Kecil dan Menengah ,55 47, ,93 47, ,75 46,25

BAB I PENDAHULUAN. konsumen. Kesatuan yuridis merupakan badan usaha yang umumnya berbadan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan konsumen lama. Perusahaan harus mampu membaca peluang

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. tolak ukur kemajuan negara tersebut. Menurut Kasmir (2014) bank adalah

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dimana untuk mencapai tujuan tersebut perlu memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Disamping itu, kondisi ekonomi Indonesia yang belum stabil

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan sektor riil melalui akumulasi kapital dan inovasi teknologi. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perbankan menjadi salah satu sektor penting dalam proses

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Melalui hal ini Indonesia diharapkan dapat bersaing dengan Negara-negara lain di

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian lndonesia pasca krisis ekonomi masih belum. sepenuhnya pulih, namun berdasarkan Laporan Statistik Perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. taraf hidup rakyat banyak. Perbankan sendiri merupakan perantara keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. jasa perbankan atau keuangan. Dalam hal ini, perbankan merupakan inti dari

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia yang sedang berkembang, berusaha untuk semakin

BAB I PENDAHULUAN. serta menyediakan jasa jasa dalam lalu lintas pembayaran. masyarakat. Fungsi perbankan yang demikian disebut sebagai perantara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala sektor diharapkan dapat mewujudkan struktur ekonomi yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dalam sektor perbankan. Hal ini antara lain dipicu pengalaman negara-negara di

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kehidupan masyarakat pada masa sekarang ini, tidak pernah

BAB I Pendahuluan. Keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada keputusan yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi. Perkembangan dunia perbankan merupakan bagian utama dari

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar).

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi. Pengukuran ini perlu diketahui pihak yang berkepentingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia dewasa ini mengalami perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang mengalami kelebihan dana untuk diproduktifitaskan pada sektor-sektor yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Ada beberapa faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN bagian Menimbang huruf (a). Guna mencapai tujuan tersebut, pelaksanaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian yang baru ternyata mengamanatkan untuk dibentuknya suatu lembaga pembiayaan industri sendiri yang mandiri. Pembentukan lembaga pembiayaan industri yang mandiri yang dimaksudkan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 adalah pembentukan Bank Industri. Undang-undang tentang perindustrian ini mengamanatkan pembentukan suatu Lembaga Pembiayaan khusus atau Bank Industri yang diatur dalam pasal 48 ayat 1, 2 dan 3. Undang-Undang tentang Perindustrian ini tidak mengatur lebih khusus mengenai bank yang khusus membiayai industri. Pembentukan Bank Industri ini diharapkan dapat menjadi solusi atau jalan keluar dari pemerintah bagi kalangan dunia industri untuk mendapatkan modal dan pinjaman jangka menengah dan panjang bagi kegiatan industri di Indonesia. Satu hal positif dari Undang-Undang Perindustrian yang baru ini yaitu keberpihakan terhadap industri kecil dan menengah yang dapat dilihat pada batang tubuh dimana terdapat satu bab khusus yang mengatur tentang pemberdayaan industri khususnya industri kecil dan industri menengah. Aspek yang ingin dicapai dengan pemberdayaan tersebut diantaranya adalah peningkatan daya saing dan peningkatan kontribusi industri kecil dan menengah didalam perekonomian nasional.

2 Pembangunan perekonomian di Indonesia melibatkan banyak komponen-komponen penunjang, salah satunya adalah keberadaan dari perusahaan industri. Secara umum perusahaan industri diartikan sebagai perusahaan yang usahanya mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi (bahan baku), atau mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Pengertian akan perusahaan industri dapat dijabarkan lebih rinci lagi sebagai suatu unit (kesatuan) usaha atau perusahaan yang melakukan kegiatan ekonomi, bertujuan menghasilkan barang atau jasa yang terletak pada suatu bangunan atau lokasi tertentu, dan mempunyai catatan (informasi) administrasi tersendiri mengenai produksi dan struktur biaya serta ada seorang atau lebih yang bertangggung jawab atas usaha tersebut. Kegiatan perusahaan industri dalam menjalankan produksinya sangat tergantung dengan suplai dana atau bantuan kredit pinjaman yang akan diberikan oleh lembaga pembiayaan atau lembaga keuangan baik lembaga keuangan bank maupun lembaga keuangan bukan bank. Kegiatan lembaga keuangan baik lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank dalam menghimpun atau memobilisasi dana yang menganggur dari masyarakat dan perusahaan-perusahaan kemudian disalurkan ke dalam usahausaha yang produktif untuk berbagai sektor ekonomi seperti pertanian, pertambangan, perindustrian, pengangkutan, perdagangan dan jasa-jasa lainnya akan meningkatkan pendapatan nasional dan pendapatan masyarakat. Demikian pula akan membuka dan memperluas lapangan atau kesempatan kerja, sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang menganggur didalam

3 masyarakat. Kegiatan dalam pemberian jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang dapat membantu memperbesar dan memperlancar arus barang-barang dan jasa-jasa dalam masyarakat. Lembaga keuangan terdiri dari lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank merupakan lembaga keuangan yang dapat memberikan pinjaman kredit kepada perusahaan industri untuk menjalankan kegiatan produksinya. Dalam kebijakan pemberian kredit baik lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank mempunyai peranan yang sangat penting karena turut menentukan pembagian pendapatan masyarakat. Kredit merupakan sarana yang ampuh bagi mereka yang memperolehnya, sebab dengan memperoleh kredit seseorang dapat menguasai faktor-faktor produksi untuk kegiatan usahanya. Semakin besar kredit yang diperoleh, makin besar pula faktor produksi yang dikuasai, sehingga makin besar pula bagian pendapatan masyarakat yang dapat diraihnya. Sehubungan dengan itu melalui sistem perbankan yang kita miliki dan kebijakan perkreditan yang tepat maka lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank dapat melaksanakan fungsinya dalam membantu pemerintah untuk memeratakan kesempatan berusaha dan pendapatan di dalam masyarakat, sehingga dapat tercipta pembangunan ekonomi nasional yang lebih maju. Tersedianya banyak alternatif sumber dana dari lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank untuk perusahaan-perusahaan industri besar dapat

4 mempertajam persaingan sesama bank sehingga permintaan kredit bisa lebih mudah didapat oleh perusahaan-perusahaan industri. Kegiatan perindustrian di Indonesia sejak dulu dirasakan sangat sulit berkembang dengan baik karena terkendala masalah permodalan atau pengajuan kredit usaha jangka panjang bagi dunia industri (perusahaan industri) untuk dapat berkembang dan menjalankan kegiatan usahanya tersebut. Masalah utama permodalan untuk bidang industri adalah mengenai masa tenggang waktu pengajuan kredit sebagai modal pinjaman jangka panjang. Seperti yang kita ketahui bahwa untuk kegiatan perindustrian membutuhkan modal pinjaman kredit jangka menengah dan panjang, sedangkan saat ini banyak kegiatan usaha industri melakukan peminjaman modal dari bank umum. Sistem peminjaman modal untuk kegiatan industri oleh bank umum ternyata hanya mampu memberikan pinjaman modal jangka pendek dan menengah saja. Hal ini disebabkan karena berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi seperti naiknya tingkat suku bunga dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap nilai tukar dollar. Padahal kegiatan dunia industri merupakan kegiatan usaha padat karya yang berskala besar yang membutuhkan modal pinjaman yang besar dan jangka waktu peminjaman modalnya harus yang bersifat jangka menengah dan jangka panjang. Bank industri sangat diperlukan untuk mendorong pertumbuhan industri serta perekonomian di Indonesia. Bank industri dinilai mampu menciptakan kemandirian ekonomi di Indonesia. Secara umum terbentuknya lembaga pembiayaan pembangunan industri secara tidak langsung dapat mendorong

5 tercapainya kemandirian ekonomi nasional, tidak saja tergantung dengan pinjaman luar negeri saja karena dengan adanya bank industri diharapkan bisa menjadi alternatif pembiayaan untuk industri kecil dan menengah. Pendirian lembaga pembiayaan industri secara tidak langsung juga dapat mendorong tercapainya kemandirian ekonomi nasional tidak saja terhadap ketergantungan pinjaman luar negeri, tetapi juga terhadap ketergantungan bahan baku dan barang modal industri. Indonesia membutuhkan bank industri atau sebuah lembaga pembiayaan khusus untuk mendukung sektor industri. Industri dalam negeri membutuhkan dukungan dari pembiayaan agar dapat terus mengalami pertumbuhan dan berkontribusi lebih besar terhadap perekonomian nasional. Dukungan dari sektor perbankan pada saat ini dinilai masih belum maksimal karena tingginya tingkat suku bunga yang ditetapkan. Tingkat suku bunga kredit yang tinggi, biaya investasi menjadi semakin mahal sehingga daya saing menjadi rendah, dan investor akan berpikir ulang untuk masuk ke Indonesia. Pendirian lembaga pembiayaan industri secara tidak langsung juga dapat mendorong tercapainya kemandirian ekonomi nasional tidak saja terhadap ketergantungan pinjaman luar negeri, tetapi juga terhadap ketergantungan bahan baku dan barang modal industri. Bank industri sangat diperlukan untuk mendorong pertumbuhan industri serta perekonomian di Indonesia. Bank industri dinilai mampu menciptakan kemandirian ekonomi di Indonesia. Secara umum terbentuknya lembaga pembiayaan pembangunan industri secara tidak langsung dapat mendorong

6 tercapainya kemandirian ekonomi nasional, tidak saja tergantung dengan pinjaman luar negeri saja karena dengan adanya bank industri diharapkan bisa menjadi alternatif pembiayaan untuk industri kecil dan menengah. Tingginya tingkat suku bunga perbankan di Indonesia menjadi penghambat tumbuhnya sektor industri. Kondisi tersebut menyebabkan mahalnya pembiayaan investasi dan pada akhirnya mengakibatkan daya saing industri nasional rendah, apalagi suku bunga kredit Indonesia yang paling tinggi dibandingkan dengan suku bunga kredit di negara-negara Asia lainnya, terlebih lagi perbankan di Indonesia yang memang mayoritas berskema bank umum menyulitkan pembiayaan sektor industri yang berskala menengah panjang. Pemilihan bank industri menjadi pilihan paling cocok untuk meningkatkan daya saing industri nasional. Adanya periode waktu yang dirasa terlalu panjang tersebut menyebabkan pembiayaan melalui skema perbankan (Bank Umum) dirasa kurang aman dari sisi pengaturan manajemen aset dan liabilitas. Hal ini menjadi alasan kuat perlunya lembaga pembiayaan industri yang memiliki spesialisasi dan memberikan pinjaman jangka panjang. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan memilih judul tesis Prospek Pembentukan Bank Industri Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

7 1. Rumusan Masalah 1) Apakah Faktor-Faktor Yuridis yang Mendorong Pembentukan Bank Industri? 2) Apakah Faktor-Faktor Yuridis yang Berpotensi Mengendalai Pembentukan Bank Industri? 2. Batasan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada Faktor-Faktor Yuridis apa saja yang Mendorong Pembentukan Bank Industri dan Faktor-Faktor Yuridis apa saja yang Berpotensi Mengendalai Pembentukan Bank Industri menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian yang baru ternyata mengamanatkan untuk dibentuknya suatu lembaga pembiayaan industri sendiri yang mandiri. 3. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran, belum ada penulisan yang berusaha mengkaji Pembentukan Bank Industri Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Adapun penulis lain yang tema penulisannya mempunyai kesamaan dengan judul yang diteliti, adalah sebagai berikut : 1. Daniel Kurniawan, NIM : 07.1178/PS/MMProgram Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Atmajaya Yogyakarta 2008, dengan judul tesis : Efesiensi Bank di Indonesia dan Pengaruhnya Terhadap Pngembalian Saham Dengan Pendekatan

8 Dea Window Analysis. Rumusan Masalah dari penelitiannya adalah: a. Bagaimana efisiensi bank-bank LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI)? b. Bagaimana pengaruh efisien bank-bank LQ45 di Indonesia terhadap pengembalian saham? Tujuan penelitiannya adalah : a. Menganalisis efisiensi bank-bank LQ45 di Bursa Efek Indonesia. b. Menguji secara empiris pengaruh efisien bank-bank LQ45 di Indonesia terhadap pengembalian saham. Hasil penelitiannya adalah: 1) Dari enam bank yang masuk dalam LQ45 berturut-turut pada periode Februari 2005 sampai dengan Januari 2008 dan penelitian dilakukan pada periode 3 Januari 2005 sampai dengan 28 Desember 2007 menunjukkan bahwa efisiensi bank LQ45 di Indonesia adalah 97,17% sehingga seluruh bank tersebut adalah efisien. Apabila dilihat lebih mendalam, dari rerata efisiensi sebesar 97,17% ternyata tidak seluruh bank mempunyai rerata di atas 90,00%, terdapat satu bank yang mempunyai efisiensi di bawah 90,00% yakni bank BBCA. Untuk bank yang mempunyai efisiensi 100,00% adalah bank BNII dan BBRI. Baik bank

9 umum swasta, yakni bank BNII dan bank pemerintah, yakni bank BBRI dapat memiliki efisiensi sebesar 100,00%. 2) Setelah dilakukan pengujian regresi ternyata didapatkan hasil bahwa tidak ada pengaruh efisiensi bank LQ45 dengan pengembalian sahamnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yakni penggunaan variabel yang berbeda; dalam peraturan penghitungan kesehatan bank yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, prosentase efisiensi hanya mendapatkan bobot sekitar lima sampai dengan sepuluh persen; investor lebih melihat kepada KPMM karena memiliki bobot yang besar; efisiensi tidak dapat mengukur nonperform dari suatu kredit padahal terdapat variabel total loans dalam perhitungan efisiensi; investor di Indonesia masih berorientasi short term sehingga capital gain lebih diutamakan. 2. Ulitua Sitohang, NIM : 01.540/PS/MM, Program Studi Magister Manajemen Program Pascasarjana Universitas Atmajaya Yogyakarta 2013, dengan judul tesis: Pengaruh Budaya, Sosial, Pribadi dan Psikologis Terhadap Putusan Pengambilan Kredit di PT Bank Tabungan Pensiun Nasional, TBK. Rumusan Masalah dari penelitiannya adalah: a. Bagaimana pengaruh faktor budaya terhadap keputusan pengambilan kredit pensiun pada BTPN Area Yogyakarta?

10 b. Bagaimana pengaruh faktor sosial terhadap keputusan pengambilan kredit pensiun pada BTPN Area Yogyakarta? c. Bagaimana pengaruh faktor pribadi terhadap keputusan pengambilan kredit pensiun pada BTPN Area Yogyakarta? d. Bagaimana pengaruh faktor psikologi terhadap keputusan pengambilan kredit pensiun pada BTPN Area Yogyakarta? Tujuan penelitiannya adalah : 1. Untuk meneliti seberapa besar pengaruh signifikan variabel faktor budaya pensiun terhadap keputusan pengambilan kredit pensiun pada BTPN Area Yogyakarta. 2. Untuk meneliti seberapa besar pengaruh signifikan variabel faktor social budaya pensiun terhadap keputusan pengambilan kredit pensiun pada BTPN Area Yogyakarta. Hasil Penelitiannya adalah: 1) Faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis digunakan dalam pertimbangkan konsumen untuk menjadi nasabah pada Bank BTPN Area Yogyakarta. Kemampuan kempat faktor tersebut menjelaskan adalah sebesar 52,6 persen (R). Keempat faktor tersebut meliputi faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis. Dari hasil tersebut nilai koefisien determinasi (Adjusted R Square) sebesar 0,269 ini berarti seluruh variabel bebas (X) yakni budaya, sosial, pribadi, dan psikologi mempunyai

11 kontribusi sebesar 32% terhadap variable terikat (Y) yakni keputusan pengambilan kredit pensiun di Bank BTPN Area Yogyakarta. Sisanya sebesar 68% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak masuk dalam penelitian. 2) Hasil regresi berganda menunjukkan F hitung sebesar 36,275. Tingkat signifikansinya juga menunjukkan nilai 0,000 yang berarti bahwa bahwa variabel budaya, sosial, pribadi, dan psikologi secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel keputusan pengambilan kredit pensiun di Bank BTPN Area Yogyakarta. 3) Variabel Budaya Nilai t hitung untuk variabel ini adalah 5,864. Hal ini berarti variabel budaya mempunyai pengaruh yang positif. Probability juga menunjukkan nilai signifikan 0,000 (<0,05). Ini berarti variabel budaya berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pengambilan kredit pensiun di Bank BTPN Area Yogyakarta. 4) Variabel Sosial Nilai t hitung untuk variabel ini adalah 0,595. Variabel sosial mempunyai pengaruh yang positif. Probability menunjukkan nilai signifikan 0,552 > 0,05. Variabel sosial berpengaruh tidak signifikan terhadap keputusan pengambilan kredit pensiun di Bank BTPN Area Yogyakarta.

12 5) Variabel Pribadi Nilai t hitung untuk variabel ini adalah 0,785. Variabel pribadi mempunyai pengaruh yang positif. Probability menunjukkan nilai signifikan 0,433 (> 0,05). Variabel pribadi tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan pengambilan kredit pensiun di Bank BTPN Area Yogyakarta. 6) Variabel Psikologis Nilai t hitung untuk variabel ini adalah 4,685. Faktor psikologi mempunyai pengaruh yang positif. Probability menunjukkan nilai signifikan 0,000 < 0,05. Variabel psikologi berpengaruh signifikan terhadap keputusan pengambilan kredit pensiun di Bank BTPN Area Yogyakarta. 3. Yuniati Simu, NIM : 10 5001497/PS/MM Program Studi Magister Ilmu Manajemen Program Pascasarjana Universitas Atmajaya Yogyakarta 2014, dengan judul tesis : Formulasi Strategi Bersaing PT Bank ABC dalam Industri Perbankan Tahun 2010-2014. Rumusan Masalah dari penelitiannya adalah: Bagaimana formulasi strategi bersaing PT Bank ABC di industri perbankan pada tahun 2010-2014. Tujuan dari penelitiannya adalah : a. Untuk mengetahui dan mengevaluasi tujuan dari penelitian ini adalah formulasi strategi bersaing PT Bank ABC dalam industri perbankan pada tahun 2010-2014.

13 b. Untuk mengetahui dan mengevaluasi bentuk-bentuk strategi bersaing PT Bank ABC dalam industri perbankan pada tahun 2010-2014. Hasil Penelitiannya adalah : a. PT Bank ABC adalah anak perusahaan dari ABC group yang merupakan penyediaan layanan jasa keuangan international yang beroperasi berdasarkan prinsip koperasi yang berpusat di Nederland. ABC Group memiliki predikat AAA sebagai top 6 bank teraman didunia tahun 2009 menurut majalah Global Finance. PT Bank ABC memiliki pondasi yang kuat dan keahlian secara global dalam segmen food & agribusiness, dengan memanfaatkan dukungan penuh PT ABC Group. Sebagai bank yang fokus dan memiliki pengetahuan yang baik dalam sector Food & Agribusiness. b. Keunggulan yang membedakan PT Bank ABC dengan bank lain yaitu, kekuatan finansial sebagai anak perusahaan salah satu bank teraman didunia, customer base yang cukup besar dan loyal kepada PT Bank ABC, yaitu segmen perbankan korporasi, komersial, dan SME, Spesialisasi dan fokus pada segmen Food & Agribusiness, PT Bank ABC memiiki Food & Agribusiness Research & advisory. PT Bank ABC dapat mendanai dirinya sendiri, memiliki 89 kantor di 30 kota Indonesia, Jaringan ATM yang bersambung dengan ATM bersama, prima dan cirrus,

14 bekerja sama dengan ABC Foundation dapat menyediakan jasa layanan finansial kepada koperasi dan kelompok usaha ditingkat petani. c. Kelemahannya adalah PT Bank ABC di Indonesia belum dikenal luas khususnya dikalangan SME, tidak semua kantor cabang di Indonesia berada di kota atau dilokasi yang tepat, produktifitas yang rendah pada cabang-cabang tertentu dimana masih terdapat cabang yang merugi, biaya tinggi yang antara lain diakibatkan oleh infrastruktur kantor cabang yang tidak efisien, belum memiliki fasilitas internet banking maupun mobile banking yang kian menjadi kebutuhan nasabah, komponen pendapatan diluar pendapatan bunga ( Fee based income) yang relatif rendah. d. Key Success Factors (KSF) PT bank ABC, PT Bank ABC menjadi pemain dominan dalam segmen food & agribusiness di Indonesia ( memiliki customer base yang besar dan loyal), memiliki riset dan advisori food dan agribusiness, menerapkan prinsip mengenal nasabah dalam menekan resiko pencucian uang dan kredit macet, PT Bank ABC dapat mendanai dirinya sendiri, memiliki 89 kantor di 30 kota Indonesia, Jaringan ATM yang bersambung dengan ATM bersama, prima dan cirrus, bekerja sama dengan ABC Foundation dapat menyediakan jasa

15 layanan finansial kepada koperasi dan kelompok usaha ditingkat petani. e. Strategi bersaing yang tepat dan dapat digunakan oleh PT Bank ABC adalah focus differentiation. Fokus untuk melayani kebutuhan pelanggan dalam pasar tertentu (niche market), dalam hal ini di fokuskan pada 3 segmen nasabah yaitu : Wholesale, Commercial, dan SME. Kemudian dengan differentiation produk, yakni strategi yang didasarkan pada pemikiran bahwa PT Bank ABC akan mampu memperoleh keunggulan bersaing dengan cara menawarkan kekuatan bank yang dinilai penting bagi nasabah, bunga kredit yang bersaing, pelayanan yang berkesinambungan, sehingga memiliki nilai tambah bagi nasabah, bank dominan yang bergerak dibidang food & agribusiness. Perbedaan penelitian yang dilakukan oleh penulis dibandingkan dengan dengan penelitian sebelumnya adalah pembentukan bank industri, rumusan masalah, lokasi penelitian, dan tujuan penelitian. Pembentukan bank industri yang diteliti oleh penulis adalah berdasarkan Undang- Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Lokasi penelitian Penulis berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu terletak di Otoritas Jasa Keuangan. Rumusan Masalah yang diteliti oleh penulis adalah Faktor-Faktor Yuridis apa saja yang Mendorong Pembentukan Bank Industri dan Faktor-Faktor Yuridis apa saja yang Berpotensi

16 Mengendalai Pembentukan Bank Industri menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis Faktor-Faktor Yuridis apa saja yang Mendorong Pembentukan Bank Industri dan untuk mengetahui dan menganalisis Faktor-Faktor Yuridis apa saja yang Berpotensi Mengendalai Pembentukan Bank Industri menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. 4. Manfaat Penelitian 1) Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum, mengenai Pembentukan Bank Industri Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. 2) Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: a) Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah untuk penyempurnaan regulasi dan aturan bagi Pembentukan Bank Industri Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan agar dapat menjadi lembaga pembiayaan Industri yang efektif bagi perkembangan kegiatan usaha industri di Indonesia.

17 b) Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan gambaran terhadap masyarakat mengenai Faktor-Faktor Yuridis apa saja yang Mendorong Pembentukan Bank Industri dan Faktor-Faktor Yuridis apa saja yang Berpotensi Mengendalai Pembentukan Bank Industri menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. c) Penulis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai Faktor-Faktor Yuridis apa saja yang Mendorong Pembentukan Bank Industri dan Faktor-Faktor Yuridis apa saja yang Berpotensi Mengendalai Pembentukan Bank Industri menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. B. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah : 1) Untuk mengetahui dan menganalisis Faktor-Faktor Yuridis apa saja yang Mendorong Pembentukan Bank Industri. 2) Untuk mengetahui dan menganalisis Faktor-Faktor Yuridis apa saja yang Berpotensi Mengendalai Pembentukan Bank Industri.

18 C. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Bagian ini berisi tentang uraian latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, keaslian penelitian, manfaat penelitian tujuan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II :TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Bagian ini berisi tentang penjelasan mengenai tinjauan umum dan landasan teori yang akan menguraikan tentang dasar hukum pembentukan bank industri menurut Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Tinjauan tentang lembaga keuangan, dan Hubungan antara lembaga keuangan dengan pembentukan bank industri. Teori yang digunakan adalah teori fungsi hukum dan teori kemanfaatan. BAB III : METODE PENELITIAN Bagian ini berisi uraian tentang metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, pendekatan penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penarikan kesimpulan. BAB IV : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Bagian ini berisi uraian tentang Tinjauan tentang arti penting bank industri dalam perekonomian, Faktor-Faktor Yuridis apa saja yang Mendorong Pembentukan Bank

19 Industri dan Faktor-Faktor Yuridis apa saja yang Berpotensi Mengendalai Pembentukan Bank Industri menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. BAB V : PENUTUP Bagian ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan yaitu merupakan jawaban terhadap masalah, dalam penelitian ini menjawab mengenai Faktor-Faktor Yuridis apa saja yang Mendorong Pembentukan Bank Industri dan Faktor-Faktor Yuridis apa saja yang Berpotensi Mengendalai Pembentukan Bank Industri menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Saran yang diajukan sebagai tindak lanjut dari temuan penelitian. Saran diajukan demi peningkatan ilmu hukum dalam artian teoritis maupun praktis tentang Faktor-Faktor Yuridis apa saja yang Mendorong Pembentukan Bank Industri dan Faktor-Faktor Yuridis apa saja yang Berpotensi Mengendalai Pembentukan Bank Industri menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.